Imobilisasi didefinisikan sebagai keadaan yang tidak bergerak/tirah baring selama 3
hari atau lebih dengan gerak anatomik tubuh menghilang akibat perubahan fungsi fisiologik. Berbagai faktor fisik, psikologis, dan lingkungan dapat menyebabkan imobilisasi pada usia lanfut. Penyebab utama imobilisasi adalah adanya rasa nyeri, lemah, kekakuan otot, ketidakseimbangan, dan masalah psikologis. Pengaruh imobilisasi pada system musculoskeletal meliputi gangguan mobilisasi permanenketerbatasan mobilisasi mempengaruhi otot klien melalui kehilangan daya tahan, penurunan masa otot, atroIi, dan penurunan stabilitas Pengaruh lain dari keterbatasan mobilisasi yang mempengaruhi system skeletal adalah gangguan metabolisme kalsium dan gangguan mobilisasi sendi
Komplikasi pada pasien imobilisasi pada system muskuloskeletal antara lain: !03aruh otot Akibat pemecahan protein, klien mengalami kehilangan masa tubuh, yang membentuk sebagian otot Oleh karena itu, penurunan massa otot tidak mampu mempertahankan aktivitas tanpa meningkatkan kelelahan Massa otot menurun akibat metabolisme dan tidak digunakan Jika imobilisasi berlanjut dan otot tidak dilatih, maka akan terjadi penurunan massa yang berkelanjutan Penurunan mobilisasi dan gerakan mengakibatkan kerusakan muskoloskeletal yang besar, yang perubahan Iisiologi utamanya adalah atroIi AtroIi adalah suatu keadaan yang dipandang secara luas sebagai respons terhadap penyakit dan penurunan aktivitas sehari-hari, seperti pada respons imobilisasi dan tirah baring (Kasper, et al, Penurunan stabilitas terjadi akibat kehilangan daya tahan, penurunan massa otot, atroIi dan kehilangan sendi yang aktual Sehingga klien tersebut tidak mampu bergerak terus menerus dan sangat beresiko untuk jatuh 2 !03aruh Sk0l0t Imobilisasi menyebabkan dua perubahan terhadap skelet: gangguan metabolism kalsium dan Kelainan sendi Karena imobilisasi berakibat pada resorpsi tulang, sehingga jaringan tulang menjadi kurang padat, dan terjadi osteoporosis (Holm, Apabila osteoporosis terjadi, maka klien beresiko Iraktur patologis Imobilisasi dan aktivitas yang tidak menyangga tubuh meningkatkan kecepatan resorpsi tulang Resorpsi tulang juga menyebabkankalsium terlepas kedalam darah, sehingga mengakibatkan terjadi hiperkalsemia 3 Ko3traktur S03/i Kontraktur sendi adalah kondisi abnormal dan biasa permanen yang di tandai oleh sendi Ileksi dan terIiksasi Hal ini disebabkan tidak digunakannya, atroIi, dan pemendekan serat otot Jika terjadi kontraktur maka tidak dapat mempertahankan rentang gerak dengan penuh Sayangnya kontraktur sering menjadikan sendi pada posisi yang tidak berIungsi (Lehmkuhl et al, Satu macam kontraktur yang umum dan lemah yang sering terjadi adalah foot drop Jika 1oot drop terjadi maka kaki terIiksasi pada posisi plantarIleksi secara permanen Ambulasi sulit pada kaki dengan posisi ini
Adapun komplikasi yang terjadi pada pasien imobilisasi pada system lain, antara lain: 4 %rombosis %rombosis vena dalam merupakan salah satu gangguan vaskular periIer yang penyebabnya multiIaktorial, meliputi Iaktor genetik dan lingkungan %erdapat tiga Iaktor yang meningkatkan risiko trombosis vena dalam yaitu karena adanya luka di vena dalam karena trauma atau pembedahan, sirkulasi darah yang tidak baik pada vena dalam, dan berbagai kondisi yang meningkatkan resiko pembekuan darah Beberapa kondisi yang dapat menyebabkan sirkulasi darah tidak baik di vena dalam meliputi gagal jantung kongestiI, imobilisasi lama, dan adanya gumpalan darah yang telah timbul sebelumnya Gejala trombosis vena bervariasi, dapat berupa rasa panas, bengkak, kemerahan, dan rasa nyeri pada tungkai 5 Emboli !aru mboli paru dapat menghambat aliran darah ke paru dan memicu reIleks tertentu yang dapat menyebabkan panas yang mengakibatkan naIas berhenti secara tiba-tiba Sebagian besar emboli paru disebabkan oleh emboli karena trombosis vena dalam Berkaitan dengan trombosis vena dalam, emboli paru disebabkan oleh lepasnya trombosis yang biasanya berlokasi pada tungkai bawah yang pada gilirannya akan mencapai pembuluh darah paru dan menimbulkan sumbatan yang dapat berakibat Iatal mboli paru sebagai akibat trombosis merupakan penyebab kesakitan dan kematian pada pasien lanjut usia 6 Ulkus /0kubitus Luka akibat tekanan merupakan komplikasi yang paling sering terjadi pada pasien usia lanjut dengan imobilisasi Jumlah tekanan yang dapat mempengaruhi mikrosirkulasi kulit pada usia lanjut berkisar antara 25 mmHg %ekanan lebih dari 25 mmHg secara terus menerus pada kulit atau jaringan lunak dalam waktu lama akan menyebabkan kompresi pembuluh kapiler Kompresi pembuluh dalam waktu lama akan mengakibatkan trombosis intra arteri dan gumpalan Iibrin yang secara permanen mempertahankan iskemia kulit RelieI bekas tekanan mengakibatkan pembuluh darah tidak dapat terbuka dan akhirnya terbentuk luka akibat tekanan 7 Hipot03si postural Hipotensi postural adalah penurunan tekanan darah sebanyak 2 mmHg dari posisi berbaring ke duduk dengan salah satu gejala klinik yang sering timbul adalah iskemia serebral, khusunya sinkop Pada posisi berdiri, secara normal 6- ml darah dialirkan ke bagian tubuh inIerior terutama tungkai Penyebaran cairan tubuh tersebut menyebabkan penurunan curah jantung sebanyak 2, penurunan volume sekuncup 5 dan akselerasi Irekuensi jantung sebanyak Pada orang normal sehat, mekanisme kompensasi menyebabkan vasokonstriksi dan peningkatan denyut jantung yang menyebabkan tekanan darah tidak turun Pada lansia, umumnya Iungsi baroreseptor menurun %irah baring total selama paling sedikit minggu akan mengganggu kemampuan seseorang untuk menyesuaikan posisi berdiri dari berbaring pada orang sehat, hal ini akan lebih terlihat pada lansia 8 !30umo3ia /a3 i310ksi salura3 k0mih (ISK) Akibat imobilisasi retensi sputum dan aspirasi lebih mudah terjadi pada pasien geriatri Pada posisi berbaring otot diaIragma dan interkostal tidak berIungsi dengan baik sehingga gerakan dinding dada juga menjadi terbatas yang menyebabkan sputum sulit keluar dan pasien mudah terkena pneumonia Aliran urin juga terganggu akibat tirah baring yang kemudian menyebabkan inIeksi saluran kemih Inkontinensia urin juga sering terjadi pada usia lanjut yang mengalami imobilisasi yang disebabkan ketidakmampuan ke toilet, berkemih yang tidak sempurna, gangguan status mental, dan gangguan sensasi kandung kemih 9 Ga3ua3 3utrisi (hipoalbumi30mia) Imobilisasi akan mempengaruhi sistem metabolik dan endokrin yang akibatnya akan terjadi perubahan terhadap metabolisme zat gizi Salah satu yang terjadi adalah perubahan metabolisme protein Kadar plasma kortisol lebih tinggi pada usia lanjut yang imobilisasi sehingga menyebabkan metabolisme menjadi katabolisme Keadaan tidak beraktiIitas dan imobilisasi selama 7 hari akan meningkatkan ekskresi nitrogen urin sehingga terjadi hipoproteinemia Ko3stipasi /a3 skibala Imobilisasi lama akan menurunkan waktu tinggal Ieses di kolon Semakin lama Ieses tinggal di usus besar, absorpsi cairan akan lebih besar sehingga Ieses akan menjadi lebih keras Asupan cairan yang kurang, dehidrasi, dan penggunaan obat- obatan juga dapat menyebabkan konstipasi pada pasien imobilisasi
Prognosis pada pasien imobilisasi tergantung pada penyakit yang mendasari imobilisasi dan komplikasi yang ditimbulkananya. Perlu dipahami, imobilisasi dapat memperberat penyakit dasarnya bila tidak ditangani sedini mungkin, bahkan dapat sampai menimbulkan kematian (Li:a, 2008).