Anda di halaman 1dari 12

A. Latar Belakang sejarah diberlakukannya Demokrasi 1erpimpin.

Di awali dari maklumat Hatta sebagai wakil presiden waktu itu, di mana dalam maklumat
tersebut menganjurkan perlunya pembentukan partai-partai, yang ternyata mendapat sambutan
luas hingga pada waktu itu lebih kurang 40 partai telah lahir di Indonesia, tetapi pada
kenyataannya dalam kondisi yang sedemikian, bukannya menambah suburnya sistem Demokrasi
di Indonesia. Buktinya kabinet-kabinet yang ada pada waktu itu tidak pernah bertahan sampai 2
tahun penuh dan terjadi perombakan-perombakan dengan kabinet yang baru, dan bahkan
menurut penilayan presiden Soekarno banyaknya partai hanya memperunyam masalah dan hanya
menjadi penyebab gotok- gotokan, penyebab perpecahan bahkan dalam nada pidatonya dia
menilai partai itu adalah semacam pertunjukan adu kambing yang tidak bakalan berpengaruh
baik bagi Bangsa dan negara.
Menurut pengamatan Soekarno Demokrasi Liberal tidak semakin mendorong Indonesia
mendekati tujuan revolusi yang dicita-citakan, yakni berupa masrakat adil dan makmur, sehingga
pada gilirannya pembangunan ekonomi sulit untuk di majukan, karena setiap Iihak baik pegawai
negeri dan parpol juga militer saling berebut keuntungan dengan mengorban kan yang lain.
Keinginan presiden Soekarno untuk mengubur partai-partai yang ada pada waktu itu tidak jadi
dilakukan, namun pembatasan terhadap partai di berlakukan, dengan membiarkan partai politik
sebanyak 10 partai tetap bertahan. Yang akhirnya menambah besarnya gejolak baik dari internal
partai yang di bubarkan maupun para tokoh-tokoh yang memperjuangkan 'Demokrasi liberal
juga daerah-daerah tidak ketinggalan. Dan keadaan yang demikian, akhirnya meaksa Soekarno

untuk menerapkan 'Demokrasi terpimpin dengan dukungan militer untuk mengambil alih
kekuasaan.
B. Demokrasi 1erpimpin
Dalam suasana yang mengancam keutuhan teritorial sebagaimana kata Feith, dan ancaman
perpecahan sebagai mana kata Soepomo, itulah muncul gagasan 'Demokrasi Terpimpin yang di
lontarkan Presiden Soekarno pada bulan Iebruari 1957. mula mula pandangan ini dicetuskan oleh
partai Murba, serta Chaerul saleh dan Ahmadi.
Namun gagasan tanpa perbuatan tidak terlalu berarti dibanding gagasan dan perbuatan langsung
dalam usaha mewujudkan gagasan itu dan inilah yang di lakukan soekarno . Konsep Demokrasi
terpimpin yang hendak membawa PKI masuk kedalam kabinet ini juga menyebut-nyebut akan di
bentuknya lembaga negara baru yang ekstra konstitusional yaitu ( Dewan Nasional), yang akan
di ketuai oleh soekarno sendiri yang bertugas memberi nasehat kepada kabinet maka untuk itu
harus di bentuk kabinet baru yang melibatkan semua partai termasuk PKI serta di bentuk Dewan
penasehat tertinggi dengan nama 'Dewan Nasional yang beranggotakan wakil-wakil seluruh
golongan Iungsional.
Menurut Yusril Ihza mahendra, sebelum 'Dewan Nasional ini dibentuk gagasan awal tentang
namanya adalah 'Dewan Revolusi (DR), namun akhirnya dinamai dengan 'Dewan nasional
(DN). Dewan ini diketuai oleh presiden, namun dalam prakteknya sehari-hari diserahkan kepada
Roeslan abdul gani, walaupun Dewan Nasional ini tidak ada dasarnya dalam konstitusi.-,,
Artinya 'Dewan Nasional ini tidak sejalan dengan konstitusi yang ada pada waktu itu. Dan

peranannya memang cukup menentukan yaitu sebagai 'penasihat pemerintah yang dalam
praktiknya telah menjadi semacam DPR bayangan di samping DPR hasil pemilu 1955. dan
adapun Dewan Nasional yang di sebutkan diatas adalah hasil bentukan kabinet juanda yang
segera terbentuk setelah sebelumnya kabinet Ali sastro amidjoyo tidak mampu bertahan lagi.
Setelah dekrit presiden 5 juli 1959 kabinet Juanda menyerahkan mandatnya kepada presiden
melalui pemberlakuan kembali proklamasi dan UUD 1945, presiden Soekarno langsung
memimpin pemerintahan bahkan bukan saja kepala negara tetapi juga kepala pemeritahan yang
membentuk kabinet yang mentri-mentrinya tidak terikat kepada partai. Dan pada waktu-waktu
inilah Dewan Nasional itu mulai di gagas.
Pembentukan Dewan Nasional ini, berdasarkan atas (SOB) atau amanat keadaan darurat dan
bahaya perang yang di umumkan oleh presiden soekarno sebelum terbentuknya kabinet Juanda
itu, mengingat Indonesia di hari-hari itu memang dalam keadaan genting dan potensi kionIlik
yang lebih besar segera mengancam keutuhan NKRI. Salah satunya dengan terjadinya gejolak
ingin memisahkan diri beberapa Daerah dari NKRI.
Dalam kurun waktu yang kian genting pada kenyataan sejarah waktu-waktu itu, dan dengan
terbentyknya PRRI di Padang di tambah dengan pulangnya pimpinan-pimpinan Masyumi dari
jakarta menuju padang, karena waktu itu di jakarta mereka merasa kurang aman dari Iihak-Iihak
yang kontra dengan mereka serta sekaligus berencana memantapkan pemerintahan revolusioner
yang mereka cita-citakan dengan mengangkat 'SyaIruddin parawiranegara sebagai
mentrinya,(beliau juga pernah menjadi pemangku jabatan Pemimpin pemerintahan darurat
Republik indonesia (PDRI) bi bukit tinggi, beliau sebenarnya putera kelahiran Banten tapi

ayahnya berasal dari Sumatera Barat)Pen. Dan PRRI ini segera mendapat sambutan hangat di
indonesia bagian timur, aceh, dan Indonesia tengah yang telah terlebih dahulu mengusahakan
perjuangan melalui DI/TII yang terkenal itu. Walaupun pada akhirnya usaha ingin memisahkan
diri, yang di upayakan berbagai daerah ini berhasil ditumpas.
Sementara kegentingan demi kegentingan yang terjadi, sukarno sebagai seorang organisator dan
sekaligus pengagum persatuan dan kesatuan, tidak tinggal diam dan tidak kehabisan akal.
Soekarno melakukan upaya dengan menggandeng 2 kekuatan besar dan yang paling bagus
organisasinya dan paling potensial di indonesia pada waktu itu, yaitu PKI dan AD atau militer.
Walaupun pada kenyataannya kedua kekuatan ini selalu prodan kontra antara satu sama lain,
namun bisajinak ditangan seorang politikus kaliber soekarno.
Mula-mula 2 kekuatan ini di manIaatkannya pada isu imperialisme dan kapitalisme yang masih
mengancam Indonesia, berhubung pada waktu itu Irian Barat masih dikuasai oleh penjajah dan
isu ini di pakai soekarno untuk mengamanatkan agar Irian barat selekas-lekasnya dapat di
bebaskan serta upaya untuk mengembalikan indonesia dalam posisi pemerintahan secara utuh.
Dalam teorinya dapat kita baca bahwa: soekarno, membutuhkan PKI kasrena merasa terancam
akan Kudeta yang di lakukan Militer padawaktu itu atau AD pada khususnya sebagai kekuatan
potensial yang sewaktu-waktu dapat merong-rong Soekarno dari tampuk pimpinan. Dan di
samping itu menurut AIan ghaIar soekarno memiliki agenda sendiri.
Dalam hubungannya dengan PNI, yang merupakan partai binaannya sejak awal, untuk sementara
waktu soekarno keluar dari PNIdahulu, Karaena beliau tahu pasti kalau pengikut PNI
sesungguhnya sudah ditangannya. Dan dia merangkul kekuatan PKI sebagai kekuatan yang

menentukan massanya di Indonesia pada waktu itu, ketika soekarno telah mendapatkan PKI
sebagai kekuatan besar, maka otomatis kekuatan yang lain dari PNI partainya yang disebutkan
diatas menggabungkan diri dengan PKI walaupun ada juga yang tidak bergabung. Namun pada
akhirnya gabungan kedua partai tersebut terbentuk menjadi masa yang besar dan siap untuk di
mobilisasi.
Sedangkan apabila kita lanjutkan analisisnya, antara PKI dan AD yang sering berbeda pendapat
sewaktu-waktu dapat di adu kekuatannya dan soekarno jadi wasitnya.
Sementara itu menurut keterangan yusril Ihza Mahendra, sejalan dengan gagasan 'Demokrasi
Terpimpin Kalangan tentara di bawah pimpinan Mayjend Abdul Haris Nasution, aktiI
berkampanye tentang perlunya kembali ke undang-undang 1945. nilai-nilai dan semangat
demiukian menurut A.H. Nasution akan tetap terpelihara jika negara kembali kepada UUD dan
dan proklamasi, yakni UUD 1945. ide soekarno ini tampaknya bertemu dengan Ide soekarno
dalam rangka menerapkan demokrasi Terpimpin. Sebab menurut Yusril, demokrasi semacam itu
memang menghendaki adanya pemusatan kekuasaan di tangan presiden, sementara UUD 1945
memungkinkan perwujudan hal itu, (maksudnya sebelum di amandemen karena buku yang
penulis kutip dari buku karangan 1996.) sebaliknya, jika menunggu konstituante menyelesaikan
tugasnya memnyusun Undang-Undang yang baru belum tentu isinya sama dengan gagasan
demokrasi terpimpin tadi. Dan gabungan ide Soekarno dan A.H. Nasution ini disampaikan
kesidang Dewan Nasional dan dewan berpendapat bahwa gagasan Demokrasi terpimpin dapat
terlaksana jika dikembalikan kepada UUD 1945. kemudian di bawa kerapat kabinet dan didalam
rapat itu juga disetujui tentang Gagasan Demokrasi Terpimpin tersebut. Dalam sidang kabinet

tesebut di hadiri oleh Idcham Chalid seorang tokoh NU, beliau tidak memberikan komentar apa-
apa terhadap usulan Dewan Nasional sehingga perdana mentri Juanda padawaktu itu mengira
bahwa NU setuju dengan gagasan itu.
Keputusan Dewan Mentri tersebut disampaikan perdana mentri Juanda, kepada sidang paripurna
DPR, yang berjudul ' Putusan Dewan Mentri mengenai pelaksanaan Demokrasi Terpimpin
dalam rangka kembali ke UUD 1945.
Dalam keterangan itu PM. Juanda mengatakan sbb: untuk mendekati hasrat golongan Islam,
berhubung dengan penyelesayan dan pemeliharaan keamanan, di akui adanya piagam Jakarta
tertanggal 22 juni 1945 sebagai dokumen historis. Dengan kembali ke UUD 1945, tambahnya ,
pelaksanaan Demokrasi Terpimpin akan lebih terjamin, disamping akan mampu mengembalikan
seluruh ptensi nasional termasuk golongan Islam. Guna di putuskan kepada penyelesayan
keamanan dan pembangunan di seluruh bidang.
. Demokrasi 1erpimpin Ditinjau dari Demokrasi Moderen.
Dalam Priode Demokrasi terpimpin pemikiran Demokrasi ala Barat banyak di tingalkan bahkan
lebih nampak gambarannya manakala Demokrasi parlementer sebelumnya berkuasa di indonesia
karena mengacu pada latar belakang pendidikan penggagasnya, yaitu yang pernah sekolah di luar
negeri seperti Drs. M.Hatta dan Syahrir,walaupun gagasannya tidak 100 persis barat karena di
sana sini berhubungan juga dengan islam,Nasionalis dan Lokal.
Soekarno sebagai pemimpin tertinggi pada era Demokrasi terpimpin menyatakan bahwa

Demokrasi liberal tidak sesuai dengan kepribadian BI, prosedur pemungutan suara, dalam
lembaga perwakilan rakyat dinyatakan sebagai tidak eIektiI dan kemudian Soekarno
memperkenalkan dengan apa yang di sebut denganMusyawarah untuk muIakat
Banyaknya partai politik oleh bung karno adalah penyebab tidak adanya pencapayan hasil dan
sulit dicapai kataq sepakat karena terlalubanyak berdebat atau bersitegang urat leher.
Dari kacamata demokrasi moderen Kita menyaksikan semuanya di rubah,semua berubah,dan
semua kelihatan berganti dan semua diganti tapi sesungguhnya tidak ada yang berganti dan
berubah, yang pada hari ini semua serba mudah dan terkesan di mudahkan dan hampir
kebablasan.Memang Demokrasi Terpimpin agak terasa asing Namun apa yang terjadi dimasalalu
karena kehendak waktu dan peristiwa menginginkan demikian pada hari-hari itu, Dimana ketika
kita dihadapkan kepada dua pilihan yakni: apakah kita mau di gembleng untuk sementara waktu
demi sejarah yang mengoyak ngoyak bangsa selama-beberapa lamanya, ataukah kita siap
bercerai berai dari kesatuan Negara Republik Indonesia yang artinya kita semakin lemah?.
D.Konsep Aasakom Dalam Demokrasi 1erpimpin.
Bung Karno sampai dengan akhir hayatnya tetap bertahan terhadap ide Nasakom yang
mengatakan bahwa kekuatan politik di Indonesia pada saat itu terdiri dari tiga golongan ideologi
besar yaitu: golongan yang berideologi nasionalis, golongan yang berideologi dengan latar
belakang agama, dan golongan yang berideologi komunis. Tiga-tiganya merupakan kekuatan
yang diharapkan tetap bersatu untuk menyelesaikan masalah bangsa secara bersama-sama.
Apakah dengan punya ide Nasakom tersebut bisa dikatakan bahwa Bung Karno adalah seorang

Marxis yang lebih dekat dengan golongan komunis pada saat itu? Setiap orang boleh punya
persepsi dan pendapatnya sendiri untuk hal ini. Tapi yamg nyata Bung Karno adalah seorang
Nasionalis, yang ide Nasakom semata-mata dicetuskan melihat realitas masyarakat pada saat itu
demi persatuan. Indonesia menginginkan suatu kolaborasi total semua anasir bangsa dari semua
golongan ideologi yang ada termasuk golongan komunis untuk berama-sama bahu membahu
membangun Indonesia. Walaupun tidak bisa dipungkiri memang Bung Karno pada periode
1959-1965 sangat terlihat lebih condong memberi angin kepada golongan komunis.
Barangkali juga ide Bung Karno tentang Nasakom berkaitan dengan pendapat CliIIord Geertz
yang dalam bukunya The Religion oI Java yang membagi masyarakat Jawa dalam tiga varian:
priyayi, santri, dan abangan. Yang bisa diterjemahkan priyayi adalah kaum Nasionalis, santri
adalah kaum Agamis, dan abangan adalah kaum Komunis.
Realitas sejarah memang berkata lain setelah terjadi peristiwa 30 September 1965 yang sampai
sekarang masih menyimpan misteri dan banyak versi diceritakan dari berbagai pihak bagaimana
kejadiannya sampai terjadi pembunuhan para Jendral dan PKI dituduh yang telah melakukan
semua ini dan tentara melakukan pembalasan dengan menumpas PKI sampai dengan akar-
akarnya.
Suatu realitas yang mungkin Bung Karno tidak pernah menyangka ataupun mimpipun mungkin
tidak, bahwa ada satu golongan kekuatan dalam peta politik di Indonesia yang tidak pernah
terpikirkan menjadi suatu kekuatan penting dalam peta perpolitikan Indonesia yaitu kaum
militer.
Bung Karno walaupun bukan orang militer, selalu memakai pakaian lengkap militer Panglima

Tertinggi Jendral Bintang Lima dengan segala atribut kebesarannya, kata beberapa analis ini
adalah salah satu diplomasi model Bung Karno untuk meredam ambisi dan kekuatan militer
untuk berkuasa
Setelah terjadi peristiwa 30 September 1965, serta merta ide Nasakom musnah dan aneh bin
ajaib kekuatan kaum komunis serta merta digantikan oleh satu kekuatan politik baru di Indonesia
yaitu kaum militer. Walaupun dengan segala dalih, kaum militer tidak pernah mengakui bahwa
mereka adalah satu kekuatan politik yang telah mendominasi Indonesia selama 32 tahun. Mereka
selalu mengatakan bahwa militer berdiri dibelakang semua golongan.
Kesimpulannnya bahwa realitas politik di Indonesia semenjak jaman kemerdekaan sampai
dengan saat ini pernah ada empat golongan kekuatan politik: kaum nasionalis, kaum agamis,
kaum komunis, dan kaum militer (dan motor politik pendukungnya). Masing-masing kekuatan
politik pernah mengalami jaman keemasan dan juga pernah terhempas dalam kancah politik di
Indonesia. Dalam realitasnya setiap golongan kekuatan politik yang pernah mendominasi
kekuasaan dan menjalankan pemerintahan Republik Indonesia belum ada yang mampu
mengantarkan Indonesia menuju cita-cita bangsa untuk menjadi negara yang adil, makmur dan
sejahtera.
. Pada awal kemerdekaan kaum nasionalis dengan motor politiknya PNI (Partai Nasional
Indonesia) pernah memegang dominasi pemerintahan sampai pada sekitar tahun 1959. Setelah
Bung Karno membuat dekrit pada tanggal 1 Juli 1959 untuk kembali ke UUD `45, maka
kekuasaan mutlak ada di tangan Bung Karno yang lebih memberikan angin pada kaum komunis

untuk mendominasi kancah politik di Indonesia (atau terbawa oleh strategi kaum komunis) pada
periode 1959 s/d 1965
KESIMPULAN
Demokrasi terpimpin adalah sebuah demokrasi yang sempat ada di Indonesia, yang seluruh
keputusan serta pemikiran berpusat pada pemimpinnya .
Pada bulan 5 Juli 1959 parlemen dibubarkan dan Presiden Sukarno menetapkan konstitusi di
bawah dekrit presiden. Soekarno juga membubarkan Konstituante yang ditugasi untuk menyusun
Undang-Undang Dasar yang baru, dan sebaliknya menyatakan diberlakukannya kembali
Undang-Undang Dasar 1945, dengan semboyan 'Kembali ke UUD` 45. Soekarno memperkuat
tangan Angkatan Bersenjata dengan mengangkat para jendral militer ke posisi-posisi yang
penting.
PKI menyambut 'Demokrasi Terpimpin Sukarno dengan hangat dan anggapan bahwa PKI
mempunyai mandat untuk persekutuan Konsepsi yaitu antara nasionalisme, agama (Islam) dan
komunisme yang dinamakan NASAKOM.
NASAKOM telah menjadi NASA yang pada waktu antaranya kom-nya telah musnah dan pernah
digantikan kaum militer. Memang dari empat golongan ideologi yang pernah ada di Indonesia:
golongan nasionalis, golongan agamis, golongan komunis, dan golongan militer hanya golongan
agamis yang belum pernah menonjol dalam menjalankan pemerintahan eksekutiI. Mungkin
momentumnya telah tiba, apabila memang golongan agamis bisa menunjuknan dirinya sebagai

partai yang bersih, tidak terkontaminasi penyakit korupsi (masalah utama bangsa kita). Mungkin
partai dengan haluan agamis akan menjadi pilihan alternatiI dikarenakan partai-partai besar yang
ada saat ini telah gagal mengantarkan Indonesia menjadi negara yang seperti diamanatkan pada
pembukaan UUD `45: suatu pemerintah negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Di tahun 1962, perebutan Irian Barat secara militer oleh Indonesia mendapat dukungan penuh
dari kepemimpinan PKI, mereka juga mendukung penekanan terhadap perlawanan penduduk
adat.
$alam: $oekarno

Anda mungkin juga menyukai