Anda di halaman 1dari 3

Obesitas Pada Balita Obesitas merupakan keadaan patologik dengan terdapatnya penimbunan lemak yang berlebihan daripada yang

diperlukan untuk fungsi tubuh. Pada overweight terdapat berat badan yang jauh melebihi berat badan rata-rata. Maka overweight tidak selalu identik dengan obesitas. Seorang olahragawan professional berkat latihannya yang sangat intensif mempunyai otot-otot yang berkembang baik sehingga berat badannya meninggi. Orang demikian mungkin saja overweight akan tetapi tidak obeis. Pemeriksaan fisik terhadap orang dalam keadaan telanjang dapat menentukan apakah ia obeis atau berotot. Biasanya bilamana overweight itu sangat menonjol, maka pasti ia menderita obesitas. Makalah ini membahas berbagai aspek obesitas pada anak dan cara pencegahannya. Cara penentuan Obesitas Banyak cara yang telah dikembangkan untuk menentukan lemak tubuh, misalnya : a. Penentuan berat badan terhadap tinggi, umur, tipe tubuh. b. Mengukur Tebal Lipatan Kulit (Skin-fold Thickness) di beberapa tempat, seperti bagian tricep, subscapula, suprailiaca, dsb. Alat pengukuran yang dipergunakan dinamakan Caliper. Hasil pengukuran dibandingkan dengan standar referensi yang ada, dan jika kelebihannya melebihi satu SD (Standar Deviasi), maka orang tersebut dianggap obeis. Tebal lipatan kulit tidak tergantung pada tinggi badan, sehingga dapat memberi nilai untuk tiap umur dan kelamin. c. Cara-cara lain yang jarang digunakan dan ditentukan oleh seorang dokter, seperti underwater weighing, dengan sinar Rontgen, dan lain-lain. Prevalensi Obesitas ????

Etiologi Terjadinya Obesitas pada Bayi/Balita dikarenakan oleh banyak factor, yaitu: a. Pemberian makanan yang berlebihan

Pada umumnya obesitas disebabkan oleh pemberian makanan yang selalu melampaui kebutuhan bayi/balita (positive energy balance). Hal ini sebagai akibat karena anak yang tidak mau menahan rasa lapar atau kelainan personality yang serius. Serta masih banyaknya orang tua yang beranggapan bahwa jika anak makan semakin banyak, maka anak akan semakin sehat. b. Hereditas/keturunan Kecenderungna menjadi obeis pada keluarga tertentu telah lama terjadi dan diketahui. Mungkin saja hal ini disebabkan oleh kebiasaan makan banyak dalam keluarga tersebut. Akan tetapi adanya factor keturunan diperkuat dengan penyelidikan pada anak kembar yang dibesarkan terpisah akan tetapi menunjukkan berat badan yang sangat berkorelasi. Penyelidikan lain memberikan hasil demikian : anak kembar monozigot walaupun dibesarkan terpisah mempunyai berat badan yang tidak jauh beda satu sama lain dibandingkan dengan anak kembar dizigot yang dibesarkan bersama. Tidak ada hubungan antara berat badan anak pungut dan orang tua yang memungutnya, akan tetapi ada korelasi antara anak sendiri dengan orang tua kandungnya. c. Ras/ suku Pada rasa atau suku tertentu kadang-kadang terlihat lebih banyak anggotanya yang obeis. Akan tetapi masih sulit untuk menentukan factor apa yang lebih mempengaruhi obesitas antara keturunan atau latar belakang kebudayaan (kebiasaan makan makanan yang kaya akan energy, kurangnya aktifitas fisik, dan sebagainya). Pada umumnya kedua factor ini saling berpengaruh. d. Gangguan emosi Gangguan emosional merupakan sebab terpenting pada obesitas anak dan adolescence. Pada anak yang sedang mengalami kesedihan lalu menutup diri dari lingkungannya timbul rasa lapar yang berlebihan sebagai akibat dari kompensasi terhadap maslah yang telah dihadapinya. Adakalanya kebiasaan overeating ini menghilang seiring menghilangnya masalah atau gangguan emosi yang dia alami, akan tetapi obesitas ini akan bertahan atau menetap. e. Gangguan Hormon

Walaupun sangat jarang, adakalanya obesitas disebabkan oleh tidak adanya keseimbangan hormone-hormon, seperti pada Chusings syndrome, adrenocortical hyperactivity, hypogonadism, dan lain-lain. f. Tingkat aktifitas fisik

Anda mungkin juga menyukai