Anda di halaman 1dari 3

3.

Ciri khas dakwah para wali


A. Kesenian dan Tradisi Khas Cirebon:

1. Tari Topeng
Tari topeng adalah salah satu tarian tradisional yang ada di Cirebon. Tari ini dinamakan tari topeng karena ketika beraksi sang penari memakai topeng. Konon pada awalnya, Tari Topeng diciptakan oleh sultan Cirebon yang cukup terkenal, yaitu Sunan Gunung Jati. Ketika Sunan Gunung Jati berkuasa di Cirebon, terjadilah serangan oleh Pangeran Welang dari Karawang. Pangeran ini sangat sakti karena memiliki pedang Curug Sewu. Melihat kesaktian sang pangeran tersebut, Sunan Gunung Jati tidak bisa menandinginya walaupun telah dibantu oleh Sunan Kalijaga dan Pangeran Cakrabuana. Akhirnya sultan Cirebon memutuskan untuk melawan kesaktian Pangeran Welang itu dengan cara diplomasi kesenian. Berawal dari keputusan itulah kemudian terbentuk kelompok tari, dengan Nyi Mas Gandasari sebagai penarinya. Setelah kesenian itu terkenal, akhirnya Pangeran Welang jatuh cinta pada penari itu, dan menyerahkan pedang Curug Sewu itu sebagai pertanda cintanya. Bersamaan dengan penyerahan pedang itulah, akhirnya Pangeran Welang kehilangan kesaktiannya dan kemudian menyerah pada Sunan Gunung Jati. Pangeran itupun berjanji akan menjadi pengikut setia Sunan Gunung Jati yang ditandai dengan bergantinya nama Pangeran Welang menjadi Pangeran Graksan. Seiring dengan berjalannya waktu, tarian inipun kemudian lebih dikenal dengan nama Tari Topeng dan masih berkembang hingga sekarang Dalam tarian ini biasanya sang penari berganti topeng hingga tiga kali secara simultan, yaitu topeng warna putih, kemudian biru dan ditutup dengan topeng warna merah. Uniknya, tiap warna topeng yang dikenakan, gamelan yang ditabuh pun semakin keras sebagai perlambang dari karakter tokoh yang diperankan. Tarian ini diawali dengan formasi membungkuk, formasi ini melambangkan penghormatan kepada penonton dan sekaligus pertanda bahwa tarian akan dimulai. Setelah itu, kaki para penari digerakkan melangkah maju-mundur yang diiringi dengan rentangan tangan dan senyuman kepada para penontonnya. Gerakan ini kemudian dilanjutkan dengan membelakangi penonton dengan menggoyangkan pinggulnya sambil memakai topeng berwarna putih, topeng ini menyimbolkan bahwa pertunjukan pendahuluan sudah dimulai. Setelah berputar-putar menggerakkan tubuhnya, kemudian para penari itu berbalik arah membelakangi para penonton sambil mengganti topeng yang berwarna putih itu dengan topeng berwarna biru. Proses serupa juga dilakukan ketika penari berganti topeng yang berwarna merah. Uniknya, seiring dengan pergantian topeng itu, alunan musik yang mengiringinya maupun gerakan sang penari juga semakin keras. Puncak alunan musik paling keras terjadi ketika topeng warna merah dipakai para penari. Setiap pergantian warna topeng itu menunjukan karakter tokoh yang dimainkan, misalnya warna putih. Warna ini melambangkan tokoh yang punya karakter lembut dan alim. Sedangkan topeng warna biru, warna itu menggambarkan karakter sang ratu yang lincah dan anggun. Kemudian yang terakhir, warna merah menggambarkan karakter yang berangasan (temperamental) dan tidak sabaran. Dan busana yang dikenakan penari biasanya selalu memiliki unsur warna kuning, hijau dan merah yang terdiri dari toka-toka, apok, kebaya, sinjang, dan ampreng Jika anda berminat untuk menyaksikan tarian yang dimainkan oleh satu atau beberapa orang penari cantik, seorang sinden, dan sepuluh orang laki-laki yang memainkan alat musik pengiring, di antaranya rebab, kecrek, kulanter, ketuk, gendang, gong, dan bendhe ini, silakan datang saja ke Cirebon. Tarian ini biasanya akan dipentaskan ketika ada acara-acara kepemerintahan, hajatan sunatan, perkawinan maupun acara-acara rakyat lainnya

2. Sintren

Di tengah-tengah kawih, muncullah Sintren yang masih muda belia. Yang konon haruslah seorang gadis, karena kalau Sintren dimainkan oleh wanita yang sudah bersuami, maka pertunjukan dianggap kurang pas. Kemudian sintren diikat dengan tali tambang mulai leher hingga kaki, sehingga secara logika, tidak mungkin Sintren dapat melepaskan ikatan tersebut dalam waktu cepat. Lalu Sintren dimasukan ke dalam sebuah carangan (kurungan) yang ditutup kain, setelah sebelumnya diberi bekal pakaian pengganti. Gamelan terus menggema, dua orang yang disebut sebagai pawang tak henti-hentinya membaca doa dengan asap kemenyan mengepul. Dan Juru kawih pun terus berulang-ulang nembang. Ketika kurungan dibuka, anehnya sang sintren telah berganti busana lengkap dengan kaca mata hitam. Setelah itu sang sintren pun akan menari. Tarian sintren sendiri lebih mirip orang yang ditinggalkan rohnya. Terkesan monoton dengan gesture yang kaku dan kosong. Dan disinilah uniknya kesenian ini. Ketika sang sintren menari, para penonton akan melemparkan uang logam ke tubuh sang penari. Ketika uang logam itu mengenai tubuhnya, maka penari sintren pun akan pingsan dan baru akan bangun kembali setelah diberi mantra-mantra oleh sang pawang. Setelah bangun kembali, sang penari sintren pun meneruskan kembali tariannya sampai jatuh pingsan lagi ketika ada uang logam yang mengenai tubuhnya. Dan konon, ketika menari tersebut, pemain sintren memang dalam keadaan tidak sadar alias kerasukan. Misteri ini hingga kini belum terungkap, apakah betul seorang Sintren berada dibawah alam sadarnya atau hanya sekadar untuk lebih optimal dalam pertunjukan yang jarang tersebut. Terlepas dari ada tidaknya unsur magis dalam kesenian ini, tetap saja kesenian ini cukup menarik untuk disaksikan. Bagi anda yang tertarik ingin mementaskan kesenian ini di daerah anda, setidaknya di Cirebon ada dua grup Sintren yang masih eksis dan produktif, masing masing pimpinan Ny. Nani dan Ny. Juju, yang beralamat di Jl. Yos Sudarso, Desa Cingkul Tengah, Gang Deli Raya, Cirebon, Jawa Barat. Kedua kelompok ini sering diundang pentas di berbagai kota di Indonesia, bahkan hingga ke luar negeri

3. Kesenian Gembyung
Seni Gembyung merupakan salah satu kesenian peninggalan para wali di Cirebon. Seni ini merupakan pengembangan dari kesenian Terbang yang hidup di lingkungan pesantren. Konon seperti halnya kesenian terbang, gembyung digunakan oleh para wali yang dalam hal ini Sunan Bonang dan Sunan Kalijaga sebagai media untuk menyebarkan agama Islam di Cirebon. Kesenian Gembyung ini biasa dipertunjukkan pada upacara-upacara kegiatan Agama Islam seperti peringatan Maulid Nabi, Rajaban dan Kegiatan 1 Syuro yang digelar di sekitar tempat ibadah. Untuk pastinya kapan kesenian ini mulai berkembang di Cirebon tak ada yang tahu pasti. Yang jelas kesenian Gembyung muncul di daerah Cirebon setelah kesenian terbang hidup cukup lama di daerah tersebut.Gembyung merupakan jenis musik ensambel yang di dominasi oleh alat musik yang disebut waditra. Meskipun demikian, di lapangan ditemukan beberapa kesenian Gembyung yang tidak menggunakan waditra tarompet Setelah berkembang menjadi Gembyung, tidak hanya eksis dilingkungan pesantren, karena pada gilirannya kesenian ini pun banyak dipentaskan di kalangan masyarakat untuk perayaan khitanan, perkawinan, bongkar bumi, mapag sri, dan lain-lain. Dan pada perkembangannya, kesenian ini banyak di kombinasikan dengan kesenian lain. Di beberapa daerah wilayah Cirebon, kesenian Gembyung telah dipengaruhi oleh seni tarling dan jaipongan. Hal ini tampak dari lagu-lagu Tarling dan Jaipongan yang sering dibawakan pada pertunjukan Gembyung. Kecuali Gembyung yang ada di daerah Argasunya, menurut catatan Abun Abu Haer, seorang pemerhati Gembyung Cirebon sampai saat ini masih dalam konteks seni yang kental dengan unsur keislamannya. Ini menunjukkan masih ada kesenian Gembyung yang berada di daerah Cirebon yang tidak terpengaruh oleh perkembangan masyarakat pendukungnya. Kesenian Gembyung seperti ini dapat ditemukan di daearah Cibogo, Kopiluhur, dan Kampung Benda, Cirebon. Alat musik kesenian Gembyung Cirebon ini adalah 4 buah kempling (kempling siji, kempling loro, kempling telu dan kempling papat), Bangker dan Kendang. Lagu-lagu yang disajikan pada pertunjukan Gembyung tersebut antara lain Assalamualaikum, Basmalah, Salawat

Nabi dan Salawat Badar. Busana yang dipergunakan oleh para pemain kesenian ini adalah busana yang biasa dipakai untuk ibadah shalat seperti memakai kopeah (peci), Baju Kampret atau kemeja putih, dan kain sarung. B.Peninggalan Para Wali:

- Masjid Merah Sebuah masjid yang kental nuansa budaya Jawa dan Cina berdiri di perkampungan Arab, Jalan Panjunan, Kota Cirebon. Masjid Merah, demikian warga sekitar menyebutnya. Masjid ini merupakan peninggalan Sunan Gunung Jati sejak 500 tahun lalu. Saat Ramadhan tiba, masjid ini banyak dikunjungi para peziarah.

- Goong Renteng,
Di kampung Cibogo Desa/Kecamatan Kadugede, Kabupaten Kuningan, ada satu jenis kesenian yang boleh dibilang langka. Dikatakan langka, tidak banyak desa yang memiliki kesenian yang merupakan peninggalan Sunan Gunung Djati tersebut. Tidak seperti pergelaran kesenian lainnya khususnya yang berkembang di daerah ini, pergelaran kesenian Goong Renteng biasanya pada acara penuh sakral, misalnya pada acara memperingati hari besar agama Islam. Pada peringatan Maulid nabi misalnya atau digelar satu tahun sekali terutama pada saat memperingati hari jadi Kuningan. Selain di Desa Kadugede, kesenian ini ada juga di Kelurahan Sukamulya, Kecamatan Cigugur dan Desa Cikeleng Kecamatan Japara. Hanya jenis waditranya saja yang berbeda dan gaungnya yang nyaris tidak terdengar lagi.Goong Renteng di Desa Kadugede, tergolong jenis Goong.Renteng Kuning. Sedangkan Goong Renteng di Desa Cikeleng termasuk jenis Goong Renteng Hitam. Tidak banyak perbedaan antara Goong Kuning dan Goong hitam, baik ukuran waditra (gamelan), laras dan cara menabuhnya. Hanya saja Goong Renteng Kuningan terbuat dari bahan Kuningan, sedangkan Goong Renteng hitam terbuat dari bahan perunggu.

Anda mungkin juga menyukai

  • Cpns
    Cpns
    Dokumen1 halaman
    Cpns
    Erwin Pra
    Belum ada peringkat
  • Satu Hati
    Satu Hati
    Dokumen1 halaman
    Satu Hati
    Erwin Pra
    Belum ada peringkat
  • Abcd
    Abcd
    Dokumen7 halaman
    Abcd
    Erwin Pra
    Belum ada peringkat
  • Semua Tentang Kita
    Semua Tentang Kita
    Dokumen1 halaman
    Semua Tentang Kita
    Erwin Pra
    Belum ada peringkat
  • Dan Hilang
    Dan Hilang
    Dokumen1 halaman
    Dan Hilang
    Erwin Pra
    Belum ada peringkat
  • Aku Dan Bintang
    Aku Dan Bintang
    Dokumen1 halaman
    Aku Dan Bintang
    Erwin Pra
    Belum ada peringkat
  • Abcd
    Abcd
    Dokumen7 halaman
    Abcd
    Erwin Pra
    Belum ada peringkat
  • NNNN
    NNNN
    Dokumen1 halaman
    NNNN
    Erwin Pra
    Belum ada peringkat
  • NNNN
    NNNN
    Dokumen1 halaman
    NNNN
    Erwin Pra
    Belum ada peringkat
  • NNNN
    NNNN
    Dokumen1 halaman
    NNNN
    Erwin Pra
    Belum ada peringkat
  • NNNN
    NNNN
    Dokumen1 halaman
    NNNN
    Erwin Pra
    Belum ada peringkat
  • NNNN
    NNNN
    Dokumen1 halaman
    NNNN
    Erwin Pra
    Belum ada peringkat
  • Paket Internet 3
    Paket Internet 3
    Dokumen2 halaman
    Paket Internet 3
    Erwin Pra
    Belum ada peringkat
  • NNNN
    NNNN
    Dokumen1 halaman
    NNNN
    Erwin Pra
    Belum ada peringkat
  • Dzikir Ya Rahman Ya Rahim
    Dzikir Ya Rahman Ya Rahim
    Dokumen2 halaman
    Dzikir Ya Rahman Ya Rahim
    Erwin Pra
    Belum ada peringkat
  • Ketebalan
    Ketebalan
    Dokumen1 halaman
    Ketebalan
    Erwin Pra
    Belum ada peringkat
  • NNNN
    NNNN
    Dokumen1 halaman
    NNNN
    Erwin Pra
    Belum ada peringkat
  • Kurnia
    Kurnia
    Dokumen6 halaman
    Kurnia
    Erwin Pra
    Belum ada peringkat
  • Koreasel
    Koreasel
    Dokumen2 halaman
    Koreasel
    Erwin Pra
    Belum ada peringkat
  • TULIS
    TULIS
    Dokumen1 halaman
    TULIS
    Erwin Pra
    Belum ada peringkat
  • Proposal Ta BMKG Repaired)
    Proposal Ta BMKG Repaired)
    Dokumen17 halaman
    Proposal Ta BMKG Repaired)
    Erwin Pra
    Belum ada peringkat