Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

DEMOKRASI INDONESIA
(SUDAH ATAU BELUM?)




DISUSUN OLEH :


SYAUQINAA SABIILAA

0530006312


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI DIII FISIOTERAPI
UNIVERSITAS PEKALONGAN
TAHUN A1ARAN 2011/2012
Mckclch "0emokrcs lndonesc (Sudch ctcu 8elum)" 2

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan kasih sayangNya
sehingga penyusunan Makalah yang berjudul 'Demokrasi Indonesia (Sudah atau Belum?)
dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Dalam mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan kami tengah membahas, mengulas dan
memahami mengenai Demokrasi. Apa itu demokrasi, bagaimana demokrasi dan seperti apa
demokrasi di negara kita Indonesia. Sehingga penyusunan makalah ini sendiri dalam rangka
memenuhi tugas yang diberikan oleh Bapak SaIrudin selaku dosen mata kuliah Pendidikan
Kewarganegaraan.
Demikian makalah ini semoga dapat menambah pengetahuan dan bermanIaat bagi saya
selaku penyusun dan juga bagi pembaca.


Hormat Saya,

Penyusun

Mckclch "0emokrcs lndonesc (Sudch ctcu 8elum)" J

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesadaran akan pentingnya demokrasi sekarang ini sangat tinggi. Hal ini dapat dilihat
dari peran serta rakyat Indonesia dalam melaksanakan Pemilihan Umum baik yang dilaksakan
oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Ini terlihat dari jumlah pemilih yang tidak
menggunakan hak pilihnya yang sedikit. Pemilihan umum ini langsung dilaksanakan secara
langsung pertama kali untuk memilih presiden dan wakil presiden serta anggota MPR, DPR,
DPD, DPRD di tahun 2004. Walaupun masih terdapat masalah yang timbul ketika waktu
pelaksanaan. Tetapi masih dapat dikatakan sukses.
Setelah suksesnya Pemilu tahun 2004, mulai bulan Juni 2005 lalu di 226 daerah meliputi
11 propinsi serta 215 kabupaten dan kota, diadakan Pilkada untuk memilih para pemimpin
daerahnya. Sehingga warga dapat menentukan peminpin daerahnya menurut hati nuraninya
sendiri. Tidak seperti tahun tahun yang dahulu yang menggunakan perwakilan dari partai.
Namun dalam pelaksanaan pilkada ini muncul penyimpangan penyimpangan. Mulai dari
masalah administrasi bakal calon sampai dengan yang berhubungan dengan pemilih.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana Demokrasi di Indonesia Sekarang Ini?

. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah dapat mengerti tentang demokrasi di Indonesia
sekarang ini dan peran demokrasi itu sendiri terhadap Pembangunan Nasional negara
Indonesia.

Mckclch "0emokrcs lndonesc (Sudch ctcu 8elum)" 4

BAB II
TEORI-TEORI

A. Pengertian Demokrasi
Menurut Internasional Commision of Jurits
Demokrasi adalah suatu bentuk pemerintahan oleh rakyat dimana kekuasaan tertinggi
ditangan rakyat dan di jalankan langsung oleh mereka atau oleh wakil-wakil yang mereka pilih
dibawah sistem pemilihan yang bebas. Jadi, yang di utamakan dalam pemerintahan demokrasi
adalah rakyat.
Menurut Lincoln
Demokrasi adalah pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat (government oI
the people, by the people, and Ior the people).
Menurut C.F Strong
Suatu sistem pemerintahan di mana mayoritas anggota dewasa dari masyarakat politik
ikut serta atas dasar sistem perwakilan yang menjamin bahwa pemerintahan akhirnya
mempertanggungjawabkan tindakan-tindakan kepada mayoritas itu.

B. Sejarah Demokrasi
Istilah demokrasi berasal dari Yunani Kuno yang diutarakan di Athena kuno pada abad
ke-5 SM. Kata demokrasi` berasal dari dua kata, yaitu demos yang berarti rakyat, dan
kratos/cratein yang berarti pemerintahan, sehingga dapat diartikan sebagai pemerintahan
rakyat, atau yang lebih kita kenal sebagai pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk
rakyat. Namun, arti dari istilah ini telah berubah sejalan dengan waktu, dan deIinisi modern
telah berevolusi sejak abad ke-18, bersa-maan dengan perkembangan sistem demokrasi` di
banyak negara. Demokrasi berkembang menjadi sebuah bentuk atau mekanisme sistem
pemerintahan suatu negara sebagai upaya mewujudkan kedau-latan rakyat (kekuasaan
warganegara) atas negara untuk dijalankan oleh pemerintah negara tersebut. Salah satu pilar
demokrasi adalah prinsip trias politica yang membagi ketiga kekuasaan politik negara
(eksekutiI, yudikatiI dan legislatiI) untuk diwujudkan dalam tiga jenis lembaga negara yang
saling lepas (independen) dan berada dalam peringkat yg sejajar satu sama lain.

Mckclch "0emokrcs lndonesc (Sudch ctcu 8elum)" 5

BAB III
PEMBAHASAN

A. Sejarah Demokrasi Indonesia
Akhir milenium kedua ditandai dengan perubahan besar di Indonesia. Rezim Orde Baru
yang telah berkuasa selama 32 tahun yang dipimpin oleh Soeharto akhirnya tumbang.
Demokrasi Pancasila versi Orde Baru mulai digantikan dengan demokrasi dalam arti
sesungguhnya. Hanya saja tidak mudah mewujudkan hal ini, karena setelah Soeharto tumbang
tidak ada kekuatan yang mampu mengarahkan perubahan secara damai, bertahap dan
progresiI. Yang ada justru muncul berbagai konIlik serta terjadi perubahan genetika sosial
masyarakat Indonesia. Hal ini tak lepas dari pengaruh krisis moneter yang menjalar kepada
krisis keuangan sehingga pengaruh depresiasi rupiah berpengaruh signiIikan terhadap
kehidupan ekonomi rakyat Indonesia. InIlasi yang dipicu kenaikan harga bahan bakar minyak
(BBM) sangat berpengaruh kepada kualitas kehidupan masyarakat. Rakyat Indonesia sebagian
besar masuk ke dalam sebuah era demokrasi sesungguhnya dimana pada saat yang sama
tingkat kehidupan ekonomi mereka justru tidak lebih baik dibandingkan ketika masa Orde
Baru.
Indonesia setidaknya telah melalui empat masa demokrasi dengan berbagai versi. Pertama
adalah demokrasi liberal dimasa kemerdekaan. Kedua adalah demokrasi terpimpin, ketika
Presiden Soekarno membubarkan konstituante dan mendeklarasikan demokrasi terpimpin.
Ketiga adalah demokrasi Pancasila yang dimulai sejak pemerintahan Presiden Soeharto.
Keempat adalah demokrasi yang saat ini masih dalam masa transisi. Kelebihan dan
kekurangan pada masing-masing masa demokrasi tersebut pada dasarnya bisa memberikan
pelajaran berharga bagi kita. Demokrasi liberal ternyata pada saat itu belum bisa memberikan
perubahan yang berarti bagi Indonesia. Namun demikian, berbagai kabinet yang jatuh-bangun
pada masa itu telah memperlihatkan berbagai ragam pribadi beserta pemikiran mereka yang
cemerlang dalam memimpin namun mudah dijatuhkan oleh parlemen dengan mosi tidak
percaya. Sementara demokrasi terpimpin yang dideklarasikan oleh Soekarno (setelah melihat
terlalu lamanya konstituante mengeluarkan undang-undang dasar baru) telah memperkuat
posisi Soekarno secara absolut. Di satu sisi, hal ini berdampak pada kewibawaan Indonesia di
Iorum Internasional yang diperlihatkan oleh berbagai manuver yang dilakukan Soekarno serta
munculnya Indonesia sebagai salah satu kekuatan militer yang patut diperhitungkan di Asia.
Namun pada sisi lain segi ekonomi rakyat kurang terperhatikan akibat berbagai kebijakan
politik pada masa itu.
Lain pula dengan masa demokrasi Pancasila pada kepemimpinan Soeharto. Stabilitas
keamanan sangat dijaga sehingga terjadi pemasungan kebebasan berbicara. Namun tingkat
kehidupan ekonomi rakyat relatiI baik. Hal ini juga tidak terlepas dari sistem nilai tukar dan
Mckclch "0emokrcs lndonesc (Sudch ctcu 8elum)" 6

alokasi subsidi BBM sehingga harga-harga barang dan jasa berada pada titik keterjangkauan
masyarakat secara umum. Namun demikian penyakit korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN)
semakin parah menjangkiti pemerintahan. Lembaga pemerintahan yang ada di legislatiI,
eksekutiI dan yudikatiI terkena virus KKN ini. Selain itu, pemasungan kebebasan berbicara
ternyata menjadi bola salju yang semakin membesar yang siap meledak. Bom waktu ini telah
terakumulasi sekian lama dan ledakannya terjadi pada bulan Mei 1998.
Selepas kejatuhan Soeharto, selain terjadinya kenaikan harga barang dan jasa beberapa
kali dalam kurun waktu 8 tahun terakhir, instabilitas keamanan dan politik serta KKN
bersamaan terjadi sehingga yang paling terkena dampaknya adalah rakyat kecil yang
jumlahnya mayoritas dan menyebabkan posisi tawar Indonesia sangat lemah di mata
internasional akibat tidak adanya kepemimpinan yang kuat. Namun demikian, demokratisasi
yang sedang berjalan di Indonesia memperlihatkan beberapa kemajuan dibandingkan masa-
masa sebelumnya. Pemilihan umum dengan diikuti banyak partai adalah sebuah kemajuan
yang harus dicatat. Disamping itu pemilihan presiden secara langsung yang juga diikuti oleh
pemilihan kepala daerah secara langsung adalah kemajuan lain dalam tahapan demokratisasi di
Indonesia. Diluar hal tersebut, kebebasan mengeluarkan pendapat dan menyampaikan aspirasi
di masyarakat juga semakin meningkat. Para kaum tertindas mampu menyuarakan keluhan
mereka di depan publik sehingga masalah-masalah yang selama ini terpendam dapat diketahui
oleh publik. Pemerintah pun sangat mudah dikritik bila terlihat melakukan penyimpangan dan
bisa diajukan ke pengadilan bila terbukti melakukan kesalahan dalam mengambil suatu
kebijakan publik.

B. Demokrasi Di Indonesia Saat Ini
Demokrasi Indonesia pasca kolonial, kita mendapati peran demokrasi yang makin luas. Di
zaman Soekarno, kita mengenal beberapa model demokrasi. Partai-partai Nasionalis, Komunis
bahkan Islamis hampir semua mengatakan bahwa demokrasi itu adalah sesuatu yang ideal.
Bahkan bagi mereka, demokrasi bukan hanya merupakan sarana, tetapi demokrasi akan
mencapai sesuatu yang ideal. Bebas dari penjajahan dan mencapai kemerdekaan adalah tujuan
saat itu, yaitu mencapai sebuah demokrasi. Oleh karena itu, orang makin menyukai demokrasi.
Demokrasi yang berjalan di Indonesia saat ini dapat dikatakan adalah Demokrasi Liberal.
Dalam sistem Pemilu mengindikasi sistem demokrasi liberal di Indonesia antara lain sebagai
berikut:
1. Pemilu multi partai yang diikuti oleh sangat banyak partai. Paling sedikit sejak
reIormasi, Pemilu diikuti oleh 24 partai (Pemilu 2004), paling banyak 48 Partai
(Pemilu 1999). Pemilu bebas berdiri sesuka hati, asal memenuhi syarat-syarat yang
ditetapkan KPU. Kalau semua partai diijinkan ikut Pemilu, bisa muncul ratusan sampai
ribuan partai.
Mckclch "0emokrcs lndonesc (Sudch ctcu 8elum)" 7

2. Pemilu selain memilih anggota dewan (DPR/DPRD), juga memilih anggota DPD
(senat). Selain anggota DPD ini nyaris tidak ada guna dan kerjanya, hal itu juga
mencontoh sistem di Amerika yang mengenal kedudukan para anggota senat (senator).
3. Pemilihan Presiden secara langsung sejak 2004. Bukan hanya sosok presiden, tetapi
juga wakil presidennya. Untuk Pilpres ini, mekanisme nyaris serupa dengan pemilu
partai, hanya obyek yang dipilih berupa pasangan calon. Kadang, kalau dalam sekali
Pilpres tidak diperoleh pemenang mutlak, dilakukan pemilu putaran kedua, untuk
mendapatkan legitimasi suara yang kuat.
4. Pemilihan pejabat-pejabat birokrasi secara langsung (Pilkada), yaitu pilkada gubernur,
walikota, dan bupati. Lagi-lagi polanya persis seperti pemilu Partai atau pemilu
Presiden. Hanya sosok yang dipilih dan level jabatannya berbeda. Disana ada
penjaringan calon, kampanye, proses pemilihan, dsb.
5. Adanya badan khusus penyelenggara Pemilu, yaitu KPU sebagai panitia, dan Panwaslu
sebagai pengawas proses pemilu. Belum lagi tim pengamat independen yang dibentuk
secara swadaya. Disini dibutuhkan birokrasi tersendiri untuk menyelenggarakan
Pemilu, meskipun pada dasarnya birokrasi itu masih bergantung kepada Pemerintah
juga.
6. Adanya lembaga surve, lembaga pooling, lembaga riset, dll. yang aktiI melakukan riset
seputar perilaku pemilih atau calon pemilih dalam Pemilu. Termasuk adanya media-
media yang aktiI melakukan pemantauan proses pemilu, pra pelaksanaan, saat
pelaksanaan, maupun paca pelaksanaan.
7. Demokrasi di Indonesia amat sangat membutuhkan modal (duit). Banyak sekali biaya
yang dibutuhkan untuk memenangkan Pemilu. Konsekuensinya, pihak-pihak yang
berkantong tebal, mereka lebih berpeluang memenangkan Pemilu, daripada orang-
orang idealis, tetapi miskin harta.Akhirnya, hitam-putihnya politik tergantung kepada
tebal-tipisnya kantong para politisi.
Semua ini dan indikasi-indikasi lainnya telah terlembagakan secara kuat dengan payung
UU Politik yang direvisi setiap 5 tahunan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sistem
demikian telah menjadi realitas politik legal dan memiliki posisi sangat kuat dalam kehidupan
politik nasional.
Pesta demokrasi yang kita gelar setiap 5 tahun ini haruslah memiliki visi kedepan yang
jelas untuk membawa perubahan yang Iundamental bagi bangsa Indonesia yang kita cintai ini,
baik dari segi perekonomian, pertahanan, dan persaiangan tingkat global. Oleh karena itu,
sinkronisasi antara demokrasi dengan pembangunan nasional haruslah sejalan bukan malah
sebaliknya demokrasi yang ditegakkan hanya merupakan untuk pemenuhan kepentingan
partai dan sekelompok tertentu saja.
Jika diasumsikan bahwa pemilihan langsung akan menghasilkan pemimpin yang mampu
membawa masyarakat kepada kehidupan yang lebih baik, maka seharusnya dalam beberapa
Mckclch "0emokrcs lndonesc (Sudch ctcu 8elum)" 8

tahun ke depan Indonesia akan mengalami peningkatan taraI kesejahteraan masyarakat.


Namun sayangnya hal ini belum terjadi secara signiIikan. Hal ini sebagai akibat masih terlalu
kuatnya kelompok yang pro-KKN maupun anti perbaikan. Demokrasi di Indonesia masih
berada pada masa transisi dimana berbagai prestasi sudah muncul dan diiringi prestasi yang
lain. Sebagai contoh, munculnya Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dirasakan mampu
menimbulkan eIek jera para koruptor dengan dipenjarakannya beberapa koruptor. Namun di
sisi lain, para pengemplang dana bantuan likuiditas bank Indonesia (BLBI) mendapat
pengampunan yang tidak sepadan dengan dosa-dosa mereka terhadap perekonomian.
Namun demikian, masih ada sisi positiI yang bisa dilihat seperti lahirnya undang-undang
sistem pendidikan nasional yang mengamanatkan anggaran pendidikan sebesar 20 persen.
Demikian pula rancangan undang-undang anti pornograIi dan pornoaksi yang masih
dibahas di parlemen. Rancangan undang-undang ini telah mendapat masukan dan dukungan
dari ratusan organisasi Islam yang ada di tanah air. Hal ini juga memperlihatkan adanya
partisipasi umat Islam yang meningkat dalam perkembangan demokrasi di Indonesia.
Sementara undang-undang sistem pendidikan nasional yang telah disahkan parlemen juga
pada masa pembahasannya mendapat dukungan yang kuat dari berbagai organisasi Islam.
Sementara itu, ekonomi di era demokrasi ternyata mendapat pengaruh besar dari
kapitalisme internasional. Hal ini menyebabkan dilema. Bahkan di tingkat pemerintah, ada
kesan mereka tunduk dibawah tekanan kapitalis internasional yang tidak diperlihatkan secara
kasat mata kepada publik namun bisa dirasakan.

Tantangan dan Harapan
Amartya Sen, penerima nobel bidang ekonomi menyebutkan bahwa demokrasi dapat
mengurangi kemiskinan. Pernyataan ini akan terbukti bila pihak legislatiI menyuarakan hak-
hak orang miskin dan kemudian pihak eksekutiI melaksanakan program-program yang eIektiI
untuk mengurangi kemiskinan. Sayangnya, dalam masa transisi ini, hal itu belum terjadi
secara signiIikan.
Demokrasi di Indonesia terkesan hanya untuk mereka dengan tingkat kesejahteraan
ekonomi yang cukup. Sedangkan bagi golongan ekonomi bawah, demokrasi belum
memberikan dampak ekonomi yang positiI buat mereka. Inilah tantangan yang harus dihadapi
dalam masa transisi. Demokrasi masih terkesan isu kaum elit, sementara ekonomi adalah
masalah riil kaum ekonomi bawah yang belum diakomodasi dalam proses demokratisasi. Ini
adalah salah satu tantangan terberat yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini.
Demokrasi dalam arti sebenarnya terkait dengan pemenuhan hak asasi manusia. Dengan
demikian ia merupakan Iitrah yang harus dikelola agar menghasilkan output yang baik. Setiap
manusia memiliki hak untuk menyampaikan pendapat, berkumpul, berserikat dan
bermasyarakat. Dengan demikian, demokrasi pada dasarnya memerlukan aturan main. Aturan
Mckclch "0emokrcs lndonesc (Sudch ctcu 8elum)" 9

main tersebut sesuai dengan nilai-nilai Islam dan sekaligus yang terdapat dalam undang-
undang maupun peraturan pemerintah.
Harapan dari adanya demokrasi yang mulai tumbuh adalah ia memberikan manIaat
sebesar-besarnya untuk kemaslahatan umat dan juga bangsa. Misalnya saja, demokrasi bisa
memaksimalkan pengumpulan zakat oleh negara dan distribusinya mampu mengurangi
kemiskinan. Disamping itu demokrasi diharapkan bisa menghasilkan pemimpin yang lebih
memperhatikan kepentingan rakyat banyak seperti masalah kesehatan dan pendidikan.
Tidak hanya itu, demokrasi diharapkan mampu menjadikan negara kuat. Demokrasi di
negara yang tidak kuat akan mengalami masa transisi yang panjang. Dan ini sangat merugikan
bangsa dan negara. Demokrasi di negara kuat (seperti Amerika) akan berdampak positiI bagi
rakyat. Sedangkan demokrasi di negara berkembang seperti Indonesia tanpa menghasilkan
negara yang kuat justru tidak akan mampu mensejahterakan rakyatnya. Negara yang kuat tidak
identik dengan otoritarianisme maupun militerisme.
Demokrasi di Indonesia memberikan harapan akan tumbuhnya masyarakat baru yang
memiliki kebebasan berpendapat, berserikat, berumpul, berpolitik dimana masyarakat
mengharap adanya iklim ekonomi yang kondusiI. Untuk menghadapi tantangan dan mengelola
harapan ini agar menjadi kenyataan dibutuhkan kerjasama antar kelompok dan partai politik
agar demokrasi bisa berkembang ke arah yang lebih baik.

Mckclch "0emokrcs lndonesc (Sudch ctcu 8elum)" 10

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pengalaman masa lalu bangsa kita, kelihatan bahwa demokrasi belum membudaya.
Kita memang telah menganut demokrsai dan bahkan telah di praktekan baik dalam keluarga,
masyarakat, maupun dalam kehidupan bebangsa dan bernegara. Akan tetapi, kita belum
membudanyakannya. Membudaya berarti telah menjadi kebiasaan yang mendarah daging.
Mengatakan 'Demokrasi telah menjadi budaya berarti penghayatan nilai-nilai demokrasi
telah menjadi kebiasaan yang mendarah daging di antara warga negara. Dengan kata lain,
demokrasi telah menjadi bagian yang tidak dapat dipisah-pisahkan dari kehidupanya. Seluruh
kehidupanya diwarnai oleh nilai-nilai demokrasi. Namun, itu belum terjadi. Di media massa
kita sering mendengar betapa sering warga negara, bahkan pemerintah itu sendiri, melanggar
nilai-nilai demokrasi. Orang-orang kurang menghargai kebabasan orang lain, kurang
menghargai perbedaan, supremasi hukum kurang ditegakan, kesamaan kurang di praktekan,
partisipasi warga negara atau orang perorang baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam
kehidupan pilitik belum maksimal, musyawarah kurang dipakai sebagai cara untuk
merencanakan suatu program atau mengatasi suatu masalah bersama, dan seterusnya. Bahkan
dalam keluarga dan masyarakat kita sendiri, nilai-nilai demokrasi itu kurang di praktekan.

B. Saran
Mewujudkan budaya demokrasi memang tidak mudah. Perlu ada usaha dari semua warga
negara. Yang paling utama, tentu saja, adalah adanya niat untuk memahami nilai-nilai
demokrasi. Mempraktekanya secara terus menerus, atau membiasakannya. Memahami nilai-
nilai demokrasi memerlukan pemberlajaran, yaitu belajar dari pengalaman negara-negara yang
telah mewujudkan budaya demokrasi dengan lebih baik dibandingkan kita. Dalam usaha
mempraktekan budaya demokrasi, kita kadang-kadang mengalami kegagalan disana-sini,
tetapi itu tidak mengendurkan niat kita untuk terus berusaha memperbaikinya dari hari kehari.
Jadi, demokrasi yang kita terapkan sekarang haruslah mengacu pada sendi-sendi bangsa
Indonesia yang berdasarkan IilsaIah bangsa yaitu Pancasila dan UUD 1945.
Suatu hari nanti, kita berharap bahwa demokrasi telah benar-benar membudaya di tanah
air kita, baik dalam kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, maupun dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara.


Mckclch "0emokrcs lndonesc (Sudch ctcu 8elum)" 11

DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Demokrasi (21/10/2011 19:20 WIB)
http://dondsor.blogster.com/demokrasidanKonstitusi.html (21/10/2011 19:25 WIB)
http://pas.org.my/v2/kertaskerja/PerkembanganDemokrasidiIndonesiaCabarandanPeng
harapan.pdI (21/10/2011 09:34 WIB)

Anda mungkin juga menyukai