Anda di halaman 1dari 24

BAB II KAJIAN TEORI, KERANKA BERFIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN

A. Deskripsi Teori 1. Hasil Belajar Matematika a. Pengertian Belajar Belajar merupakan tugas bagi setiap orang, sedangkan kegiatan belajar dapat dilakukan diberbagai lingkungan antara lain lingkungan sekolah, rumah tangga, masyarakat dan pekerjaan. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah kegiatan belajar merupakan kegiatan pokok. Kegiatan belajar merupakan suatu proses aktif yang dilakukan oleh setiap orang khususnya siswa, sehingga kegiatan ini harus ditandai dengan adanya suatu proses usaha dari individu yang bersangkutan. Slameto mengatakan bahwa : Belajar adalah suatu usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.1

Dari pernyataan tersebut berarti belajar merupakan kegiatan setiap orang yang menghasilkan perubahan tingkah laku. Belajar juga dapat diartikan perubahan yang diusahakan secara sadar atau hasil yang diperoleh dari suatu kegiatan yang menyebabkan suatu individu berubah dari keadaan
1

Slameto. 1991. Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhi. Jakarta: Rhineka Cipta.h.2.

semula ke keadaan yang lebih baik. Sejalan dengan ini Dewa Ketut Sukardi, mengutip pendapat dari T. Raka Joni dalam artikelnya berjudul Teori Mengajar dan Psikologi Belajar, bahwa: Belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman kecuali perubahan tingkah laku yang disebabkan oleh proses menjadi mantapnya seseorang atau perubahan intrinsic atau yang bersifat temporer.2

Edward L. Walker merumuskan belajar sebagai perubahan perbuatan sebagai akibat dari pengalaman.3 Peryataan yang singkat dan sederhana ini mengandung pengertian bahwa perubahan-perubahan tingkah laku yang terjadi sebagai akibat dari pengalaman yang disebabkanoelh belajar. Hilgart dan Bower yang dikutip oelh Purwanto dalam bukunya Psikologi Pendidikan menyatakan bahwa belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap suatu kondisi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi tersebut dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat didasarkan atas kecenderungan respon pembawaan, kematangan atas keadaan-keadaan sesaat seseorang.4 Sedangkan Gagne menyatakan bahwa belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya berubah dari waktu sebelum

Dewa Ketut Sukardi. 1983. Bimbingan dan Penyuluhan Belajar di Sekolah. Surabaya: Usaha Nasional. h.5 3 Ibid.,h.16 4 Ngalim Purwanto. 1992. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Remaja Rosdakarya. h. 84

dirinya mengalami situasi itu ke waktu sesudah mengalami situasi.5 Definisi ini memberikan pengertian bahwa belajar sebagai suatu perubahan tingkah laku siswa dikarenakan adanya respon yang diberikan terhadap suatu stimulus. Oleh adanya stimulus, maka adanya respon yang diberikan siswa. Siswa akan memberikan respon terhadap suatu stimulus apabila stimulus itu mempengaruhi siswa. Namun apabila stimulus tersebut tidak memberikan pengaruh maka siswa cenderung tidak memberikan respon. Respon inilah yang membawa diri siswa mau mempelajari sesuatu sehingga dirinya mengalami perubahan. Perubahan itu yang ditunjukkan melalui

pengetahuannya, yaitu yang sebelumnya tidak mengetahui dan mengerti menjadi mengetahui dan mengerti. Winkel menyatakan bahwa belajar menghasilkan suatu perubahan pada siswa. Perubahan ini dapat berupa pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan sikap. Perubahan itu sendiri menurutnya merupakan hasil dari usaha belajar yang tersimpan dalam ingatan. Jadi perubahan itu bersifat permanen.6 Sedangkan Johnson meyatakan bahwa belajar adalah perubahan pada diri siswa setelah menerima pelajaran.7 Definisi ini memberikan makna bahwa perubahan tingkah laku siswa yang ditunjukkan melalui pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan merupakan hasil setelah siswa mengikuti kegiatan pembelajaran di kelas. Hal ini menunjukkan bahwa proses pembelajaan di kelas berperan penting dalam mengembangkan kemampuan
5

Robert M. Gagne. 1989. Kondisi Belajar dan Teori Belajar. Terjemahan Munandir. Jakarta: Direktorat Pendiidkan Tinggi.h. 33. 6 W.S. Winkel. 1987. Psikologi Pengajaran. Jakarta: PT. Grasindo. h.13 7 David. W. Johnson. 1979. Educational Psychology.New Jersey: Prentice-Hall.h.8

siswa. Pembelajaran yang berkualitas akan menghasilkan siswa yang memiliki kemampuan siswa yang berkualitas pula. Dengan demikian unsurunsur pembelajaran seperti guru, motivasi, minat, sikap, kreativitas dan fasilitas belajar berpengaruh dalam membawa siswa mengalami perubahan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ditetapkan. Dengan demikian jelas bahwa seseorang dikatakan belajar jika ia sendiri telah melakukan suatu rangkaian kegiatan. Usaha-usaha untuk mencapai perubahan tingkah laku tersebut merupakan proses belajar. Belajar membawa suatu perubahan pada individu yang belajar. Perubahan yang dimaksud adalah perubahan tingkah laku. Perubahan ini tidak hanya mengenai jumlah pengethuan melainkan juga dalam bentuk kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertian, penghargaan, minat, penyesuaian diri dan segala hal yang menyangkut pribadi seseorang. Perubahan-perubahan tingkah laku ini dapat mengarah pada tingkah laku yang tidak baik. Walau demikian, dengan belajar seseorang diharapkan memiliki perubahan tingkah laku kearah yang lebih baik dalam arti positif. Sejalan dengan ini Slameto mengatakan bahwa salah satu ciri perubahan tingkah laku dalam belajar adalah perubahan dalam belajar positif dan aktif.8 Karena itu seseorang yang telah belajar itu tidak sama lagi dibandingkan dengan saat sebelumnya,s eperti yang dikemukakan diatas. Belajar dapat dilakukan dimana saja baik di rumah, di sekolah maupun ditempat kerja. Proses belajar di sekolah sangat erat kaitannya dengan siswa
8

Slameto. Op cit., h.3

sebagai subjek yang melakukan kegiatan belajar. Belajar akan membawa perubahan dalam diri siswa, dengan belajar diharapkan siswa memperoleh pengetahuan yang sebelumnya belum dimiliki. Dari definisi-definisi belajar diatas dapat diambil kesimpulan bahwa belajar adalah proses perubahan dalam diri seseorang yang menghasilakan perubahan tingkah laku yang baru sebagai hasil pegalaman orang tersebut yang berinteraksi dengan lingkungannya. Perubahan ini pada intinya menghasilkan kecakapan baru dan perubahan itu terjadi karena usaha yang disengaja dan dilakukan secara sadar oleh seseorang yang mengakibatkan perubahan dalam dirinya berupa penambhan pengetahuan atau kemahiran yang bersifat permanen. Dalam arti kemampuan tersebut akan menetap dalam diri siswa dan tidak berubah. Kemampuan yang dimiliki tersebut merupakan hasil dari usaha dan bukan kemampuan yang datang dengan sendirinya. b. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Ilmu Pengetahuan Sosial menurut dokumen yang dikeluarkan oleh Pusat Kurikulum Departemen Pendidikan Nasional yang tertera dalam model pembelajaran terpadu Ilmu Pengetahuan Sosial, menyatakan bahwa ada kesatuan dan keterpaduan dari masing-masing disiplin Ilmu Pengetahuan Sosial yang memuat materi seperti sejarah, ekonomi, geografi, sosiologi.9 Sedangkan menurut Numan, Ilmu Pengetahuan Sosial adalah penyederhanaan disiplin ilmu-ilmu social serta masalah9

Depdiknas Pendidikan dan latihan Profesi Guru.2008. Jakarta: Universitas Negeri Jakarta.h.1

masalah social yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan pada tingkat pendidikan dasar dan menengah.10 Menurut Supria Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan sebuah nama mata pelajaran integrasi dari mata pelajaran sejarah, geografi dan ekonomi serta mata pelajaran ilmu social lainnya.11 Generalisasi mata pelajaran IPS dilakukan karena setiap disiplin ilmu pasti berkaitan antara satu dengan yang lain, karena dalam pembelajaran IPS siswa akan mempelajari tentang perilaku social yang ada di dalam masyarakat. Adapun tujuan dari pendidikan IPS adalah pendidikan kewarganegaraan, pemahaman dan penguasaan konsepkonsep ilmu social, dan yang terakhir adalah sebagai bahan dan masalah yang terjadi dalam masyarakat yang dikembangkan secara efektif.12 Pembelajaran IPS bertujuan membentuk warga Negara yang berkemampuan social dan yakin akan kehidupannya sendiri di tengahtengah kekuatan fisik dan social, yang pada gilirannya akan mejnadi warga negarayang baik dan bertanggung jawa. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan hasil belajar IPS dalam penelitian ini adalah perubahan yang dialami siswa dalam aspek kognitif afektif, psikomotorik setelah mereka mengikuti proses pembelajaran IPS.

10

Muhammad Numan Somantri. 2001, Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung: Remaja Rosdakarya. h.74 11 Supriya, 2009, Pendidikan IPS Konsep dan Pembelajaran. Bandung: Rosdakarya. h.7 12 Muhammad Nurman Soemantri, Op Cit.,h.75

c. Pengertian Hasil Belajar IPS Hasil belajar adalah suatu perubahan yang terjadi pada individu yang belajar, bukan saja perubahan mengenai pengetahuan tetapi juga untuk membentuk kecakapan, penghargaan dalam diri pribadi yang belajar.13 Winkel menyatakan bahwa hasil belajar adalah hasil yang diperoleh siswa setelah mengikuti proses pembelajaran dan melalui peninjauan terhadap komponen-komponen yang sama-sama membentuk proses pembelajaran.
14

Seperti yang telah dikemukakan di atas bahwa

belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku dari tidak tahu menjadi tahu. Tingkah laku ini mencakup pemahaman, pengetahuan, keterampilan, sikap dan lain-lainnya. Perubahan tingkah laku akibat dari proses belajar itu disebut hasil belajar. Menurut Nana Sudjana bahwa Hasil Belajar adlah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.15 Menurut Briggs bahwa hasil belajar merupakan seluruh kecakapan dan hasil yang dicapai siswa melalui proses belajar mengajar di sekolah dinyatakan dengan angka atau nilai yang diukur dengan tes hasil belajar.16 Gronlund menyatakan bahwa hasil belajar adalah sebuah prosedur sistematis untuk menentukan berapa banyak yang telah
13

S. Nasution. 2003. Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. h.24 14 W. S. Winkel. Op Cit., h.475 15 Nana Sudjana. 1990. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.h.22 16 Lislie J. Briggs. 1993. Instructional Design Principles and Aplication. New Jersey: Englewood Cliffs, Prentice-Hall, h.149

dipelajari oleh siswa.17 Hal ini memberikan pengertian bahwa hasil belajar sebagai tolak ukur dari kulaitas proses pembelajaran yang sudah berlangsung. Hasil belajar tidak hanya dimaksudkan untuk memperlihatkan kemampuan-kemampuan, tetapi juga memberikan umpan balik, baik bagi siswa maupun bagi guru. Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupalkan berakhirnya penggal dan puncak belajar.18 Bagi siswa setelah menerima umpan balik akan mengetahui kemampuan dirinya ang menunjukkan apakah sudah atau belum mencapai tujuan belajar yang diharapkan. Sedangkan bagi guru akan memberikan informasi tentang pengajaran yang telah dilakukannya apakah sudah berhasil atau belum. Berdasarkan definisi dari uraian diatas, maka yang dimaksud hasil belajar adalah tingkat penguasaan sejumlah kompetensi yang dicapai siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Hasil belajar yang diperoleh dalam bentuk pengetahuan, sikap dan keterampilan.

2. Metode Sorting Card dan Motivasi Belajar


17

Norman E. Gronlund. 1993. Contructing Achievment Test. New Jersey: Englewood Cliffs, Prentice-Hall, h.1 18 Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.h.3

a. Metode Sorting Card Ketika proses belajar mengajar berlangsung, maka guru harus bersikap dan berbuat untuk memahami anak ddiknya. Semua kendala yang terjadi dan dapat menjadi penghambat jalannya proses belajar mengajar, baik yang berasal dari perilaku siswa maupun yang berasal dari luar peserta didik harus dihilangkan dan bukan membiarkannya. Keberhasilan proses belajar mengajar lebih banyak ditentukan oleh guru dalam mengelola kelas. Eranan guru yaitu, mengupayakan dalam hal mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan, dan mengarahkan sikap dan perilaku peserta didik agar dapat berprestasi dengan baik. Dalam rangka mengoptimalkan prestasi yang dicapai peserta didik pada suatu proses kegiatan belajar mengajar, guru harus berkreasi menggunakan strategi belajar mengajar, metode mengajar, pendekatan mengajar dan gaya mengajar yang tepat. Strategi belajar mengajar seperti yang dikutip Gulo menurut J. R. David dalam teaching strategies for college class room adalah a plan, method, or series of activities designed to achieves a particular educational goal.19 Menurut pengertian ini startegi belajar mengajar meliputi rencana, metode dan perangkat kegiatan yang direncanakan untuk mencapai tujuan

pengajaran tertentu. Metode pengajaran menurut Galo adalah cara yang digunakan untuk mencaai tujuan dan alat untuk mengoperasionalkan apa yang

19

W.Gulo. 1999. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Grasindo. h. 2-3

direncanakan daam strategi.20 Dengan demikian metode pengajaran merupakan salah satu unsur dalam strategi belajar mengajar. Unsur lain strategi belajar mengajar adalah sumber belajar, kemampuan yang dimiliki guru dan siswa, media, materi pelajaran, kondisi kelas, dan lingkungan serta unsur-unsur lain yang mendukung. Prosespembelajaran bersifat merangsang dan membimbing

aktivitas peserta didik, memberikan jalan dan menciptakan suasana yang mendukung tercapainya tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Proses pembelajaran yang memenuhi tuntutan peran aktif dan keterlibatan langsung akan dapat merangsang kreativitas peserta didik, diantaranta adalah metode pembelajaran sorting card. Menurut Melvin L. Silberman (Silberman, Malvin,

2006,169)sorting card merupakan aktifitas kerjasama yang bias digunakan untuk mengajarkan konsep, karakteristik klasifikasi, fakta tentang benda atau menilai informasi. Gerak fisik yang ada didalamnya dapat membantu menggairahkan siswa yang merasa penat. 21 Metode pembelajaran sorting card merupakan kegiatan kolaboratif yang bisa digunakan untuk mengajarkan konsep penggolongan sifat, fakta tentang suatu objek, atau mengulangi informasi. Sorting Card sebagai salah satu model pembelajaran aktif yang memiliki prosedur untuk memberi siswa waktu lebih banyak dalam berfikir, menjawab, dan bekerjasama satu sama lain.
20 21

Ibid.,h.4 Silberman, Malvin L. 2006. Active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif. Bandung: Nusamedia. h.169

Beberapa keuntungan yang diperoleh melalui metode pembelajaran sorting card adalah dapat meningkatkan kepercayaan siswa dan siswa lebih banyak memberikan partisipasinya dalam kegiatan pembelajaran, dan juga dapat membantu mengarahkan siswa yang merasa penat terhadap pelajaran yang telah diberikan, serta membina siswa untuk saling bekerjasama. Dalam pelaksanaannya metode pembelajaran sorting card

menggunakan bantuan suatu media yaitu, media sorting card berupa berbagai macam jenis kartu yang terbuat dari kertas jilid yang berbentuk persegi dan dibuat berpasangan (pertanyaan dan jawaban). Dimana dalam setiap kartunya dapat berisi informasi, pernyataan atau pertanyaan yang berkaitan dengan materi pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Sedangkan dalam pelaksanaannya mengkombinasikan antara

pemahaman konsep yang dilakukan secara aktif oleh siswa sendiri, kerjasama dalam tim, dan permainan yang cukup menarik. Sehingga diharapkan dengan metode sorting card dapat mengurangi kejenuhan siswa dalam proses pembelajaran serta menuntut siswa untuk aktif dalam pembelajaran.

b. Motivasi Belajar Istilah motivasi belajar berasal dari kata latin movere, yang memiliki pengertian bergerak atau berpindah. Santrock menyatakan bahwa Motivation is an internal mental state of an individual which causes im or her to behave.22 Pernyataan tersebut memiliki arti bahwa motivasi merupakan proses internal yang mendasari perilaku manusia. Sedengakan Lefton dan Valvatne menyatakan bahwa motivasi adalah kondisi internal yang spesifik dan mangarahkan perilaku seseorang ke suatu tujuan.23 Djaali menyatakan bahwa motiasi merupakan suatu kondisi fisiologis yang terdapat dalam diri seseorang yang

mendorongnya untuk melakukan aktifitas tertentu guna mencapai suatu tujuan.24 Dimyati dan Mudjiono menyatakan bahwa motivasi dipandang sebagai dorongan mental yang menggerakkan dan juga mengarahkan perilaku manusia, termasuk perilaku belajar. Dalam motivasi terkandung adanya keinginnan yang mengaktivkan, menggerakkan, menyalurkan dan mengarahkan sikap dan individu belajar.25 Greenberg menyatakan bahwa motivasi adalah proses membnagkitkan, mengarahkan dan memantapkan perilaku kea rah suatu tujuan.26 Siswa yang termotivasi, membuat rekais-reaksi yang mengarahkan tingkah lakunya pada usaha mencapai tujuan. Dengan perkataan lain.
22 23

Santrock. J. W. 2008. Educational Psychology. Boston: McGraw-Hill. h.144 Lester A. Lefton and Laura Valvatne. 1982. Mastering Psychology. Boston: Allyn and Bacon. h.143 24 Djaali.2000. PsikologI Pendidikan. Jakarta: Kartika Jaya Offset & Universitas Negeri Jakarta.h.131 25 Dimyati dan Mudjiono. Op Cit., h.8 26 Jerald Greennberg.1996. Managing Behaviors in Organizations. New York: Prentice Hall, h.62

Motivasi membawa siswa kearah reaksi mencapai tujuan, misalnya untuk mendapatkan hadiah dari orang tua, atau dapat dihargai dan diakui oleh guru atau siswa lainnya. Sedangkan menurut Dimyati dan Mujiono, ada tiga komponen utama dalam motivasi yaitu (1) kebutuhan, (2) dorongan, (3) tujuan.27 Kebutuhan terjadi bila individu merasa ada ketidak seimbangan antara apa yang dimiliki dan yang diharapkan. Doronan merupakan kekuatan mental untuk melakukan kegiatan dalam rangka memenuhi harapan atau pencapaian tujuan. Tujuan adalah hal yang ingin dicapai oleh siswa. Tujuan tersebut mengarahkan tingkahlaku siswa dalam belajar. bagi siswa pentingnya motivasi belajar adalah sebagai berikut: (1) menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses dan hasil akhir, (2) menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar, yang dibandingkan dengan teman sebaya, (3) mengarahkan kegiatan belajar, (4) membesarkkan semangat belajar, (5) menyadarkan tentang adanya perjalanan belajar dan kemudain bekerja yang berkesinambungan.28 Ke;ima hal tersebut menunjukkan betapa pentingnya motivasi untuk disadari oleh siswa. bila pentingnya motivasi didasari oleh siswa, maka tugas belajar akan terselesaikan dengan baik. Dari penguraian teori-teori diatas, maka yang dimaksud dengan motivasi belajar dalam penelitian ini adalah dorongan yang

menggerakkan tingkah laku siswa pada suatu usaha untuk mencapai


27 28

Dimyati dan Mudjiono. Op Cit., h.81 Ibid., h.85

hasil belajar yang lebih baik dari yang pernah diperoleh sebelumnya. Motivasi belajar siswa dapat bersumber dari dalam dirinya sediri dan dari luar dirinya.

B. Kerangka Berfikir 1. Pengaruh Metode Sorting Card Terhadap Hasil Belajar IPS Sebagaiman telah disebutkan, bahwa belajar merupakan perubahan perilaku seseorang melalui latihan dan pengalaman, akan memberi hasil yang lebih baik terhadap perubahan yang dilakukan seseorang. Untuk pembelajaran dengan metode pembelajaran sorting card, hasil belajar akan maksimal, hasil belajar dapat diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan, keterampilan dan sikap, perubahan yang lebih baik dibandingkan sebelumnya, misalnya dari tidak bisa menjadi bisa, dari tidak santun menjadi santun, dan lain sebagainya. Adanya suatu metode pembelajaran sorting card seorang anak berada jauh diluar kapabilitas akademik, dan kenyataannya mempengaruhi anak secara keseluruhan dari saat pertama ia mulai bersosialisasi dan bergerak. Ketertarikankepada pembandangan dan tugas-tugas motoris lembutlah yang membuat seorang anak begitu serius dan melebarkan mata, menciptakan perasaan senang bersama dengan teman-temannya. Anak dengan kepercayaan diri yang sangat kuat adalah anak yang mampu mendapatkan keberhasilan akademis dan kepercayaan diri, sehingga akan berguna dalam kehidupan kelak, didalam belajar ia berharap prestasinya bagus, nilai tinggi, dan naik kelas. Sehingga siswa akan menikmati pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial yang menjadi bahan ujian akhir, dan pada diri siswa akan tertanam

pembelajaran yang sesungguhnya karena mereka mendapatkan berupa nilai hasil belajar yang baik, kenaikan kelas, dan sebagainya.

2. Pengaruh Motivasi Belajar Terhadap Hasil Belajar IPS Dalam peningkatan hasil belajar diperluan dorongan, inilah yang menggerakkan tingkah laku siswa pada tujuan pembelajaran, yaitu memperoleh hasil belajar yag tinggi. Dalam pembelajaran IPS, sering kali ditemukan minimnya dorongan dalam diri siswa untuk belajar. Hal ini dikarenakan pelajaran IPS dirasakan sebagai pelajaran yang sulit dan sering menghafal sehingga siswa menjadi lebih bosan dalam proses pembelajaran. Anggapan inilah yang membuat diri siswa tidka terdorong dan menyukai pembelajaran IPS. Tingkah laku ini yang menunjukkan siswa tidka berkonsentrasi atau memfokuskan perhatiannya dalam pembelajaran dan menarahkannya untuk berusaha memiliki kompetensi sesuai dengan tujuan pembelajaran IPS yang telah ditetapkan. Tingkah laku ini tentunya akan berdampak pada pencapaian hasil belajar IPS yang rendah. Dorongan belajar yang kuat dalam diri siswa akan mengarahkan dan menggerakkan dirinyapada suatu uusaha untuk memiliki kompetensi dalam pembelajaran IPS dorongan ini yang mengarahkan tingkah laku siswa pada sikap tanggung jawab terhadap tugas-tugas belajar, berusaha meningkatkan kemampuannya ketika mengalami kesulitan belajar dengan berbagai cara, berusaha mengerjakan soal-soal yang sulit dan sebagainya. Siswa yang

memiliki motivasi belajar tinggi, akan memiliki keuletan dan tidak mudah putus asa dalam menghadapi persoalan pembelajaran. Dengan demikian, diduga bahwa terdapat pengaruh langsung motivasi belajar terhadap hasil belajar IPS siswa. semakin tinggi motivasi belajar siswa, maka akan semakin tinggi pula hasil belajar IPS yang diperolehnya. 3. Pengaruh Metode Sorting Card Terhadap Motivasi Belajar Metode pembelajaran sorting card merupakan salah satu metode pembelajaran yang bertujuan untuk keaktifan siswa dan merupakan salah satu cara agar siswa termotivasi. Motivasi siswa dipengaruhi oleh cara guru untuk mecipakan suasana belajar yang menarik salah satunya adalah penggunaan metode pembalajaran. Dengan menggunakan metode pembelajaran yang tepat akan membuat pembelajaran IPS yang dirasa sulit dan dihindari oleh siswa akan dirasa mudah dan menyenangkan. Dengan metode pembelajaran yang tepat, guru dapat menciptakan pembelajaran yang menarik dan

membangkitkan minat belajar siswa. siswa tidak lagi menganggap IPS sebagai pelajaran yang membosankan melainkan mulai menyenanginya. Dengan bangkitnya minat belajar dan sikap positif terhadap pelajaran IPS siswa. siswa terdorong untuk memiliki seperangkat kompetensi dalam pembelajaran IPS dan dapat mewujudkan pencapaian hasil belajar IPS yang tinggi. Dengan demikian, diduga bahwa terdapat pengaruh langsung metode pembelajaran sorting cardterhadap motivasi belajar siswa.

C. Hipotesis Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah dan kerangka berpikir yang dilandasi kajian teori di atas, maka dapat ditarik hipotesis penelitian yang merupakan jawaban sementara dari masalah penelitian yag telah dirumuskan, yaitu: 1. Terdapat pengaruh langsung dalam metode pembelajaran sorting card terhadap hasil belajar IPS siswa. 2. Terdapat pengaruh langsung motivasi terhadap hasil belajar IPS siswa. 3. Terdapat pengaruh langsung dalam metode pembelajaran sorting card terhadap motivasi belajar.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini secara umum adalah untuk mendapatkan data, menguji, membuktikan dan mengetahui pengaruh metode pembelajaran sorting card dan motivasi belajar terhadap hasil belajar IPS. Sedangkan tujuan khusus dalam penelitian ini untuk menganalisis, menguji, membuktikan dna mengetahui: 1. Pengaruh langsung dalam metode pembelajaran sorting card terhadap hasil belajar IPS siswa. 2. Pengaruh langsung motivasi terhadap hasil belajar IPS siswa. 3. Pengaruh langsung dalam metode pembelajaran sorting card terhadap motivasi belajar.

B. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Pekayon 03 Pagi Jakarta Timur. Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2012-2013.

C. Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kuantitatif dengan metode eksperimen. Sedankan desain penelitian yang digunakan adalah randomized control-group only design sebagai berikut:

Table 1 Desain Penelitian Kelompok Eksperimen Kontrol Prates Y1 Y1 Perlakukan X Pasca tes Y2 Y2

Keterangan : Kelompok Y1 (Pre Tes) X Y2 : kelas : Test Awal : Variabel Bebas : Test Akhir

D. Populasi dan Sampel Populasi target dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SDN Pekayon 03 pagi Jakarta, sedangkan populasi terjangkau adalah seluruh siswa kelas V. Sampel dalam penelitian ini diambil dua kelas yaitu kelas Va dan Vb dengan jumlah 40 siswa untuk kelas eksperimen dan 40 siswa untuk kelas kontrol. Teknik pengambilan sampel digunakan teknik random sampling.

E. Instrument Penelitian Instrument penelitian digunakan untuk memperoleh data dari masing-masing variable berdasarkan definisi konseptual variable yang mendefinisikan variable berdasarkan teori yang digunakan dalam penelitian, dan definisi operasional yang mendefinisikan variable berdasarkan cara

mengukur variable, selanjutnya dibuat kisi-kisi instrument variable yang digunakan untuk menyusun butir-butir instrument. Untuk mengetahui kualitas instrument maka perlu dilakukan penghitungan validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya beda. Sebelum instrument diujikan kepada sampel terlebih dahulu diujicobakan ke kelas di luar sampel. a. Validitas Validitas berasal dari kata validity yang berarti sejauh mana ketepatan dan kecermatan alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Selain itu validitas dapat diartikan sebagai suatu ukuran yang menunjukkan tingkattingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrument.29 Suatu instrument yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaiknya instrument yang kurang valid berart emiliki validitas rendah. Untuk mengukur validitas butir soal, penulis menggunakan system komputerisasi program dan test analisis, dengan ketentuan jika rpbi 0,25 maka butir soal diterima. Sedangkan untuk pengujian reliabilitasnya, penulis menggunakan formula Alfa Cronbach yang sudah masuk dalam program Iteman tersebut. Instrument yang sudah memenuhi persyaratan, yaitu tergolong diterima dan reliable selanjutnya akan disebarkan kepada responden dalam rangka pengumpulan data penelitian.

29

Suharsimi Arikunto,1997. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.h.160

b. Validitas butir soal Pengujian validitas butir soal menggunakan koefisien korelasi biserial, rumus yang digunakan untuk menghitung korelasi biserial antara skor butir soal dengan skor total tes adalah :

rbis(i) =

keterangan : rbis(i)
: koefisien

korelasi biseral antara skor butir soal nomor 1 dengan

skor total. Xi : rata-rata skor total responden yang menjawab benar butir soal nomor 1 Xt St pi qi : rata-rata skor total semua responden. : Standar deviasi skor total semua responden : Proporsi menjawab benar untuk butir soal nomor i : Proporsi jawaban salah untuk butir soal nomor i

Sedangkan instrument metode pembelajaran sorting card d instrument motivasi belajar yang telah valid secra isi kemudian dilakukan validitas ite, dengan mengkorelasikan antara butir yang dicari koefisien validitasnya dengan skor total. Adapun rumus yang digunakan adalah korelasi Product Moment dari Pearson, yaitu sebagai berikut :

( keterangan : rxy n X Y : koefisien korelasi : jumlah data ( ( }

( (

( ( }

: Jumlah skor butir yang dicari koefisien validitasnya. : Jumlah skor total instrumen

Untuk menentuka butir yang dicari koefisien validitasnya dinyatakan valid atau tidak, dengan membandingkan r hitung dengan r tabel pada taraf signifikan = 0,05. Jika hasil perhitungan ternyata r hitung > r tabel, maka butir instrument dianggap valid, sebaliknya jika r hitung < r tabel, maka dianggap tidak valid, sehingga butir instrument tidak dapat digunakan dalam penelitian. Reliabilitas hasil belajar IPS merupakan kestabilan skor yang diperoleh siswa yang sama ketika diuji ulang dengan kuesioner yang sama pada situasi yang berbeda atau dari satu pengukuran ke pengukuran lainnya. Reliabilitas dapat dinyatakan sebagai tingkat kemampuan hasil dari dua pengukuran terhadap hal yang sama. Perhitungan reliabilitas untu variable hasil belajar IPS dalam penelitian ini menggunkan rumus Kuder Richardson20 (KR-20), yaitu sebagai berikut :

r11= [

] [

keterangan : r11 k St2 Pi qi : koefisien reliabilitas instrument : jumlah keseluruhan butir : Varians dari skor keseluruhan butir : Proporsi responden yang menjawab benar untuk setiap butir : Proporsi responden yang menjawab salah untuk setiap butir

untuk menentukan bahwa instrument dinyatakan reliable atau tidak, maka dilakukan dengan membandingkan koefisien reliabilitas (r11) dengan 0,7. Jika hasil perhitungan ternyata r11 > 0,7 makainstrumen dianggap tidak reliable. F. Teknik Analisis Data Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif dan analisis inferensial yang dijelaskan sebagai berikut : 1. Analisis Deskriptif Analisis deskriptif dilakukan untuk mencari koefisien mean, median, modus, baku simpangan, varians, pembuatan distribusi frekuensi, dan histogram dari skor setiap variable penelitian. 2. Analisis Inferensial Analisis inferensial dalam penelitian ini digunakan dengan tujuan agar hasil penelitian dapat dibuat kesimpulan yang dapat digeneralisasi dari pengujian hipotesis yang diajukan.sebelum dilakukan pengujian

hipotesis,

dilakukan

terlebih

dahuluuji

persayaratan

meliputi

uji

normalitas, dan linearitas regresi. Tujuan melakukan uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah data dari masing-masing variable bersifat normal. Sedangkan linearitas regresi untuk mengetahui apakah persamaan regresinya berbentuk linear.

G. Hipotesis Statistik 1. H0 : P31 = 0 H1 : P31 > 0 2. H0 : P32 = 0 H1 : P32 > 0 3. H0 : P21 = 0 H1 : P21 > 0 Keterangan : P31 : Koefisien jalur Metode pembelajaran sorting card terhadap hasil belajar IPS siswa P32 P21 : Koefisien jalur motivasi belajar terhadap hasil belajar IPS siswa
: Koefisien

jalur Metode pembelajaran sorting card terhadap motivasi

belajar IPS siswa

Anda mungkin juga menyukai