Anda di halaman 1dari 12

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah Apapun yang dilakukan praktisi,seorang menejer,daI Jurnalis tentunnya untuk menumbuhkan ,memulihkan kepercayaan ,membangun citra pada dasranya adalah upanya mempengaruhi pikiran public .Efek yang sangat diharapkan adalah adanya perubahan pikiran perilaku seorang mad,u khususnya bagi seorang daI atau seorang Juru dakwah terlebih dengan perubahan dunia yang semakin pesat dan terus canggih seorang daI juga harus dapat memanfaatkan tehnologi yang ada jika seorang dai /juru dakwah tidak mengenal bahkan menguasai maka dapat dipastikan dakwah yang dilakukan kurang maksimal. Peradaban masa kini sering disebut sebagai peradaban masyarakat informasi. Informasi menjadi suatu komoditi primer bahkan sumber kekuasaan. Informasi dapat dijadikan alat untuk membentuk pendapat publik (public opinion) yang mempengaruhi dan mengendalikan pikiran, sikap, dan perilaku manusia. Hingga pada akhirnya, muncul sebuah anggapan bahwa sumber baru kekuasaan saat ini adalah informasi di tangan banyak orang (the new source of power is information in the hand of many), dan siapa yang menguasai media massa maka dialah pengendali atau penguasa dunia. Tak heran jika sarana atau media informasi terus berkembang begitu pesat demi meraih kepentingan di atas. Media-media tersebut hadir merepresentasikan maksud, tujuan, dan target-target tertentu. Bagi khalayak ramai, kehadiran sebuah informasi tentu bisa menjadi sesuatu yang positif namun juga sebaliknya. Informasi terkadang membuat seseorang bergerak secara gegabah tanpa terlebih dahulu melakukan proses tabayyun yang cukup. Persoalannya menjadi semakin rumit ketia sebuah informasi atau berita negatif mendapatkan tempatnya di benak pembaca, mempengaruhi dan mengendalikan gerak serta prilaku mereka. Inilah yang menjadi dasar analisa Lippmann. Menurut Lippmann, masyarakat menerima

fakta bukan sebagaimana adanya, akan tetapi apa yang mereka anggap sebagai fakta; kenyataan fatamorgana atau lingkungan palsu. Distorsi-distorsi tidak hanya datang dari faktor emosional dan kebutuhan ego saja, tetapi juga dari stereotip-stereotip, gambaran yang kita miliki tentang para tokoh figur publik, dan produk benda-benda. Sejatinya, penggunaan media informasi sebagai alat komunikasi dapat dikategorikan ke dalam lima bagian; alat penerangan massa, alat pendidikan massa, alat mempengaruhi massa, alat hiburan, dan digunakan perorangan atau kelompok. Pada pembahasan ini, persoalan media sebagai alat untuk mempengaruhi massa lebih dominan. Bahkan ia mampu mencakup secara umum. Proses mempengaruhi masa justeru dapat dilakukan melalui penerangan, edukasi, hiburan atau sebuah kelompok atau orang tertentu. B.Rumusan Masalah Dari kajian buku ini paling tidak penyusun dapat menambah ilmu yang ada sebagai suplemen dalam perkuliahan .Selain itu secara spesifik mahasiswa dapat: 1. Mengerti apa yang dimaksud Metode dakwah Bil qalam atau Jurnalistik dalam islam ? 2. Mengetahui apa kaitanya Pres dan Jurnalis ,mengetahui apa peluang sukses berdakwah karena dengan menggunakan manejeman lebih tertata? serta dapat mengimplementasikan dalam kehidupan berbangsa ,dan bermasayarakat C. Tujuan 1. Untuk mengetahui metode dakwah bil qalam atau jurnalistik 2. Untuk memenuhi tugas mata kuliah yang bersangkutan

BAB II PEMBAHASAN

A. Pers dalam Islam (Dakwah Bil Qalam) Jurnalistik Islami dapat dimaknakan sebagai suatu proses meliput, mengolah, dan menyebarluaskan berbagai peristiwa dengan muatan nilai-nilai Islam, khususnya yang menyangkut agama dan umat Islam kepada khalayak, serta berbagai pandangan dengan perspektif ajaran Islam. Dapat juga jurnalistik Islam dimaknakan sebagai proses pemberitaan atau pelaporan tentang berbagai hal yang sarat dengan muatan dan sosialisasi nilai- nilai Islam. Jurnalistik Islami bisa dikatakan sebagai crusade journalism, yaitu jurnalistik yang memperjuangkan nilai-nilai tertentu, yakni nilai-nilai Islam. Jurnalistik Islami mengemban misi amar ma'ruf nahyi munkar (Q.S. 3:104). Jadi, jurnalistik Islami adalah upaya dakwah Islamiyah juga. Karena jurnalistik Islami bermisi amar maruf nahyi munkar, maka ciri khas jurnalistik Islami adalah menyebarluaskan informasi tentang perintah dan larangan Allah SWT. Ia berpesan (memberikan message) dan berusaha keras untuk mempengaruhi komunikan/khalayak, agar berperilaku sesuai dengan ajaran Islam. Jurnalistik Islami tentu saja menghindari gambar-gambar ataupun ungkapanungkapan pornografis, menjauhkan promosi kemaksiatan, atau hal-hal yang bertentangan dengan syariat Islam, seperti fitnah, pemutarbalikkan fakta, berita bohong, mendukung kemunkaran, dan sebagainya. Jurnalistik Islami harus mampu mempengaruhi khalayak agar menjauhi kemaksiatan, perilaku destruktif, dan menawarkan solusi Islami atas setiap masalah. Karena jurnalistik Islami adalah jurnalistik dakwah, setiap jurnalis (wartawan) Muslim berkewajiban menjadikan jurnalistik Islami sebagai ideologi dalam profesinya. Baik jurnalis Muslim yang bekerja pada media massa umum maupun

pada media massa Islam. Karena dakwah memang merupakan kewajiban melekat dalam diri setiap Muslim. B. Urgensi Manajemen Pres Dakwah Manajeman ialah suatu proses atau kerangka kerja ,yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang orang kearah tujuan tujuan atau maksud maksud yang nyata.Manajemen adalah suatu kegiatan ,pelaksanaanya adalah managingsedang pelaksanaya adalah menejer jika terkait dengan dakwah maka manajernya adalah daI.Manajemen mempunyai tujuan tertentu dan tidak dapat diraba ,ia berusaha untuk mencapai hasil-hasil tertentu yang biasanya diungkapkan dengan istilah-istilah objectives atau hal hal yang nyata.Mungkin manajemen dapat digambarkan sebagai tidak nyata ,karena tidak dapat dilihat ,tetapi hanya terbukti oleh hasi-hasil yang ditimbulkannyaotput atau hasil kerja memedai { perubahan ,perkembangan madu }. Manajemen menurut G.R Terry Manejeman adalah usaha-usaha untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan lebih dahulu dengan mempergunakan kegiatan orang lain ,buku :Principles of management. Menurut Jhon D Milllett dalam bukunya management The Publik ialah proses pembimbibingan pengarahan serta pemberiaan fasilitas kerja kepada orang orang yang diorganisir dalam kelompok kelompok jurnal untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan . Sedangkan Manejement (managing) pres ialah Mengatur segala komponen pres /baik media masa ,radio, televisi,internet dalam sebuah formasi dan aturan langkah sehingga ia lebih efektif untuk mencapai sasaran yang diinginkan . Berkomunikasi dengan perantara media masa membutuhkan kiat-kiat tersendiri ,konfrensi pres atau atau pengiriman siaran pres ( pres realis ) belum menjamin terwujudnya komunikasi yang efektif dengan public tertentu./antara daI dengan madu sebagai juru dakwah.untuk mencegah pemborosan energi dan kata-kata ,seorang juru dakwah memerlukan ponggunaan media pres tak kalah pentingnya

dengan

menerapkan

planning,organizing,dan

controlling

( Fid back).

Dakwah sendiri ialah Upaya mengajak: Kegiatan mengajak, mendorong dan memotivasi, orang lain untuk meniti dan berjuang ke jalan Allah. Tugas dan kewajiban para dai sungguh berat sesuai dengan kadar tanggung jawabnya. Mereka para pemelihara nilai-nilai akhlak dan suluk serta pemantau sikap dan tindak tanduk masyarakat . Juga sebagai cermin bagi kaum muslim untuk melihat dirinya. Dalam rangka ini, maka harus ada seleksi secara ketat bagi orang yang akan menerjuni bidang dakwah ini, karena dai tidak cukup alim saja, atau Cuma pandai pidato atau cukup seorang yang lemah lembut, lincah dan terampil saja. Tetapi ia harus memiliki juga sifat-sifat lain, diantaranya. Manajemen Pres Dakwah sendiri ialah Proses atau kerangka kerja sebuah pres (media masa ,cetak ,maupun elektronik, terkait dengan metode dakwah dalam rangka memanfaatkan dakwah melalui pres sehingga dakwah yang dicapai lebih efektif dan tepat sasaran ,dengan memanfaatkan unsure unsure dakwah yang telah di menej ( dakwah melalui media masa. C. Pers dan Jurnalistik Pers. Istilah pers berasal dari bahasa Belanda yang dalam bahasa Inggris artinya press. Secara harfiah pers berarti cetak dan secara maknawiah berarti penyiaran secara tercetak atau publikasi secara dicetak (printed publications). Pers juga dapat difahami sebagai sebuah kegiatan publikasi yang meggunakan media cetak seperti surat kabar, majalah dan jenis media cetak lainnya. Dalam perkembangannya pers mempunyai dua pengertian, yakni pers dalam pengertian luas dan pers dalam arti sempit. Pers dalam arti luas meliputi segala penerbitan, bahkan termasuk media elektronik, radio siaran, dan televisi siaran. Sedangkan pers dalam arti sempit hanya terbatas pada media massa cetak yaitu surat kabar, majalah, buletin dan yang semisalnya. Kenyataan bahwa radio dan televise termasuk dalam lingkup pers ialah jika diadakan jumpa pers (press confrerence) maka yang datang untuk meliput adalah semua media.

Ada anggapan kurang tepat dikalangan akademisi bahwa jurnalistik sama dengan pers atau keduanya bisa dipertukarkan. Sesungguhnya tidak demikian, karena jurnalistik menunjukkan kepada proses kegiatan sedang pers berhubungan dengan media. Secara etimologi jurnalistik berasal dari bahasa Perancis; journ (catatan/laporan harian) yang secara sederhana diartikan sebagai kegiatan pencatatan atau pelaporan setiap hari. Dengan demikian, jika digabungkan kedua istilah diatas dengan sebutan umum jurnalistik pers maka artinya adalah proses kegiatan mencari, menggali, mengumpulkan, mengolah, memuat, dan menyebarkan berita melalui media berkala pers yaitu surat kabar, tabloid atau majalah kepada khalayak seluas-luasnya dengan secepat-cepatnya. Pada dasarnya, jurnalistik juga dapat dibedakan ke dalam beberapa bentuk. Diantara bentuk-bentuk Jurnalistik tersebut diantaranya; Jurnalistik Media Cetak (newspaper and magazine journalism) meliputi jurnalistik surat kabar harian, mingguan, tabloid harian, tabloid mingguan, dan majalah. Selain itu terdapat pula, Jurnalistik Media Elektronik Auditif (radio broadcast journalism) yaitu yang berkaitan dengan kegiatan radio siaran. Terakhir adalah Jurnalistik Media Audiovisual (television journalism) yang berkatian dengan televisi siaran atau jurnalistik media on line (internet). Khusus jurnalistik di wilayah media cetak, maka ia dipengaruhi oleh dua faktor utama yakni faktor verbal dan visual. Faktor verbal sangat menekankan pada kemampuan kita memilih dan menyusun kata dalam rangkaian kalimat dan paragrap yang efektif dan komunikatif. Sementara faktor visual, menunjukkan pada kemampuan kita dalam menata, menempatkan, mendesain tata letak atau hal-hal yang menyangkut segi perwajahan. Antara kedua faktor ini tak dapat dipisahkan. Informasi atau pesan yang dikemas dengan gaya bahasa menarik akan menimbulkan efek yang jauh lebih besar jika mendapatkan desain yang menarik pula. Kembali kepada persoalan pers. Secara umum pers adalah lembaga kemasyarakatan (social institution). Sebagai lembaga kemasyarakatan pers merupakan subsistem kemasyarakatan tempat ia berada bersama-sama dengan

subsistem lainnya. Dengan demikian maka pers tidak hidup secara mandiri tetapi mepengaruhi dan dipengaruhi oleh lembaga-lembaga kemasyarakatan lainnya. Hal ini secara tidak langsung karena pers lahir dalam sebuah ruangan waktu yang tidak kosong. Artinya, founding pers di setiap lembaga pers adalah manusiamanusia yang memiliki dan meyakini akan sebuah nilai dan misi tertentu dalam aktifitasnya. Hingga saat ini pers tetap dianggap sebagai the fourth estate setelah tiga lembaga kekuasaan lainnnya yang berputar dalam pemerintahan; eksekutif, legislative, dan yudikatif. Tiga lembaga ini mampu mengendalikan masa karena kekuasaan formalnya, sedangkan pers mampu mempengaruhi masa karena daya persuasinya yang kuat dan pengaruhnya yang besar kepada masyarakat. Menurut Graber hal ini terjadi karena media mampu menawarkan model-model perilaku. Dalam skala jangkauan yang luas, maka pers media cetak khususnya dapat menggerakkan manusia untuk melakukan sesuatu dan berbuat untuk sesuatu. Keresahan Napoleon Bonaparte adalah contohnya. Di masanya, ia harus mengekang dan menyensor sejumlah media massa dan mengurangi jumlah media dari 13 menjadi 4 saja plus larangan mengkritik pemerintah. Ia juga membunuh lebih dari 70 jurnalis dengan hukuman penggal guillotine hanya karena persoalan ketidakcocokan pemberitaan. Kebencian Nazi terhadap bangsa Yahudi juga terlihat begitu besar salah satunya adalah sebab keberhasilan surat kabar Der Stuemmer pada penerbitan Mei 1934 ketika menunjukkan darah orang-orang Jerman yang tak bersalah mengalir ke dalam piring-piring orang Yahudi. Kebencian yang berlarut-larut itu bahkan tetap diperingati hingga hari ini. Selanjutnya, pertanyaan yang mungkin muncul adalah sejauhmana sesungguhnya sebuah tulisan yang dimuat melalui kegiatan jurnalistik pers mampu memberikan efek kepada pembaca. Terlebih lagi jika efek tersebut mendorong banyak orang secara efektif untuk mensepakati sebuah wacana hingga kepada tingkat opini bersama. Hal ini dapat dijelaskan bila kita memahami proses komunikasi massa, antara sebuah penyampaian pesan dan efek pesan tersebut.

D. Hubungan Pres, Jurnalis, Dakwah dalam peluang Sukses berdakwah dan solusi solusinya. Baru-baru ini kita mengenal sebuah istilah baru dalam dunia jurnalisitk dengan sebutan; jurnalistik dawah atau jurnalistik Islami. Istilah yang dipopulerkan oleh Asep Syamsul M. Romly, dalam bukunya Jurnalistik Dakwah; Visi dan Misi Dakwah bil Qalam menjelaskan tentang sebuah keharusan dawah yang diorganisir lewat media tulis menulis seperti buku, surat kabar, majalah, dan lain-lain. Aktifitas jurnalistik yang dilakukan oleh seorang muslim seharusnya adalah aktifitas dawah itu sendiri. Oleh karenanya, Jurnalistik Islami dapat dirumuskan sebagai suatu proses meliput, mengolah, dan menyebarluaskan berbagai peristiwa dengan muatan nilai-nilai kebenaran yang sesuai dengan ajaran Islam, khususnya yang menyangkut agama dan umat Islam. Istilah lain yang kemudian dimunculkan adalah dawah bil qalam. Aep Kusnawan dalam bukunya Berdakwah Melalui Tulisan menyebutkan istilah itu dengan merujuk kepada setiap aktifitas yang berbasis penulisan di media apapun. Ia melihat bahwa dawah melalui tulisan merupakan bagian integral dari bidang kajian dakwah. Ia adalah salah satu unsur dakwah yaitu media dakwah. Karena ia merupakan media maka ukuran utama penggunaannya adalah keefektifan dan keefesienan. Semakin efektif dan efesien suatu media, maka ia akan semakin dipertimbangkan orang lain untuk menjadi pilihan. Oleh karena itulah tulisan dipandang sebagai sesuatu yang efektif untuk menyampaikan pesan dawah. Dalam ruang informasi yang begitu luas dimana era keterbukaan menjadi hal yang disepakati secara umum maka jurnalistik islami atau jurnalistik dawah harus memiliki eksistensi yang diandalkan. Hanya saja, problematika itulah yang kini sedang diidapi oleh kaum muslimin. Kebutuhan informasi masyarakat muslim belum diimbangi dengan lembaga informasi media yang mampu betulbetul memiliki keberpihakan terhadap agenda besar kaum muslimin. Sejumlah media yang eksis saat ini tak jarang cenderung menonjolkan eksistensi kelompok atau ormas tertentu. Demikian pula dengan para jurnalis muslimnya. Aktifitas

kerja yang mereka lakukan seringkali terikat dengan kepentingan lembaga tempat mereka berkerja. Secara tak langsung mereka telah larut dalam garis edar yang tak lagi merepresentasikan tugasnya sebagai wartawan muslim. Asep Samsul dalam bukunya yang lain Jurnalitsik Praktis menyebutkan setidaknya ada lima peranan yang harus dambil oleh seorang jurnalis muslim yaitu; 1. Sebagai pendidik (muaddib), yaitu menjelaskan fungsi edukasi yang Islami. 2. Sebagai pelurus informasi (musaddid). Setidaknya ada tiga hal yang harus diluruskan oleh jurnlais muslim. Pertama, informasi tentang ajaran dan umat Islam. Kedua, informasi tentang karya-karya atau prestasi umat Islam. Ketiga, lebih dari itu, jurnalis muslim dituntut untuk mampu menggali informasi kondisi umat Islam di seluruh penjuru dunia 3. Sebagai pembaharu (mujaddid). Yakni penyebar faham pembaharuan akan pemahaman dan pengamalan ajaran Islam. 4. Sebagai pemersatu (muwahhid). Yakni menjadi jembatan yang mempersatukan umat Islam. 5. Sebagai pejuang (mujahid). Yaitu jurnalis muslim yang memiliki ruh untuk memperjuangkan Islam dan membelanya. Melalui media massa jurnlais muslim berusaha keras untuk membentuk opini umum yang mendorong penegakan nilai-nilai Islam. Lima peran di atas jika dilakukan secara maksimal dipastikan akan banyak membantu roda informasi yang saat ini berbenturan terus menerus dengan peradaban kuffar. Di tangan jurnalis muslim ini pulalah, diharapkan terbentuk sebuah informasi yang mampu mendorong terciptanya opini publik berdasarkan pada informasi yang diferifikasi tidak hanya berdasarkan teori-teori jurnalistik dan mass media akan tetapi juga berdasarkan pandangan hidup (world view) Islam yang bersumber kepada al Quran dan as Sunnah. Oleh karena itu, visi dawah jurnalitik islami atau jurnalistik dawah adalah mempersempit ruang

gerak media-media berbasis ideologi kuffar yang memiliki kemampuan teknologi dan sumber daya manusia handal. Setidaknya, akan muncul konsumsi media yang berimbang di tengah-tengah masyarakat kita. Namun toh dalam kenyataaannya ulama kita belum banyak yang bergelut dengan media masa ,menulis lebih banyak menggunakan tablignya ( lisan ) dari pada menerbitkan sebuah buku mungkin 10 yang akan datang baru dapat terwujud ,sebenarnya dari beliau pandai, alim,keterbatasan lah jua kendalanya,menyesal sekali ini sebagai renungan dan tugas fardu ain hukumnya melaksanakan .Di negara kita sendiri belum memiliki satu wadah dakwah melaui media pres yang dapat mewakili sebagai sarana dakwah ada tetapi sifatnya hanya satu kelompok komunitas saja,kebanyak berorentasi pada keuntungan semata. Solusi-solusinya dengan memperbanyak kader- kader daI muda yang dilengkapi dengan keahlian Aiti dan wawasan moderen karena peluang dakwah lebih besar keberhasilanya menginggat perkembangan islam di luar negri persentase terbanyak tertarik melalui diskusi Tanya jawab dan penelitiaan.Umat islam harus bersatu menghilangkan perbedaan aliran dan mewujudkan persatuan pres yang dapat mewakili dakwah islam sediri sehingga informasi ,bimbingan , penyiaran islam dapat diakses secara mudah masih banyak solusi-solusi lainya.

10

BAB III PENUTUP A.Kesimpulan Dari analisis pembahasan diatas dapat tersimpul bahwa Manajemen pres dakwahsangat membatu dalam menambah suksesnya dakwah yang dilakukan oleh juru dakwah dalam menyebarkan ,memberi informasi tentang islam secara luas dan onlen,dengan manajemen kegiatan dakwah menjadi tertata terarah sehingga dapt memprediksi tujuan baik sifatnya jangka panjang maupun jangka pendek ,dengan klaborasi pres ,manajemen, dan dakwah seorang dai akan lebih efisien dalam berdakwah tidak terlalu membuang-buang tenaga,jangkauan dakwah lebih luas sehingga peluang lebih besar,selain dibutuhkan klharismatik seorang juru dakwah karena ia sebagai suri tauladan ,uswah hasanah bagi umat dalam berperilaku dan bersikap. B. Saran Taklupa kami sampaikan terimakasih atas berbagai fihak khususnya dosen pengampu yang senantiasa memberikan motifasi sehingga tugas ini dapat selesai walaupun masih ada beberapa yang perlu disempurnakan ,untuk itu saran dan kritik yang kontruktif demi kesempurnaan tugas ini selalu kami harapkan ,tak ada gading yang retak sama seperti manusia yang banyak kekurangan yang perlu adanya pembenahan agar dapat meminimalisir kekurangan tersebut,teman teman Akademik yang membantu pengumpulan data yang sehingga makaljh ini dapat terwujud tanpa ada sebuah sumbang suh dari teman-teman muskil makalah ini selesai.

11

DAFTAR PUSTAKA Ruslan ,rosadi(1995),Praktik dan Solusi Publik Relation dalam situasi Krisis dan pemulihan Citra. Indonesia: ,Ghalia M.Natsir. Fiqhud Dawah, Ramadhani, 2002.Prinsip dan Kode Etik Dakwah, Jakarta: Akademika Presindo File:///F;/ Kemerdekaan Pres dan Pencemaran Nama baik ,Dunia

Anggara,19/06/2010 Asep Syamsul M. Romly, Jurnalistik Dakwah; Visi dan Misi Dakwah bil Qalam, Bandung: Remadja Rosdakarya, 2003

iii 12

Anda mungkin juga menyukai