Anda di halaman 1dari 4

Tugas Sistem Persyarafan

Nama : Dian Ukhtiani


NIM : SR092030253
Kelas : III A/S1 R

1. #uang lingkup praktek gawat darurat pada system persarafan
a. Keperawatan gawat darurat merupakan pelayanan keperawatan yang diberikan
kepada, individu, keluarga/orang terdekat dan masyarakat yang diperkirakan atau
sedang mengalami keadaan yang mengancam kehidupan dan terjadi secara mendadak
dalam suatu lingkungan yang tidak dapat dikendalikan serta memberikan asuhan
keperawatan terhadap pasien gawat darurat. Gawat darurat bias dimana saja, entah
ketika terjadi di kecelakaan ataupun kejang di tempat umum, namun ruangan yang
menangani pasien dengan gawat darurat di rumah sakit yaitu UGD (unit gawat
darura), ICU (intensive care unit), ICCU (intensive cardiac care unit). Dalam
keperawatan kegawatan ada 2 istilah yang biasa digunakan yaitu:
O Intensive care/perawatan intensiI merupakan proses keperawatan yang
memerlukan pemantuan terus menerus.
O Critical care/Perawatan kritis dimana pasien berada dalam keadaan gawat.
Kedua jenis perawatan ini memerlukan :
Ruangan yang khusus
Alat/Iasilitas khusus
%enaga yang terlatih
b. Proses KGD meliputi Pengkajian, Perencanaan, Pelaksanaan, Evaluasi, Dokumentasi
c. Pertolongan penderita gawat darurat untuk mencegah kematian ataupun kecacatan.
Mati disini terbagi menjadi dua, yaitu mati klinis dan mati biologis. Mati klinis
merupakan keadaan pasien dengan otak kekurangan oksigen selama 6-8 menit, tejadi
gangguan Iungsi dan bersiIat reversible. Sedangkan mati biologis yaitu keadaan
pasien dengan otak kekurangan oksigen selama 8-10 menit, terjadi kerusakan sel dan
bersiIat irreversible.
d. Lingkup PPGD (Lingkup pertolongan gawat darurat secara umum) : Melakukan
Primary Survey, tanpa dukungan alat bantu diagnostik kemudian dilanjutkan dengan
Secondary Survey, Menggunakan tahapan ABCDE, resusitasi pada kasus dengan
henti napas dan henti jantung. Jadi, dalam kasus kecelakaan atau trauma apapun,
dahulukan penanganan airway management, breathing management, circulation
management, drug (deIibrillator, disability, DD/), EKG (exposure). %riage, tindakan
memilah-milah korban sesuai dengan tingkat kegawatannya untuk memperoleh
prioritas tindakan. %riage dan pengelompokan berdasar tagging :
O Prioritas Nol (Hitam) : Pasien mati atau cedera Iatal yang jelas dan tidak
mungkin diresusitasi.
O Prioritas Pertama (Merah) : Pasien cedera berat yang memerlukan penilaian
cepat serta tindakan medik dan transport segera untuk tetap hidup (misal :
gagal naIas, cedera torako-abdominal, cedera kepala atau maksilo-Iasial berat,
shok atau perdarahan berat, luka bakar berat).
O Prioritas Kedua (Kuning) : Pasien memerlukan bantuan, namun dengan cedera
yang kurang berat dan dipastikan tidak akan mengalami ancaman jiwa dalam
waktu dekat. Pasien mungkin mengalami cedera dalam jenis cakupan yang
luas (misal : cedera abdomen tanpa shok, cedera dada tanpa gangguan
respirasi, Iraktura mayor tanpa shok, cedera kepala atau tulang belakang leher
tidak berat, serta luka bakar ringan).
O Prioritas Ketiga (Hijau) : Pasien degan cedera minor yang tidak membutuhkan
stabilisasi segera, memerlukan bantuan pertama sederhana namun
memerlukan penilaian ulang berkala (cedera jaringan lunak, Iraktura dan
dislokasi ekstremitas, cedera maksilo-Iasial tanpa gangguan jalan naIas, serta
gawat darurat psikologis).
O Prioritas Keempat (Biru) yaitu kelompok korban dengan cedera atau penyaki
kritis dan berpotensi Iatal yang berarti tidak memerlukan tindakan dan
transportasi, dan Prioritas Kelima (Putih)yaitu kelompok yang sudah pasti
tewas.
Bila pada Retriage ditemukan perubahan kelas, ganti tag / label yang sesuai
dan pindahkan kekelompok sesuai.

2. %rauma critical care
a. %indakan-tindakan yag dilakukan pada paisien kritis :
%indakan pada jalan naIas, torak, kardiovaskular, lambung, renal, susunan saraI pusat.
Melakukan penilaian dan mengatasi pasien kritis, dengan melihat sejauh mana
kegawatdaruratan pasien dan yang lebih diutamakan menurut triage, itu yang
ditangani. Memonitoring pasien kritis di ICU seperti :
Monitoring suhu tubuh, tekanan darah, tekanan vena sentral, cardiac output, respirasi,
oksigen dan karbondioksida, urin, EKG, asam basa, elektrolit, pH intragastrik,
serebral dll.


b. Keluhan klinis pasien kritis :
Nyeri, nyeri abdomen, punggung dan dada, pusing, dispnea, disuri, nyeri kepala,
kejang dll

. Issue, legal dan etik dalam kegawatdaruratan medic
Issue yang bagi saya membingungkan adalah tentang Ienomena gray area, dimana terjadi
ketidakjelasan wewenang proIesi, baik pada bidang keperawatan, maupun pada proIesi
kesehatan lain masih sulit dihindari, terutama dalam keadaan 020703.. Dalam hal ini,
perawat yang 24 jam di samping pasien sering mengalami kedaruratan, sehingga
membuat perawat terpaksa melakukan tindakan medis yang di luar proIesinya atau di
luar wewenangnya. Fenomena ini sering terjadi di pukesmas atau di daerah-daerah
terpencil.
Berdasarkan hasil kajian (Depkes & UI, 2005) menunjukkan bahwa terdapat perawat
yang menetapkan diagnosis penyakit (92,6), membuat resep obat (93,1), melakukan
tindakan pengobatan di dalam maupun di luar gedung puskesmas (97,1), melakukan
pemeriksaan kehamilan (70,1), melakukan pertolongan persalinan (57,7),
melaksanakan tugas petugas kebersihan (78,8), dan melakuakan tugas administrasi
seperti bendahara, dll (63,6). Kenyataan tersebut tentunya dapat merugikan semua
pihak, Ienomena gray area atau pengalihan Iungsi yang menyebabkan pelayanan
kesehatan kurang maksimal yang dapat mengakibatkan marakny tuntutan hokum,
masyarakat akan menilai sebagai kegagalan pemberian pelayanan atau malpraktik ketika
terjadi hal yang merugikan terhadap pasien. Padahal perawat hanya melakukan daya
upaya sesuai disiplin ilmu keperawatan. Setiap proIesi telah ditentukan kode etiknya serta
kewajiban-kewajibannya yang merupakan batasan antar proIesi atau wewenang dan
kewjiban-kewajiban tenaga medis adalah hak pasien. Sangat terlihat tidak jelasnya
ketetapan hokum yang mengatur praktik keperawatan. RUU keperawatan yang belum
tersah kan oleh pemerintah pun menjadi hambatan bagi perawat proIessional untuk
melakukan tindakan yang dapat menjamin perlindungan terhadap masyarakat penerima
pelayanan asuhan keperawatan serta perawat sebagai pemberi pelayanan asuhan
keperawatan.
Kelak UU Keperawatan, sebagai badan independen yang bertanggungjawab langsung
kepada presiden, akan berIungsi mengatur sistem registrasi, lisensi, dan sertiIikasi praktik
dan pendidikan bagi proIesi keperawatan. Dengan adanya Undang-undang Keperawatan
maka akan terdapat jaminan terhadap mutu dan standar pelayanan keperawatan, di
samping sebagai perlindungan hukum bagipemberi dan penerima palayanan keperawatan.

Anda mungkin juga menyukai