Anda di halaman 1dari 9

Nama : Raisa Adelina Npm : 240210100006 BAB V HASIL PENGAMATAN Tabel 1.

Tabel Pengamatan Beberapa Sampel untuk Identifikasi Rhodamin B, Boraks, dan Formalin Kel R 1 B F R 2 B F R 3 B F R 4 B F R 5 B F Jenis & Nama sampel Keripik Siomay Cilok Kerupuk Cilok Tahu Kerupuk Cimol Cakue Kerupuk Cilok Tahu Permen bola susu Cilok Jatinangor Pempek Majalaya Jatinangor Majalaya Jatinangor Jatinangor Sumber sampel Warna sampel Orange Jatinangor Abu-abu Putih gading Putih Putih abu Kuning Pink Putih coklat Kuning coklat Pink Putih Kuning Merah muda Putih keabuan Putih kecoklat an Ungu, putih, pink, ijo Kuning pucat Abu-abu Hijau muda Kecerahan warna +++ + ++ ++ + +++ +++ + ++ Pucat (+) Gelap +++ Terang Buram Buram Kekenyalan sampel ++ + +++ ++ ++ ++ + +++ Kekerasan sampel ++++ + +++ +++ + + ++++ + + ++ +++ + Mudah hancur +++ + Aroma Gurih Bau ikan busuk Bau aci busuk Gurih Bau aci asam Bau asam Gurih Minyak Gurih Khas kerupuk Bau ikan busuk Bau asam Bau aci busuk Khas pempek Aroma tepung Aroma daging Gula ++ Kesim pulan (+) (+) (+) (+) (+) (+) (+) (-) (+) (+) (+) (+) (+) (+) (+)

R 6 B F 7 R

Lolipop Mie Bakso Aromani s

Jatinangor Kopo Kopo Warung logam

++ + ++ +++

+ ++ -

++ ++ + +

(+) (+) (+) (+)

Nama : Raisa Adelina Npm : 240210100006 B F R 8 B F Baso ikan Ikan asin Saos Cilok Tahu SD Buah Batu Pasar Cileunyi Jatinangor Kiaracond ong Cimahi Putih keabuan Abu kecoklat an Orange Putih pucat Kuning + ++ Cerah Cerah +++ + ++++ + ++ +++ ++ Aroma ikan Bau ikan asin Khas saos Khas cilok Khas tahu (+) (+) (+) (-) (+)

BAB VI PEMBAHASAN

Nama : Raisa Adelina Npm : 240210100006

Percobaan yang dilakukan pada praktikum kali ini adalah bahan tambahan makanan. Menurut SK.Menkes No.722 / Menkes / Per /1X /88 Tgl .209-1988, bahan tambahan makanan adalah bahan atau campuran bahan yang secara alami bukan merupakan bagian dari bahan baku pangan, tetapi ditambahkan ke dalam pangan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk pangan, antara lain: bahan pewarna, pengawet, penyedap rasa, anti gumpal, pemucat dan pengental (Anonim, 2008). Menurut Anonim (2008), kegunaan bahan tambahan pangan adalah : 1. Mengawetkan pangan 2. Membentuk pangan menjadi lebih baik, renyah dan lebih enak. 3. Memberikan warna dan aroma lebih menarik 4. Meningkatkan warna dan aroma lebih menarik. 5. Menghemat biaya. Tabel 2. Bahan Pewarna Sintetis yang Dilarang di Indonesia Nomor Indeks Warna Bahan Pewarna (C.I.No.) Citrus red No.2 12156 Ponceau 3 R Red G 16155 Ponceau SX Food red no 1 14700 Rhodamine B Food red no 5 45170 Guinea Green B Acid green no 3 42085 Magenta Basic violet no 14 42510 Chrysoidine Basic orange no 2 11270 Butter yellow Solveent yellow no 2 11020 Sudan I Food yellow no 2 12055 Methanil yellow Food yellow no 14 13065 Auramine Ext D & C yellow no 1 41000 Oil orange SS Basic yellow no 2 12100 Oil orange XO Solvent oranges no 7 12140 Oil yellow AB Solvent oranges no 5 11380 Oil yellow OB Solvent oranges no 6 11390 (Sumber : Peraturan Menkes RI, No. 722/Menkes/Per/IX/88) Percobaan-percobaan yang akan dilakukan pada praktikum ini adalah uji zat pewarna (rhodamin B), uji boraks, dan uji formalin. Percobaan pertama yang dilakukan adalah uji zat pewarna (rhodamin B). Rhodamin B adalah salah satu zat

Nama : Raisa Adelina Npm : 240210100006 pewarna sintetis yang biasa digunakan pada industri tekstil dan kertas. Zat ini ditetapkan sebagai zat yang dilarang penggunaannya pada makanan melalui Menteri Kesehatan (Permenkes) No.239/Menkes/Per/V/85. Namun penggunaan Rhodamine dalam makanan masih terdapat di lapangan (Hamdani, 2010). Menurut Hamdani (2010), ciri makanan yang mengandung Rhodamin B : 1. Warna kelihatan cerah (berwarna-warni), sehingga tampak menarik. 2. Ada sedikit rasa pahit (terutama pada sirop atau limun). 3. Muncul rasa gatal di tenggorokan setelah mengonsumsinya. 4. Baunya tidak alami sesuai makanannya 5. Harganya Murah seperti saus yang cuma dijual Rp. 800 rupiah per botol Pemakaian bahan pewarna pangan sintetis dalam pangan walaupun mempunyai dampak positif bagi produsen dan konsumen, di antaranya dapat membuat suatu pangan lebih menarik, meratakan warna pangan, dan mengembalikan warna dari bahan dasar yang hilang atau berubah selama pengolahan, ternyata dapat pula menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan dan bahkan mungkin memberi dampak negatif terhadap kesehatan manusia (Cahyadi, 2006). Langkah awal dalam melakukan percobaan ini adalah dengan menimbang sampel sebanyak 5 gram, kemudian dihaluskan. Selanjutnya menambahkan 5 ml air, memipet filtrat, dan meneteskannya pada kertas saring, kemudian dipasang di dalam tabung reaksi yang telah diisi air. Setelah air naik, diamati apakah warna pada kertas saring naik atau tidak, lalu dibandingkan dengan kontrol. Sampel yang diuji pada percobaan ini adalah keripik singkong, kerupuk, kerupuk anting, bola susu, lolipop, arumanis, dan saos. Setelah diuji, ternyata semua sampel mengandung pewarna sintetis, karena dari hasil yang diujikan, tidak ada zat warna yang mengikuti air naik sampai ke atas kertas saring. Di dalam Rhodamin B sendiri terdapat ikatan dengan klorin ( Cl ) yang dimana senyawa klorin ini merupakan senyawa anorganik yang reaktif dan juga berbahaya. Rekasi untuk mengikat ion klorin disebut sebagai sintesis zat warna. Beberapa sifat berbahaya dari Rhodamin B seperti menyebabkan iritasi bila terkena mata, menyebabkan kulit iritasi dan kemerahan bila terkena kulit hampir

Nama : Raisa Adelina Npm : 240210100006 mirip dengan sifat dari Klorin yang seperti disebutkan di atas berikatan dalam struktur Rhodamin B (Hamdani, 2010). Penyebab lain senyawa ini begitu berbahaya jika dikonsumsi adalah senyawa tersebut adalah senyawa yang radikal. Senyawa radikal adalah senyawa yang tidak stabil. Dalam struktur Rhodamin kita ketahui mengandung klorin (senyawa halogen), sifat halogen adalah mudah bereaksi atau memiliki reaktivitas yang tinggi maka dengan demikian senyawa tersebut karena merupakan senyawa yang radikal akan berusaha mencapai kestabilan dalam tubuh dengan berikatan dengan senyawa-senyawa dalam tubuh kita sehingga pada akhirnya akan memicu kanker pada manusia (Hamdani, 2010). Percobaan yang selanjutnya dilakukan adalah identifikasi boraks. Asam borat (H3BO3) merupakan senyawa bor yang dikenal juga dengan nama borax. Di Jawa Barat dikenal juga dengan nama bleng, di Jawa Tengah dan Jawa Timur dikenal dengan nama pijer. Digunakan/ditambahkan ke dalam pangan/bahan pangan sebagai pengenyal ataupun sebagai pengawet (Cahyadi, 2006). Boraks disalahgunakan untuk pangan dengan tujuan memperbaiki warna, tekstur dan flavor. Boraks bersifat sangat beracun, sehingga peraturan pangan tidak membolehkan boraks untuk digunakan dalam pangan. Boraks (Na2B4O7.10H2O) dan asam borat (H3BO3) digunakan untuk deterjen, mengurangi kesadahan, dan antiseptik lemah (Badan POM RI, 2004). Langkah awal dalam melakukan percobaan ini adalah dengan menimbang 3 gram sampel, kemudian diabukan selama 2 jam dalam tanur pada suhu 600o C, selanjutnya didinginkan. Setelah dingin, ditambahkan 8 tetes H2SO4 pekat dan 1 ml metanol selanjutnya dibakar. Jika terbentuk api berwarna hijau maka maka sampel positif mengandung boraks. Sampel yang digunakan untuk percobaan ini adalah siomay, cilok, cimol, pempek, mie, dan baso ikan. Setelah dilakukan uji, terdapat 2 sampel yang negatif, yaitu cimol dan cilok dari Kiara Condong. Yang berarti saat dilakukan uji, tidak ditemukan adanya api hijau saat dilakukan pembakaran. Efek farmakologi dan toksisitas senyawa boron atau asam borat merupakan bakterisida lemahlarutan jenuhnya tidak membunuh Staphylococcus aureus. Oleh karena toksisitas lemahsehingga dapat digunakan sebagai bahan

Nama : Raisa Adelina Npm : 240210100006 pengawet pangan. Walaupun demikian, pemakaian berulang atau absorpsi berlebihan dapat mengakibatkan toksik (keracunan). Gejala dapat berupa mual, muntah, diare, suhu tubuh menurun, lemah, sakit kepala, rash erythematous, bahkan dapat menimbulkan shock. Kematian pada orang dewasa dapat terjadi dalam dosis 15-25 gram, sedangkan pada anak dosis 5-6 gram (Cahyadi, 2006). Percobaan yang terakhir dilakukan adalah identifikasi formalin (formaldehida). Senyawa ini di pasaran dikenal dengan nama formalin. Formaldehid merupakan bahan tambahan kimia yang efisien, tetapi dilarang ditambahkan pada bahan pangan (makanan), tetapi ada kemungkinan formaldehid digunakan digunakan dalam pengawetan susu, tahu, mie, ikan asin, ikan basah, dan produk pangan lainnya (Cahyadi, 2006). Formalin adalah larutan yang tidak berwarna dan baunya sangat menusuk. Di dalam formalin terkandung sekitar 37 persen formaldehid dalam air. Biasanya ditambahkan metanol hingga 15 persen sebagai pengawet. Formalin dikenal sebagai bahan pembunuh hama (desinfektan) dan banyak digunakan dalam industri. Nama lain formalin : Formol, Methylene aldehyde, Paraforin, Morbicid, Oxomethane, Polyoxymethylene glycols, Methanal, Formoform, Superlysoform, Formic aldehyde, Formalith, Tetraoxymethylene, Methyl oxide, Karsan, Trioxane, Oxymethylene, dan Methylene glycol (Grandfa, 2007). Menurut Grandfa (2007), penggunaan formalin adalah sebagai :
Pembunuh kuman sehingga dimanfaatkan untuk pembersih : lantai, kapal,

gudang dan pakaian


Pembasmi lalat dan berbagai serangga lain Bahan pembuatan sutra buatan, zat pewarna, cermin kaca dan bahan peledak Dalam dunia fotografi biasaya digunakan untuk pengeras lapisan gelatin dan

kertas
Bahan pembuatan pupuk dalam bentuk urea

Bahan pembuatan produk parfum


Bahan pengawet produk kosmetika dan pengeras kuku Pencegah korosi untuk sumur minyak

Bahan untuk insulasi busa


Bahan perekat untuk produk kayu lapis (plywood)

Nama : Raisa Adelina Npm : 240210100006


Dalam konsentrasi yag sangat kecil (< 1 persen) digunakan sebagai pengawet

untuk berbagai barang konsumen seperti pembersih rumah tangga, cairan pencuci piring, pelembut, perawat sepatu, shampoo mobil, lilin dan karpet Langkah awal dalam melakukan percobaan ini adalah dengan menimbang 5 gram sampel, kemudian dihaluskan, selanjutnya menambahkan 5 ml aquades steril, lalu disaring. Setelah disaring, ditambahkan 3 tetes KMnO 4 0,02 N, selanjutnya dilakukan perbandingan dengan kontrol. Jika warna KMnO4 hilang, maka sampel positif mengandung formalin. Sampel yang digunakan untuk identifikasi formalin ini adalah cilok, tahu, baso, ikan, asin. Setelah dilakukan uji, semua sampel terbukti positif mengandung formalin, karena saat diteteskan KMnO4, warna ungu dari KMnO4 hilang. Hal ini disebabkan karena KMnO4 teroksidi dalam larutan yang mengandung formalin. Uap formaldehid sangat iritan terhadap membran mukosa, dan dapat mengiritasi mata, hidung, dan bila uap dihirup dapat terjadi iritasi saluran pernafasan yang parah, antara lain dapat menyebabkan batuk, sposmus laring, bronchitis, dan pneumonia, dapat pula timbul asma pada inhalasi beruang. Formalin dalam saluran pencernaan dapat menyebabkan rasa sakit yang sangat disertai dengan radang, ulca, dan hedrosis membran mukosa. Hal ini karena sifatnya yang merupakan iritan kuat membran mukosa. Dapat juga menyebabkan muntah dan diare berdarah (Cahyadi, 2006).

BAB VII KESIMPULAN Pada percobaan identifikasi zat pewarna (rhodamin B), jika warna pada kertas saring tetap di bawah, maka sampel positif mengandung rhodamin B. Dari 8 sampel yang diujikan, didapat bahwa semua sampel mengandung zat pewarna rhodamin B. Pada percobaan identifikasi boraks, jika pada saat dilakukan pembakaran terdapat api hijau, maka sampel positif mengandung boraks. Dari sampel yang

Nama : Raisa Adelina Npm : 240210100006 diujikan, 6 sampel positif mengandung boraks, sedangkan 2 sampel negatif mengandung boraks, yaitu cimol dan cilok Kiara Condong. Pada percobaan identifikasi formalin, jika pada saat diteteskan KMnO4 warna ungu hilang, maka sampel positif mengandung formalin. Dari 8 sampel yang diujikan, didapat bahwa semua sampel mengandung formalin.

DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2008. Info Bahan Tambahan Pangan/Food Additive yang Diperbolehkan Departemen Kesehatan. Available at : http://www.kursustristar.com/infobahan-tambahan-pangan-food-additive-yang-diperbolehkan-dep-kes/ (diakses 25 November 2011) Badan POM RI. 2004. Bahan Tambahan Ilegal Boraks, Formalin, dan Rhodamin B. Available at : http://www.pom.go.id/surv/events/foodwatch %201st%20edition.pdf (diakses 26 November 2011)

Nama : Raisa Adelina Npm : 240210100006 Cahyadi, Wisnu. 2006. Analisis & Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan. Jakarta : PT Bumi Aksara. Grandfa. 2007. Formalin dan Bahayanya. Available at : http://id.shvoong.com/medicine-and-health/1670149formalin-dan-bahayanya/#ixzz1epO1E6hY (diakses 26 November 2011) Hamdani, S. 2010. Rhodamin B. Available at : http://catatankimia.com/catatan/rhodamin-b.html (diakses 26 November 2011)

Anda mungkin juga menyukai