Anda di halaman 1dari 5

PENGARUH EKSTRAK ETANOLIK DAUN BARET (Mimosa invisa Mart.

) TERHADAP PENURUNAN KADAR GLUKOSA DARAH TIKUS PUTIH JANTAN PADA UJI TOLERANSI GLUKOSA ORAL THE INFLUENCE OF ETHANOLIC EXTRACT OF Mimosa invisa Mart. LEAVES ON THE BLOOD GLUCOSE LEVEL IN WHITE MALE RATS BY ORAL GLUCOSE TOLERANCE TEST
Reslely Harjanti; Sulastri Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Jl. Let. Jen. Sutoyo, Mojosongo, Surakarta 57127 ABSTRAK Daun baret ((Mimosa invisa Mart.) merupakan salah satu tanaman yang dapat dimanfaatkan untuk pengobatan tradisional, salah satunya adalah untuk penyakit Diabetes Mellitus (DM). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ekstrak etanolik daun Baret terhadap penurunan kadar glukosa darah tikus putih jantan pada uji toleransi glukosa oral. Uji toleransi glukosa oral merupakan salah satu cara mendiagnosis DM untuk mengetahui kemampuan tubuh mengabsorpsi glukosa. Metode yang digunakan dalam penetapan kadar glukosa darah adalah GOD PAP. Ekstrak etanolik diperoleh dengan metode soxhletasi dengan penyari etanol 70%. Hewan uji yang digunakan dibagi menjadi 5 kelompok yaitu kelompok kontrol positif, kontrol negatif, kelompok ekstrak dosis 80,7 mg/200 gBB, 161,4 mg/g BB dan 322,8 mg/g BB, dimana setiap kelompok masingmasing terdiri dari 3 tikus putih jantan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ekstrak etanolik daun Baret berpengaruh menurunkan kadar glukosa darah tikus putih jantan pada uji toleransi glukosa oral dan ekstrak etanolik daun baret dengan dosis 80,7 mg/200g BB mempunyai pengaruh yang paling efektif. Kata Kunci: ekstrak etanolik daun baret, kadar glukosa darah ABSTRACT Baret leaves (Mimosa invisa Mart.) is a traditional medicine used to heal Diabetes Mellitus (DM). The experiment was aimed to know the influence of baret leaves ethanolic extract on decreasing blood glucose level of white male rat by oral glucose tolerance test. Oral glucose tolerance test is used to diagnose DM to know the ability of the body to absorb glucose. The methode used to determine blood glucose level was GOD PAP. The ethanolic extract was obtained by soxhletation method using ethanol 70% as solvent. The test animals used in the experiment were divided in 5 groups : positive control group, negative control group, group of baret leves ethanolic extract with doses of 80,7 mg/200 g BW; 161,4 mg/200g BW and 322,8 mg/200 g BW. Each group contains 3 white male rat. The conclusion of the experiment was baret leaves ethanolic extract treatment affected in decreasing blood glucose level of white male rat by oral glucose tolerance test and abret leves extract with 80,7 mg/200g BW dose had the most effective influence. Keywords: ethanolic extract baret leaves, blood glucose level

PENDAHULUAN Peningkatan pendapatan per kapita dan perubahan gaya hidup terutama di kota-kota besar menyebabkan peningkatan prevalensi penyakit degeneratif seperti penyakit jantung koroner, hipertensi, hiperlipidemia dan Diabetes Mellitus ( Suyono, 2006). Diabetes Mellitus merupakan penyakit yang timbul karena suatu gangguan dari pankreas, yaitu organ tubuh yang biasa menghasilkan insulin dan sangat berperan dalam metabolisme glukosa bagi sel tubuh (Sudewo, 2004) Selama ini pengobatan DM biasanya dengan pemberian obat-obat Oral Anti Diabetik (OAD) atau dengan suntikan insulin. Obat DM modern yang ada dan telah beredar di pasaran memang cukup banyak, namun efek samping yang ditimbulkan beragam dan fungsinya pun terbatas, sehingga perlu dilakukan cara pengobatan alternatif misalnya dengan terapi herbal. Tanaman baret (Mimosa invisa Mart.) merupakan tanaman obat yang tidak asing bagi masyarakat Indonesia. Daun baret dalam pengobatan tradisional telah dipercaya dapat menyembuhkan penyakit DM. Kandungan kimia daun baret yaitu tannin dapat dimanfaatkan untuk obat penyakit gula, untuk pengaturan keseimbangan hormon yang dikeluarkan oleh pankreas (Mannito, 1992). Tannin dapat mengecilkan pori-pori usus sehingga masukan makanan menjadi berkurang, efek pengaturan makanan inilah yang memungkinkan dapat berakibat pula pada pengaturan masukan karbohidrat sehingga kadar glukosa darah dapat ditekan. Uji toleransi glukosa oral merupakan salah satu cara yang direkomendasikan untuk mendiagnosis gangguan toleransi glukosa (Impaired Glucose), sehingga uji ini digunakan untuk mendiagnosis Diabetes Mellitus dengan mengetahui kemampuan tubuh mengabsorpsi glukosa. Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan penelitian ini yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh ekstrak etanolik daun Baret terhadap kadar glukosa darah tikus putih jantan pada uji toleransi glukosa oral. METODE PENELITIAN Bahan Bahan sampel yang digunakan untuk penelitian adalah daun Baret, bahan penyari adalah etanol 70%. Bahan kimia terdiri dari Kit merek Human, larutan trichloro acetic acid (TCA) merek Boehringer, aquadestilata, larutan glukosa 50%, Glibenklamid dan serbuk EDTA (Etilen Diamin Tetra Asetat). Alat Alat ekstraksi yang digunakan adalah rangakaian alat soxhletasi serta gelas kimia lain dan evaporator. Alat untuk pemeriksaan glukosa untuk metode GOD-PAP antara lain tabung reaksi clinipet merek Assistant, Spektrofotometer 4010, sentrifuge tipe T-121, injeksi oral dan spuit injeksi 1,0 ml merek terumo Persiapan Bahan Setelah dilakukan determinasi di Instalasi Simplisia dan Koleksi BPTO Tawangmangu, dilakukan pencucian dan pengeringan daun baret. Kemudian dihaluskan. Ekstrak etanolik diperoleh dengan metode soxhletasi dengan larutan penyari etanol 70%. Serbuk daun baret sebanyak 50,0 g dibungkus dengan kantung ekstraksi kemudian dimasukkan ke dalam alat soxhletasi dan ditambah etanol 70% sebanyak 1,5 sirkulasi. Proses penyarian dihentikan setelah larutan

penyari berwarna jernih. Ekstrak yang diperoleh dipekatkan sampai kandungan airnya 30% dan hasilnya ditimbang. Hasil ekstrak sohletasi dibuat beberapa konsentrasi yaitu dosis 80,7 mg/200 gBB, 161,4 mg/g BB dan 322,8 mg/g BB. Identifikasi Kandungan Senyawa Kimia Identifikasi ini dilakukan untuk mengetahui atau menentukan kandungan tannin, flavonoid dan saponin yaitu dengan cara direaksikan dengan reagen kimia. Pemilihan Hewan Uji Hewan uji yang digunakan adalah tikus putih jantan galur Wistar umur 2-3 bulan dengan berat badan 100-300 gram. Tikus diaklimatisasikan selama 1 minggu sebelum digunakan. Pengujian Tikus ditimbang dan diberi tanda pengenal. Lima belas tikus dibagi menjadi 5 kelompok, tetapi sebelumnya tikus dipuasakan selama 12 jam. Dilakukan pengambilan darah awal (T0) sebelum tikus diberi simplisia dan glukosa secara oral. Setelah 15 menit diberi sediaan uji secara oral dan diambil darah (T1), dan 15 menit kemudian diberikan glukosa secara oral. Tiap 30 menit kemudian dilakukan pengambilan darah (T2),(T3),(T4),(T5). Kontrol positif diberi suspensi Glibenclamid, kontrol negative diberikan aquadestillata. Penetapan kadar Glukosa Darah dan Analisis Data Kadar glukosa darah ditetapkan dengan metode GOD-PAP. Cuplikan darah diambil dari vena orbitans mata, dimasukkan tabung reaksi yang berisi serbuk EDTA. Lalu dipipet 50l dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi larutan TCA 500 l, disentrifuge selama 15 menit dengan kecepatan 200 rpm untuk mengendapkan protein. Diambil bagian jernihnya dan ditambahkan reagen Kit glukosa. Kemudian diinkubasikan selama 10 menit pada suhu 25 C dan diukur absorbansi blanko, standard an sampel pada 546 nm. Besarnya absorbansi menunjukkan kadar glukosa darah tikus putih jantan. Kemudian data yang diperoleh dianalisis dengan metode analisis varian satu arah yang dilanjutkan dengan uji SNK (Student Newman Keuls). HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil identifikasi kandungan kimia daun sembung menunjukkan adanya tannin, flavonoid dan saponin. Tujuan diadakannya uji toleransi adalah untuk mengetahui kemampuan tubuh mengabsorpsi glukosa dalam waktu tertentu. Semakin tinggi toleransi tubuh mengabsorpsi glukosa maka semakin kecil jumlah glukosa yang berpengaruh pada penderita DM. Metode ini merupakan metode yang paling lazim digunakan di laboratorium kesehatan karena kepraktisan dan ketelitiannya. Pengukuran kadar glukosa darah uji toleransi glukosa sebenarnya hanya dilakukan 30 menit dan 3 jam setelah pemberian beban glukosa, namun untuk mengetahui detil tahap-tahap penurunan dan peningkatan yang terjadi maka pengukuran dilakukan setiap 30 menit (Tabel 1).

10

Tabel 1. Hasil Pemeriksaan Kadar Glukosa Darah Tikus (mg/dl) Dosis T0 T1 T2 T3 T4 T5 (mg/200 No (mg/dl) (mg/dl) (mg/dl) (mg/dl) (mg/dl) (mg/dl) gBB)

Kelompok uji Kontrol negatif (aquadest

1 2 3

79 78 60

125 120 121

171 176 175

196 192 194

160 155 173

131 134 125

ekstrak etanolik daun baret

80,7

161,7

322,8

1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3

89 73 85 70 67 67 75 78 88 90 74 78

115 113 117 110 109 114 104 102 109 100 101 99

149 151 147 145 164 159 168 170 172 132 139 136

187 185 189 178 179 176 172 171 173 169 170 168

150 145 159 130 132 135 125 123 127 103 135 100

136 131 129 127 130 124 110 116 108 102 123 97

kontrol positif (glibenklamid)

Gambar 1. Grafik hubungan antara waktu dengan rata-rata kadar glukosa darah tikus

11

Berdasarkan perhitungan statistik dan grafik pada menit ke-0 tidak terdapat beda yang signifikan antara masing-masing sediaan uji dengan kontrol negatif (Gambar 1) Pengggunaan ekstrak etanolik daun baret dengan dosis 80,7 mg/200 g BB, dosis 161,7mg/200 g BB dan dosis 322,8 mg/200 g BB secara keseluruhan menunjukkan hasil yang signifikan yaitu dapat menurunkan kadar glukosa darah tikus mulai menit 150. Penggunaan ekstrak daun baret dengan dosis 80,7 mg/200 g BB lebih efektif dibandingkan dengan ekstrak dosis 161,7mg/200 g BB dan dosis 322,8 mg/200 g BB. KESIMPULAN Ekstrak etanolik daun Baret dengan dosis 80,7 mg/200 g BB, dosis 161,7mg/200 g BB dan dosis 322,8 mg/200 g BB.mempunyai pengaruh menurunkan kadar glukosa darah tikus putih pada uji toleransi glukosa oral dan ekstrak etanolik daun Baret dengan dosis 80,7 mg/200 g BB mempunyai pengaruh yang paling efektif. DAFTAR PUSTAKA Anonim, 1993, Pedoman Pengujian dan Pengembangan Fitofarmaka : Penapisan Farmakologi, Pengujian Fitokimia dan Pengujian Klinik, Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phytomedica, Jakarta, hlm 15-17, 195-200 Anonim, 1993, Cara Pembuatan Simplisia, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, hlm 19,21 Mannito Smith, J.B., Mangkoowidjojo, S., 1998, Pemeliharaan, Pembiakan dan Penggunaan Hewan Percobaan di Daerah Tropis, Indonesia University Press, Jakarta, hlm 37-40 Sudewo, B., 2004, Tanaman Obat Populer Penggempur Aneka Penyakit, Agro Media Pustaka, Jakarta, hlm 49-52 Suyono, Slamet, 2006, Ilmu Penyakit Dalam (III), Jilid 1, hlm 573

12

Anda mungkin juga menyukai