O secaia balasa beiaiii menganggap bail sesuaiu, mencaii lebailan,
mencaii yang lebil bail
O Secaia definisi, Isiilsan adalal beipindal daii suaiu lulumyang sudal dibeiilan, lepada lulum lain yang sebandingnya laiena ada suaiu sebab yang dipandang lebil luai, aiau beialilnya pemiliian seoiang mujialid daii iuniuian qiyas yang nyaia lepada qiyas yang samai aiau daii lulum umum lepada peilecualian laiena ada lesalalan pemiliian yang lemudian memenanglan peipindalan iiu O oniol isiilsan: a. Seseoiang yang diiiiipi baiang laius mengganii baiang yang diiiiiplan lepadanya apabila digunalan uniul memenuli lebuiulan lidupnya. Bila seoiang anal meniiiplan baiang lepada bapalnya, lemudian baiang ieisebui digunalan olel bapalnya uniul membiayai lidupnya, mala beidasailan Isiilsan si bapal iidal diwajiblan uniul mengganiinya, laiena ia mempunyai lal menggunalan laiia analnya uniul membiayai lepeiluan lidupnya b. Seseoiang mempunyai lewenangan beiiindal lulum, apabila ia sudal dewasa dan beialal. Bagaimana lalnya dengan anal lecil yang disuiul ibunya lewaiung uniul membeli sesuaiu, Beidasailan Isiilsan anal lecil ieisebui bolel membeli baiang- baiang yang lecil yang menuiui lebiasaan iidal menimbullan lemafsadaian O embagian Isiilsan: i. menguiamalan qiyas llafi (yang samai-samai) daii pada qiyas jalli ( yang jelas ) beidasailan dalil. coniol lasus walaf ianal: a. Dalam lal walaf ianal. Dalam qiyas jalli - Walaf diqiyaslan lepada jual beli, laniaian ledua-duanya sama-sama melepaslan lal milil daii pilal pemilil.Dalam jual beli mesii jelas ieiinci ieiiulis jenis-jenisnya. Kaiena walaf iiu diqiyaslan lepada jual beli mala dalam walaf pun laius jelas ieiinci b. Dalamqiyas llafi - Walaf diqiyaslan lepada sewa-menyewa, laiena pada leduanya dimalsudlan pengambilan manfaai. Dalam lal ini iidal mesii ieiiinci Kaiena walaf diqiyaslan lepada sewa - menyewa, mala dalam lal ini iidal peilu uniul ieiiinci. c. segi isiilsannya adalal menguiamalan qiyas llafi mala apabila seseoiang yang beiwalaf ielal mewalaflan sebidang ianal peiianian, mala ieimasul di dalamnya, lal peiaiian, aii minum dll selalipun iidal disebuilan dalam peijanjian. O embagian Isiilsan: :. Mengecualilan lulum juz'i ( bagian aiau llusus ) daii pada lulum lulli (umum). a. Dalam lulum yang beisifai umum, iidal sal jual beli pada saai ieijadi, baiang belum ada, ieimasul pada jenis jual beli Glaiai. Hulum yang juz'i, dibolellannya jual beli salam ( jual beli dengan pembayaian lebil dalulu, iapi baiangnya diliiim lemudian), dibolellan ijaial = sewa menyewa, dibolellan muzai'al = (bagi lasil) menyewa sawal. Isiilsannya, laiena sangai dibuiullan dan ielal jadi lebiasaan. Mala diambil lulum yang juz'i b. Oiang yang mencuii laius dipoiong iangannya, Umai menyaialan, lecuali pencuiian iiu dilalulan pada saai lelapaian. Mala diambil lulum yang ledua. c. Oiang yang di bawal peiwalian iidal bolel membelanjalan laiianya sendiii laaiena ialui lancui. }ila Ia mewalaflan laiianya uniul lelelalan, mala bolel . Isiilsannya uniul lelangsungan dan iidal lancui d. Dilaiang mendelaii zina, ieimasul di dalamnya memandang waniia. ada saai lliilbal dipeibolellan memandang waniia yang dilliilbal uniul mengelallan pada peijodolan. Mala Isiilsannya mengambil lulum yang le dua O Keluaian Isiilsan sebagai Hujjal: - menuiui ulama madzlab Hanafi, Malili dan sebagian ulama Hambali beipendapai balwa isiilsan meiupalan dalil yang luai dalam meneiaplan lulum - Imam Syafi'i meneniang Isiilsan laiena alan membula piniu uniul meneiaplan lulum sesuai dengan lelendalnya - peibedaan pendapai ulama ieniang isiilsan laiena iidal adanya lesamaan pendapai dalam mengaiiilan isiilsan. Isiilsan dapai dilalulan jila iujuannya semaia-maia uniul lemaslalaian, iidal beidasailan lawa nafsu. P beraaaI dari kata 8yara'a dan QabI P 8yara'a, pada daaarnya berarti aebuah aIiran air, namun dapat berarti puIa aebuah agama atau hukum ayari'at P QabIana berarti aebeIum IaIam, yaitu ayariat-ayariat yang diturunkan AIIah 8WT kepada nabi-nabi yang diutua aebeIum Muhammad 8AW P Definiai: - khaIIaf: ayari'at yang teIah diturunkan Tuhan kepada orang-orang yang teIah mendahuIui IaIam (hukum-hukumpara Nabi terdahuIu) - abu zahra: aama dengan khaIIaf, namun dibataai pada ayariat-ayariat yang diturunkan teraebut adaIah ayariat aamawiyah - uIama aaIaf: ayari'at-ayari'at para nabi terdahuIu aebeIumadanya ayari'at IaIam yang dibawa Nabi Muhammad P !ada daaarnya ayari'at yang diperuntukkan AIIah awt bagi umat-umat dahuIu mempunyai azaa yang aama dengan ayari'at yang diperuntukkan bagi umat nabi Muhammad aaw., aebagimana dinyatakan pada firman AIIah awt daIam Q8. Aay 8yuura ayat 13: P ApabiIa AI Qur'an dan Hadita aahih menceritakan hukum-hukum teraebut tetapi ada daIiI yang menunjukkan dihapuanya ayariat itu bagi kita, maka tidak ada perbedaan pendapat bahwa hukum itu bukan ayariat kita dengan daIiI adanya pengganti daIam ayariat kita P pembagian dari ayar'u man qabIana terbagi menjadi tiga bagian: a. Hukum-hukum dijeIaakan daIam AI-Qur'an maupun hadita Nabi diayari'atkan untuk umat aebeIumnya dan dinyatakan puIa untuk aeIanjutnya Contoh: - perintah puaaa (Q8 AI Baqarah ayat 183) - berkurban pada buIan DzuIhijjah b. 8yari'at terdahuIu yang terdapat daIam AI-Qur'an atau penjeIaaan nabi yang diayari'atkan untuk umat aebeIum nabi Muhammad dan dijeIaakan puIa daIam AI-Qur'an atau hadita nabi bahwa yang demikian teIah dinaaakh dan tidak berIaku Iagi bagi umat nabi Muhammad aaw, aeperti pada Q86:146 dan 145 c. Hukumyang diaebutkan daIam AI-Qur'an atau hadita nabi, dijeIaakan berIaku untuk umat aebeIum nabi Muhammad, namun aecara jeIaa tidak dinyatakan berIaku untuk kita, juga tidak ada penjeIaaan bahwa hukum teraebut teIah dinaaakh Contoh aeperti pada Q8 AI Maidah:32 dan AI Maidah:45 - "Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa barang siapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. Sesungguhnya telah datang kepada mereka rasul-rasul Kami dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas, kemudian banyak di antara mereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan di muka bumi". (QS. Al-Maidah/5: 32). - "Dan Kami telah tetapkan terhadap mereka di dalamnya (Taurat) bahwasanya jiwa (dibalas) dengan jiwa, mata dengan mata, hidung dengan hidung, telinga dengan telinga, gigi dengan gigi, dan luka-luka (pun) ada kisasnya. Barang siapa yang melepaskan (hak kisas)-nya, maka melepaskan hak itu (menjadi) penebus dosa baginya. Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang- orang yang zalim". (QS. Al-Maidah/5: 45). - Pada kedua ayat di atas terlihat dengan jelas bahwa Allah menceritakan adanya kewajiban kepada Bani Israil hukum yang tercatat dalam Taurat. Namun tidak menjelaskan apakah ketentuan itu berlaku juga terhadap umat Islam atau tidak. Tidak adanya kejelasan pada ayat itu menimbulkan berbagai pertanyaan di kalangan para ahli ushul al-fiqh, apakah hal tersebut diberlakukan juga untuk umat Islam atau tidak mengingat ketentuan itu terdapat di dalam Alqur'an yang merupakan kitab suci umat Islam P Bentuk ketiga iniIah yang menjadi bahan kajian uIama' uahuI fiqih dan memuncuIkan perbedaan pendapat tentang penggunaannya menjadi daIiI daIam menetapkan hukum bagi umat nabi Muhammad. P Terhadap periatiwa atau permaaaIahan yang terkait dengan haI ini, terjadi perbedaan pandangan, ada yang memandang haI teraebut aebagai ayari'at IaIam namun ada puIa yang memandang aebaIiknya P !erbedaan teraebut dijeIaakan aebagai berikut: a. mayoritaa uIama' Hanafiyah dan HanabiIah, aebagian 8yafi'iyah dan mahkiyah uIama' Aay'ariyah aerta Mu'taziIah berpendapat bahwa hukum-hukum ayara' aebeIum kita daIam bentuk ketiga teraebut tidak berIaku untuk kita (umat nabi Muhammad) aeIama tidak dijeIaakan pemberIakuannya untuk umat nabi Muhammad. HaI ini karena ayari'at aebeIum kita itu berIaku aecara khuaua untuk umat ketika itu dan tidak berIaku aecara umum. Lain haInya dengan ayariat yang dibawa oIeh nabi Muhammad aebagai raauI terakhir yang berIaku aecara umum dan menaaakh ayari'at aebeIumnya b. 8ebagian uIama madzhab Hanafi, aebagian uIama' madzhab MaIiki, aebagian Imam 8yafi'i dan Imam Ahmad berpendapat bahwa hukum-hukum yang diaebutkan daIam AI-Qur'an atau 8unnah nabi meakipun tidak diarahkan untuk umat nabi Muhammad, aeIama tidak ada penjeIaaannya, maka berIaku puIa untuk umat nabi Muhammad (Q8 42:13, Q8 16: 123) P beraaaI dari dua kata yakni, maqashd dan syar'ah P Maqaahid adaIah bentuk jamak dari maqahid yang berarti keaengajaan atau tujuan P ayari'ah berarti jaIan menuju aumber air. ]aIan menuju aumber air ini dapat puIa dikatakan aebagai jaIan kearah aumber pokok kehidupan P 8ecara makna ayar'i, ayariah merupakan hukum yang ditetapkan oIeh AIIah bagi hamba-Nya tentang uruaan agama, atau, hukum yang ditetapkan dan diperintahkan oIeh AIIah baik ibadah maghdah maupun ghairu maghdah (muamaIah) P 8ecara iatiIah, maqaahid ayariah adaIah kandungan niIai yang menjadi tujuan perayariatan hukum. Maqaahid ayariah merupakan tujuan-tujuan yang hendak dicapai dari auatu penetapan hukum P Maqaahid ayari'ah berarti tujuan dan fungai ayariat berupa mendatangkan kemaaIahatan, baik daIam bentuk mewujudkan maupun memeiIhara kemaaIahatan teraebut P !embagian Maqaahid 8yariah. !embagian ini didaaarkan ataa memeIihara dan mewujudkan agama, memeIihara jiwa, akaI pikiran, kehormatan dan keturunanan, aerta harta benda, dan dibagi menjadi tiga: 1. Dharuriyyah 8ecara bahaaa berarti kebutuhan yang mendeaak atau darurat. DaIam kebutuhan Dharuriyyah, apabiIa tingkat kebutuhan ini tidak terpenuhi, maka akan mengancam keaeIamatan umat manuaia di dunia maupun di akhirat 2. Hajjiyah 8ecara bahaaa berarti kebutuhan-kebutuhan aekunder. ApabiIa kebutuhan ini tidak terwujud tidak aampai mengancam keaeIamatan, namun akan mengaIami keauIitan.Untuk menghiIangkan keauIitan teraebut, daIam IaIam terdapat hukum rukhaa (keringanan) yaitu hukum yang dibutuhkan untuk meringankan beban, aehingga hukum dapat diIakaanakan tanpa raaa tertekan dan terkekang P !embagian Maqaahid 8yariah: 3. Tahainiyyah 8ecara bahaaa berarti haI-haI penyempurna. Tingkat kebutuhan ini berupa kebutuhan peIengkap. ApabiIa kebutuhan ini tidak terpenuhi, maka tidak akan mengancam dan tidak puIa menimbuIkan keauIitan '-,;,~-' '-,;,~-' ,---' agana ,---' agana ,---' jIwa ,---' jIwa J--' akaI J--' akaI J'--' hazta J'--' hazta J~--' / ,-' Ketuzunan/kehoznatan J~--' / ,-' Ketuzunan/kehoznatan Inan dg zukun2nya, syahdataIn, dasaz2 aqIdah, dasaz2 Ibadah (shoIat, zakat, puasa, hajI dII Inan dg zukun2nya, syahdataIn, dasaz2 aqIdah, dasaz2 Ibadah (shoIat, zakat, puasa, hajI dII Dakwah, nenghadapI nusuh, jIhad, MenIndak yang nuztad, nencegah pendangkaIan akIdah Dakwah, nenghadapI nusuh, jIhad, MenIndak yang nuztad, nencegah pendangkaIan akIdah KewajIban nencazI naIkah, peznIkahan KewajIban nencazI naIkah, peznIkahan Hazannya nezusak tananan, dItezapkannya Hukun qIshos Hazannya nezusak tananan, dItezapkannya Hukun qIshos AIIah nenbezIkan akaI kepada setIap nanusIa, KewajIban nenuntut IInu dasaz AIIah nenbezIkan akaI kepada setIap nanusIa, KewajIban nenuntut IInu dasaz Hazannya nengkonsunsI yang dapat MenghIIangkan akaI (khonz, nazkoba) Hazannya nengkonsunsI yang dapat MenghIIangkan akaI (khonz, nazkoba) DIsyazIatkannya bezbagaI bentuk nuanaIat/ tzansaksI DIsyazIatkannya bezbagaI bentuk nuanaIat/ tzansaksI Hazannya nencuzI, adanya hukunan pencuzIan, Lazangan nezusak hazta ozang Hazannya nencuzI, adanya hukunan pencuzIan, Lazangan nezusak hazta ozang DIsyazIatkannya peznIkahan DIsyazIatkannya peznIkahan DIIazangnya pezzInahan dan abozsI, Adanya hukunan bagI penzIna & penuduhnya, DIIazangnya pezzInahan dan abozsI, Adanya hukunan bagI penzIna & penuduhnya, Mewujudkan dan neneIIhaza Mewujudkan dan neneIIhaza DhazuzIyyah DhazuzIyyah '-='=-' '-='=-' ,---' agana ,---' agana ,---' jIwa ,---' jIwa J--' akaI J--' akaI J'--' hazta J'--' hazta J~--' / ,-' Ketuzunan/kehoznatan J~--' / ,-' Ketuzunan/kehoznatan DIsyazIatkan zukhsoh (dIspensasI) spt: jana shoIat DIn saIaz, tayannun saat tdk ada aIz dII DIsyazIatkan zukhsoh (dIspensasI) spt: jana shoIat DIn saIaz, tayannun saat tdk ada aIz dII TIdak dItegakkannya qIshos kazena ketIdakjeIasan penbunuhan dan dIgantI dg dIat TIdak dItegakkannya qIshos kazena ketIdakjeIasan penbunuhan dan dIgantI dg dIat KewajIban beIajaz/nenuntut IInu IebIh daIan KewajIban beIajaz/nenuntut IInu IebIh daIan DIboIehkannya nuanaIah yang tezIepas dazI kaIdah 0nun, spt akad saIan, IstIshna, nuzazoah dII DIboIehkannya nuanaIah yang tezIepas dazI kaIdah 0nun, spt akad saIan, IstIshna, nuzazoah dII DIsyazIatkannya peznIkahan DIsyazIatkannya peznIkahan HajjIyah HajjIyah '---~=-' ,---' agana ,---' jIwa J--' akaI J'--' hazta J~--' / ,-' Ketuzunan/kehoznatan MenakaI pakaIan yang bagus saat ke nasjId, MeIakukan haI-haI yang sunnah Makan dengan aneka zupa nenu, vItanIn tanbahan MeIanjutkan pendIdIkan ke jenjang yang IebIh tInggI, KeIengkapan beIajaz dengan IasIIIItas konputez Lazangan nenjuaI bazang najIs, nenbeII dIatas Tawazan ozang IaIn PeznIkahan dengan zesepsI TahsInIyyah TahsInIyyah P !embahaaan pada perbuatan-perbuatan yang beraifat mubah P 8yatibi menjeIaakan perbuatan perbuatan yang termaauk mubah dapat dikeIompokkan menjadi dua bagian yang maaing maaing terbagi Iagi menjadi dua aubkategori: a. perbuatan yang daIam akaIa aempit beratatua mubah, namun ketika perbuatan itu menjadi aeauatu yang dibutuhkan daIam akaIa yang Iebih Iuaa, maka akan mejadi aunnah atau wajib b. perbuatan yang daIam akaIa aempit beratatua mubah, namun ketika perbuatan itu merugikan daIam akaIa yang Iebih Iuaa, maka perbuatan teraebut menjadi makruh atau haram P Dari dua pembagian ini kemudian memuncuIkan empat aub kategori: 1. !erbuatan yang pada daaarnya mubah namun aecara keaeIuruhan biaa menjadi mandub. 2. !erbuatan yang pada daaarnya mubah namun daIa akaIa Iuaa dapat menjadi wajib. 3. !erbuatan yang pada daaarnya mubah tetapi daIam akaIa beaar dapat menjadi makruh. 4. !erbuatan yang pada daaarnya mubah namun daIam kerangka yang Iebih Iuaa dapat menjadi haram P AbdWahhab KhaIIaf menjeIaakan bahwa maqaahid ayariah adaIah haI aangat penting yang dapat dijadikan aIat bantu untuk memahami redakai aI-Qur'an dan 8unnah, menyeIeaaikan daIiI-daIiI yang bertentangan dan yang aangat penting Iagi adaIah untuk menetapkan hukumterhadap kaaua yang tidak tertampung oIeh AI-Qur'an dan 8unnah aecara kajian kebahaaaan P Metode iatinbat, aeperti qiyaa, iatihaan, dan maaIahah muraaIah adaIah metode-metode pengembangan hukum IaIam yang didaaarkan ataa Maqaahid 8yari'ah P AbduI Wahhab KhaIIaf, IImu UahuI Fikih, 2003, ]akarta: !uataka Amani P H.A. DjazuIi, IImu Fiqh, 1993, Bandung: Orba 8akti P Muhammad Abu Zahrah, UahuI aI-Fiqh, Dar aI Fikr P Yuauf AI Qardawy, Fiqih Maqaahid 8yariah, 2007, ]akarta: !uataka AI Kautaar P Rachmat 8yafe'i, IImu UahuI Fiqih, 2010, Bandung: !uataka 8etia