Anda di halaman 1dari 10

1

Oleh :
Dr. Andi Mattulada Amir, SE. M.Si, Ihcwan Tandju, SE, M.Kes, Syamsuddin,
SE. M.Si Moh. Yunus Kasim, SE, M.Si, Asngadi, SE., M.Si
(Fakultas Ekonomi Universitas Tadulako)
Bekerjasama dengan
Dinas Kesehatan Provinsi SulawesiTengah

ABSTRAK dan tangible (X5) menunjukkan perbedaan antara


puskesmas yang menerapkan TQM dengan puskesmas
yang belum menerapkan konsep TQM, (4) dimensi
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan reliability (X1) responsiveness (X2) dan emphaty (X4)
menganalisis pengaruh variabel kualitas layanan yaitu menunjukkan perbedaan antara responden gakin dan
reliability, responsiveness, assurance, emphaty dan non gakin, sedangkan untuk dimensi assurance (X3) dan
tangible terhadap kepuasan pengguna jasa keluarga tangible (X5) tidak menunjukkan adanya perbedaan
miskin (Gakin) dan Non Keluarga Miskin (Gakin) pada kualitas layanan antara responden gakin dan non gakin,
Puskesmas di Sulawesi Tengah, untuk mengetahui dan (5) berdasarkan unsusr-unsur kualitas layanan IKM,
menganalisis variabel kualitas layanan yang paling umumnya puskesmas TQM menunjukkan nilai rata-rata
berpengaruh dominan terhadap kepuasan pengguna yang tergolong sedang, sedangkan pada puskesmas non
jasa keluarga miskin (Gakin) dan Non Gakin, TQM masih ada beberapa puskesmas yang menunjukkan
mengetahui dan menganalisis perbedaan kualitas nilai rata-rata yang tergolong kurang baik.
pelayanan puskesmas antara yang menerapkan prinsip
TQM dengan Non TQM, dan untuk menganalisis
perbedaan kualitas pelayanan antara keluarga miskin 1. PENDAHULUAN
(Gakin) dengan Non Gakin pada puskesmas yang Di tengah era global yang ditandai dengan
menerapkan TQM dan Non TQM, serta untuk tingkat kompetisi yang makin tajam dan perubahan
mengetahui dan menganalisis tingkat pelayanan lingkungan bisnis yang bergerak dengan cepat,
puskesmas berdasarkan Index Kepuasan Masyarakat. pragmatis dan cenderung tak terduga, mengharuskan
Metode analisis yang digunakan adalah analisis setiap organisasi untuk selalu meningkatkan daya
deskriptif, analisis uji beda, analisis jalur (Path saingnya. Selain itu tuntutan pelanggan juga makin kuat
Analisys, dan analisis IKM dengan menggunakan terhadap produk maupun jasa yang bermutu, seiring
Kepmenpan No. 24 tahun 2004. dengan banyaknya alternatif barang dan jasa yang
tersedia dan meningkatkanya pengetahuan serta status
Hasil analisis menunjukkan (1) seluruh dimensi yaitu sosial masyarakat.
reliability (X1), responsiveness (X2), assurance (X3),
emphaty (X4) dan tangible (X5) berpengaruh secara Sektor jasa yang kini sedang berkembang
serempak terhadap kepuasan pengguna jasa layanan dengan pesat adalah jasa kesehatan, di tengah
(Y) puskesmas sampel di Sulawesi Tengah. Koefisien meningkatnya kesadaran masyarakat dalam memaknai
determinasi total yang menggambarkan besarnya kata “sehat” sebagai bagian dari investasi mereka di
pengaruh total dimensi kualitas layanan terhadap masa depan. Organisasi yang bergerak dalam bidang
kepuasan pengguna jasa layanan puskesmas adalah kesehatan secara ilmiah hampir memiliki prosedur kerja
37,6548%, sedangkan 62,3452% dipengaruhi oleh yang hampir sama. Artinya bahwa secara teknis
variabel lain yang tidak dianalisa dalam penelitian ini, penanganan pasien dalam berbagai kondisi hampir
(2) dimensi emphaty memiliki pengaruh dominan terstandarkan dengan prosedur yang sama. Oleh
terhadap kepuasan pengguna jasa layanan puskesmas karenanya peningkatan mutu layanan kini bukan lagi
sampel di Sulawesi Tengah dengan pengaruh sebesar pada mutu teknikal semata yang merupakan bagian dari
8,195%, (3) variabel kualitas layanan yaitu reliability “way to life” industri kesehatan, namun mengarah pada
(X1) responsiveness (X2) assurance (X3), emphaty (X4) bagaimana mengelola industri kesehatan yang memiliki
2

daya saing di mata pengguna jasanya dengan memenuhi kepuasan pengguna jasa keluarga miskin
keinginannya. (Gakin) dan Non Keluarga Miskin (Gakin) pada
Konsep kualitas telah didefinisikan para ahli dari Puskesmas di Sulawesi Tengah.
berbagai sudut pandang masing-masing. Namun 2. Variabel kualitas layanan yang manakah yang
demikian terdapat persamaan yang pada esensinya paling berpengaruh dominan terhadap kepuasan
mengarah pada upaya pemenuhan harapan konsumen. pengguna jasa keluarga miskin (Gakin) dan Non
Harapan konsumen tidaklah konstan dari waktu ke Gakin pada Puskesmas di Sulawesi Tengah.
waktu, namun selalu berubah secara dinamis, sehingga 3. Apakah terdapat perbedaan kualitas pelayanan
apa yang menjadi harapan konsumen pada saat sekarang puskesmas antara yang menerapkan prinsip
ini mungkin tidak akan menjadi pilihan untuk masa yang TQM dengan Non TQM?
akan datang dan berarti pula bahwa produk dan jasa 4. Apakah terdapat perbedaan kualitas pelayanan
yang berkualitas pada saat ini mungkin tidak berkualitas antara keluarga miskin (Gakin) dengan Non
lagi di masa mendatang. Gakin pada puskesmas yang menerapkan TQM
dan Non TQM?
Tjiptono (2001) menjelaskan bahwa kualitas 5. Bagaimana tingkat pelayanan puskesmas
adalah kondisi dinamis yang berhubungan dengan berdasarkan Index Kepuasan Masyarakat?
produk, jasa, manusia, proses yang memenuhi atau
melebihi harapan konsumen. Dari definisi ini jelas
bahwa kualitas tidak semata-mata terkait dengan produk 3. TUJUAN PENELITIAN
akhir, namun demikian kualitas juga terkait dengan mutu
proses, terlebih lagi dalam industri jasa yang 1. Mengetahui dan menganalisis pengaruh variabel
mengedepankan mutu interaksi antara pengguna jasa kualitas layanan yaitu reliability, responsiveness,
dengan front line officer yang merupakan ujung tombak assurance, emphaty dan tangible terhadap
dalam kualitas industri jasa. Dari definisi itu jelas pula kepuasan pengguna jasa keluarga miskin (Gakin)
bahwa pengguna jasalah yang paling berhak menyatakan dan Non Keluarga Miskin (Gakin) pada
kualitas dengan membandingkan apa yang harapkan Puskesmas di Sulawesi Tengah.
dengan persepsi mereka setelah menerima jasa tersebut 2. Mengetahui dan menganalisis variabel kualitas
(perceived performance). layanan yang paling berpengaruh dominan
Kondisi yang demikian akan memacu terhadap kepuasan pengguna jasa keluarga miskin
perkembangan industri jasa kesehatan dalam hal ini (Gakin) dan Non Gakin pada Puskesmas di
rumah sakit dan pusat-pusat kesehatan masyarakat Sulawesi Tengah.
(puskesmas). Kondisi demografi penduduk Indonesia 3. Mengetahui dan menganalisis perbedaan kualitas
pada umumnya dan Sulawesi Tengah khususnya dimana pelayanan puskesmas antara yang menerapkan
sebagian besar hidup dan menetap di daerah pedesaan, prinsip TQM dengan Non TQM?
organisasi kesehatan yang paling dominan adalah 4. Mengetahui dan menganalisis perbedaan kualitas
terpusat di puskesmas. Intensitas interaksi masyarakat pelayanan antara keluarga miskin (Gakin) dengan
sebagai pengguna jasa dengan lini organisasi kesehatan Non Gakin pada puskesmas yang menerapkan
yang paling rendah ini akan menggambarkan sejauh TQM dan Non TQM?
mana pemerintah sebagi provider mampu menyediakan 5. Mengetahui dan menganalisis tingkat pelayanan
jasa kesehatan yang layak dan tersebar ke berbagai puskesmas berdasarkan Index Kepuasan
daerah dengan cara yang memuaskan masyarakat Masyarakat?
pengguna jasa puskesmas.
Pelayanan jasa puskesmas di Sulawesi Tengah 4. KEGUNAAN PENELITIAN
dianggap belum optimal pada kelompok masyarakat. Hal Bagi Dinas Kesehatan Propinsi
ini diindikasikan masih banyaknya keluhan-keluhan 1. Sebagai bentuk evaluasi diri atas kualitas
yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan. Fenomena layanan puskesmas berdasarkan persepsi
ini terlihat jelas pada pelayanan yang rendah terutama pengguna jasa keluarga miskin (Gakin) dan Non
pada kelompok masyarakat miskin yang menggunakan Gakin.
kartu keluarga miskin (Gakin). Berdasarkan data dinas 2. Sebagai dasar untuk melakukan redesign
kesehatan, hanya 12-15% pemegang kartu gakin yang proses layanan puskesmas yang mengedepankan
menggunakan fasilitasnya ke puskesmas. Ironinya, kepuasan pengguna jasa keluarga miskin
masyarakat miskin tidak memiliki akses kesehatan selain (Gakin) dan Non Gakin.
puskesmas, sehingga seburuk apapun pelayanan yang
diterima kelompok ini tidak memiliki pilihan lain seperti Bagi Puskesmas
ke rumah sakit atau unit pelayanan lainnya. 1. Sebagai dasar bagi tiap-tiap puskesmas untuk
memperbaiki proses pelayanan kesehatan yang
mengedepankan kepuasan masyarakat pengguna
2. PERMASALAHAN jasa keluarga miskin (Gakin) dan Non Gakin.
1. Apakah terdapat pengaruh variabel kualitas 2. Membantu mendefenisikan keinginan pengguna
layanan yaitu reliability, responsiveness, jasa keluarga miskin (Gakin) dan Non Gakin ke
assurance, emphaty dan tangible terhadap dalam fungsi pelayanan puskesmas.
3

Bagi Keluarga Miskin (Gakin) dan Non Gakin


Pengguna Jasa Puskesmas Penilain Kualitas Pelayanan
Membantu mengkomunikasikan apa yang Dalam hal penilaian kualitas pelayanan, Bolton
diinginkan keluarga miskin (Gakin) dan Non Gakin dan drew (1991) memamarkan multistage model of
dengan apa yang harus dilakukan oleh services provider customers assesment of service quality and value.
yakni pihak Puskesmas. Model ini menyatakan bahwa pemahaman konsumen
secara keseluruhan mengenai jasa disusun oleh
serangkaian tahapan yang berhubungan yaitu
5. TINJAUAN PUSTAKA pemahaman mengenai kinerja jasa, kualitas jasa dan
nilai jasa. Model ini dilatarbelakangi oleh konsep
Kualitas pelayanan kepuasan konsumen sebagai fungsi diskonfirmasi antara
Kualitas pelayanan merupakan salah satu hal harapan konsumen dengan persepsi terhadap kinerja
penting yang harus diperhatikan oleh para manajer aktual yang dirasakan.
(perusahaan). Apalagi dengan adanya era globalisasi Parasuraman, Zeithaml dan Berry (1988)
yang membawa kepada persaingan yang semakin ketat, mendifinisikan kualitas pelayanan sebagai pertimbangan
kemajuan teknologi dan konsumen yang semakin kritis, global atau sikap sebagai pertimbangan global yang
menuntut perusahaan untuk memperhatikan kualitas berhubungan dengan keunggulan (superioity) suatu jasa
produk disamping kepuasan. pelayanan. Mereka menambahkan bahwa penilaian
kualitas pelayanan dipandang sebagai tingkat perbedaan
Dalam usaha untuk meningkatkan kualitas, persepsi dengan harapannya. Konsep inilah yang
perusahaan harus memperhatikan dan meningkatkan kemudian menjadi dasar penilaian kualitas pelayanan
komitmen dan kesadaran serta kemampuan para yang dikenal dengan SERVQUAL.
karyawan dan staf, terutama mereka yang akan
berhubungan langsung dengan konsumen. Hal ini karena Dimensi Kualitas Pelayanan
meskipun sistem dan teknik kualitas sudah benar, tetapi Dalam kaitannnya dengan kualitas jasa,
jika orang yang melaksanakan dan alat-alat yang Parasuraman, Zeithaml dan Berry (1985) pada riset
digunakan tidak dengan cara yang benar, maka kualitas eksplorasi mereka memaparkan kualitas pelayanan dan
baik dan benar yang diharapkan tidak akan terwujud. faktor-faktor yang menentukannya dengan
Lethinen dan Lethinen (1982) mempunyai dasar mendefinisikan kualitas pelayanan sebagai derajat
pemikiran bahwa kualitas jasa dihasilkan dalam interaksi ketidakcocokan antara harapan normatif pelanggan pada
antara konsumen dan elemen-elemen dalam organisasi jasa pelayanan dan persepsi pelanggan pada kinerja
jasa. Mereka menggunakan tiga istilah, yakni kualitas pelayanan yang diterima. Parasuraman dkk juga
fisik (phisical quality), kualitas perusahaan (corporate memaparkan sekumpulan atribut-atribut pelayanan
quality) yang melibatkan image perusahaan, dan kualitas dengan lengkap (comprehensive) dimana para pelanggan
interaktif (interactive quality) yang berkenaan dengan mungkin menggunakannya sebagai kriteria dalam
kontak personal menilai kinerja pelayanan. Hasil penelitian ini berhasil
Ovreveit (1992) telah mendefinisikan kualitas mengidentifikasi 10 dimensi kualitas jasa yaitu
dalam jasa kesehatan dengan membedakan antara reliability, responsiveness, competence, access, courtesy,
kualitas konsumen (apakah jasa pelayan yang diberikan communication, credibility, security,
sesuai dengan yang dikehendaki pasien), kualitas understanding/knowing the customer dan tangible.
profesional (apakah jasa pelayanan memenuhi kebutuhan
pasien seperti yang didiagnosa oleh para profesional), Riset empiris selanjutnya yaitu tahun 1988,
dan kualitas manajemen (apakah jasa yang diberikan peneliti tersebut mengembangkan penelitian eksplorasi
tanpa pemborosan dan kesalahan, pada harga yang dan menghasilkan SERQUAL, yakni suatu skala yang
rendah, serta memenuhi peraturan-peraturan resmi dan terdiri 5 dimensi, yaitu :
peraturan-peratauran lainnya) a. Reliability yaitu memberikan pelayanan yang
Jadi definisi kualitas pelayanan secara umum dijanjikan dengan segera dan memuaskan.
adalah bahwa kualitas harus dihubungkan dengan b. Responsiveness yaitu kemampuan para staf
harapan-harapan konsumen dan memuaskan kebutuhan membantu para pasien dan memberikan
dan permintaan mereka. Perlu dipahami disini bahwa pelayanan dengan tanggap.
meskipun definisi ini berorientasi pada konsumen, c. Assurance, mencakup jaminan kemampuan
namun tidak harus diinterpretasikan sebagai pemikiran pelayanan yang diberikan, kesopanan dan sifat
bahwa perusahaan pemberi jasa (provider) harus selalu yang dapat dipercaya dari para staff, bahaya
menuruti atau tunduk dengan konsumen dan keinginan- dari resiko atau keragu - raguan.
keinginannya. Dengan kata lain adalah penting untuk d. Emphaty, mencakup kemudahan melakukan
mendengarkan suara konsumen dan kemudian komunikasi, perhatian secara personal yang
membantunya untuk memformulasikan kebutuhannya. diberikan oleh staff kepada pelanggan.
Dalam banyak kasus, konsumen memerlukan bantuan e. Tangibles, mencakup bukti fisik dan fasilitas
untuk menjelaskan kebutuhannya dan permintaanya. yang tersedia bagi pelayanan pelanggan.
Disinilah pentingnya kemampuan profesional para Gronroos dalam Lamb (1993: 93) berpendapat
pemberi jasa (Edvardsson, 1990). pula bahwa kualitas layanan yang dirasakan oleh
4

pelanggan memiliki dua dimensi. Pertama, dimensi 7. METODE PENELITIAN


proses, yakni cara pelanggan menerima jasa dari Lokasi penelitian
perusahaan dalam hal ini menyangkut apa yang terjadi
dalam interaksi penjual-pembeli. Kedua dimensi hasil, Penelitian ini mengambil obyek kualitas layanan
yaitu mengenai hasil transaksi itu, menyangkut apa yang Puskesmas dari sudut pandang persepsi keluarga miskin
dirasakan oleh pembeli dalam reaksinya dengan (Gakin) dan Non Gakin sebagai pengguna jasa
perusahaan pemberi jasa. puskesmas di Sulawesi Tengah. Pengumpulan data
Dalam industri jasa pelayanan yang produknya dilakukan melalui penyebaran kuisioner kepada
bersifat intangible, mutu sangat ditentukan oleh kualitas responden yang representatif. Responden penelitian ini
interaksi antara perusahaan dengan konsumen. Oleh adalah keluarga miskin (Gakin) dan Non Gakin yang
karenanya kualitas layanan yang diberikan terutama pernah memperoleh jasa pelayanan di salah satu
pada tingkat front line officer sangat menentukan mutu puskesmas yang mengetahui secara pasti bagaimana
interaksi tersebut, yang pada akhirnya akan berpengaruh kualitas pelayanan yang diberikan oleh pihak
pada image perusahaan. puskesmas.

Kepuasan Pelanggan dan Pengukurannya.


Kepuasan menurut Tse dan Wilton (1988) Identifikasi variabel.
adalah sebagai respon pelanggan terhadap evaluasi Dari sisi persepsi pengguna jasa, variabel dalam
ketidaksesuaian yang dirasakan antara harapan penelitian ini terdiri dari dua bagian yaitu variabel
sebelumnya dengan kinerja aktual yang dirasakan kepuasan pengguna jasa keluarga miskin dan Non Gakin
setelah memakainya. Engle (1990) mendefinisikan pada Puskesmas sebagai variabel dependen (Y) dan
kepuasan pelanggan sebagai evaluasi purna beli dimana variabel kualitas layanan (X) yang terdiri dari 5 sub
alternatif yang dibeli sekurang-kurangnya sama atau variabel yaitu Reliability, Responsiveness, Assurance,
melampaui harapan pelanggan, sedang ketidakpuasan Emphaty dan Tangible.
timbul apabila hasil (outcome) tidak memenuhi Defenisi Operasional Variabel
harapan. Kotler (1994) menyatakan bahwa kepuasan
adalah tingkat keadaan perasaan seseorang yang 1. Kepuasan Pengguna jasa keluarga miskin
merupakan hasil perbandingan antara kinerja produk (Gakin) dan Non Gakin pada Puskesmas.
atau jasa kaitannya dengan harapan orang-orang. Kepuasan Pengguna jasa keluarga miskin
Dalam pengukuran kepuasan yang didasarkan (Gakin) dan Non Gakin pada Puskesmas,
pada beberapa definisi diatas, nampak bahwa merupakan reaksi afektif dan kognitif terhadap
pelangganlah yang paling berhak menentukan kejadian pelayanan. Kepuasan atau
berkualitas atau tidaknya sebuah pelayanan. Hal ini ketidakpuasan merupakan perbandingan antara
disebabkan karena merekalah yang dapat pengalaman yang diterimanya dengan apa yang
membandingkan antara harapan sebelumnya dengan diharapkan. Variabel kepuasan ini diukur
kinerja aktual yang diterimanya, sehingga tepatlah dengan pernyataan tingkat kepuasan Pengguna
bahwa membangun kualitas kepuasan pelanggan harus jasa keluarga miskin (Gakin) dan Non Gakin
dimulai dari prespektif pelanggan. setelah menerima keseluruhan pelayanan
Puskesmas.
6. HIPOTESIS 2. Reliability
1. Terdapat pengaruh variabel kualitas layanan Reliability merupakan kemampuan Puskesmas
yaitu reliability, responsiveness, assurance, dalam memberikan pelayanan kepada keluarga
emphaty dan tangible terhadap kepuasan miskin (Gakin) dan Non Gakin secara handal,
pengguna jasa keluarga miskin (Gakin) dan Non akurat dan konsisten sesuai dengan yang
Keluarga Miskin (Gakin) pada Puskesmas di dijanjikan. Variabel ini diukur dengan :
Sulawesi Tengah. Kecepatan pelayanan ketika pertama kali masuk,
2. Variabel reliability yang paling berpengaruh Sambuatan yang baik oleh front officer,
dominan terhadap kepuasan pengguna jasa Kemudahan pelayanan keperawatan,
keluarga miskin (Gakin) dan Non Gakin pada Ketersediaan obat di Puskesmas, Kesederhanan
Puskesmas di Sulawesi Tengah. prosedur (alur) pelayanan, Kemudahan
3. Terdapat perbedaan kualitas pelayanan persyaratan pelayanan, Kejelasan petugas
puskesmas antara yang menerapkan prinsip pelayanan, Kemampuan petugas pelayanan,
TQM dengan Non TQM? Kepastian biaya, Kepastian jadwal
4. Terdapat perbedaan kualitas pelayanan antara
3. Responsiveness
keluarga miskin (Gakin) dengan Non Gakin
pada puskesmas yang menerapkan TQM dan Adalah kemampuan para staf untuk membantu
Non TQM para pasien dan memberikan pelayanan dengan
tanggap. Indikator untuk mengukur variabel
responsiveness adalah: Adanya informasi kapan
waktu pelayanan akan diberikan, Kesiagaan para
5

perawat, Kedisiplinan petugas perawatan, Parigi Moutong yang mewakili daerah yang belum
Tanggungjawab petugas pelayanan, Kecepatan mengimplementasikan TQM. Kedua, dari kedua
pelayanan administrasi, Kecepatan pelayanan wilayah sampel tersebut, dipilih masing-masing 4
oleh perawat, Kecepatan pelayanan oleh dokter. (Empat) kecamatan sampel. Ketiga, dari masing-
4. Assurance masing kecamatan sampel dipilih 2 (Dua)
puskesmas. Keempat, dari masing-masing
Adalah kemampuan dan sifat yang dapat puskesmas sampel dipilih 34 responden terdiri dari
dipercaya yang dimiliki para staf serta dapat 15 orang Gakin yang mengunakan pelayanan
menanamkan kepercayaan pada pasien dari puskesmas dan 15 orang Non Gakin serta 4 orang
adanya bahaya, resiko atau keragu-raguan dalam Gakin yang tidak menggunakan pelayanan
menerima pelayanan. Indikator variabel puskesmas. Total responden dalam penelitian ini
assurance adalah : Para perawat yang sopan, adalah sebanyak 544 responden yang tersebar
Para perawat yang memberikan kepercayaan diri disemua unit pelayanan puskesmas.
kepada pasien, Para karyawan memiliki
pengetahuan dalam menjawab pertanyaan
pasien, Keadilan medapatkan pelayanan, Prosedur Pengumpulan Data
Kewajaran biaya pelayanan, Keamanan Prosedur pengumpulan data yang diperlukan
pelayanan dalam penelitian ini dilakukan dengan beberapa langkah
5. Emphaty :
Adalah kemampuan Puskesmas dalam 1. Menyebarkan kuisioner kepada keluarga Gakin
memberikan kemudahan untuk komunikasi yang mengunakan pelayanan puskesmas dan
personal dengan pengguna jasa Puskesmas serta Non Gakin, untuk mengetahui persepsi mereka
kemampuannnya dalam memahami kebutuhan terhadap kualitas layanan yang diberikan oleh
pasien. Indikatornya adalah : Komunikasi yang pihak Puskesmas.
baik antara perawat dengan pasien, Komunikasi 2. Melakukan wawancara terutama dengan pihak
yang baik antara dokter dengan pasien, Puskesmas untuk mengetahui permasalahan
Kepedulian karyawan kepada pasien, Para kualitas layanan serta jenis pelayanan yang
karyawan memahami kebutuhan-kebutuhan diberikan oleh pihak Puskesmas kepada keluarga
pasien, Kesungguhan dokter menangani pasien, miskin sebagai pengguna jasa.
Kesungguhan perawat menangani pasien,
Kemudahan perawat untuk dihubungai pada saat
terjadi kondisi darurat, Keteraturan jadwal Pengujian Instrumen Penelitian
petugas jaga, Kesopanan dan keramahan
petugas. Instrumen penelitian ini adalah dalam bentuk
kuisioner. Untuk dapat mengukur kualitas layanan,
6. Tangible. kualitas instrumen juga harus teruji melalui uji validitas
Yaitu kondisi fasilitas fisik, perlengkapan, dan reliabilitas untuk memastikan bahwa kuisioner yang
penampilan karyawan dan ketersediaan sarana akan digunakan dapat mengukur apa yang akan diukur.
komunikasi. Indikatornya adalah : Keteraturan
administras, Kebersihan ruang perawatan,
Kebersihan dan keindahan taman sekitar Skala Pengukuran
Puskesmas, Kursi yang memadai di ruang Pengukuran terhadap kepuasan Pengguna jasa
tunggu, Ketersediaan peralatan yang canggih layanan Puskesmas didasarkan atas pertanyaan yang
dalam pemeriksaan pasien, Kebersihan kamar yang diajukan dalam kuisioner yang terdiri dari lima
mandi dan toilet, Kebersihan kasur dan sprei dimensi kualitas jasa yaitu reliability, responsiveness,
bagi pasien, Kebersihan dan kerapian perawat assurance, emphaty dan tangible. Dengan menggunakan
dalam berpakaian, Ketersediaan menu makanan skala likert maka variabel yang akan diukur dijabarkan
yang menarik, Kebersihan dan kerapian dokter menjadi indikator yang di gunakan untuk menyusun
dalam berpakaian, Kenyamanan lingkungan kuisioner.
sekitar puskesmas

Metode analisis
Populasi dan Sampel
Path Analysis
Populasi penelitian ini adalah keluarga
miskin (Gakin) dan Non Gakin sebagai pengguna
Untuk menguji hipotesis satu dan dua yaitu
jasa Puskesmas di Sulawesi Tengah. Penelitian ini pengaruh variabel kualitas layanan (X) terhadap
akan dilakukan di 2 (dua) lokasi yaitu kota Palu dan kepuasan pengguna jasa layanan Puskesmas (Y) di
Kabupaten Parigi Moutong. Penentuan Puskesmas Sulawesi Tengah dan penentuan variabel kualitas
yang akan diteliti berdasarkan pada sampling layanan yang dominan terhadap kepuasan pengguna
cluster, pertama memilih Kota Palu yang mewakili
puskesmas yang menerapkan TQM dan Kabupaten
6

jasa layanan, digunakan analisis jalur (Path emphaty dan tangible terhadap kepuasan responden
Analysis). Sitepu (1994) puskesmas sampel di Sulawesi Tengah.
Untuk menguji hipotesis tiga dan empat yaitu Berdasarkan hasil uji koefisien jalur secara
perbedaan kualitas pelayanan puskesmas antara yang keseluruhan, diperoleh nilai F hitung sebesar 57.628
menerapkan prinsip TQM dengan Non TQM dan sedangkan F tabel sebesar 2,2330 pada tingkat
perbedaan kualitas pelayanan antara keluarga miskin signifikansi 95 %. Berarti bahwa variabel bebas yaitu
(Gakin) dengan Non Gakin pada puskesmas yang reliability (X1), responsiveness (X2), assurance (X3),
menerapkan TQM dan Non TQM akan digunakan emphaty (X4) dan tangible (X5) berpengaruh secara
analisis uji beda statistik non parametrik (Willcoxon). serempak terhadap kepuasan pengguna jasa (Y) layanan
puskesmas sampel di Sulawesi Tengah. Koefisien
Untuk memudahkan interpretasi terhadap determinasi total yang menggambarkan besarnya
penilaian IKM yaitu antara 33,33 – 100 maka hasil pengaruh total dimensi kualitas layanan terhadap
penilaian tersebut di atas dikalikan dengan nilai 33,33 kepuasan pengguna jasa layanan puskesmas adalah
sebagai pembobot. Untuk melihat kualitas layanan mengindikasikan 21,561%, sedangkan 78,439%
puskesmas. dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dianalisa dalam
model ini. Hasil pengujian hipotesis pertama dapat
8. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN dilihat pada path diagram berikut ini :

Secara umum pembahasan hasil penelitian ini


akan mengelaborasi mengenai analisis deskripsi obyek X1
penelitian, analisis tabulasi silang, analisis dimensi per ,73 ,07
variabel dan analisis pembuktian hipotesis. e
,69 X2 ,21
,71 ,56
Uji Validitas dan Reliabilitas ,11 Y
,62 ,76 X3
Hasil pengujian reliabilitas instrtumen ,25
penelitian ini menggunakan SPSS for Windows versi ,67,69 ,06
12,0 dan microsoft excel 98 adalah sebagai berikut: ,53 X4
Hasil uji reliabilitas ,63
Dimensi Koefisien Status X5
alpha
Reliability 0.7498 Reliabel
Responsiveness 0.7730 Reliabel Berdasarkan path diagram di atas, dapat diketahui
besarnya pengaruh masing-masing variabel bebas (X)
Assurance 0.6598 Reliabel
terhadap variabel terikat (Y) yakni kepuasan responden
Emphaty 0.8106 Reliabel puskesmas sampel di Sulawesi Tengah yaitu reliability
Tangible 0.8100 Reliabel sebesar 0.45%, responsiveness 4.41%, assurance
1.28%, emphaty 6.25% dan tangible 0.41 %.
Sumber : Data primer diolah

Koefisien Jalur dan pengaruh langsung variabel bebas (X)


Dari hasil tersebut nampak bahwa besarnya terhadap kepuasan gakin dan non gakin
koefisien cronbah alpha diatas 0,6 yang berarti pada Puskesmas Sampel di Sulawesi Tengah.
memenuhi syarat minimum yang dikemukakan oleh Pengaruh
Jalur Simbol Koefisien
Sekaran, dan dengan demikian seluruh instrumen dan (%)
hasil penelitian ini reliabel. Jalur X1 terhadap Y Py.x1 0.067 0,45
Dalam penelitian ini pengujian validitas yang Jalur X2 terhadap Y Py.x2 0.210 4,41
digunakan adalah product moment pearson, dimana cara Jalur X3 terhadap Y Py.x3 0.113 1,28
kerjanya adalah dengan mengkorelasikan antara skor
Jalur X4 terhadap Y Py.x4 0.250 6,25
setiap item dengan skor total. Pengujian ini dilakukan
dengan menggunakaan program SPSS for windows Jalur X5 terhadap Y Py.x5 0.064 0,41
12,0 dan Microsoft Excel 98 Sumber : Data primer diolah
Pengujian hipotesis kedua
Pembuktian Hypotesis
Hipotesis kedua menyatakan variabel reliability
Pengujian hipotesis pertama
berpengaruh dominan terhadap kepuasan responden
Hipotesis pertama menyatakan bahwa : terdapat puskesmas sampel di Sulawesi Tengah.
pengaruh yang signifikan antara variabel kualitas
Berdasarkan hasil pengujian secara parsial
layanan yaitu reliability, responsiveness, assurance,
menunjukkan bahwa meskipun secara keseluruhan
7

variable X secara serempak berpengaruh seluruh Hasil Uji Beda Gakin dan Non Gakin
variabel Y, namun secara parsial variabel Reliability Sig. (2-
Dimensi Mean t df Keterangan
(X1) dan Tangible (X5) memiliki pengaruh yang sangat tailed)
kecil dalam membentuk kepuasan pengguna jasa gakin Gakin X1 -
,04750 2,679 239 ,008
Tidak
dan non gakin pada puskesmas sampel di Sulawesi Non Gakin X1 Indentik

Tengah. Gakin X2 -
,07825 3,566 239 ,000
Tidak
Non Gakin X2 Indentik
Tabel selengkapnya yang memuat koefisien jalur, Gakin X3 -
critical ratio (CR) dan tingkat signifikansi adalah sebagai ,02329 1,216 239 ,225 Indentik
Non Gakin X3
berikut : Gakin X4 - Tidak
,05908 2,824 239 ,005
Non Gakin X4 Indentik
Koefisien T hitung dimensi kualitas layanan
Gakin X5 -
Critical Ratio ,02429 1,237 239 ,217 Indentik
Non Gakin X5
Dimensi Probabilita
(CR) Gakin Xrata -
Tidak
Non Gakin ,04633 3,004 239 ,003
Reliability (X1) 1.101 0.280 rata
Indentik

Responsiveness Gakin Y - Non


,07917 1,961 239 ,051 Indentik
(X2) 3.310 0.000 Gakin Y

Sumber : Data primer diolah


Assurance (X3) 2.080 0.037
Emphaty (X4) 3.877 0.000
Analisis Uji Perbedaan Puskesmas TQM dan Non
Tangibles (X5) 1.245 0.213
TQM
Sumber : Data primer diolah
Dari analisis uji perbedaan kualitas layanan
puskesmas menunjukkan bahwa seluruh dimensi
Hasil uji statistik juga menunjukkan bahwa reliability (X1) responsiveness (X2) assurance (X3),
pengaruh tidak langsung variabel reliability (X1) emphaty (X4) dan tangible (X5) menunjukkan perbedaan
terhadap kepuasan responden gakin dan non gakin (Y) kualitas layanan antara puskesmas yang menerapkan
melalui responsiveness (X2) 0.534% , assurance (X3) TQM dengan puskesmas yang belum menerapkan
0.471%, emphaty (X4) 0.511%, tangibles (X5) 0.387%. konsep TQM. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
Pengaruh tidak langsung variabel responsiveness Tabel 4.30 berikut ini :
(X2) terhadap kepuasan responden gakin dan non gakin
(Y) melalui reliability (X1) 0.534%, assurance (X3) Hasil Uji Beda TQM dan Non TQM
0.315 %, emphaty (X4) 0.572 %, tangibles (X5) 0.444
%. Dimensi Mean t df
Sig. (2-
Keterangan
tailed)
Pengaruh tidak langsung variabel assurance (X3)
terhadap kepuasan responden gakin dan non gakin (Y) TQM X1 - Tidak
,27667 11,643 239 ,000
NonTQM X1 Indentik
melalui reliability (X1) 0.471 %, responsiveness (X2)
TQM X2 - Tidak
0.315%, emphaty (X4) 0.472%, tangibles (X5) 0.285%. Non TQM X2
,28092 10,180 239 ,000
Indentik
Pengaruh tidak langsung variabel emphaty (X4)
TQM X3 - Tidak
terhadap kepuasan responden gakin dan non gakin (Y) Non TQM X3
,15204 5,335 239 ,000
Indentik
melalui reliability (X1) 0.511%, responsiveness (X2) TQM X4 - Tidak
0.572%, assurance (X3) 0.472%, tangibles (X5) ,25167 10,127 239 ,000
Non TQM x4 Indentik
0.391%. TQM X5 - Tidak
,29671 10,063 239 ,000
Pengaruh tidak langsung variabel tangible (X5) Non TQMX5 Indentik
terhadap kepuasan responden gakin dan non gakin (Y) TQMrata - Tidak
,25201 10,779 238 ,000
melalui reliability (X1) 0.387%, responsiveness (X2) Non TQMrata Indentik
0.444%, assurance (X3) 0.285%, emphaty (X4) TQM y - Non Tidak
,28870 6,061 238 ,000
0.391%. TQMy Indentik
Sumber : Data primer diolah
Analisis Uji Perbedaan Responden Gakin dan Non Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) di Sulawesi
Gakin Tengah
Dari analisis uji perbedaan kualitas layanan Indeks kepuasan masyarakat (IKM) adalah
menunjukkan bahwa variabel reliability (X1) sebuah indikator pengukuran mutu yang didasarkan pada
responsiveness (X2) dan emphaty (X4) menunjukkan 14 item pelayanan sebagaimana kepmenpan no 25 tahun
perbedaan antara responden gakin dan non gakin, 2004. Pengukuran berdasarkan indeks kepuasan
sedangkan untuk dimensi assurance (X3) dan tangible masyarakat pada puskesmas sampel diperoleh nilai
(X5) tidak menunjukkan adanya perbedaan kualitas sebagai berikut :
layanan antara responden gakin dan non gakin.
8

unsur kewajaran biaya (U10) dan kepastian biaya (U11).


Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) atas Pelayanan Berdasarkan tabel di atas pula dapat dijelaskan bahwa
Puskesmas Sampel pada puskesmas yang telah menerapkan TQM dari 14
di Sulawesi Tengah Berdasarkan Kepmenpan No 25 Tahun unsur IKM terdapat 2 unsur yang memiliki skor yang
2004 rendah yaitu pada U10 dan U11. Untuk puskesmas Non
No. Nama puskesmas IKM Keterangan TQM ditemukan beberapa unsur yang memiliki nilai
rata-rata yang rendah yaitu kejelasan petugas pelayanan
1 Tipo 68,10 Sedang
(U3), kepastian biaya pelayanan (U11) dan kepastian
2 Talise 67,39 Sedang jadwal pelayanan (U12).
3 Singgani 72,44 Sedang
4 Siranindi 68,85 Sedang
9. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
5 Birobuli 73,74 Sedang
Kesimpulan
6 Petobo 72,32 Sedang
1. Seluruh dimensi yaitu reliability (X1),
7 Tavaili 71,16 Sedang
responsiveness (X2), assurance (X3), emphaty
8 Pantoloan 67,04 Sedang (X4) dan tangible (X5) berpengaruh secara
RATA-RATA TQM 70,13 serempak terhadap kepuasan pengguna jasa (Y)
9 Moutong 71,32 Sedang layanan puskesmas sampel di Sulawesi Tengah.
Koefisien determinasi total yang
10 Lambunu 68,06 Sedang
menggambarkan besarnya pengaruh total
11 Kasimbar 54,63 dimensi kualitas layanan terhadap kepuasan
12 Tinombo 67,17 Sedang pengguna jasa layanan puskesmas adalah
13 Tomini 57,55 mengindikasikan 21,561%, sedangkan 78,439%
dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak
14 Mepanga 60,94 Sedang
dianalisa dalam model ini.
15 Ampibabo 68,87 Sedang
2. Dimensi emphaty memiliki pengaruh dominan
16 Balinggi 72,42 Sedang
terhadap kepuasan pengguna jasa layanan
RATA-RATA NON TQM 65,12 puskesmas sampel di Sulawesi Tengah dengan
SULAWESI TENGAH 67.64 besaran pengaruh sebesar 8,195%.
Sumber : Data primer diolah 3. Variabel kualitas layanan yaitu reliability (X1)
responsiveness (X2) assurance (X3), emphaty
Berdasarkan data diatas dapat dijelaskan bahwa (X4) dan tangible (X5) menunjukkan perbedaan
secara rata-rata indeks kepuasan pengguna jasa antara puskesmas yang menerapkan TQM
puskesmas pada puskesmas yang telah menggunakan dengan puskesmas yang belum menerapkan
konsep TQM lebih tinggi daripada kepuasan pengguna konsep TQM.
jasa puskesmas yang belum mengggunakan konsep 4. Dimensi reliability (X1) responsiveness (X2) dan
TQM dalam desain pelayanannya. Ini berarti bahwa emphaty (X4) menunjukkan perbedaan antara
puskesmas yang telah menggunakan TQM dipersepsikan responden gakin dan non gakin, sedangkan
lebih baik oleh pengguna jasanya dibanding yang untuk dimensi assurance (X3) dan tangible (X5)
belum. tidak menunjukkan adanya perbedaan kualitas
Indeks IKM rata-rata pada puskesmas yang telah layanan antara responden gakin dan non gakin.
menggunakan TQM adalah 70,13 sedangkan pada
puskesmas yang belum menggunakan TQM sebesar 5. Berdasarkan unsusr-unsur kualitas layanan IKM,
65,12. Berdasarkan nilai IKM rata-rata tersebut dapat umumnya puskesmas TQM menunjukkan nilai
dijelaskan pula bahwa terdapat 4 puskesmas sampel rata-rata yang tergolong sedang, sedangkan pada
yang berada di atas nilai IKM rata-rata yaitu puskesmas puskesmas non TQM masih ada beberapa
Singgani, Birobuli, Petobo dan Tavaili; sedangkan 4 puskesmas yang menunjukkan nilai rata-rata
puskesmas yaitu Tipo, Talise, Siranindi dan Pantoloan yang tergolong tidak baik.
memiliki nilai IKM dibawah rata-rata IKM puskesmas
yang telah melaksanakan konsep TQM. Untuk Rekomendasi
puskesmas yang belum menggunakan konsep TQM,
nilai IKM pada puskesmas Kasimbar, Tomini, Mepanga 1. Secara umum diharapkan pihak puskesmas baik
berada dibawah indeks rata-rata puskesmas non TQM, yang menerapkan TQM maupun yang tidak
sementara itu terdapat 5 puskesmas yaitu Moutong, menerapkan TQM lebih memperhatikan kualitas
Lambunu, Tinombo, Ampibabo dan Balinggi yang layanan, khususnya pada dimensi reliability dan
berada di atas rata-rata nilai IKM puskesmas non TQM. tangible.
Dapat dijelaskan bahwa semua unsur kualitas 2. Khusus pada puskesmas TQM, kualitas layanan
layanan IKM pada puskesmas TQM menunjukkan nilai pada dimensi reliability diharapkan dapat
rata-rata yang lebih tinggi dibandingkan dengan melakukan perbaikan pelayanan terhadap
puskesmas yang belum menerapkan TQM, kecuali pada
9

kepastian biaya, ketersediaan obat di puskesmas, Service Industry, Journal of Retailing.70 (4)
kesederhanaan prosedur (alur) pelayanan dan 367-381
kepastian jadwal, sedangkan pada dimensi Arikunto, suharsimi, 1998, Prosedur penelitian, suatu
tangible adalah ketersedian menu makanan di pendekatan praktek, edisi revisi IV, penerbit
lingkungan puskesmas, kebersihan dan Rineka Cipta.
keindahan taman di sekitar puskesmas, kursi
yang memadai di ruang tunggu dan kenyamanan Azwar, Syaifuddin, 2001, Metode Penelitian, Penerbit
lingkungan di sekitar puskesmas. Pustaka Pelajar, Yogyakarta
3. Khusus pada puskesmas Non TQM, kualitas Blanton , Godfrey and Edward G Kammerer, Service
layanan pada dimensi reliability diharapkan Quality vs Manufacturing Quality Five Myths
dapat melakukan perbaikan pelayanan terhadap Exploded. TP
kepastian jadwal, ketersediaan obat di Bonser CF, 1992, Total Quality Education, Journal
puskesmas, kejelasan petugas pelayanan, Public Administration Review, sept/oct, vol 52
kepastian biaya, kecepatan pelayanan, dan (s) 504-512.
kemampuan petugas pelayanan, sedangkan pada
Bossert James L ,1991 Quality Function Deployment: A
dimensi tangible adalah ketersedian menu
practioner’s approach, Milwauke, Wilconsin:
makanan di lingkungan puskesmas, kebersihan
ASQC Quality Press.
dan keindahan taman di sekitar puskesmas,
kebersihan kamar mandi dan toilet, kursi yang Chen, Chuen Lung and Stanley F Bullington, 1999,
memadai di ruang tunggu dan ketersediaan alat Development of a strategic research plan for
medis yang memadai dalam pemeriksaan pasien. academic department through the use of QFD.
Journal of Computer and Industrial Engineering
4. Secara umum diharapkan setiap puskesmas
25.( 49-52).
harus memberikan pelayanan yang sama baik
pada keluarga miskin maupun non keluarga Cohen, Lou, 1995, Quality Function Deploymeny; How
miskin khususnya pada dimensi reliability, make QFD work for you, Addison-Wesley
responsiveness, dan emphaty. Publishing Company USA.
5. Diharapkan pihak puskesmas memberikan Cortada, James W, 1996, Total Quality Management,
pelayanan yang sama antara gakin dan non gakin Terjemahan, Penerbit Andi, Yogyakarta.
yaitu pada dimensi reliability khususnya pada Cronin, Joseph J and SA Taylor, Measurung Service
indikator kepastian biaya, ketersediaan obat di Quality : Reexamination and Externtion, Journal
puskesmas, kemampuan petugas pelayanan. of Marketing, July, Vol(56).
Pada dimensi responsiveness yaitu pada
indikator kecepatan pelayanan oleh dokter, Dale, BG and DM. Lascelles, JJ Plunket, 1990,
adanya informasi kapan waktu pelayanan akan Managing Quality, NY : Phillip allan.
diberikan, dan kesiagaan para perawat. Pada Edvarsdsson, Thommason, B & Ovretveit J ,1994,
dimensi emphaty yaitu pada indikator Quality of service : Making it Really work,
kesunguhan dokter menangani pasien, Cambridge : McGraw Hill International Limited,
komunikasi yang baik antar dokter dengan UK.
pasien, dan para perawat memahami kebutuhan Ermer, Donald S, 1999, Using QFD Become An
para pasien. Educational Experience For Students And
6. Diharapkan pihak puskesmas baik yang telah Faculty, Journal of Quality Progress, 28, (131-
menerapkan TQM maupun yang belum 136)
menerapkan TQM untuk lebih meningkatkan Fitzsimmons dan Fitzsimmons (2001), Service
kualitas layanan pada unsur kewajaran biaya Management: Operation, Strategy and
(U10) dan kepastian biaya (U11). Information Technology, McGraw-Hill,
7. Diharapkan bagi pihak Dinas Kesehatan International Edition, New York, p.44.
Propinsi Sulawesi Tengah untuk lebih aktif Fitzsimmons JA & Fitzsimmons MJ (1994) Service
memberikan pelatihan berupa peningkatan management for Competitive Advantage,
kualitas layanan dan bantuan pada dimensi yang McGraw Hill, Singapore
dianggap lemah. Gaspersz, Vincent, 1997, Manajemen Kualitas Dalam
Industri Jasa, penerbit PT. Gramedia Pustaka
DAFTAR PUSTAKA Utama.
Al Rasyid, Harun, 1994, Teknik Penarikan Sampel Dan Gaspersz, Vincent, 1997, Membangun Tujuh kebiasaan
Penyusunan Skala, Program Pasca Sarjana Kualitas, penerbit PT. Gramedia Pustaka
Universitas Padjajaran, Bandung. Utama.
Andaleeb, SS & Basu AK, 1994, Tecnical Compexcity Gaspersz, Vincent, 2001, Total Quality Management,
and Consumer Knowledge as Moderator of Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama.
Service Quality Evaluation in Outomobile
10

Guinta, LR and Praizler NC, 1993, The QFD Book, Sitepu, Nirwana K, 1994, Analisis Jalur, UPT jurusan
AMACOM Books, New York Statistik, Universitas Padjajaran Bandung.
Hardjoseodarmo, 1996 , Bacaan Terpilih Tentang TQM, Sugiyono, 1999, Metode Penelitian Bisnis, Penerbit CV.
Penerbit Andi Offset, Yogyakarta. Alfabeta, Bandung
Haug, Peter and Ken S Kelemen August, 1996, Tjiptono, Fandi 1997, Manajemen Jasa, Penerbit Andi,
Introduction Of TQM in to The Process Yogyakarta.
Teaching Management : A Discussion Of Initial Tjiptono, Fandi dan Anastasia Diana, 2001, Total
Application , Journal of management, vol 20 Quality Management, Penerbit Andi,
no.3 Yogyakarta.
Hauser JR and D. Clausing, 1998, The House Of
Quality, Harvard Bussiness Review, May-Juni.
Hebert JF, Dellane SA, Bass, EB (1995) TQM in the
Bussiness School, Quality Progress, January, 25-
27
Heizer, Jay and Barry Render, 2001, Operations
Management, sixth edition, Prentice Hall, New
Jersey, USA.
Hermawanto, 2001, Materi Kuliah Manajemen
Operasional, Program Pasca Sarjana Universitas
Airlangga.
Hunter MR and RD Van Landingham ,1994, Listening
To The Cusromer Using QFD, Journal Quality
Progress 27 (April) 55-59
Kim, Kwang Jae dan, Jong Seok Shin, 2000, Effect And
Choice Of Weighting In QFD, Journal of
Engineering Quality 12(3)
Kotler, Phillip, 1997, Manajemen Pemasaran : Analisis
Perencanaan Implementasi an Kontrol ,
Terjemahan, Penerbit Preshallindo, Jakarta.
Nasution, 2001, Manajemen Mutu Terpadu, Penerbit
Ghalia Indonesia, Jakarta.
Noori, Hamid and Russel Radford, 1995, Production
And Operation Management : Total Quality And
Responsiveness, Internation Edition. Mc.Graw
Hill Inc.
Ouyang, Sheng at al, 2000, Quality Function
Deployment, Department of Computer Science
University of Calgary, Canada.
www.uc.calgary.ca
Parasuraman.A, Barry,LL & Zeithaml ,1988,
Reassessment Of Expectations As Acomparison
Standard In Measuring Service Quality :
Implication For Future Research, Journal of
Marketing, 58(1) 111-124
Parasuraman.A, Barry,LL & Zeithaml ,1988,
Reassessment Of Expectations As Acomparison
Standard In Measuring Service Quality :
Implication For Future Research, Journal of
Marketing, 58(1) 111-124
Rakhmad, Jalauddin,1999, Metode Penelitian
Komunikasi, penerbit Remadja Rosdakarya,
Bandung.
Sekaran, Uma, 1992, Research Method For Bussiness :
A Skill Building Approach, Second Edition,
John Wiley & Son Inc, New York.

Anda mungkin juga menyukai