Anda di halaman 1dari 11

GAGAL GINJAL KRONIK

A. DEFINISI. Gagal Ginjal Kronik (GGK) adalah suatu keadaan dimana terjadi penurunan faal ginjal menahun yang umumnya irreversibel dan cukup lanjut, perkembangannya cukup progresif dan lambat. B. ETIOLOGI. penyakit vaskular hypertensif, gangguan jaringan penyambung, gangguan kongenital GGK terjadi karena serangan ulang dari GGA yang berlangsung dalam waktu beberapa bulan / tahun . Adapun klasifikasi penyakit yang menyebabkannya, yaitu : ISK, peradangan, dan heriditer, penyakit metabolik, nefropati toxik dan nefropati obstruktif. C. PATOFISIOLOGI. Ada dua pendekatan teoritis yang biasanya diajukan untuk menjelaskan gangguan fungsi ginjal pada GGK. Sudut pandangan tradisional menyatakan bahwa semua unit nefron telah terserang dlm stadddium yang berbeda, yaitu dibedakan menurut perjalanan klinis gagal ginjal progresif yang terdiri dari : Stadium pertama, dinamakan stadium penurunan cadangan ginjal. Pada stadium ini kreatinin serum dan kadar BUN normal dan penderita asimtomatik. Gangguan fungsi ginjal mungkin hanya dpt diketahui dengan memberi beban kerja yang berat pada ginjal seperti tes pemekatan urine yang lama atau tes GFR yang teliti. Stadium kedua, disebut stadium insufisiensi ginjal, diman lebih dari 75 % jaringan yang berfungsi telah rusak. Kadar BUN dan kreatinin telah meningkat juga telah didapatkan gejala-gejala nokturia atau poliuria. Nokturia didefinisikan sebagai gejala pengeluaran kemih pada waktu malam hari yang menetap sampai sebanyak 700 ml, disebabkan oleh hilangnya pemekatan kemih diurnal normal dengan perbandingan jumlah kemih malam hari dan siang hari 3 : 1 atau 4 : 1. Poliuria berarti peningkatan volume kemih yang terus menerus sampai 3 lt / hari. Stadium ketiga, disebut stadium akhir atau stadium uremia. Pada keadaan ini timbul apabila sekitar 90 % masa nefron telah hancur atau sekitar 200.000 nefron saja yang masih utuh. Nilai GFR hanya sekitar 10 % dari normal, bersihan

kreatinin hanya 5 10 ml / mnt atau kurang. Kadar BUN dan kreatinin sangat meningkat dan mencolok menandai memburuknya respon ginjal. Meskipun perjalanan klinis gagal ginjal kronik dibagi dlm tiga stadium, tetapi dlm prakteknya tidak ada batas-batas yang jelas antara stadium-stadium tersebut. Urutan peristiwa patofisiologi gagal ginjla progresif dpt diuraikan dari segi hipotesis nefron yang masih utuh ( Bricker & Fine, 1969 ) dengan gambaran sebagai berikut : Penyakit ginjal menahun / heriditer merusak nefron sisa nefron Kompensasi

Hipertropi

Meningkatnya Filtrasi, Beban Solut, Reabsorbsi

Memburuknya Respon Ginjal

GGK D. MANIFESTASI KLINIS. Karena GGK merupakan penyakit sistemik, maka respon yang ditimbulkannya juga sistemik yang mengganggu hampir seluruh sistem tubuh seperti dibawah ini : Sistem Gastrointestinal : 1. 2. 3. Anoreksia, nausea, vomitus Foeter uremik, stomatitis dan parotitis Cegukan

Integumen : 1. Kulit pucat 2. Gatal-gatal 3. Ekimosis 4. Urea flost 5. Bekas garukan

Hematologik : 1. Anemia 2. Gangguan fungsi trombosit 3. Gangguan leukosit Sistem Saraf dan Otot : 1. Restless Leg Syndrome 2. Burning Feet Syndrome 3. Ensefalopati Metabolik 4. Miopati Kardio vaskular : 1. Hypertensi 2. Nyeri dan sesak nafas 3. Gangguan irama jantung 4. Edema Endokrin : 1. Gangguan sexual 2. Gangguan toleransi glukosa 3. Gangguan metabolisme lemak 4. Gangguan metabolisme vitamin D Gangguan Sistem Lain : 1. Tulang 2. Asam Basa 3. Elektrolit E. PEMERIKSAAN PENUNJANG. Untuk memperkuat diagnosis sering diperlukan pemeriksaan penunjang, baik pemeriksaan laboratorium atau pemeriksaan radiologi seperti berikut ini :

Radiologi
Ditujukan untuk menilai keadaan ginjal dan derajat komplikasi GGK.

Foto Polos Abdomen


Sebaiknya tanpa puasa karena dehidrasi akan memperburuk fungsi ginjal. Menilai bentuk dan besar ginjal dan apakah ada batu atau ada obstruksi lain. Foto polos yang disertai tomogram akan memberi keterangan lebih baik.

Pielografi Intra Vena

Dpt dilakukan dengan cara intravenous infusion pyelography, menilai sistem pelviokalises dan ureter. Pemeriksaan ini mempunyai resiko penurunan faal ginjal pada keadaan tertentu, misalnya pada orang tua lanjut usia, diabetes dan nefropati asam urat.

USG Ginjal
Menilai besar dan bentuk ginjal, tebal dan kepadatan parenkim ginjal, anatomi sistem pelviokalises dan ureter proksimal, kandung kencing serta prostat, menentukan adanya massa, kista, dan obstruksi pada saluran perkemihan pada bagian atas.

Arteriogram Ginjal
Mengkaji sirkulasi ginjal, mengidentifikasi ekstravaskuler dan massa.

Sistouretrogram Berkemih
Menunjukkan ukuran kandung kemih, refluk kedalam uereter dan retensi.

Renogram
Menilai fungsi ginjal kanan dan kiri, lokasi gangguan ( vaskular, parenkim, ekskresi ) serta sisa fungsi ginjal.

Pemeriksaan Pielografi Retrograd


Dilakukan bila dicurigai adanya obstruksi yang reversibel. Pada GGK menunjukkan abnormalitas pelvis ginjal dan ureter.

Biopsi Ginjal
Mungkin dilakukan secara endoskopik untuk menentukan sel jaringan untuk diagnosis histologi.

Pemeriksaan Radiologi Jantung


Mencari kardiomegali dan efusi kardial.

Pemeriksaan Radiologi Tulang


Mencari osteodistrofi ( terutama falank / jari ), klasifikasi metastatik, demineralisasi dan kalsifikasi.

Pemeriksaan Radiologi Paru


Mencari uremic lung, yang belakangan ini dianggap disebabkan bendungan.

EKG
EKG dilakukan untuk melihat kemungkinan : Hipertrofi ventrikel kiri Tanda-tanda perikarditis ( misal;nya voltage rendah ) Aritmia

Gangguan elektrolit ( Hiperkalemia )

Pemeriksaan Laboratorium
1. 2. Darah : BUN / Kreatinin: Hb Retikulosit LED PH Bikarbonat : : : : : 10 mg/dl < 7 8 gr/dl menurun meningkat < 7,2 15 25 mmol/liter : meningkat menurun tinggi tinggi menurun 6,5 mEq/L Urine : Volume Warna BJ : < 400 ml/24 jam : keruh

: < 1,015

Osmolaritas : < 350 mOsm/Kg Klirens Kreatinin Natrium Protein : : : agak menurun

> 40 mEq/L + 3 sampai +4

Magnesium / Fosfat

Protein dan kolesterol : Gula Darah Trigliserida Natrium Kalium Kalsium : : : :

: 1,24 mg/dl

F.

KOMPLIKASI. Perdarahan, Fraktur Patologis, Anemia, Gagal Jantung Kongestif, Efusi Pleura, Asidosis

G.

PENATALAKSANAAN. Tujuan pengobatan orang dengan kegagalan ginjal kronis, yaitu : 1. Stabilisasi lingkungan interna yang diusahakan melalui hal-hal sebagai

berikut :

a. b. c. d. 2. 3. 4. 5.

Kesadaran mental dan interaksi sesuai dengan lingkungan. Terkendalinya odema perifer dan tidak terjadi odema paru. Seimbangnya elektrolit. Tidak terjadi infeksi / inflamasi sendi. Tidak terjadi perdarahan. Tekanan Darah dapat dikendalikan. Terkendalinya gangguan nutrisi Tidak terjadi toksisitas. ( intake nutrisi cukup ).

Tatalaksana : 1. Optimalisasi dan pertahankan keseimbangan cairan dan garam. 2. Pengaturan diet tinggi kalori rendah protein; rendah garam; rendah potassium. 3. Kontrol hipertensi. 4. Kontrol ketidakseimbangan elektrolit. 5. Mencegah komplikasi ke tulang. 6. Deteksi dini dan terapi infeksi. 7. Modifikasi terapi obat dengan fungsi obat. 8. Deteksi dan terapi komplikasi. 9. Persiapan dyalisis dan program transplantasi.

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GAGAL GINJAL KRONIK PENGKAJIAN.


1. 2. Identitas Klien. Riwayat Kesehatan. a. b. Keluhan Utama : Odema, sesak nafas, sedikit kencing, anoreksia, pucat, pusing, mudah lelah. Riwayat Penyakit Sekarang : Klien mengeluh nyeri diseluruh tubuh, BB meningkat. Menurunnya volume urine. Tekanan darah meningkat. Nyeri pada tulang dan sendi, letargi, fatique, tremor, kejang, ketidakmampuan aktivitas hidup sehari-hari.

c.

Anemia, anoreksia, nausea, muntah. Sesak nafas (keluhan semakin hari semakin bertambah). Riwayat Penyakit Dahulu :

Tanyakan :

Ada riwayat hypertensi lama. Riwayat batu. Riwayat odema, DM, Gout. Riwayat ISK Pemakaian obat nefrotoxik.
d. Riwayat Penyakit Keluarga : Tanyakan adanya riwayat penyakit ginjal dalam keluarga. 3. Pemeriksaan Fisik. a. Umum b. Kulit c. Kepala Dan Leher d. Kardiovaskular Jantung. e. Pernafasan f. Gastro Intestinal g. Saraf h. Endokrin i. Sendi j. Hematologi 4. Hasil Laboratorium. Meningkatnya BUN dan Kreatinin Darah, Anemia, Hb Menurun, LED Meningkat, Ureum Meningkat, Natrium Menurun, Kalsium Menurun, Fosfat Meningkat, Kalium Meningkat, Albumin Menurun, Gula Darah Meningkat, Ph Menurun. : Hyperventilasi, Odema Paru, Efusi Pleura, Sesak Nafas. : Anoreksia, Mual, Muntah. : Letargi, Malaise, Mengantuk, Kejang. : Hiperparatiroidisme, Defisiensi Vitamin D. : Gout. : Anemia, Mudah Perdarahan. : Fatique, Malaise, Gagal Tumbuh, Debil. : Pucat, Mudah Lecet, Rapuh, Leokonikia. : Fetor Uremik, Lidah Kering Dan Berselaput. : Hypertensi, Kelebihan Cairan (Odema), Gangguan Irama

DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL PADA KLIEN DENGAN GGK :

1.

Kelebihan Volume Cairan Berhubungan Dengan Kerusakan Fungsi Ginjal, ditandai dengan : Odema Volume urine menurun BB meningkat Tekanan Darah meningkat Natrium menurun Albumin menurun BUN dan Kreatinin meningkat : Mempertahankan cairan dalam batas normal.

Tujuan

Intervensi : Awasi denyut jantung, Tekanan Darah. Catat pemasukan dan pengeluaran cairan secara adekuat. Timbang BB setiap hari. Kaji kulit, area odema dan evaluasi derajat odema. Kaji tingkat kesadaran. Pantau kreatinin dan BUN. Konsul temuan yang didapat pada dokter. Rujuk ke ahli diet untuk penyuluhan diet dan pengelolaan makanan. Kolaborasi untuk pemberian anti hipertensi sampai TD normal.

2.

Penurunan Curah Jantung Berhubungan Dengan Cairan, ditandai dengan : Gangguan irama jantung, TD meningkat, odema paru. Tujuan

Ketidakseimbangan

: Mempertahankan curah jantung dengan TD dalam batas normal.

Intervensi : 3. Awasi TD dan curah jantung batasi cairan. Auskultasi bunyi jantung. Kaji warna kulit, mukosa dasar kuku dan kapiler. Perhatikan adanya kelainan irama jantung, penurunan kesadaran. Pertahankan tirah baring dan beri O2 sesuai indikasi.

Perubahan Kenyamanan Berhubungan Dengan Respon Sistemik Gagal Ginjal Kronik, ditandai dengan :

Nyeri diseluruh tubuh Fatique, letargi, tremor Pusing : Mempertahankan klien dalam batas kenyamanan yang diharapkan.

Tujuan

Intervensi : Kaji ketidaknyamanan yang dirasakan klien. Atur posisi klien senyaman mungkin. Berikan dan ajarkan klien teknik managemen nyeri. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian analgetik non toksik. 4. Perubahan Nutrisi Berhubungan Dengan Anoreksia; Mual; Muntah, ditandai dengan : Pucat Hb rendah Mudah lelah : Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi.

Tujuan

Intervensi : Awasi konsumsi makanan / cairan. Beri diet tinggi kalori, rendah protein, rendah garam dan potassium. Timbang BB setiap hari. Pertahankan kebersihan mulut sebelum dan sesudah makan. Beri makanan dalam porsi sedikit tapi sering. Awasi adanya perdarahan. Kolaborasi dalam pemberian suplemen zat. 5. Intoleran Aktivitas Berhubungan Dengan ditandai dengan : Mudah lelah, malaise Mengeluh nyeri sendi Tujuan : Klien menampakkan meningkatnya toleransi aktivitas. Anemia; Nyeri Sendi,

Intervensi : Pantau BB tiap hari; jumlah maknan yang dikonsumsi. Pantau hasil laboratorium. Konsul dokter jika kelelahan menetap.

Mungkinkan periode istirahat. Bantu klien merencanakan jadwal aktivitas setiap hari. 6. Resiko Tinggi Terhadap Infeksi Berhubungan Dengan Menurunnya Sistem Imun. Tujuan : Mencegah infeksi.

Intervensi :

Ciptakan lingkungan yang bersih. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan. Diskusikan tingkat dan rasional pencegahan dan mempertahankan kesehatan. Anjurkan hygiene mulut yang baik. Pantau hasil laboratorium : LED.

DAFTAR PUSTAKA :

Brown, Collin B. Manual Ilmu Penyakit Ginjal. Penerbit : Bina Rupa Aksara, Jakarta. 1991. Doenges Marilynn E. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Penerbit : EGC, Jakarta. 2000. Scholtmeijer R.T dan Schloder. F H. Urologi Untuk Praktek Umum. Penerbit : EGC, Jakarta. 1982.

Mansjoer, Arief. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. jilid 1. Penerbit : FKUI, Jakarta. 1999.

Anda mungkin juga menyukai