Anda di halaman 1dari 17

PELUANG

(bagian ke-2)



Nama : Ruhiyat Rizki Permana
No. Reg : 3215092195
Prodi : Pendidikan Fisika



1URUSAN FISIKA
FAKULTAS MIPA
UNIVERSITAS NEGERI 1AKARTA
2011

aftar isi

Materi Pengantar
Faktorial 1

1. Permutasi 2
1.a Permutasi yang Memuat Beberapa Unsur Sama
1.b Permutasi Siklis 4
1.c Permutasi Berulang 4
2. Kombinasi 5
. Kejadian Terpisah 7
4. Kejadian Salaing Bebas 8
5. Kejadian Bersyarat 9
6. Kaidah Bayes 10

DaItar Pustaka 1




MATERI PENGANTAR
FAKTORIAL
Faktorial dari bilangan asli dideIinisikan sebagai berikut.

DideIinisikan pula bahwa:

Dengan menggunakan deIinisi tersebut, Iaktorial suatu bilangan asli dapat
ditentukan.
Sebagai contoh:
a. 2! 1 x 2 2
b. ! 1 x 2 x 6
c. 4! 1 x 2 x x 4 24
d. 5! 1 x 2 x x 4 x 5 120









1! 1 dan 0! 1
Untuk setiap bilangan asli n, dideIinisikan:
n ! 1 x 2 x 3 x . . . x (n-2) x (n-1) x n
lambang atau notasi n! dibaca sebagai n Iaktorial.


1. PERMUTASI
Definisi permutasi:

Banyak permutasi r unsur yang diambil dari n unsur yang tersedia dilambangkan
dengan notasi:

Contoh soal Permutasi:
P


!
(-)!

Permutasi r unsur yang diambil dari n unsur yang tersedia (tiap unsur itu
berbeda) adalah susunan dari r unsur itu dalam suatu urutan ( r A n ).


1.a !ermutasi yang Memuat Beberapa Unsur Sama
Misalkan dari n unsur yang tersedia terdapat unsur yang sama , maka
banyak permutasi dari n unsur itu ditentukan dengan aturan.
P
!
!

Missalkan dari n unsur yang tersedia, terdapat k unsur yang sama, l unsur
yang sama dan m unsur yang sama, maka banyak permutasi dari n unsur itu
ditentukan dengan aturan.
P
!
! ! !

Contoh soal Permutasi yang Memuat Unsur Sama:
1. erapa banyak permutasi dari 4 huruf A, , C, dan
awab:
O uruI pertama dalam susunan itu dapat dipilih dengan 4 cara, yaitu huruI A, atau
B, atau C, atau D.
O uruI kedua dapat dipilih dengan cara. Misalnya kalau huruI pertama dipilih B,
maka huruI kedua yang dapat dipilih adalah D, atau A, atau C.
O uruI ketiga dapat dipilih dengan 2 cara. Misalnya kalau huruI pertama dipilih B
dan huruI kedua dipilih D, maka huruI ketiga yang dapat dipilih adalah A dan C.
O uruI keempat dapat dipilih dengan 1 cara. Misalnya kalau huruI pertama dipilih
B, huruI kedua dipilih D, dan huruI ketiga dipilih A, maka huruI keempat tinggal
1 pilihan, yaitu huruI C.
Dengan menggunakan aturan perkalian, banyak susunan yang mungkin itu seluruhnya
adalah:
4 x 3 x 2 x 1 4! 24 atau P
4
4
24
2. erapa banyak permutasi 2 huruf yang dapat diambil dari huruf-huruf A, , C,
dan
awab:
O uruI pertama dalam susunan itu dapat dipilih dengan 5 cara, yaitu A, atau B,
atau C, atau D, atau E.
O uruI kedua dapat dipilih dengan 4 cara. Misalnya jika huruI pertama dipilih D,
maka huruI kedua yang dapat dipilih adalah huruI A,B, C, dan E.
Dengan menggunakan aturan perkalian, banyak susunan yang mungkin itu seluruhnya
adalah:
5 x 4
!
3!
20 atau P
3


!
(-2)!
20




1.b !ermutasi Siis

Contoh Soal Permutasi Siklis:
Misalkan tersedia n unsur yang berbeda.
Banyak permutasi siklis dari n unsure itu ditentukan dengan aturan
!
siklis
( n-1 )!
erapa banyak permutasi 3 huruf yang diambil dari huruf-huruf A, A dan
awab:
dengan member indeks pada huruI yang sama maka diperoleh permutasi sebagai
berikut.
A
1
A
2
, A
2
A
1
, A
1
A
2
, A
2
A
1
, A
1
A
2
, A
2
A
1

Permutasi-permutasi di atas dikelompokkan sedemikian rupa sehingga dalam satu
kelompok memuat permutasi yang sama apabila indeksnya dihapuskan.
Misalnya:
O Kelompok A
1
A
2
dan A
2
A
1
jika indeks dihapus diperoleh permutasi AA
O Kelompok A
1
A
2
dan A
2
A
1
jika indeks dihapus diperoleh permutasi AA
O Kelompok A
1
A
2
dan A
2
A
1
jika indeks dihapus diperoleh permutasi AA
Dalam tiap-tiap kelompok di atas terdapat 2!2 permutasi, yaitu menyatakan
banyak permutasi dari unsur A
1
dan A
2
. Sedangkan A
1
dan A
2
menjadi unsur-
unsur yang sama jika indeksnya dihapuskan.
Dengan demikian, banyak permutasi unsur yang memuat 2 unsur yang sama
dapat ditentukan sebagai berikut.
P
!
!

3!
2!

3 x 2 x 1
2 x 1
3
adi, banyak permutasi dari huruI-huruI A
,
A dan B adalah macam.
Ketiga permutasi itu adalah AAB, ABA dan BAA.



1.c !ermutasi Beruang
ika unsur-unsur yang tersedia boleh berulang dalam suatu susunan, sehingga
dapat diperoleh susunan-susunan huruI yang berbentuk seperti:
AAA, AAB, AAC, . . . , BBA, BBB, BBC, . . . , CCA, CCB, CCC, . . . , dan
seterusnya. Maka permutasi semacam ini disebut permutasi berulang.

Contoh Soal Permutasi Berulang:

2. KOMINASI

Misalkan tersedia huruI A, B dan C akan diambil 2 huruI tanpa
memperhatikan urutannya. Oleh karena urutan tidak diperhatikan, maka susunan AB
susunan BA, susunan AC susunan CA, begitu pula susunan BC susunan CB.
Dengan demikian, hanya terdapat pilihan, yaitu susunan-susunan AB, AC dan BC.
erapa banyak permutasi berulang dari tiga huruf A, dan C
awab:
Permutasi berulang dari huruI A, B dan C dapat ditentukan dengan memakai aturan
perkalian sebagai berikut.
O uruI pertama dapat dipilih dengan cara, yaitu A, B dan C.
O uruI kedua dapat dipilih dengan cara.
O uruI ketiga dapat dipilih dengan cara.
Dengan menggunakan aturan perkalian, banyak susunan seluruhnya ada
3 x 3 x 3 3
3
27
Misalkan tersedia n unsure yang berbeda.
Banyak permutasi berulang r unsur yang diambil dari n unsur yang tersedia
ditentukan dengan aturan:
!
berulang
n
r
Misalkan ada 3 orang A (Ani), (udi) dan C (Carli) menempati empat buah
kursi yang mengelilingi sebuah meja bundar. erapa banyak susunan yang dapat
terjadi
awab:
Banyak unsur n, maka banyak permutasi siklis dari unsur itu seluruhnya ada
!siklis ( 3 - 1 )! 2! 1 x 2 2
adi, banyaknya susunan yang dapat terjadi ada 2 macam.
Yaitu : jika ABC dan ACB.

Sebab huruI-huruInya boleh berulang



Pilihan yang dilakukan dengan cara seperti itu disebut kombinasi 2 unsur diambil
dari unsur yang tersedia.
adi, kombinasi dapat dideIinisikan sebagai berikut

Definisi: Kombinasi

Banyak kombinasi r unsur yang diambil dari n unsur yang tersedia dilambangkan
dengan notasi:

Contoh Soal Kombinasi:


1. Tiga buah huruf diambil dari huruf-huruf P, R, O, , U, K, S dan I. erapa banyak
cara memilih ketiga huruf itu jika urutan huruf tidak diperhatikan
awab:
Banyak unsur yang tersedia n8, yaitu huruI-huruI P, R, O, D, U, K, S dan I. diambil
huruI, r3. Karena urutan tidak diperhatikan, maka banyak cara memilih merupakan
kombinasi unsur yang diambil dari 8 unsur yang tersedia.
V
3
8

8!
3!(8-3)!

8!
3! !

1x2x3x4xxx7x8
(1x2x3)(1x2x3x4x)
7 x 8 56
adi, banyak cara memilih huruI dari unsur-unsur P, R, O, D, U, K, S dan I seluruhnya
ada 56 macam
V


!
!(-)!

Kombinasi r unsur yang diambil dari n unsur yang tersedia (tiap unsur berbeda)
adalah suatu pilihan dari r unsur tanpa memperhatikan urutannya (r A n)




2. alam sebuah organisasi akan dipilih panitia yang terdiri dari 5 orang. Calon
panitia yang tersedia terdiri dari 6 orang pria dan 5 orang wanita. erapa
banyak susunan panitia yang dapat dibentuk, jika disyaratkan:
a. Anggota panitia terdiri atas 3 orang pria dan 2 orang wanita
b. Anggota panitia ini sekurang-kurangnya terdiri atas 2 orang pria
awab:
a. -) orang pria dipilih dari 6 orang pria yang tersedia merupakan kombinasi
unsur yang diambil dari 6 unsur
V
3


!
3!(-3)!

!
3! 3!

1x2x3x4xx
(1x2x3)(1x2x3)
4 x 5 20
.
-) 2 orang wanita dipilih dari 5 orang pria yang tersedia merupakan kombinasi 2
unsur yang diambil dari 5 unsur.
V
2


!
2!(-2)!

!
2! 3!

1x2x3x4x
(1x2)(1x2x3)
2 x 5 10
adi, banyak banyak panitia yang dapat dibentuk yang terdiri dari orang pria dan 2
orang wanita adalah
V
3

x V
2

20 x 10 200

b. Panitia terdiri dari 5 orang dengan syarat sekurang-kurangnya terdiri atas 2 orang
pria. Kemungkinan susunannya adalah sebagai berikut:
O 2 orang pria dan orang wanita
O orang pria dan 2 orang wanita
O 4 orang pria dan 1 orang wanita
O 5 orang pria
-) Banyak panitia yang dapat dipilih dengan 2 orang pria dan orang wanita,
V
2

x V
3


!
2! 4!
x
!
3! 2!
15 x 10 150
-) Banyak panitia yang dapat dipilih dengan orang pria dan 2 orang wanita,
V

x V


!
3! 3!
x
!
2! 3!
20 x 10 200
-) Banyak panitia yang dapat dipilih dengan 4 orang pria dan 1 orang wanita,
V

x V


!
4! 2!
x
!
1! 4!
15 x 5 75
-) Banyak panitia yang dapat dipilih dengan 5 orang pria,
V


!
! 1!
5
Dengan menggunakan aturan penjumlahan, banyak susunan panitia secara
keseluruhan adalah:
V
2

x V
3

+ V
3

x V
2

+ V
4

x V
1

+ V

150 + 200 + 75 + 5 430


adi, banyak susunan panitia seluruhnya yang dapat dibentuk seluruhnya ada 40
macam

3. KE1AIAN TERPISAH (saling lepas)

Dua kejadian A dan B dikatakan sebagai dua kejadian terpisah apabila dua
kejadian tersebut tidak mungkin muncul secara bersama-sama. Dengan kata lain,
peluang munculnya dua kejadian trpisah, A dan B, secara bersama-sama adalah nol.
Misalkan kejadian A dan kejadian B merupakan dua kejadian yang terpisah
atau saling lepas, maka A Y B X (himpunan kosong) sehingga n(A Y B) 0.
Karena n(A Y B) 0, maka
! (A Y )
(A Y B)
()

()
=
Catatan: P ( A B ) P ( A ) P ( B ) P (A Y B )
Substitusi P ( A Y B ) 0 dengan persamaan diatas, diperoleh:
P ( A B ) P (A) P (B) 0
P ( A B ) P (A) P (B)
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa:

Contoh peluang kejadian-kejadian terpisah
1. A munculnya sisi muka, B munculnya sisi belakang apabila sebuah koin
dilempar sekali.
2. Apabila sebuah dadu dilempar sekali:
a. A munculnya sisi genap, B munculnya sisi ganjil.
b. A munculnya sisi prima, B munculnya sisi bukan prima.
c. A munculnya sisi 1 atau 2, B munculnya sisi atau 4, C munculnya sisi 5
atau 6.


ika A dan B masing-masing merupakan dua kejadian yang terpisah atau saling
lepas, maka peluang gabungan dua kejadian yang saling lepas itu ditentukan
dengan aturan
! ( A ) ! (A) + ! ()


Contoh Soal Peluang pada Kejadian Terpisah:


4. KE1AIAN SALING EAS
Menghitung peluang dua kejadian yang saling bebas, untuk memahaminya
simaklah percobaan berikut ini.
Dua buah dadu dilemparkan bersamaan satu kali. Misalkan:
O Kejadian A adalah kejadian munculnya mata dadu pertama angka 2, maka
A (2,1), (2,2), (2,), (2,4), (2,5), (2,6)=
O Kejadian B adalah kejadian munculnya mata dadu kedua angka 5, maka
B (1,5), (2,5), (,5), (4,5), (5,5), (6,5)=
Kejadian munculnya angka 2 pada dadu pertama tidak terpengaruh oleh
kejadian munculnya angka 5 pada dadu kedua dan begitu sebaliknya. Dalam
hal demikian , kejadian A dan kejadian B disebut dua kejadian saling bebas.
Menghitung peluang dua kejadian yang saling bebas sebagai berikut.
n(S) 6 x 6 6
Sebuah kartu diambil secara acak dari 1 set kartu bridge. erapa peluang yang
terambil itu adalah kartu sekop atau kartu berwarna merah
awab:
Misalkan,
A adalah kejadian yang terambil kartu sekop, maka n (A) 1
! (A)
(A)
(S)


B adalah kejadian yang terambil kartu merah, maka n (B) 26
! (B)
(B)
(S)


Karena A dan B merupakan dua kejadian yang terpisah, maka
P ( A B ) P (A) P (B)

P ( A B )


adi, peluang yang terambil itu kartu sekop atau kartu berwarna merah adalah
! ( A )
3
4



O A (2,1), (2,2), (2,), (2,4), (2,5), (2,6)= , n(A) 6 !(A)
(A)
(S)


O B (1,5), (2,5), (,5), (4,5), (5,5), (6,5)=, , n(B) 6 !(B)
(B)
(S)


O A Y B (2,5)=, n(A Y B) 1 !(A Y B)
(A Y B )
(S)


Berdasrkan perhitungan diatas, diperoleh hubungan berikut:




5. KE1AIAN ERSYARAT
Misalkan pada percobaan melempar dadu sebanyak satu kali. Akan
ditentukan kejadian munculnya mata dadu angka ganjil jika disyaratkan kejadian
munculnya mata dadu angka prima terjadi terlebih dahulu.
Mula-mula ruang contoh S1, 2, , 4, 5, 6=. Dengan syarat bahwa kejadian
munculnya mata dadu angka prima terjadi dulu, maka ruang contohnya menjadi 2,
, 5=. Dalam ruang contoh yang baru, yaitu 2, , 5=, kejadian munculnya mata dadu
angka ganjil adalah , 5=. Kejadian ini disebut kejadian bersyarat, yaitu
merupakan kejadian munculnya mata dadu angka ganjil yang ditentukan oleh
persyaratan kejadian munculnya mata dadu angka prima terjadi terlebih dahulu.
Lalu timbul pertanyaan, bagaimana cara menghitung peluang kejadian bersyarat?
Untuk menjawab pertanyaan itu, marilah kita simak kembali percobaan diatas.
O Dalam ruang contoh semula S1, 2, , 4, 5, 6=, n(S) 6 sehingga !(1=)
!(2=) !(=) !(4=) !(5=) !(6=)

.
A adalah kejadian munculnya mata dadu angka ganjil, A 1, , 5= sehingga
n(A) dan !(A)


ika kejadian A dan kejadian B bebas, maka berlaku:
! ( A Y ) ! (A) x ! ()
Sebaliknya, jika P(A Y B) P (A) x P (B) maka kejadian A dan kejadian B tidak bebas.


B adalah kejadian munculnya mata dadu angka prima, B 2, , 5= sehingga
n(B) dan !(B)


O Dalam ruang contoh yang baru B2, , 5=, n(B) sehingga !(2=)
!(=) !(5=)

.
Kejadian bersyarat A<B , 5=, n(A<B) 2
Peluang kejadian bersyarat A<B adalah !(A<B)
(A<B)
(B)

, sebab kejadian
bersyarat A<B terjadi dalam ruang contoh B.
Dari hasil-hasil perhitungan diatas, diperoleh !(A)

, !(B)

, !(AYB)

, dan !(A<B)

, sehingga didapat hubungan sebagai berikut:



!(AYB) !(B) x !(A<B)

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa:


6. KAIAH AYES
Bayes adalah ahli matematika Eropa (1702-1761). Kaidah Bayes diambil dari
teori Thomas Bayes tentang kejadian atau peluang bersyarat.
1) Peluang kejadian A dengan syarat kejadian B terjadi lebih dahulu,
ditentukan dengan aturan
!(A<)
P(AYB)
P(B)
! () 0
2) Peluang kejadian B dengan syarat kejadian A terjadi lebih dahulu,
ditentukan dengan aturan
!(<A)
P(AYB)
P(A)
! (A) 0


Beberapa percobaan dalam teori peluang kadang-kadang harus dilakukan
melalui proses pengambilan contoh. Misalnya dari satu set kartu bridge akan diambil
sebuah kartu sebanyak dua kali secara berurutan. Pengambilan kartu dilakukan
secara acak. Pengambilan kartu dengan cara seperti ini disebut pengambilan contoh
acak.
Munculnya kejadian pada pengambilan kartu kedua ditentukan oleh dengan
atau tanpa pengambilan kartu yang diambil pada pengambilan pertama. adi, proses
pengambilan contoh sebuah kartu sebanyak dua kali secara berurutan dapat
dilakukan dengan dua cara, yaitu:
1) Mengambil contoh dengan pengembalian
Misalkan kartu pertama telah diambil. Kartu ini dekembalikan lagi sehingga
jumlah kartu tetap seperti jumlah kartu semula. Kartu-kartu ini dikocok lagi, baru
diambil kartu yang kedua.
2) Mengambil contoh tanpa pengembalian
Misalkan kartu pertama telah diambil. Kartu yang telah diambil itu tidak
dikembalikan. ika jumlah kartu semula n. maka kartu berikutnya menjadi (n-1).
Kartu-kartu sebanyak (n-1) buah itu dikocok, kemudian diambil kartu kedua.
A. !euang Kejadian pada !engambian Contoh dengan !engembaian
Misalkan dari satu set kartu bridge akan diambil sebuah kartu sebanyak dua
kali secara berurutan. Berapa peluang kejadian terambil kartu As pada
pengambilan pertama dan kartu king pada pengambilan kedua, kalau kartu
yang telah diambil pada pengambilan pertama dikembalikan?
Peluang kejadian di atas dapat dihitung sebagai berikut.
O Misalkan

adalah kejadian terambilnya kartu As pada pengambilan


pertama, maka !(


O Kartu yang telah diambil pada pengambilan pertama dikembalikan,
sehingga jumlah kartu dalam satu set tetap sebanyak 52 lembar.
Misalkan

adalah kejadian terambilnya kartu King pada pengambilan


kedua, maka !(



O Perhatikan bahwa

dan

merupakan dua kejadian yang saling bebas,


maka
! (

) ! (

) x ! (

)
! (


adi, peluang kejadian terambilnya kartu As pada pengambilan pertama
dan kartu King pada pengambilan kedua (kartu yang diambil pada
pengambilan pertama dikembalikan) adalah ! (

.
B. !euang Kejadian pada !engambian Contoh tanpa !engembaian
Masalah yang sama seperti dalam pasal A, akan tetapi kartu yang diambil
pada pengambilan pertama tidak dikembalikan.
Peluang kejadian dapat dihitung sebagai berikut.
O Misalkan

adalah kejadian terambilnya kartu As pada pengambilan


pertama, maka
!(


O Kartu yang telah diambil pada pengambilan pertama tidak dikembalikan,
sehingga jumlah kartu yang sekarang menjadi (52 1) 52 lembar.
Misalkan

adalah kejadian terambilnya kartu King pada pengambilan


kedua (kejadian ini merupakan kejadian bersyarat

<

, sebab kejadian

ditentukan oleh syarat kejadian

), maka !(

<


! (

<

)
P (
1
Y
2
)
P (
1
)

! (

) !(

) x ! (

<

)
! (


adi, peluang kejadian terambilnya kartu As pada pengambilan pertama
dan kartu King pada pengambilan kedua (kartu yang diambil pada
pengambilan pertama tidak dikembalikan) adalah ! (

.


aftar Pustaka

Anto, Supranto. 2008 Statistik Teori dan Aplikasi akarta: Erlangga
Nugroho, Sigit. 2007. asar-dasar Metode Statistika Bengkulu: Grasindo
Murray R Speigel dan I Nyoman Susila. 1984. Statistik akarta: Erlangga
SaeIudin, Asep. 2009. Statistika asar Bpgpr: Grasindo
Sugiarto. 200. Metode Statistika akarta: Gramedia Pustaka Utama
Sugiono. 2005. Statistika untuk Penelitian Bandung: AlIabeta

Anda mungkin juga menyukai