Anda di halaman 1dari 3

INTERPRETASI

TUGAS KELOMPOK INTERPRETASI

Diajukan untuk tugas mata kuliah Interpretasi.

Encep Abdullah Fatiroh Febrisa Nur Pratama Fevri Firdaus Firman Nurdiasyah Sunaryo Jaya Sumpena

Kelas: VII B

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PROGRAM STUDI DIKSATRASIA 2011

Danny, The Champion of the World By Roald Dahl Puffin Book, 1994

Pom Bensin Ketika aku berumur empat bulan, ibuku meninggal secara tiba-tiba dan ayahku mengerjakan segala sesuatu sendiri. Ini adalah aku pada saat itu. Aku tidak mempunyai saudara laki-laki maupun saudara perempuan Jadi semasa kecil ku, dari usia empat bulan dan seterusnya, hanya ada kami berdua, ayahku dan aku. Kami tinggal disebuah karavan gipsi tua di belakang pom bensin. Ayahku memiliki pom bensin, karavan dan ruangan kecil di belakang, tapi hanya inilah yang dimilikinya di dunia. Pom bensin kecil ini berada di jalanan pedesaan yang dikelilingi oleh ladang dan perbukitan. Sewaktu aku masih kecil, ayahku memandikan aku, memberi makan dan mengubah popokku, juga melakukan semua hal lain yang tidak dilakukan seorang ibu biasanya. Itu bukan tugas yang mudah bagi seorang ayah, terutama ketika ia harus mencari nafkah diwaktu yang bersamaan dengan memperbaiki mesin mobil dan melayani pelanggan yang membeli bensin. Tetapi ayahku tidak pernah mengeluh. Aku berpikir bahwa semua cinta yang dirasakannya untuk ibuku ketika dia masih hidup, sekarang dilimpahkan kepadaku. Semasa kecil, aku tidak pernah merasa tidak bahagia atau sakit dan sekarang adalah hari ulang tahunku yang kelima. Seperti yang kamu lihat sekarang, aku adalah anak laki-laki yang dekil karena lemak dan minyak di sekujur tubuhku, itu karena aku menghabiskan sepanjang hari di bengkel untuk membantu ayahku memperbaiki mobil. Pom bensin kami hanya memiliki dua pompa. Di belakang pompa terdapat sebuah gudang kayu yang berfungsi sebagai kantor. Tidak ada apa-apa di dalam kantor, kecuali sebuah meja tua dan mesin kasir untuk menaruh uang ke dalam.

Jika kamu menekan salah satu tombolnya maka bel akan berdering dan laci terbuka dengan sendirinya. Aku suka sekali mendengar suara itu. Di sebelah kanan kantor terdapat bangunan berbentuk persegi, itu adalah bengkel kami. Ayahku dibangun bahwa dirinya dengan penuh kasih, dan itu satu-satunya hal benar-benar solid di tempat itu. "Kami adalah insinyur, kau dan aku," dia berkata kepadaku. "Kami mencari uang dengan memperbaiki mesin dan kita tidak bisa melakukan pekerjaan yang baik di sebuah workshop busuk." Itu lokakarya baik-baik saja, cukup besar untuk mengambil satu mobil nyaman dan hanya menyisakan sedikit ruang untuk bekerja. Bengkel itu memiliki telepon sehingga pelanggan bisa membuat janji untuk membawa mobil mereka agar diperbaiki. Karavan itu adalah rumah dan tempat tinggal kami. Karavan itu adalah kereta gipsi tua dengan roda yang besar dan jari-jari roda tersebut dicat dengan warna kuning, merah dan biru. Ayahku mengatakan bahwa usia karavan itu sudah seratus lima puluh tahun. Banyak anak gipsi, katanya, telah lahir di dalamnya dan dibesarkan di dalam dinding kayu nya. Dengan seekor kuda untuk menariknya, karavan tua sudah mengelilingi ribuan kilometer di sepanjang jalan dan jalur dari Inggris. Tapi sekarang pengembaraannya sudah berakhir, karena jari-jari kayu di roda mulai rapuh, ayahku telah menyangganya dengan batu bata. Hanya ada satu ruangan di dalam karavan itu dan ukurannya tidak lebih besar dari kamar mandi modern. Ruangan itu sempit, bentuk karavan itu sendiri, dan terhadap kembali dinding itu ranjang susun dua, satu di atas yang lain. Yang atas adalah ayah saya, satu tambang bawah.

Anda mungkin juga menyukai