Anda di halaman 1dari 10

KAWASAN KONSERVASI TAKABONERATE

D I S U S U N OLEH : MUSLIMA ALAM L22110271 KELOMPOK 0

FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN JURUSAN PERIKANAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2011

BAB I PENDAHULAUN

1.1. Latar Belakang Di Indonesia banyak kegiatan- kegiatan manusia yang dapat merusak sumberdaya alam perairan, seperti saat ini ancaman keanekaragaman hayati disebabkan masalah pencemaran, perubahan habitat dan eksploitasi yang berlebihan terhadap sumberdaya hayati perairan sehingga diperkirakan dapat merubah struktur ekologi komunitas biota bahkan dapat menurunkan keaneragaman hayati di perairan di wilayah Indonesia. Seperti yang terjadi pada kawasan konservasi di taman nasional (TN) Takabonerate, Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan. . Konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya bertujuan mengusahakan terwujudnya kelestarian sumber daya alam hayati serta keseimbangan ekosistemnya sehingga dapat lebih mendukung upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat dan mutu kehidupan manusia. Hal ini merupakan tanggung jawab dan kewajiban Pemerintah serta masyarakat.

1.2. Tujuan dan Manfaat Tujuan penulisan makalah ini yaitu untuk mengetahui bahwa pentingnya sumberdaya alam hayati untuk dilindungi serta merencanakan upaya pengelolahan sumberdaya alam agar terhindar dari kerusakan seperti cagar alam lautan dan taman nasional sedangkan manfaat yang diperoleh dapat menambah ilmu pengetahuan mengenai konservasi sumberdaya alam hayati

BAB II PEMBAHASAN

Kawasan konservasi dalam arti yang luas, yaitu kawasan dimana konservasi sumber daya alam hayati dilakukan. Di dalam peraturan perundang-undangan Indonesia yang ada, tidak memuat definisi mengenai kawasan konservasi secara jelas. konservasi selalu berhubungan dengan suatu kawasan, kawasan itu sendiri mempunyai pengertian yakni wilayah dengan fungsi utama lindung atau budidaya, apabila suatu kawasan tidak terpelihara maka akan terjadi kerusakan dan kemusnahan. Agar tidak terjadi kerusakan kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam, sumber daya buatan, dan nilai sejarah serta budaya bangsa guna kepentingan pembangunan berkelanjutan, maka perlu dilakukan upaya penerapan konservasi sumberdaya hayati perairan seperti penetapan kawasan suaka margasatwa, cagar alam, perlindungan hutan, taman nasional, taman laut dan kebun binatang. Takabonerate memiliki potensi besar dikembangkan sebagai daerah tujuan wisata, mengingat daerah itu adalah kawasan konservasi dengan karang atol terbesar ketiga di dunia

Data situs Departemen Kehutanan menunjukkan, sedikitnya ditemukan 261 jenis terumbu karang dari 17 famili. Sejumlah 15 pulau gosong karang di taman nasional itu dikitari titik penyelaman yang memikat. Adapun Latar belakang dilakukannya pengembangan wisata bahari di kawasan konservasi perairan indonesia adalah : 1. Sektor kelautan diharapkan dapat berperan sebagai penggerak roda perekonomian nasional. 2. Sebagai pondasi ekonomi yang berbasis pada keunggulan komparatif yang berakar pada ekonomi rakyat.

3. Upaya pemerintah yang menetapkan sektor pariwisata sebagai sektor andalan yang perlu dikembangkan. 4. Pengembangan wisata bahari diharapkan dapat menjaga kelestarian Sumber Daya Alam (SDA) dan added value bagi masyarakat setempat, serta menjadi sumber devisa negara. Potensi wisata bahari di kawasan konservasi perairan Indonesia adalah sebagai berikut : 1. Diperkirakan 25-30% devisa pariwisata sebesar USD 6,3 Milyar bersumber dari wisata bahari (Data BPS dan Gahawisri 2009). Dan diperkirakan untuk 10 (sepuluh) tahun kedepan kontribusinya dapat meningkat hingga 50%. 2. Kawasan konservasi perairan pada umumnya memiliki karakter alamiah yang unik sebagai tujuan wisata yang menarik untuk dikunjungi. 3. Daerah-daerah tujuan wisata bahari utamanya berada pada kawasan konservasi perairan. 4. Indonesia memiliki 36 kawasan konservasi perairan dengan luas mencapai 13,5 juta ha (data thn. 2009). Berdasarkan pengelompokkannya, kawasan konservasi perairan dibedakan kedalam 4 (empat) jenis, yaitu : 1. Taman Nasional Perairan, untuk penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, kegiatan yang menunjang perikanan berkelanjutan, wisata perairan, dan rekreasi. 2. Suaka Alam Perairan, untuk perlindungan keanekaragaman jenis ikan dan ekosistemnya. 3. Taman Wisata Perairan, untuk kepentingan wisata perairan dan rekreasi. 4. Suaka Perikanan, untuk daerah perlindungan sumber daya ikan tertentu. Pemanfaatan ruang kawasan konservasi perairan (KKP) didistribusikan ke dalam 4 (empat) zona, yakni : 1. Zona Inti, adalah bagian KKP yang memiliki kondisi alam baik biota maupun fisiknya masih asli dan/belum diganggu oleh manusia yang mutlak dilindungi, berfungsi untuk perlindungan keterwakilan keanekaragam hayati yang asli dan khas.

2. Zona Perikanan Berkelanjutan, adalah bagian KKP yang karena letak, kondisi, dan potensinya mampu mendukung kepentingan pelestarian pada zona inti dan zona pemanfaatan. 3. Zona Pemanfaatan, adalah bagian KKP yang letak, kondisi, dan potensi alamnya diutamakan untuk kepentingan pariwisata alam perairan dan/atau kondisi/jasa lingkungan serta untuk kegiatan penelitian dan pendidikan. 4. Zona Lainnya, adalah di luar zona inti, zona perikanan berkelanjutan, dan zona pemanfaatan yang karena fungsi dan kondisinya ditetapkan sebagai zona tertentu. Dari zonasi yang ada tersebut, nampak kawasan konservasi perairan dapat dimanfaatkan untuk wisata bahari. Sedangkan lokasi kegiatan wisata bahari di kawasan konservasi perairan adalah sebagai berikut : 1. Kegiatan pariwisata alam perairan dimungkinkan untuk dilaksanakan tidak hanya pada zona pemanfaatan terbatas untuk pariwisata alam perairan. 2. Zona lainnya, yaitu sona pengelolaan perikanan berkelanjutan juga dapat digunakan untuk kegiatan pariwisata alam perairan. 3. Kawasan konservasi perairan untuk tujuan wisata, namun harus memenuhi kriteria sebagai berikut : mempunyai daya tarik alam yng tinggi berupa keunikan dan/atau keindahan obyek alam; adanya aksesibilitas untuk dapat mengunjunginya; dan adanya sarana/prasarana penunjang untuk melayani wisatawan. Prinsip-prinsip pendekatan pengembangan wisata bahari, yaitu : Prinsip Co-Ownership Kawasan yang akan dikembangkan merupakan milik bersama, pemanfaatan dan perlindungan dilakukan secara bersama berdasarkan nilai kearifan dan budaya lokal. Prinsip Co-Operation

Pengelolaan kawasan dilakukan dengan prinsip mengatur peranan masing-masing yang dilakukan oleh masyarakat stakeholder. Prinsip Co-Responsibility Pengelolaan kawasan untuk ekowisata, kegiatan perlindungan dan pembinaan kawasan menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah, masyarakat, pengusaha, dan seluruh stakeholder. Pengembangan pariwisata alam perairan pada kawasan konservasi perairan harus berdasarkan perencanaan dan pelaksanaan yang lebih menitikberatkan pada pelestarian sumberdaya alam dan lingkungan perairan, namun tidak meninggalkan kebutuhan sosial ekonomi masyarakat. Dengan kata lain, pembangunan dan/pengembangan pariwisata bahari seyogyanya diarahkan pada ekowisata perairan. Dalam kaitannya dengan pengembangan ekowisata bahari, maka berdasarkan pemahannya adalah sebagai berikut : 1. Ecotourisme, adalah suatu bentuk perjalananwisata ke area alami, memberi manfaat ekonomi dan mempertahankan keutuhan budaya masyarakat setempat (the Ecotourism Society, 1990). 2. Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata RI dan WWF (2009) menambahkan kriteria daerah terpencil pada daerah tujuan ekowisata dan mengedepankan peningkatan ekonomi masyarakat lokal sebagai instrumen pendukung terwujudnya pelestarian alam. 3. Pola pengembanganekowisata yang digunakan adalah ekowisata berbasis masyarakat. 4. Ekowisata berbasis masyarakat merupakan usaha ekowisata yang menitikberatkan peran aktif komunitas (Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI dan WWF 2009). 5. Ekowisata berbasis masyarakat sangat senergi dengan implementasi kebijakan pemanfaatan kawasan konservasi perairan untuk pariwisata alam perairan. 6. Harapan mampu memberikan added value, alternative livehood ke masyarakat dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan.

Kegiatan-kegiatan wisata bahari yang dapat dilakukan di kawasan konservasi perairan adalah : 1. Olah raga air, seperti menyelam (diving), selancar air (surving), jetsky, dayung, memancing (sport and receation fishing), dan jenis olah raga air lainnya. 2. Wisata tontonan, seperti snorkeling, perahu kaca (glass boat), dan migrasi paus. 3. Wisata pendidikan, seperti mengamati (membuat foto atau film) dan ekowisata berbasis spesies (contoh : penyu). 4. Wisata penelitian, seperti mengamati kehidupan biota perairan (paus, penyu, dan lainlain) dan formasi kehidupan terumbu karang, dan lain-lain. Dengan berkembangnya kegiatan pariwisata alam perairan akan berimplikasi pada kebutuhan berkembangnya pengusahaan pariwisata alam perairan. Mengacu pada Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2010, maka pengusahaan pariwisata alam perairan pada kawasan konservasi perairan dapat didefinisikan sebagai pelaksanaan usaha yang menyediakan barang dan atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dan penyelenggaraan ariwisata alam perairan di dalam kawasan konservasi perairan. Adapun pola pengusahaan wisata bahari pada kawasan konservasi perairan, yakni : 1. Mandiri, yaitu dilakukan sendiri oleh pengelola kawasan konservasi melalui sebuah unit kerja yang dibentuk khusus untuk menangani pengelolaan pariwisata alam perairan di kawasan konservasi. 2. Kemitraan, yaitu dilakukan oleh pengelola kawasan konservasi yang bekerja sama dengan mitra berdasarkan kesepakatan bersama yang difasilitasi oleh pemerintah atau pemerintah daerah sesuai kewenangannya. 3. Developer, yaitu dilakukan oleh pihak ketiga (individu/badan usaha) yang melibatkan peran serta masyarakat sekitar kawasan konservasi dalam bentuk usaha mikro, kecil, menengah, dan koperasi sesuai dengan kesepakatan kerja sama dengan pengelola kawasan konservasi.

Di kawasan ini terdapat Berbagai jenis koral (Pocillopora eydouxi, Montipora danae, Acropora palifera, Porites cylindrica, Pavona clavus, Fungia concinna) Pohon kelapa (Cocos nucifera) Pandan laut (Pandanus sp.) Cemara laut (Casuarina equisetifolia) Ketapang (Terminalia catappa) Selain itu Terdapat sekitar 295 jenis ikan karang dan berbagai jenis ikan konsumsi yang bernilai ekonomis tinggi seperti kerapu (Epinephelus spp.), cakalang (Katsuwonus spp.), Ikan Napoleon (Cheilinus undulatus), dan baronang (Siganus sp). Sebanyak 244 jenis moluska diantaranya lola (Trochus niloticus), kerang kepala kambing (Cassis cornuta), triton (Charonia tritonis), batulaga (Turbo spp.), kima sisik (Tridacna squamosa), kerang mutiara (Pinctada spp.), dan nautilus berongga (Nautilus pompillius). Jenis-jenis penyu yang tercatat termasuk penyu sisik (Eretmochelys imbricata), penyu hijau (Chelonia mydas), dan penyu lekang (Dermochelys coriacea). Terumbu karang yang sudah teridentifikasi sebanyak 261 jenis dari 17 famili diantaranya Pocillopora eydouxi, Montipora danae, Acropora palifera, Porites cylindrica, Pavona clavus, Fungia concinna, dan lain-lain. Sebagian besar jenis-jenis karang tersebut telah membentuk terumbu karang atol (barrier reef) dan terumbu tepi (fringing reef). Semuanya merupakan terumbu karang yang indah dan relatif masih utuh.

BAB III PENUTUP

3.1.Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diperoleh yaitu : Konservasi Sumber daya Alam Hayati dilakukan untuk menjaga agar tidak terjadi kepunahan dan kerusakan, mengupayakan agar berbagai variasi gen dan jenis dapat dimanfaatkan serta mengupayakan agar penggunaan SDA hayati berdasarkan prinsip prinsip konservasi. Di daerah takabonerate harus selalu steril dari tangantangan yang tidak bertanggung jawab agar keindhan taman laut nasionak itu selalu terjaga. 3.2. Saran Pemerintah dan masyarakat sekitar kawasan konservasi ini harus senantiasa menjaga keindahan dan keamanan kawasan tersebut.

Daftar pustaka http://blogselayar.wordpress.com/2010/11/26/taman-nasional-takabonerate-dijarahfacebooker-bergerak/ http://id.wikipedia.org/wiki/Taman_Nasional_Taka_Bonerate http://www.kidnesia.com/Kidnesia/Indonesiaku/Tempat-Menarik/Sejuta-KeindahanTakabonerate http://www.kkp.go.id/upload/jica/book_file/08_Konservasi_Ikan_Indonesia.pdf

Anda mungkin juga menyukai