Anda di halaman 1dari 16

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Bahasa dapat dimaknai sebagai suatu sistem tanda, baik lisan maupun tulisan dan merupakan sistem komunikasi antar manusia. Bahasa mencakup komunikasi non verbal dan komunikasi verbal serta dapat dipelajari secara teratur tergantung pada kematangan serta kesempatan belajar yang dimiliki seseorang, demikian juga bahasa merupakan landasan seorang anak untuk mempelajari halhal lain. Sebelum dia belajar pengetahuan-pengetahuan lain, dia perlu

menggunakan bahasa agar dapat memahami dengan baik . Anak akan dapat mengembangkan kemampuannya dalam bidang pengucapan bunyi, menulis, membaca yang sangat mendukung kemampuan keaksaraan di tingkat yang lebih tinggi.

B. Rumusan Masalah 1. 2. 3. Bagaimana keadaan anak dalam proses belajar bahasa? Bagaimana Prinsip-prinsip Belajar Bahasa? Bagaimana Hubungan antara bahasa dengan

kemampuan berpikir seorang anak?

BAB II PEMBAHASAN

KEMAMPUAN ANAK DALAM BELAJAR BAHASA

A. Anak dalam Proses Belajar Bahasa Menurut Chaer (2003:243) anak-anak yang masih berada dalam masa pekanya mudah untuk belajar bahasa. Berbeda dengan orang dewasa atau orang yang masa pekanya sudah lewat tidak akan mudah belajar bahasa lain. Apalagi mengganti bahasa yang sudah dinuranikannya dengan bahasa lain. Penfield yang telah mempelajari anak-anak Kanad yang menggunakan dua bahasa pernah mengatakan bahwa Otak anak kecil mempunyai kemampuan khusus untuk belajar bahasa, suatu kemampuan yang menurun dengan berjalannya waktu. Tak anak sifatnya kenyal dalam mempelajari bahasa, otak orang dewasa biasanya jauh di bahwa kemampuan otak anak. Misalnya: suatu ketika kita beserta anak-anak mendapat kesempatan tinggal di Inggris beberapa tahun lamanya. Kita segera melihat bahwa anak-anak dengan cepat bisa berbicara dengan bahasa Inggris tanpa banyak kesulitan. Sedangkan kita sendiri walaupun sangat cerdas dan mengikuti kursus bahasa Inggris, namun dengan susah payah baru bisa berbicara bahasa itu setelah sekian lama dan ogat asli tetap kedengaran. Menurut Penfield selama tahun-tahun pertama dari kehidupan anak, otaknya membentuk unit-unit bahasa yang mencatat segala sesuatu yang

didengarnya. Unit-unit ini saling berhubungan dengan sel-sel syaraf ain yang mengatur kegiatan motorik, berpikir, dan fungsi intelek lain. Setelah mur enam tahun dan lebih-lebih lagi setelah sembilan tahun anak menggunakan unit-unit bahasa ini sebagai dasar untuk memperkaya perbendaharaan kata-kata. Kata-kata baru ini diperoleh atas dasar unit-unit bahasa dan bunyi yang pernah dicatat di otaknya. Setelah umur sepuluh atau dua belas tahun, anak baru belajar bahasa kedua, ia harus menggunakan unit-unit bahasa yang sama yang telah dipelajarinya itu. Anak-anak remaja dan orang dewasa yang belajar bahasa asing menggunakan unit-unit bahasa yang telah terbentuk dalam otaknya sejak kecil. Mereka harus melakukan preoses terjemahan dalam otaknya, suatu proses Neurofisiologis yang oleh Penfield disebut Belajar secara tidak langsung. Anak-anak kecil yang belajar dengan cara ini, misalnya belajar bahasa Inggris dari guru yang berbahasa Indonesia juga harus melalui proses terjemahan ini. Tetapi anak-anak yang belajar bahasa kedua atau ketiga dari guru yang hanya berbicara bahasa tersebut, dalam konteks ini metode langsunga atau metode baru dapat membentuk unit-unit bahasa kedua dalam otaknya. Anak yang belajar dua atau tiga bahasa selama masa peka akan mengucapkan bahasa itu seperti logat gurunya. Bila dia belajar satu bahasa di sekolah, mendengar bahasa kedua dirumah mungkin bahasa ketiga didengar dari pengasuhnya, dengan tidak disadari dia telah belajar tiga bahasa sekaligus. Ia mengetahui bahwa dengan gurunya dia harus berbicara menggunakan bahasa

pertama, sedangkan dengan orang tuanya dia berbiacara menggunakan bahasa kedua. Pada usia tiga tahun dan enam tahun, (waktu terbaik untuk belajar bahasa kedua) anak hanya butuh mendengarkan bahasa atau suatu bahasa diucapkan dengan lancar, wajar, dan baik. Nenek atau kakek, orang tua, guru kelompok bermain, tetangga, atau pembantu rumah tangga bisa menajdi guru yang baik. Asalkan mereka hanya berbicara bahasa tersebut dengan si anak. Menurut Chaer (2003: 243), ada perbedaan antara hasil yang diperoleh anak-anak dengan orang dewasa. Anak-anak yang masih berada dalam masa kritis akan memperoleh hasil yang lebih baik dibandingkan dengan orang dewasa yang bahasa pertamanya sudah sangat ternuranikan sehingga mau tidak mau unsur bahasa pertamanya itu cukup mempengaruhi usahanya dalam belajar bahasa kedua. Yang kedua, tipe formal. Tipe ini berlangsung di dalam kelas dengan guru, materi dan alat-alat bantu belajar yang sudah dipersiapkan

B. Prinsip-prinsip Belajar Bahasa Dalam proses belajar-mengajar bahasa ada sejumlah variabel, baik bersifat linguistik maupun yang bersifat nonlinguistik, yang dapat menentukan keberhasilan proses belajar mengajar itu. Variabel-variabel itu bukan merupakan hal yang terlepas dan berdiri sendiri-sendiri, melainkan merupakan hal yang saling berhubungan, berkaitan, sehingga merupakan satu jaringan sistem

Keberhasilan belajar bahasa, yaitu yang disebut asas-asas belajar, yang dapat dikelompokkan menjadi asas-asas yang bersifat psikologis anak didik, dan yang bersifat materi linguistik. Asas-asas yang yang bersifat psikologis itu, antara lain adalah motivasi, pengalaman sendiri, keingintahuan, analisis sintesis dan pembedaan individual. 1. Motivasi lazim diartikan sebagai hal yang mendorong

seseorang untuk berbuat sesuatu. Maka untuk berhasilnya pengajaran bahasa, murid-murid sudah harus dibimbing agar memiliki dorongan untuk belajar. Jika mereka mempunyai dorongan untuk belajar. Tanpa adanya kemauan, tak mungkin tujuan belajar dapat dicapai. Jadi, sebelum proses belajar mengajar dimulai, atau sebelum berlanjut terlalu jauh, sudah seharusnya murid-murid diarahkan. 2. Pengalaman sendiri atau apa yang dialami sendiri akan

lebih menarik dan berkesan daripada mengetahui dari orang, karena pengetahuan atau keterangan yang didapat dan dialami sendiri akan lebih baik daripada hanya mendengar keterangan guru. 3. Keingintahuan merupakan kodrat manusia yang dapat

menyebabkan manusia itu menjadi maju. Pada anak-anak usia sekolah rasa keingintahuan itu sangat besar. Rasa keingintahuan ini dapat dikembangkan dengan memberi kesempatan bertanya dengan meneliti apa saja. 4. Pemecahan masalah

Seorang yang belajar, misalnya belajar bahasa tidak dapat dipisahkan dengan berbagai macam masalah. Jadi diperlukan kekritisan seseorang tersebut dalam menghadapi masalah itu dalam mengembangkan pengetahuan, pengalaman dan sikap 5. Berpikir anaitis-sintesis Dalam memecahkan masalah akibat memiliki sifat dan sikap kritis maka perlu dikembangkan cara berpikir analitis dan sitensis. Berpikir secara anbalitis adalah berusaha mengenal sesuatu dengan cara mengenal ciri-ciri atau unsur-unsur yang ada pada sesuatu itu 6. Perbedaan Individual Keberhasilan pengajaran bahasa juga harus memperhatikan adanya perbedaan-perbedaan individual. Sudah menjadi kodratnya baha anak didik yang kita hadapi tidak mempunyai kematangan berpikir, kemampuan berbahasa, dan tingkat intelegensi yang sama Sedangkan prinsip-prinsip belajar bersifat linguistik, seperti yang

dirumuskan Chaer dan Leonie (2004 : 206) sebagai berikut : 1. Mudah menuju susah, Mudah menuju sukar,

maksudnya pemberian materi harus dimulai dari yang mudah baru kemudian diikuti dengan yang sukar atau yang lebih sukar 2. Sederhana menuju kompleks, Sederhana menuju

kompleks, maksudnya bahan pelajaran harus dimulai dari yang sederhana, baru kemudian diikuti dengan yang kompleks

3.

Dekat menuju jauh, Dekat menuju jauh, maksudnya

pemberian materi pelajaran harus dimulai dari yang ada di dekat anak didik, baru kemudian secara berangsur-angsur menuju yang agak jauh atau yang jauh 4. Pola menuju unsur, Pola menuju unsur, maksudnya

materi bahasa yang diberikan mula-mula harus yang berupa satu kebulatan; sesuadh itu baru diberikan unsur-unsur dari kebulatan itu. 5. 6. 7. Penggunaan menuju pengetahuan Masalah Bukan Kebiasaan Kenyataan bukan buatan

C. Perbedaan Kemampuan Anak dalam Belajar Bahasa Setiap anak mempunyai perbedaan baik dari segi kematangan berpikir, kemampuan berbahasa, maupun tingkat intelegensi. Oleh karena itu, kemampuan anak tidak sama dalam berbicara, mendengarkan, membaca, ataupu menulis. Bisa jadi seorang anak pandai berbicara tetapi belum tentu ia mampu menuangkannya dalam bentuk tulisan. Atau seorang anak pandai menuliskan ide, gagasan atau pikirannya, tetapi belum tentu ia sanggup menyampaikannya dengan kata-kata. Dari sekian banyak orator-orator ulung, ada di antaranya, yang mempunyai seorang asisten (juru tulis) yang selalu mendapingnya, untuk membantu menuliskan ide, gagasan, atau pikirannya).

Ada sejumlah faktor yang menyebabkan perbedaan itu. Jika dilakukan analisa terhadap sejumlah faktor perbedaan kemampuan anak dalam belajar bahasa itu maka secara umu ada dua faktor yang menjadi penyebabnya, yaitu faktor internal dan faktor iksternal anak . faktor internal anak adalah umur anak, kondisi fisik anak, kesehatan anak, dan inteligensi. Faktor eksternal anak adalah status sosial ekonomi keluarga, hubungan keluarga, lingkungan masyarakat, dan bahasa pertama. Untuk memudahkan pemahaman, semua faktor-faktor tersebut akan diuraikan satu demi satu dibawah ini. 1. Umur anak Semakin bertambah umur anak semakin matang pertumbuhan fisiknya, bertambah pengalaman, dan meningkat kebutuhannya. Kemampuan berbahasa anak akan berkembang sejalan dengan pertambahan pengalaman dan kebutuhannya. Kematangan fisik dengan semakin sempurnanya pertumbuhan orang berbicara, kerja otot-otot untuk melakukan gerakangerakan dan isyarat berpotensi bagi anak untuk berbicara 2. Kondisi Fisik kondisi fisik dimaksudkan di sini adalah suatu keadaa, di mana fungsigunsi biologis pendukung seperti telinga, mata, dan organ suara dalam keadaan baik. 3. Kesehatan

Anak yang sehat, gizinya cukup, kemampuan perkembangan bahasanya lebih baik dari pada anak pada usia awal kehidupannya mengalami gangguan dalam kesehatan.

4.

Intelegensi Seorang anak dengan anak yang lain tentu saja mempunyai tingkat

inteligensi yang berbeda. Anak yang perkembangannya bahasanya cepat, pada umumnya memiliki inteligensi normal atau diatas normal 5. Status sosial ekonomi keluarga Beberapa studi tentang hubungan antara perkembangan bahasa dengan status sosial beberapa keluarga, menunjukkan bahwa anak yang berasal dari keluarga miskin mengalami kelambatan dalamperkembangan bahasanya dibandingkan dengan anak yang berasal dari keluarga yang lebih baik. Kondisi ini terjadi mungkin disebabkan oleh perbeadan kecerdasan atau

kesempatan belajar (keluarga miskin diduga kurang memperhatikan perkembangan bahasa anaknya) atau kedua-duanya.

6.

Hubungan keluarga Hubungan disini dimaknai sebagai proses pengalaman berinteraksi dan

berkomunikasi dengan lingkungan keluarga, terutama dengan orang tua yang mengajar, melatih, dan memberikan contoh berbahasa kepada anak. 7. Kondisi Lingkungan

Perkembangan potensi berbahasa anak dipengaruhi oleh faktor lingkungan karena kekayaan lingkungan merupakan pendukung bagi perkembangan peristilahan yang sebagian beasr dicapai dengan meniru sesuai dengan apa yang anak dengar, lihat, dan yang anak hayati dalam kehidupannya sehari-hari. 8. Bahasa Pertama Menurut Caher (2003: 256) para pakar pembelajaran bahasa kedua pada umumnya percaya bahwa bahasa pertama (bahasa ibu atau bahasa yang lebih dahulu diperoleh). Mempunyai pengaruh terhadp penguasaan bahasa kedua (Elis, 1986:19).

D. Hubungan Kemampuan Berbahasa dengan Kemampuan Berpikir dan Belajar Pemikiran para ahli tentang proses berfikir : Proses berfikir merupakan pemrosesan informasi yang berlangsung selama munculnya rangsangan sampai munculnya respon/tanggapan. (Morgan, 1989). Pada setiap individu, mereka berfikir dengan menggunakan simbol simbol yang memiliki makna atau arti tertentu.(Glover, 1987). Aktivitas berfikir individu sebenarnya dibantu dengan menggunakan simbol simbol verbal dan hukum tata bahasa untuk menggabungkan kata kata menjadi suatu kalimat yang bermakna. (Morgan, 1980).

10

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan Pada usia tiga tahun dan enam tahun, (waktu terbaik untuk belajar bahasa kedua) anak hanya butuh mendengarkan bahasa atau suatu bahasa diucapkan dengan lancar, wajar, dan baik. Nenek atau kakek, orang tua, guru kelompok bermain, tetangga, atau pembantu rumah tangga bisa menajdi guru yang baik. Asalkan mereka hanya berbicara bahasa tersebut dengan si anak. Seorang yang belajar, misalnya belajar bahasa tidak dapat dipisahkan dengan berbagai macam masalah. Jadi diperlukan kekritisan seseorang tersebut dalam menghadapi masalah itu dalam mengembangkan pengetahuan, pengalaman dan sikap. Proses berfikir merupakan pemrosesan informasi yang berlangsung selama munculnya rangsangan sampai munculnya respon/tanggapan.

B. Kritik dan Saran Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan baik dari penulisan maupun dari materi yang disajikan. Oleh Karena itu, dengan kerendahan hati penulis

11

mengharapkan kritik dan saran baik dari dosen pembimbing maupun dari pembaca yang budiman. Atas kritik dan saran nantinya kami ucapkan terima kasih. KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb Segala puji syukur hanya untuk Allah SWT. Yang telah memberikan taufik dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Sholawat dan salam senantiasa dicurahkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW dan segenap keluarganya serta orang-orang yang meneruskan risalahnya sampai akhir zaman. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah. Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kebaikan makalah ini sangat diharapkan dari para pembaca. Akhir kata, semoga karya tulis sederhana ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Wassalamualaikum Wr.Wb

Bengkulu, November 2011

Penulis

12

DAFTAR ISI

i Purwo, Bambang Kaswanti. (1990), Pertemuan Linguistik Lembaga Bahasa Atma Jaya 3, Universitas Atma Jaya, Jakarta Santrock, John W. (1995) Life Span Development (Edisi Kelima), University of Texas, Dallas http://www.sekolahrumah.com/index.php? option=com_content&task=view&id=1030&Itemid=203

13

MAKALAH
PSIKLOGI BELAJAR Kemampuan Anak dalam Belajar Bahasa

Disusun Oleh Lismi Juniarti Joko Murtopo Fitriani Dosen Pembimbing Dra. Rosma Hartini, SamS.,M.Pd

PRODI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

JURUSAN TARBIYAH

14

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) BENGKULU 2011

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL KATA PENGANTAR.............................................................................................. ....................................................................................................................................i DAFTAR ISI............................................................................................................. ....................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN A...........................................................................................................................Lat ar Belakang........................................................................................................... ..............................................................................................................................1 B...........................................................................................................................Ru musan Masalah..................................................................................................... ..............................................................................................................................1

15

BAB II PEMBAHASAN A. Anak dalam Proses Belajar Bahasa................................................................ 2 B. Prinip-Prinsip Belajar Bahasa ....................................................................... 4 C. Perbedaan Kemampuan Anak dalam Belajar Bahasa.................................... 7 D. Hubungan Kemampuan Berbahasa dengan Kemampuan Berpikir dan Belajar ........................................................................................................................10

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan........................................................................................ 11 B. Kritik dan Saran................................................................................. 11

DAFTAR PUSTAKA

ii

16 ii

Anda mungkin juga menyukai