PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara berkembang sehingga sektor pembangunan
pendidikan sangat penting dalam upaya peningkatan sumber daya manusia dalam
rangka menuju kesuksean dan kesejahteraan masyarakat indonesia berdasarkan
pancasila. Dalam rangka pembangunan nasional tersebut, tenaga kependidikan
mempunyai peranan penting sebagai pelaku pembangunan dan dituntut berperan
aktiI bersama masyarakat dalam upaya menuju perbaikan dan peningkatan taraI
hidup bangsa dengan jalan meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
Penyediaan sarana pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting,
dimana pada dasarnya permasalahan pendidikan yang dihadapi adalah masalah
proses pelaskanaan pendidikan. Masalah ini tidak sepenuhnya dibebankan kapada
pihak pemerintah saja akan tetapi juga dibebankan pada pihak swasta yang dapat
menyelenggarakan pendidikan, khususnya untuk tingkat sekolah menengah atas.
Dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 27 ayat (2) dikatakan bahwa:
'tiap warga Negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan. Ini menunjukan bahwa sebagai warga negara Indonesia berhak
atas pekerjaan yang sesuai dengan keahlian dan dengan pekerjaan tersebut akan
mendapatkan upah yang layak bagi kehidupan bermasyarakat.
Dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup manusia, manusia dituntut
untuk bekerja sehingga dari pekerjaan yang dilakukannya, seseorang mendapatkan
penghasilan yang layak untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Oleh karena itu
imbalan dari pekerjaan itu dapat meningkatkan mutu dan kualitas kehidupan serta
memberikan kepuasan pada dirinya.
Sekolah swasta dalam penyelenggaraan pendidikannya mempekerjakan
seseorang maupun sekelompok orang. Supaya terwujud suatu kegiatan usaha
maka akan dibuat suatu perjanjian kerja antara penyelenggara dan para
pekerjanya, baik perjanjian kerja waktu tertentu maupun perjanjian waktu tidak
tertentu.
Perjanjian kerja sebagai sarana pendahulu (sebelum) berlangsungnya
hubungan kerja, haruslah diwujudkan sebaik-baiknya, dalam arti mencerminkan
keadilan baik bagi pengusaha maupun bagi buruh, karena keduanya akan terlibat
dalam hubungan kerja.
1
Dalam hal perjanjian kerja terdapat suatu unsur-unsur yang ditentukan,
sehingga dapat dikategorikan sebagai pekerjaan yang dapat diperjanjikan dalam
perjanjian kerja waktu tertentu atau perjanjian kerja waktu tidak tertentu.
Pemerintah memIasilitasi hal ini sehingga adanya kejelasan hubungan antara
pekerja dengan pengusaha dan tidak ada yang dirugikan satu sama lain.
Pembentukan suatu perjanjian kerja, harus memenuhi syarat-syarat tertentu
mengenai orang-orangnya, mengenai isinya dan kadang-kadang menganai
bentuknya yang tertentu.
2
Seperti diatas telah dikatakan, perjanjian kerja adalah perjanjian dimana
pihak kesatu, pekerja, mengikatkan diri untuk bekerja dengan menerima upah dan
1
G. Kartasapoetra dkk, Hukum Perburuhan Di Indonesia Berdasarkan Pancasila, Sinar GraIika,
Jakarta, 1985, Hal 56
2
Imam Soepomo, Hukum Perburuhan Bidang Hubungan Kerfa, Djambatan, Jakarta, 1987, Hal
51
pihak lainnya, majikan, yang mengikatkan diri untuk mempekerjakan pekerja itu
dengan membayar upah.
3
Permasalahan ketenagakerjaan seiring dengan perkembangan
perekonomian setiap tahunnya menjadi sorotan pemerintah, hal ini dikarenakan
sering terjadinya ketidak sesuaian antara peraktek dengan peraturan yang ada.
Wujud perhatian pemerintah yaitu dengan dikeluarkannya Undang-
Undang No.13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, sebagai pengganti
peraturan perundang-undangan dibidang ketenagakerjaan yang telah ada
sebelumnya yaitu Undang-Undang No.25 Tahun 1997 Tentang Ketenagakerjaan
yang dinilai sudah tidak sesuai lagi dengan kemajuan perkembangan
permasakahan ketenagakerjaan.
Seiring berkembangnya penyelenggara pendidikan swasta, pada saat ini
banyak bemunculan suatu Yayasn Pendidikan dimana dalam usahanya dalah
sebagai penyelenggara pendidikan untuk masyarakat. Pada dasarnya suatu
yayasan pendidikan dalam pelaksanaan perjanjian dengan para pekerja Guru
Honorer mempergunakan perjanjian kerja waktu tertentu (kontrak) dalam bentuk
Surat Keputusan Kepala Sekolah, padahal perjanjian kerja ini hanya utuk suatu
pekerjaan yang menurut jenis dan siIatnya atau kegiatan pekerjaannya akan
selesai dalam waktu tertentu yaitu, pekerjaan yang sekali selesai atau yang
sementara siIatnya, pekerjaan yang diperkirakan selesai dalam waktu yang tidak
lama, pekerjaan yang bersiIat musiman pekerjaan yang mengerjakan produk baru,
kegiatan baru percobaan dan penjajakan. Berdasarkan ketentuan tersebut, maka
3
Ibid
jelaslah bahwa perjanjian kerja untuk waktu tertentu tidak dapat diadakan untuk
pekerjaan yang bersiIat tetap.
Ketentuan ini ditegaskan pada Pasal 9 Keputusan Mentri Tenaga Kerja
Republik Indonesia Nomor 100/MEN/2004 yang menyatakan bahwa, perjanjian
kerja waktu tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 yaitu tentang perjanjian
kerja untuk produk baru, perjanjian kerja waktu tertentu hanya boleh diberlakukan
bagi pekerja/buruh yang melakukan pekerjaan diluar kegiatan atau di luar
pekerjaan yang biasa dilakukan perusahaan.
Yayasan Pendidikan Islam Al-Hikmah adalah suatu yayasan yang
bergerak di bidang pendidikan, yayasan ini merekrut guru untuk dipekerjakan di
yayasn itu sendiri. Dalam hal ini salah satu produk penyelenggara pendidikan
Madrasah Aliyah atau setara dengan Sekolah Menengah Atas.
Para guru honorer Madrasah Aliyah Al-Hikmah statusnya merupakan
pekerja dengan perjanjian kerja waktu tertentu (kontrak) dimana dalam Undang-
Undang Ketenagakerjaan PKWT ini adalah untuk pekerjaan tertentu Padahal
dalam pelaksanaannya para pekerjanya dipekerjakan sebagai Guru yang pada
dasarnya sebagai pekerjaan yang bersiIat tetap tidak bisa diketahui kapan
selesainya pekerjaan itu. Tentu ini tidak memenuhi seluruh kriteria suatu
pekerjaan yang dapat dimasukan pada perjanjian kerja waktu tertentu (kontrak).
Dalam ikatan dinas kepala sekolah diangka melalui Surat Keputusan Ketua
Yayasan begitu pula dengan pejabat sekolah lainnya, akan tetapi untuk para guru
honorer diangkat sebagai Guru Honorer sekolah melalui Surat Keputusan Kepala
sekolah. Surat Keputusan untuk guru honorer biasanya hanya mencantumkan
penyusun akan membahas mengenai perjanjian kerja yang diatur dalam Undang-
Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
Pengertian perjanjian kerja dalam Undang-Undang No. 13 Tahun 2003
Pasal 1 Angka 14 yakni:
perjanjian kerja adalah suatu perjanjian antara pekerja/buruh dan
pengusaha atau pemberi kerja yang memuat syarat-syarat kerja hak
dan kewajiban kedua belah pihak.
Selain pengertian normatiI Imam Soepomo berpendapat bahwa perjanjian
kerja adalah suatu perjanjian dimana pihak kesatu (buruh), mengikatkan diri untuk
bekerja dengan menerima upah dari pihak kedua yakni majikan, dan majikan
mengikatkan diri untuk memepekrjakan buruh dengan membayar upah.
9
Betuk pejanjian dapat secara lisan dan dapat pula secara tertulis. Akan
tetapi, beberapa jenis perjanjian tertentu hanya berlaku jika dibuat secara
tertulis.
10
Undang-Undang membagi perjanjian untuk melakukan suatu pekerjaan
dalam tiga macam:
a. Perjanjian untuk melakukan jasa-jasa tertentu
b. Perjanjian kerja/perburuhan, dan
c. Perjanjian pemborongan-pekerjaan.
11
Berdasarkan ketentuan beberapa pasal dalam Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata dapat diketahui ada 2 (dua) macam perjanjian kerja yaitu :
1. Perjanjian kerja waktu tertentu
2. Perjanjian kerja untuk waktu tidak tertentu
9
Lalu Husni, Op. Cit., Hal 22
10
S.B. Marsh and J. Soulsby, Hukum Perfanfian, PT Alumni, Bandung, 2006, Hal 95
11
Subekti, Aneka Perfanfian, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1995, Hal 57
G. Lokasi Penelitian
Untuk memeperoleh data yang diperlukan penulis mengadakan penelitian
di Yayasan Pendidikan Islam Al-Hikmah Bagian Madrasah Aliyah-Alhikmah Jl.
Raya Sumelap Kel Mugarsari Kec. Tamansari Kota Tasikmalaya.