Anda di halaman 1dari 8

LAC8An 8Ak1lkuM llSlkA lA8MASl

Local B
P0LARINETRI BAN
NELTINu P0INT
ul susun oleh
Syahrul mubarok dan 1la Anggralnl
C L 1 L k k L S ! A k A 8 1 A l l ! u 8 u S A n l A 8 M A S l



POLARIMETRI
I. Percobaan Ke II
Tanggal : senin, 14 maret 2011

II. Tujuan percobaan
enentukan rotasi jenis zat yang menentukan kadar larutan zat (larutan glukosa atau
sakarosa)

III. Teori Singkat
ika sinar diewatkan pada Kristal anisotropic maka akan diuraikan menjadi dua
sinar yang terpolarisasi, yaitu dengan arah gerak tegak lurus satu sama lain sinar yang
melalui medium sodium Kristal ini berbeda arah karena perbedaan indeks bias medium
terhadap masing-masing sinar terpolarisasi tersebut. Hal ini memungkinkan untuk
menghilangkan satu komponen menetapkan bidang polarisasi sinar.
Rotasi optic adalah besar sudut sinar putar bidang polarisasi yang terjadi jika sinar
terpolarisasi dilewatkan melalui cairan. Kecuali dinyatakan lain, pengukuran dilakukan
menggunakan sinar natrium pada lapisan cairan setebal 1 dm dan pada suhu 20
o
C.
Besarnya rotasi optic dipengaruhi oleh, tebal kadar larutan-larutan yang dilalui
sinar, panjang gelombang sinar, suhu dan kemurnian larutan untuk mengurangi
beberapa variable, rotasi jenis ditetapkan pada panjang gelombang dan suhu tertentu
sehingga diperoleh hubungan sebagai berikut :





Keterangan :
|u| rotasi jenis
u rotasi optik
p kadar larutan g/100g
L tebal larutan yang dilalui sinar dalam dm
d kerapatan larutan, g/ml
c kadar larutan, g/100ml
|u| 100u atau |u| 100u
Lc Ldp





IV. Alat dan bahan
1. Alat :
O !olarimeter, dilengkapi tabung polarimeter 2 dm
O Alat-alat gelas
2. Bahan :
O lukosa dan sakarida, dan lain-lain
O Larutan glukosa, larutan sakarida dan lain-lain.

V. Prosedur Percobaan
1. Setiap percobaan, tabung polarimeter harus dalam keadaan bersih dan dibilas
lebih dahulu dengan zat yang akan ditetapkan rotasi optiknya.
2. emasukan air suling kedalam tabung polarimeter dan diusahakan agar tidak ada
gelembung udara didalam tabung. Letakan diantara dua prisma nikol.
3. !utar analisator hingga diperoleh bidang penglihatan kiri dan kanan sama terang.
Lakukan beberapa lalu catat rata-ratanya dimana untuk air suling harus
menunjukan angnka nol, karena air suling bukan zat optic aktiI.
4. unakan air suling dengan larutan zat yang akan ditetapkan rotasi jenisnya
(5gram; 10gram; dan 15gram glukosa / sakarosa dilarutkan dalam air suling
hingga 100 ml), tetapkan masing-masing rotasi optiknya seperti butir 3.
5. Hitung rotasi jenisnya (glukosa/sakarosa) dengan diatas.
6. Setelah tabung dibersihkan, larutan zat yang akan ditetapkan kadaranya
(glukosa/sakarosa), tetapkan masing-masing rotasi optiknya seperti butir 3.
7. Hitung kadar zat dengan rumus seperti pada butir 3.

VI. Data Percobaan
NO. Sampel Kadar Rotasi optic o
1. Air - 0,00
2. lukosa 5 3,8
3. lukosa 10 7,8
4. lukosa 15 13,5





halaman 268 (glukosa)
Rotasi jenis 52,5 sampai 53,0
o
dihitung
lukosa 15
Timbang glukosa: 15 gram aquadest ad 100 ml
lukosa 10
Timbang glukosa: 10 gram aquadest ad 100 ml
lukosa 5
Timbang glukosa: 5 gram aquadest ad 100 ml

a. Rotasi jenis
~ lukosa 5 |u| 100u 100 x 3,8 380 76
Lc 1 x 5 5
~ lukosa 10 |u| 100u 100 x 7,8 780 78
Lc 1 x 10 10
~ lukosa 15 |u| 100u 100 x 13,5 1350 90
Lc 1 x 15 15

b. !erhitungan penyimpangan
~ Kemurnian 5 53 76 x 100 43,40
53
o
~ Kemurnian 10 53 78 x 100 43,40
53
o

~ Kemurnian 5 53 90 x 100 43,40
53
o


~ Kemurnian 5 |u sampel| x 100 43,40 x 100 81,88
|u murni | 53
~ Kemurnian 10 |u sampel| x 100 47,16 x 100 88,98
|u murni | 53
~ Kemurnian 15 |u sampel| x 100 69,81 x 100 131,71
|u murni | 53






VII. Kesimpulan
ari hasil percobaan yang telah kami lakukan dapat di ambil kesimpulan sebagai
berikut :
a. Kemurnian glukosa
!ada kemurnian glukosa 5 diperoleh hasil 81,88
!ada kemurnian glukosa 10 diperoleh hasil 88,98
!ada kemurnian glukosa 15 diperoleh hasil 131,71

b. Rotasi jenis
Rotasi jenis alcohol 5 adalah 76
Rotasi jenis alcohol 10 adalah 78
Rotasi jenis alcohol 15 adalah 90

















PENETAPAN TITIK LEBUR (MELTING POINT)
I. Percobaan ke III
Tanggal : 14 maret 2011

II. Tujuan percobaan
enentukan titik lebur zat padat dan menggunakannya sebagai criteria dalam
identiIikasi dan pemeriksaan kemurnian.

III. Teori singkat
Titik lebur suatu zat padat adalah suhu pada saat dimana Iase padat dan Iase
cair berada dalam keseimbangan dan tekanan luar sama dengan 1 atmosIer tepat pada
titik lebur, Iase padat harus mempunyai tekanan uap yang sama dengan Iase cair
karena kalau tidak sama maka Iase yang mempunyai tekanan uap lebih tinggi akan
berubah menjadi bentuk Iase lain.
!rosedur umum yang paling sering banyak digunakan Iarmakope dalam buku
acuan lainya adalah menempatkan sejumlah kecil zat padat dalam tabung kapiler lalu
dipanaskan dalam tanggas udara/air. Kemudian suhu dicatat pada saat melebur dan
pada saat dimana semua zat melebur. engan demikian, jarak lebur dicatat sebagai zat
antara suhu akhir peleburan dicatat sempurna, suhu permulaan dicatat pada saat zat
padat mulai melebur pada dinding pipa kapiler dan pada suhu akhir peleburan dicatat
pada saat peleburan telah sempurna/tepat pada saat padat berubah menjadi Iase cair
tabung/pipa kapiler yang digunakan harus cukup agar panas yang digunakan cukup
melebur secara sempurna pemanasan harus merata & lajunya harus di atur laju
pemanasan harus di atur sekitar 1
o
/menit ketika titk lebur akan tercapai,thermometer
yang digunakan harus memenuhi persyaratan dan bersekala 10
o
C - 360
o
C. yang sering
digunakan adalah jenis thermometer imersi total.
Total yang pembacanya harus di ralat untuk kolom raksa yang berada di dalam
permukaan caiaran penaggas untuk mengkreasinyadi perlukan thermometer
pembantu.pada saat pembiasaan air raksa pada thermometer yang mempunyai suhu
yang lebih tinggi di bandingkan dengan air raksa yang berada pada tangkai
thermometer.Hal ini menyebabkan adanya perbedaan rapat massa air raksa sepanjang
tangkai thermometer,sehingga pembacanya perlu dikoreksi sebesar



AT0,000154 N (T-t),dimana:
ATbesarnya koreksi
0,000154koeIisien muai air raksa dalam tangkai
T : suhu yang diamati pada thermometer utama
t : suhu pada thermometer pembantu
N: panjang kolom air raksa pada thermometer utama diatas permukaan cairan

IV. Alat dan bahan
elting point Apparatus
Tabung kapiler
!embakaran Bunsen
at yang akan ditentukan

V. Prosedur percobaan
1. Siapkan alat pembantu titik lebur yang akan digunakan
2. Sejumlah sampel dihaluskan lalu dituangkan dalam kaca arloji. Sejumlah tertentu
sampel dimasukan dengan cara mengetuk-ngetuk tabung kapiler sehingga diperoleh
kolam sampel setinggi 3 mm.
3. asukan tabung kapiler kedalam penangas melalui tabung kecil dbagian atas alat
4. !anaskan penangas dengan laju pemanasan sekitar 10
o
C/menit, pada sekitar titik
lebur laju pemanasan diatas sekitar 1
o
C/menit
5. Catat suhu pada thermometer, pada saat sampel mulai melebur dan suhu pada saat
peleburan sempurna (Iase padat hilang)
6. !engamatan melalui kaca pembesar di bagian atas alat.





VI. Data percobaan



arak lebur asam benzoate 121
o
C 124
o
C ( halaman 49)
Asam benzoate Suhu awal Suhu akhir AT.d
119,1 123,1 4
119,5 122,9 3,4
Rata-rata 119,3 123,0 3,7

arak lebur vanillin 81
o
C 83
o
C ( halaman 632)
Vanillin Suhu awal Suhu akhir AT.d
77,5 82,8 5,3
77,5 82,4 5,1
Rata-rata 77,4 82,6 5,2

Hasil dari percobaan diatas masih dalam range, jadi tidak terjadi penyimpanga
dalam percobaan

V. Kesimpulan
ari hasil percobaan yang telah kami lakukan sesuai dengan prosedur mendapatkan
hasil sebagai berikut :
Titik lebur Asam Benzoate adalah 123,0
o
C
Titik lebur vanillin adalah 82,6
o
C

Anda mungkin juga menyukai