Anda di halaman 1dari 10

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Stroke WHO mendefinisikan stroke sebagai gangguan saraf yang menetap baik fokal maupun global(menyeluruh) yang disebabkan gangguan aliran darah otak, yang mengakibatkan kerusakan pembuluh darah di selama 24 jam atau lebih(Sutrisno,2007). otak, yang berlangsung

2.2. Klasifikasi Stroke Stroke dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa kriteria. Menurut Sutrisno klasifikasi tersebut antara lain: 1. Stroke iskemik a. Trombosis serebri b. Emboli serebri 2. Stroke hemoragik a. Perdarahan intraserebral b. Perdarahan subarakhnoid 3. Transient Ischemic Attack (TIA) Secara keseluruhan, stroke iskemik terjadi tiga sampai empat kali lebih banyak daripada stroke hemoragik dan mencakup sekitar 70-80% dari seluruh penderita stroke.

2.3. Faktor Risiko Terjadinya Stroke Faktor risiko terjadinya stroke dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu: 1. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi a. Usia b. Jenis kelamin c. Ras d. Riwayat keluarga

Universitas Sumatera Utara

e. Riwayat stroke/ TIA 2. Faktor risiko yang dapat dimodifikasi a. Hipertensi b. Kolesterol c. Merokok d. Diabetes e. Penyakit Jantung f. Obesitas g. Konsumsi alkohol h. Stres (Heart & Stroke Foundation).

2.4. Outcome Sekitar 8-20% penderita stroke iskemik memiliki risiko kematian yang tinggi pada 30 hari pertama setelah serangan stroke. Kematiannya lebih disebabkan komplikasi kardiopulmonal daripada disebabkan kerusakan jaringan otaknya. Selain menyebabkan kematian, risiko lain yang sering menimbulkan masalah adalah terjadinya recurrent stroke (stroke berulang). Dan kemungkinan terjadinya stroke berulang pada 30 hari pertama stroke sekitar 3-10%. Kejadian stroke berulang banyak menimbulkan kerugian, seperti : peningkatan risiko kematian, rawat inap yang lebih lama, dan risiko menimbulkan kecacatan yang lebih buruk (Houston&Rowland, 2000).

2.5. Pemeriksaan yang Dilakukan pada Saat Terjadi Stroke Pemeriksaan neurologik dalam penanganan kegawatdaruratan, termasuk kasus stroke iskemik, haruslah cepat, tepat dan menyeluruh. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan skala atau sistem skoring yang formal seperti National Institutes of Health Stroke Scale (NIHSS). NIHSS tidak hanya menilai derajat defisit neurologis, tetapi juga memfasilitasi komunikasi antara pasien dan tenaga medis, mengidentifikasi kemungkinan sumbatan pembuluh darah,

Universitas Sumatera Utara

menentukan prognosis awal dan komplikasi serta menentukan intervensi yang diperlukan. Skor NIHSS <20 mengindikasikan stroke dalam tingkat ringan sampai sedang. Skor NIHSS 20 mengindikasikan stroke dalam tingkat yang parah.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 2.1. National Institute of Health Stroke Scale (Adams, dkk., 2007)

Tabel 2.2. Pemeriksaan penunjang dalam penanganan awal stroke iskemik (Adams, dkk., 2007)

Universitas Sumatera Utara

2.6. Pencegahan Stroke Stroke memang mematikan, tetapi bukan berarti tidak bisa dicegah. Menurut beberapa peneliti, 85% kemungkinan terjadinya stroke dapat dicegah. Untuk melakukan pencegahan, penting untuk mengetahui faktor risiko apa yang dimiliki. Faktor risiko yang penting diketahui adalah tekanan darah tinggi, penyakit jantung, dan diabetes mellitus. Faktor tersebut harus dilakukan kontrol karena merupakan faktor risiko utama, selain itu kita juga dapat mendeteksi dini terjadinya stroke jika dilakukan kontrol dan pemeriksaan secara teratur yang bisa menghasilkan terapi dan hasil yang lebih baik(Sutrisno,2007). Pencegahan stroke dapat dilakukan dengan menjaga kebiasaan hidup sehat. Kebiasaan hidup sehat itu disebut juga paradigma hidup sehat, yang berisi anjuran: 1.Hentikan merokok, 2.Hentikan kebiasaan minum alkohol, 3.Periksa kadar kolesterol, 4.Periksa dan kontrol penyakit diabetes, 5.Berolahraga secara teratur, 6.Kontrol konsumsi garam, 7.Hindari stres dan depresi, 8.Hindari obesitas. (Sutrisno, 2007) Walaupun pasien telah mengalami stroke, kita tetap melakukan pencegahan terjadinya stroke agar tidak berulang. Dan fokus untuk

pencegahannya bukan hanya anjuran hidup sehat melainkan juga kontrol atau pengobatan terhadap faktor risiko yang dimiliki, seperti: Pemberian terapi antiplatelet(Aspirin) untuk pencegahan serangan ulang pada seluruh pasien yang sebelumnya mengalami stroke iskemik atau TIA dengan dosis 50-325mg per hari. Selain itu diperlukan juga kontrol terhadap penyakit jantung yang dimiliki seperti pemberian antikoagulan untuk penderita stroke akibat kardioemboli.

Universitas Sumatera Utara

Kontrol terhadap penyakit vaskular, seperti : 1. Hipertensi Hipertensi harus diatasi untuk mencegah terjadinya serangan ulang stroke. Menurut Canadian Hypertension Education Program (CHEP), target tekanan darah untuk pencegahan stroke adalah <140/90mmHg

(135/85mmHg untuk pengukuran di rumah). 2. Diabetes Pada penderita diabetes, tekanan darah tetap kita kontrol dan nilainya <130/80mmHg. Selain itu, kontrol yang paling penting adalah kontrol terhadap kadar glukosa dan dianjurkan mencapai nilai hampir normal untuk mengurangi komplikasi vaskular. Menurut Canadian Diabetes Association, target untuk kadar gula darah adalah 4.0-7.0mmol/L saat puasa dan 5.0-10.0mmol/L 2 jam setelah makan. 3. Kolesterol Pasien dengan kadar Low Density Lipoproteins-Cholesterol (LDL-C) >2.0 mmol/L harus dilakukan modifikasi gaya hidup, diet, dan pengobatan dengan statin. Hal ini dilakukan sampai didapati kadar LDL-C <2.0 mmol/L.

Kontrol terhadap perilaku yang bisa diubah : 1. Merokok Semua penderita stroke yang merokok harus dianjurkan berhenti merokok. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan terapi tambahan berupa terapi pengganti nikotin dan terapi perilaku. 2. Alkohol Pasien yang merupakan peminum berat seharusnya berhenti atau mengurangi konsumsi alkohol sampai ke titik yang aman, yaitu berkisar 14 minuman dalam 1 minggu untuk pria dan 9 minuman untuk wanita. Tetapi, titik aman tersebut tidak sama untuk semua orang sehingga berhenti mengkonsumsi alkohol lebih baik.

Universitas Sumatera Utara

3.

Obesitas Penurunan berat badan merupakan hal yang dianjurkan sampai dicapai BMI 18.5-24.9kg/m dan lingkar pinggang <88 cm untuk wanita dan <102 cm untuk pria. Konsumsi makanan rendah lemak dan natrium, dan banyak konsumsi buah dan sayur dianjurkan.
2

4.

Aktivitas fisik Bagi penderita stroke yang mampu melakukan aktivitas fisik, latihan fisik 30-60 menit seperti berjalan, jogging, bersepeda selama 4-7 hari dalam seminggu dapat mengurangi faktor risiko dan faktor lain yang dapat meningkatkan kejadian stroke.

(APSS,2007 dan AHA,2006).

2.7. Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia terhadap objek melalui indera yang dimilikinya seperti mata, hidung, telinga dan alat indera lainnya. Dengan sendirinya, pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek (Notoatmodjo, 2005b). Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Pengetahuan yang dicakup di dalam kognitif mempunyai enam tingkatan, yaitu: a. Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mengidentifikasi, menyatakan, dsb.

Universitas Sumatera Utara

b. Memahami (comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan dan dapat menginterpretasikan secara benar tentang suatu objek/materi yang diketahui. Orang yang telah paham terhadap objek/materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, dsb. c. Aplikasi (application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi riil (sebenarnya). d. Analisis (analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur orgnisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. e. Sintesis (synthesis) Sintesis merupakan suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu kemampuan yang baru. Dengan kata lain, sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun suatu formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. f. Evaluasi (evaluation) Evaluasi merupakan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi/objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau dengan menggunakan kriteria yang telah ada. Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: a) Pengalaman Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman sendiri maupun orang lain. Pengalaman yang sudah diperoleh dapat memperluas pengetahuan seseorang. b) Umur Makin tua umur seseorang, maka proses-proses perkembangan mentalnya bertambah baik. Akan tetapi pada umur tertentu, bertambahnya proses

Universitas Sumatera Utara

perkembangan mental ini tidak secepat seperti ketika berumur belasan tahun. Selain itu, daya ingat seseorang dipengaruhi oleh umur. Dari uraian ini, maka dapat kita simpulkan bahwa bertambahnya umur seseorang dapat berpengaruh pada pertambahan pengetahuan yang diperolehnya, akan tetapi pada umurumur tertentu atau menjelang usia lanjut, kemampuan penerimaan atau mengingat suatu pengetahuan akan berkurang. c) Tingkat Pendidikan Pendidikan dapat memperluas wawasan atau pengetahuan seseorang. Secara umum, seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas dibandingkan dengan seseorang yang tingkat pendidikannya lebih rendah. d) Keyakinan Biasanya keyakinan diperoleh secara turun temurun dan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu. Keyakinan ini bisa mempengaruhi pengetahuan seseorang, baik keyakinan itu sifatnya positif maupun negatif. e) Sumber Informasi Meskipun seseorang memiliki pendidikan yang rendah, tetapi jika ia mendapatkan informasi yang baik maka pengetahuan seseorang akan meningkat. Sumber informasi yang dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang misalnya radio, televisi, majalah, koran dan buku. f) Penghasilan Penghasilan tidak berpengaruh langsung terhadap pengetahuan seseorang. Namun bila seseorang berpenghasilan cukup besar maka dia akan mampu menyediakan atau membeli fasilitas-fasilitas sumber informasi. g) Sosial Budaya Kebudayaan setempat dan kebiasaan dalam keluarga dapat mempengaruhi pengetahuan, persepsi, dan sikap seseorang terhadap sesuatu.

Universitas Sumatera Utara

2.8. Peranan keluarga Keluarga adalah pasangan suami istri dengan anggota keluarga lainnya yaitu setiap orang yang tinggal serumah baik yang mempunyai hubungan darah maupun tidak. Keluarga sebagai tempat berkumpulnya indivdu memiliki kemampuan untuk mempengaruhi atau bahkan mengubah gaya hidup anggotanya (Setyowati,2007). Sehingga peranan keluarga cukup penting jika dapat mempengaruhi atau mengubah gaya hidup anggotanya menjadi gaya hidup sehat. Menurut Sutrisno, dari hasil survey di sejumlah negara di Asia didapati sebagian besar pasien di Indonesia terlambat di bawah ke rumah sakit antara enam jam sampai seminggu. Keterlambatan itu sebagian karena mereka berusaha mencoba pengobatan alternatif. Cara yang benar adalah segera membawa pasien ke rumah sakit. Penanganannya harus ektra cepat sebab window therapy stroke hanya 3-6 jam. Artinya, dalam tenggat waktu tersebut, pasien harus segera ditangani atau dibawa ke rumah sakit. Bila itu dilakukan, penyembuhan akan lebih mudah dan kemungkinan bisa kembali normal lebih besar. Penanganan medis perlu dilakukan sejak fase akut, yakni mulai pertama kali terserang stroke hingga tujuh hari. Tujuannya adalah antara lain mencegah terjadinya serangan ulang, meminimalkan cedera otak, dan menghindari komplikasi. Karena itu,beberapa gejala dan faktor risiko perlu diketahui pasien dan keluarga. Tujuannya, agar pasien dan keluarga tidak melakukan tindakan yang salah. Pasien juga harus mengonsumsi makanan dengan gizi berimbang serta rajin berolahraga. Keluarga juga harus menyadarkan pasien agar pasien rutin memeriksakan darahnya secara berkala. Di luar itu semua, pasien harus cukup tenang karena kemungkinan terapi akan memberi hasil yang cukup lama. Istirahat cukup dan tetap melakukan hobi sepanjang tidak menganggu kondisi tubuh. Faktor dukungan keluarga juga tidak boleh dianggap remeh.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai