Anda di halaman 1dari 31

UNDANG-UNDANG

NOMOR 5 TAHUN 1999


TENTANG
LARANGAN PRAKTEK MONOPOL DAN
PERSANGAN USAHA TDAK SEHAT
TUJUAN DAN LATAR BELAKANG
(ps.3)
Menjaga kepentingan umum
Meningkatkan efisiensi ekonomi
Mewujudkan iklim usaha yang kondusif
Mencegah praktek monopoli dan persaingan
curang
PERJANJAN YANG DLARANG
Oligopoli (ps.4)
Penetapan Harga(ps. 5-8)
Pembagian wilayah (ps.9)
Pemboikotan (ps.10)
Kartel (ps.11)
Trust (ps.12)
Oligopsoni (ps.13)
ntegrasi vertikal (ps.14)
Perjanjian tertutup (ps.15)
Perjanjian dengan pihak luar negeri (ps.16)
OLGOPOL
(PASAL 14)
Penguasaan produksi
Contoh: dulu, produksi dari tepung terigu dikuasai penuh oleh
bogasari, sehingga produsen mie instant hanya bisa
mendapatkan stock dari bogasari
Pemasaran barang atau jasa
contoh: barag berupa teh botol, tidak boleh hanya dikuasai
oleh perusahaan sosro saja, tapi perusahaan lain juga bisa
memproduksi jenis barang tersebit
Menguasai >75% pangsa pasar satu jenis barang atau jasa
tertentu
Penetapan Harga
(pasal 5-8)
Pada pasar yang sama dengan pesaing, kecuali pada usaha
patungan.
contoh : pedagang baju di tanah abang menetapkan harga
lebih rendah dibandingkan pedagang lainnya di Tanah
Abang.
Berbeda untuk pembeli yang berbeda untuk barang/jasa yang
sama
Contoh : perusahaan roti unyil menjual harga yang tidak
sama ke para pelanggannya.
Dibawah harga pasar
Lebih rendah dari harga yang lebih diperjanjikan
Pembagian wilayah
(pasal 9)
Membuat perjanjian dengan pesaing untuk
pemasaran/alokasi pasar barang/jasa
Pemboikotan
(pasal 10)
Membuat perjanjian dengan pesaing untuk
menghalangi pesaing yang melakukan usaha
yang sama untuk pasar dalam/luar negeri
Menolak menjual barang/jasa dari pelaku
usaha lain
Membatasi penjualan/pembelian barang/jasa
Contoh: Perusahaan penerbangan ndonesia
dilarang memasuki wilayah udara Uni Eropa
KARTEL
(Pasal 11)
Membuat perjanjian dengan pesaing untuk
mempengaruhi harga dengan mengatur
produksi/pemasaran
TRUST
(pasal 12)
Membentuk gabungan perusahaan (masing-
masing perusahaan tetap eksis) yang
bertujuan mengontrol produksi barang/jasa
Pengelompokkan penguasaan ekonomi dari hulu sampai ke
hilir (dari perkebunan pinus sampai kertas tissue) dan sektor2
yg tidak berkaitan (group mobil memiliki perkebunan kelapa
sawit) sangat tidak sehat utk ekonomi jangka panjang negara
tsb dan cenderung menyebabkan terjadinya monopoli dan
oligopoli (kartel) di sektor ekonomi dan perdagangan kepada
segilintir kapitalis besar saja
OLGOPSON
(Pasal 13)
Menguasai pembelian/pasokan agar dapat
mengendalikan harga barang/jasa
Menguasai >75% pangsa pasar satu jenis
barang/jasa tertentu
NTEGRAS VERTKAL
(Pasal 14)
Menguasai produksi sejumlah produk
yang termasuk dalam rangkaian
produksi barang/jasa tertentu yang
merupakan hasil pengolahan atau
proses lanjutan langsung/tidak
langsung yang merugikan masyarakat
PERJANJAN TERTUTUP
(Pasal 15)
Penerima barang hanya akan memasok/tidak
memasok kembali kepada pihak tertentu.
Penerima barang tertentu harus bersedia
membeli barang lain dari pemasok.
Penerima barang harus bersedia membeli dari
pemasok/tidak akan membeli barang yang
sama dari pemasok lain.
PERJANJAN DENGAN PHAK
LUAR NEGER
(Pasal 16)
Perjanjian yang mengakibatkan
terjadinya praktek monopoli persaingan
usaha tidak sehat
KEGATAN YANG DLARANG
Monopoli (ps.17)
Monopsoni (ps.18)
Penguasaan pasar (ps.19-21)
Persekongkolan (ps. 22-24)
MONOPOL
(Pasal 17)
Penguasaan produksi/pemasaran
barang/jasa yang belum ada
substitusinya, pelaku usaha lain yang
tidak dapat masuk, menguasai lebih dari
50% pangsa pasar.
MONOPSON
(Pasal 18)
Menguasai pasokan atau pembelian
barang/jasa tertentu yang
menguasai lebih dari 50% pangsa
pasar satu jenis barang/jasa
tertentu.
PENGUASAAN PASAR
(Pasal 19-21)
Menghalangi pelaku usaha tertentu
melakukan kegiatan usaha yang sama pada
pasar tertentu
Menghalangi konsumen dari pesaing untuk
tidak melakukan hubungan usaha dengan
pesaing tersebut
Membatasi peredaran/penjualan barang/jasa
pada pasar tertentu
PENGUASAAN PASAR (cont.)
(Pasal 19-21)
Melakukan praktik diskriminasi terhadap pelaku
usaha tertentu
Melakukan pemasokan barang/jasa dengan cara
jual-rugi atau menetapkan harga yang sangat rendah
untuk menyingkirkan atau mematikan usaha pesaing
di pasar tertentu
Melakukan kecurangan dalam menetapkan biaya
produksi dan biaya lainnya yang menjadi bagian dari
komponen harga barang/jasa yang dapat
mengakibatkan terjadinya persaingan usaha tidak
sehat.
PERSEKONGKOLAN
(Pasal 22-24)
Untuk mengatur/menentukan pemenang
tender
Untuk mendapatkan informasi kegiatan usaha
pesaingnya (rahasia perusahaan)
Untuk menghambat produksi atau pemasaran
barang/jasa dari pesaingnya agar berkurang
jumlah, kualitas, dan tidak tepat waktu.
POSS DOMNAN
(Pasal 25)
Pelaku usaha dilarang menggunakan posisi dominan baik secara langsung
maupun tidak langsung untuk:
menetapkan syarat-syarat perdagangan dengan tujuan untuk mencegah
dan atau menghalangi konsumen memperoleh barang dan atau jasa yang
bersaing, baik dari segi harga maupun kualitas; atau
membatasi pasar dan pengembangan teknologi; atau
menghambat pelaku usaha lain yang berpotensi menjadi pesaing untuk
memasuki pasar bersangkutan.
Pelaku usaha memiliki posisi dominan sebagaimana dimaksud ayat (1)
apabila:
satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha menguasai 50%
(lima puluh persen) atau lebih pangsa pasar satu jenis barang atau jasa
tertentu; atau
dua atau tiga pelaku usaha atau kelompok pelaku usaha menguasai 75%
(tujuh puluh lima persen) atau lebih pangsa pasar satu jenis barang atau
jasa tertentu
JABATAN RANGKAP
(Pasal 26)
Seseorang yang menduduki jabatan sebagai direksi atau
komisaris dari suatu perusahaan, pada waktu yang
bersamaan dilarang merangkap menjadi direksi atau
komisaris pada perusahaan lain, apabila perusahaan-
perusahaan tersebut :
berada dalam pasar bersangkutan yang sama; atau
memiliki keterkaitan yang erat dalam bidang dan
atau jenis usaha; atau
secara bersama dapat menguasai pangsa pasar
barang dan atau jasa tertentu, yang dapat
mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan
atau persaingan usaha tidak sehat
PEMLKAN SAHAM TERTENTU
(Pasal 27)
Pelaku usaha dilarang memiliki saham mayoritas pada
beberapa perusahaan sejenis yang melakukan kegiatan
usaha dalam bidang yang sama pada pasar bersangkutan
yang sama, atau mendirikan beberapa perusahaan yang
memiliki kegiatan usaha yang sama pada pasar bersangkutan
yang sama, apabilakepe milikan tersebut mengakibatkan:
satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha
menguasai lebih dari 50% (lima puluh persen) pangsa pasar
satu jenis barang atau jasa tertentu;
dua atau tiga pelaku usaha atau kelompok pelaku usaha
menguasai lebih dari 75% (tujuh puluh lima persen) pangsa
pasar satu jenis barang atau jasa tertentu
Penggabungan, Peleburan, dan
Pengambilalihan
(Pasal 28)
Penggabungan/peleburan/ dan
pengambilalihan tertentu yang megakibatkan
nilai aset/nilai jualnya melebihi jumlah tertentu
wajib diberitahukan kepada KPPU dalam
waktu 30 hari.
Pengecualian dalam Ketentuan UU ini
(Pasal 50)
1. Perrjanjian yang bertujuan melaksanakan peraturan perundang-undangan yang
berlaku
2. Hak atas kekayaan intelektual seperti lisensi, paten, merek dagang, hak cipta,
desain produk industri, rangkaian elektronik terpadu, dan rahasia dagang,serta
waralaba
3. Perjanjian penetapan standar teknis produk barang dan atau jasa yang tidak
mengekang dan atau menghalangi persaingan
4. Perjanjian keagenan yang isinya tidak memuat ketentuan untuk memasokkembali
barang dan atau jasa dengan harga yang lebih rendah daripada harga yang telah
diperjanjikan
5. Perjanjian kerja sama penelitian untuk perbaikan standar hidup masyarakat luas
6. Perjanjian internasional yang telah diratifikasi oleh Pemerintah Republik ndonesia
7. Perjanjian dan atau perbuatan yang bertujuan untuk ekspor yang tidak
mengganggu
8. Kebutuhan dan atau pasokan pasar dalam negeri
9. Pelaku usaha yang tergolong dalam usaha kecil; atau
10. Kegiatan usaha koperasi yang secara khusus bertujuan untuk melayani
anggotanya.
Kasus dan Putusan KPPU*
UU No.5 Tahun 1999
Tentang Larangan Praktek
Monopoli dan Persaingan
Usaha Tidak 8ehat
8umber: www.kppu.go.id &
www.detik.com
1.CinepIex 21 ( 2002 )
Gugatan tentang penguasaan pasar dan distribusi film di
ndonesia, pemegang hak tunggal oleh Group 21.
Memutuskan denda pada salah satu perusahaan distribusi
Group 21, yaitu PT. Nusantara Sejahtera Raya karena
melanggar
UU No.5 tahun 1999 Pasal 27 tentang Kepemilikan Saham
Mayoritas di beberapa perusahaan distribusi film. Pengusahaan
saham mayoritas ini membuat penguasaan pasar secara tidak
sehat dan menghambat persaingan usaha di perindustrian film
nasional, terutama distributor film.
2. Logo PT. Pertamina (2006)
Pertamina dinyatakan secara sah telah melanggar UU
Persaingan Usaha.
Spesifiknya melanggar Pasal 19d yang berisi tentang praktek
diskriminasi terhadap pelaku usaha.
Dalam kasus ini berkaitan dengan pembuatan logo baru
pertamina
dengan tujuan memperbaiki citra dan penyesuaian visi, misi
perusahaan. Pertamina melakukan penunjukan langsung kepada
LANDOR international branding consultant. Sehingga melakukan
diskriminasi terhadap Konsultan Merk lainnya untuk bersaing
secara sehat. Pertamina dikenakan denda sebesar Rp. 1 Milyar
yang harus disetorkan ke kas negara.
3. Tender LCD Pemprov DK Jakarta (2007)
Pelanggaran berkaitan dengan tender pengadaan LCD proyektor
di Biro Administrasi wilayah sekretariat daerah provinsi DK
Jakarta.
Putusan KPPU menghukum PT.Sima Agustus, PT.Tiga Permata
Hati, PT. Buana Rimba Raya, Panitia pengadaan barang dan
jasa DK anggaran 2006 dan Kepala Biro Administrasi karena
terbukti bersalah melanggar Pasal 22 UU Persaingan Usaha
tentang Persekongkolan. Yaitu, sengaja mengatur dan
menentukan pemenang tender sehingga mengakibatkan
persaingan usaha tidak sehat di antara perusahaan peserta
tender.
4. Kartel SMS (2008)
PT. Excelcomindo Pratama, PT. Telekomunikasi Selular,
PT. Telekomunikasi ndonesia, PT. Bakrie Telecom, PT.
Mobile-8
Telecom, PT. Smart Telecom bersama-sama telah
melakukan
penetapan harga SMS. Melanggar Pasal 5 tentang
Penetapan
Harga, UU Persaingan Usaha.
Telkomsel dan XL masing-masing harus membayar denda
Rp.25M, Telkom Rp18 M, Mobile 8 Rp.5 M dan
BakrieTelecom
sebesar Rp.4 M. Semua operator yang dikenakan putusan
tersebut saat ini sedang melakukan persiapan banding ke
Pengadilan Negeri
4. Kartel SMS (2008)
(Lanjutan)
Dalam putusannya, KPPU memaparkan tentang consumer loss
atau kerugian pelanggan akibat terjadinya praktik kartel SMS
tersebut. Selama periode 2004 hingga 1 April 2008 konsumen
disebut telah mengalami kerugian Rp 2,827 triliun akibat
seragamnya tarif SMS lintas operator: yakni Rp 250 sampai Rp
350.
Pelanggan Telkomsel dianggap mengalami kerugian terbesar,
Rp2,1 triliun. Disusul oleh pelanggan XL Rp 346 miliar, Telkom Rp
173,3 miliar, Bakrie Telecom Rp 62,9 miliar, Mobile-8 Rp 52,3
miliar, dan Smart Telecom Rp 0,1 miliar.
TERMA KASH

Anda mungkin juga menyukai