Anda di halaman 1dari 4

SEBUAH POTRET CERITA PENDIDIKAN DI INDONESIA

Mengulas tentang pendidikan di Indonesia memang tiada habisnya. Mulai dari banyaknya prestasi anak-anak negeri baik di dalam negeri hingga ke luar negeri. Baik itu lomba karya ilmiah, olimpiade sains internasional, lomba robotik, dan masih banyak lomba lainnya. Sungguh sangat membanggakan tentunya bagi Bangsa Indonesia. Berbagai inovasi telah diciptakan bagi kemajuan bangsa seperti ditemukannya bahan bakar alternatif, alat-alat yang menunjang kemudahan bagi manusia, dan lain sebagainya. Pemerintah pun juga menganggarkan APBN dalam jumlah yang besar di bidang pendidikan dengan harapan memperbaiki generasi muda bangsa untuk kemajuan generasi masa depan yang berpendidikan. Di tahun 2011 ini pemerintah mengangggarkan 20,02 % dari APBN untuk pendidikan atau sekitar 266,9 triliun rupiah. Pemerintah juga menyediakan dana BOS (Bantuan Operasional Sekolah) bagi siswa sekolah dasar dan siswa sekolah menengah pertama untuk mewujudkan wajib belajar 9 tahun. Selain itu, pemerintah juga memberikan subsidi bagi para tenaga pendidik agar para pahlawan tanpa tanda jasa lebih bersemangat untuk memajukan pendidikan di Indonesia.

Di tengah gembar-gembor pemerintah yang menganggarkan APBN dalam porsi besar di bidang pendidikan ternyata masih banyak anak negeri ini yang tidak bisa mengenyam bangku pendidikan terbukti dengan masih banyaknya anak-anak yang putus sekolah. Menurut data resmi yang dihimpun dari 33 Kantor Komnas Perlindungan Anak (PA) di 33 provinsi, jumlah anak putus sekolah sudah mencapai 11,7 juta jiwa. Menurut Sekjen Komnas Perlindungan Anak, Arist Merdeka Sirait, kasus putus sekolah yang paling menonjol terjadi di tingkat SMP, yaitu 48 %. Adapun di tingkat SD tercatat 23 %. Sedangkan prosentase jumlah putus sekolah di tingkat SMA adalah 29 %. Kalau digabungkan kelompok usia pubertas, yaitu anak SMP dan SMA, jumlahnya mencapai 77 %. Dengan kata lain, jumlah anak usia remaja yang putus sekolah tak kurang dari 8 juta orang. Ada banyak faktor penyebab angka putus sekolah dari tahun ke tahun yang semakin meningkat. Penyebab putus sekolah itu ternyata bermacam-macam, baik internal maupun eksternal dari diri siswa sendiri. Aspek internalnya, yaitu tidak ada keinginan atau motivasi untuk melanjutkan sekolah dalam diri anak. Lalu penyebab eksternalnya adalah faktor ketidak mampuan membiayai sekolah atau faktor ekonomi menjadi faktor penyebab yang paling dominan putus sekolah. Kenyataan itu dibuktikan dengan tingginya angka rakyat miskin di Indonesia yang anaknya tidak bersekolah atau putus sekolah karena tidak ada biaya. Pendidikan murah atau gratis yang banyak diwacanakan dan diinginkan kalangan masyarakat, seperti dana BOS ( Bantuan Operasional Sekolah ) memang akan menolong jika ditinjau secara faktor ekonomi. Padahal pemerintah sudah memberikan subsidi dalam bidang pendidikan tetapi tetap saja ada yang tidak bisa mencicipi bangku pendidikan. Penyaluaran dana BOS kadang tidak tepat sasaran, banyak pihakpihak tertentu yang sengaja menyelewengkan. Maka dari itu dibutuhkan transparansi dalam penyalurannya. Kurangnya pemeratan pembangunan juga menjadi salah satu faktor kurangnya kemajuan pendidikan yang merata di seluruh Indonesia. Misalnya, untuk daerah perkotaan fasilitas pendidikan terus dibangun dan dimajukan, teknologinya pun semakin maju seperti komunikasi internet yang mudah

didapatkan, perpustakaan yang dapat dijangkau, dan sumber-sumber ilmu pengetahuan lain yang menunjang bagi kemajuan pendidikan sangat mudah didapatkan. Apalagi dengan adanya koneksi internet yang semakin mudah didapatkan, kegiatan pembelajaran pun bisa dilakukan kapan saja dan dimana saja melalui teknologi e-learning yang berbasis ICT yang sangat mudah dilakukan di wilayah perkotaan. Pendidikan berbasis ICT memang sangat diunggulkan saat ini karena dengan kemudahannya dan membuat pembelajaran lebih menarik. Namun di balik itu semua apabila kita tengok fasilitas pendidikan di pelosok negeri atau di wilayah pedesaan yang terpencil, fasilitasnya sangat minim bahkan jauh dari kata layak. Sarana prasarana pendidikan di wilayah pedesaan yang kurang memadai banyak dijumpai seperti gedung sekolah yang tidak layak bahkan hampir rubuh, perpustakaan yang tidak setiap sekolah memiliki, dan letak sekolah yang jauh dari jangkauan penduduk pedalaman sehingga butuh waktu lama untuk mencapainya dikarenakan sarana jalan yang tidak memadai ataupun rusak. Faktor lingkungan juga bisa menjadi penyebab banyaknya anak yang tidak mengenyam bangku sekolah. Kondisi orang tua yang tidak begitu memperhatikan pendidikan sang anak atau tidak begitu memahami makna penting pendidikan juga menyumbang terhadap kemungkinan putus sekolah sang anak. Faktor lainnya juga seperti kondisi keluarga anak yang perhatian orang tuanya kurang juga merupakan penyebab kasus anak putus sekolah.Kemudian fenomena pengaruh dari gaya hidup yang konsumtif dan hedonis juga membuat banyak anak-anak yang memutuskan untuk meninggalkan bangku sekolah tersebut. Mereka ini akhirnya terjebak dalam hidup konsumtif dan hedonis serta meninggalkan pendidikannya. Selain itu, secara umum di beberapa daerah pola pikir orang tua juga berpengaruh terhadap melanjutkan atau putus sekolahnya anak-anak mereka. Karena masih banyak orang tua yang memiliki pola pikir bahwa pendidikan itu dianggap kurang penting, kemudian juga memaksa anaknya membantu mencari nafkah, seperti di daerah pedalaman yang masyarakatnya hidup menggarap lahan pertanian dan jauh dari jangkau fasilitas pendidikan, atau di daerah kepulauan yang anak-anaknya terpaksa ikut melaut bahkan bekerja di jermal-jermal, ini

harus ditangani. Karena biasanya, jika anak-anak ini sudah terbiasa memegang uang dalam arti menghasilkan pendapatan, maka mereka akan menganggap pendidikan itu tak penting karena sudah bias menghasilkan uang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Bahkan secara kultural, juga ada orangtua yang memang tidak ingin anaknya melanjutkan sekolah karena alasan tertentu, ini merupakan sebagian dari faktor penyebab anak putus sekolah. Maka dari itu tugas kita sebagai orang yang beruntung masih bisa merasakan bangku sekolah adalah memajukan pendidikan di Negara kita ini sehingga kelak tak ada lagi masalah-masalah di bidang pendidikan yang mengahantui negeri ini dan Indonesia bisa menjadi Negara yang maju bagi anak, cucu kita kelak.

MUSTIKA DEWI IKHTIARIANTI K3311055 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

Anda mungkin juga menyukai