Anda di halaman 1dari 7

Bahasa Indonesia Pasar

A. Pengertian Bahasa Secara sederhana, bahasa dapat diartikan sebagai alat untuk menyampaikan sesuatu yang terlintas di dalam hati. Namun, lebih jauh bahasa adalah alat untuk beriteraksi atau alat untuk berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau perasaan. Dalam studi sosiolinguistik, bahasa diartikan sebagai sebuah sistem lambang, berupa bunyi, bersifat arbitrer, produktif, dinamis, beragam dan manusiawi. Bahasa adalah sebuah sistem, artinya, bahasa dibentuk oleh sejumlah komponen yang berpola secara tetap dan dapat dikaidahkan. Sistem bahasa berupa lambang-lambang bunyi, setiap lambang bahasa melambangkan sesuatu yang disebut makna atau konsep. Karena setiap lambang bunyi itu memiliki atau menyatakan suatu konsep atau makna, maka dapat disimpulkan bahwa setiap suatu ujaran bahasa memiliki makna. Contoh lambang bahasa yang berbunyi nasi melambangkan konsep atau makna sesuatu yang biasa dimakan orang sebagai makanan pokok. B. Kondisi Bahasa Saat Ini Sebagaimana yang diungkapkan oleh Sarwini S.Pd dalam SOLOPOS 19/3/2009 berjudul Penyingkatan Bahasa di Pasar bahwa bahasa merupakan alat yang sangat penting bagi manusia untuk mengadakan interaksi dan bahasa bersifat arbirtrary atau manasuka. Bukan hanya demikian saja, tetapi bahasa dimanapun ia berada selalu berkembang dinamis mengikuti laju perkembangan zaman .Hal ini disebabkan oleh adanya daya kreatif manusia seperti yang diungkapkan Noam Chomsky, pakar Linguistik Amerika, bahwa tiap manusia memiliki kemampuan bawaan sejak lahir (innate competence) untuk secara kreatif mengorganisir, mengkoherensikan, menyesuaikan dan merangkai kata dan frasa agar menjadi ujaran yang dapat di mengerti. Kemampuan ini adalah kemampuan kognitif yang jauh melampai kemampuan linguistik struktural-tradisional ala Leonard Bloomfield yang hanya melihat bahasa dari bentuk (form) dan isi bahasa (contents) dan mengabaikan atau tidak memahami aspek konteks sosio-kultural yang melingkupi sebuah ujaran bahasa. Contoh ketidakmampuan lingustik tradisional dalam menjelaskan fakta kebahasaan tertentu ialah contoh cara linguistik tradisional menjelaskan ekspresi Ngebut-Benjut yang sering kita temui di gang-gang sempit di kampung-kampung daerah perkotaan di Solo. Kajian linguistik struktural hanya memahami tuturan Ngebut -Benjut dengan penjelasan atas kata Ngebut sebagai Verba yang artinya lari kencangnya kendaraan sedangkan kata Benjut sebagai adjektiva yang artinya wajah atau badan yang memar. Lalu apa hubungan antara kendaraan yang lari kencang dengan wajah memar? Hal ini hanya bisa dipahami secara linguistis saja tetapi dengan bantuan studi Pragmatik bahwa ada konteks pertuturan yang melingkari tuturan itu. Tanpa konteks ini maka fakta kebahasan ini tidak bisa dipahami. Menurut kajian Pragmatik tuturan Ngebut -Benjut bisa dianalisis sebagai berikut: penutur adalah warga kampung, mitra tutur adalah semua orang yang lewat jalan kampung dengan kendaraan.
1

Maksud atau konteks tuturan ialah warga kampung memberitahu orang yang lewat dengan kendaraan agar jangan suka ngebut karena banyak kejadian anak kecil tertabrak kendaraan yang ugal-ugalan. Jika sudah membaca tuturan Ngebut-Benjut masih saja memaksakan keinginan maka jika terjadi lagi kecelakaan maka yang terjadi akan jadi benjut wajah dan badan memar karena massa akan bertindak di luar hukum untuk menghakimi si pelanggar aturan masyarakat. Lalu kenapa peringatan ini diwujudkan dalam bentuk tulisan? Secara Sosiolinguistik fakta kebahasaan ini juga bisa dijelaskan dengan adanya collective mind (tata nilai, norma dan sistem sosial yang dimiliki bersama) masyarakat Jawa yang meskipun anti konflik tetapi lebih suka menyampaikan sesuatu secara tidak langsung atau tidak terus terang. Hal ini karena halusnya perasaan orang Jawa yang cenderung tidak mau mengingatkan dan menyalahkan orang yang dianggap bersalah di depan orang banyak.

C. Pengertian Bahasa Indonesia Pasar Bahasa pasar adalah bahasa yang dipakai sebagai bahasa perantara yang terbentuk dari berbagai bahasa yang intinya berasal dari satu bahasa tertentu yaitu Bahasa Indonesia. Ada pula yang mendifinisikan sebagai bahasa kacukan antara bahasa Melayu dengan bahasabahasa bukan Melayu. Tidak gramatis dengan mengabaikan hukum DM dan penggunaan penjodoh bilangan. Contoh: Pengunaan Gua menggantikan saya (ganti diri orang pertama) dan `lu' (ganti diri nama kedua). Menggunakan banyak sebagai kata penguat, contoh: banyak cantik. Kerap menggunakan perkataan `punya' , contoh: dia punya barang, apa punya budak. Bahasa melayu yang digunakan sehari-hari dalam pergaulan masyarakat, dalam jual beli dsb, disebut sebagai melayu rendah. Penyebutan ini dikarenakan bahasa tersebut tidak tunduk terhadap kaidah-kaidah bahasa yang baku. Namun di era abad dua puluhan bahasa melayu rendah ini banyak ditemukan di media-media massa yang terbit kala itu. Remy Silado, sastrawan tahun 70-an, yang menganggap bahwa bahasa melahyu pasarlah yang menjadi cikal bakal bahasa indonesia, seperti kata permaisuri yang pada bahasa asal (sansekerta) berbunyi /paramaisyari/ . Bentuk kata ini menjadi bukti bahwa kata tersebut belum dibakukan ketika masuk ke dalam bahasa indonesia.

D. Faktor Penyebab Penggunaan Bahasa Indonesia Pasar 1. Faktor pertama, dorongan pasar. Menurut Kristanto, mengikuti keinginan pasar adalah salah satu upaya mendekatkan diri dengan khalayak pembacanya, sehingga muncullah bahasa sehari-hari atau bahasa pasar. Contohnya, media remaja yang nuansanya "gaul". 2. Bahasa Indonesia pasar digunakan karena sesuai ideologi yang dianut oleh pengguna dan pasar yang dibidik, 3. Rendahnya pemahaman masyarakat terhadap bahasa baku, 4. Bahasa pasar lebih mudah dipahami oleh masyarakat, 5. Pemakaian media jejaring sosial, seperti youtube, blog, twitter, atau facebook, media online sering memilih menggunakan bahasa pasar yang dirasa sesuai karakter pengguna internet dan keharusan menyajikan informasi secara cepat.

E. Istilah-Istilah Lain Bahasa Pasar Serta Penggunaannya Bahasa Gaul Indonesia Bahasa gaul Indonesia memaksudkan bentuk-bentuk bahasa bahasan yang ditutur di kawasan-kawasan bandar di Indonesia. Biarpun asal-usulnya amat jelas, bahasa gaul Indonesia berbeda sekali daripada bahasa Indonesia baku dari segi bentuk kata dan tatabahasa. Istilah bahasa gaul dicipta pada hujung 1990-an yang mana perkataan "gaul" membawa erti sosial atau bergaya. Sebelum ini pernah terbitnya istilah bahasa prokem pada awal 1980-an yang bermaksud bahasa samseng. Prokem ialah bentuk slanga perkataan preman yang berasal dari bahasa Belanda. Bahasa gaul Indonesia ditutur secara meluas dalam perbualan seharian, persekitaran sosial, media popular dan sesetengah bahan bacaan remaja dan majalah budaya pop. Bagi yang tinggal di kawasan bandar Indonesia, bahasa gaul Indonesia sering dijadikan bahasa perhubungan utama dalam kehidupan seharian. Walaupun agak janggal jika bertutur dalam bahasa formal, namun penggunaan "bahasa Indonesia yang baik dan benar" meluas dalam media, lembaga kerajaan, sekolah, universiti, tempat kerja, di kalangan golongan atasan dan bangsawan Indonesia dan situasi-situasi formal yang lain. Bahasa gaul Indonesia adalah fenomena bahasa yang sentiasa berevolusi, kerana perbendaharaan katanya amat berbeza daripada bahasa Indonesia mahupun bahasa Malaysia dan juga banyak sekali kata-kata baru, baik asli mahupun asing, yang agak senang diterapkan dalam perbendaharaan kata yang makin luas. Apapun, seperti bahasa-bahas lain, peredaran zaman menyebabkan sesetengah kata menjadi jarang digunakan ataupun lapuk kerana dianggap ketinggalan zaman atau tidak lagi menepati trend terkini. Struktur bahasa gaul Indonesia banyak diterbitkan dari bahasa Indonesia namun perbendaharaan katanya banyak bezanya. Kosa kata bahasa gaul Indonesia diperkaya oleh
3

gabungan kata-kata terbitan atau pinjaman dari bahasa-bahasa asing seperti bahasa Hokkien, Inggeris, dan Belanda, dan juga bahasa-bahasa etnik setempat seperti bahasa Betawi, Sunda, dan Jawa. Adakalanya, kata-kata baru dicipta begitu sahaja tanpa asal-usul tertentu. Kebanyakan besar perbendaharaan kata bahasa gaul Indonesia dikembangkan dari bahasa Indonesia formal melalui beberapa cara, contohnya:

Penyengauan kata kerja aktif, pemendekan atau pengguguran awalan asal dan membubuh -in' di akhir kata: o memikirkan (pikir) mikirin o menanyakan nanyain (pengguguran "me-") Membubuh -in di akhir kata kerja transitif pasif: o diajari diajarin o dipukuli dipukulin membubuh ke- di awal kata kerja tidak transitif, menggantikan ter-: o tertangkap ketangkep o terpeleset (tergelincir) kepeleset Menggugurkan satu atau beberapa huruf dari kata: o habis abis o tahu tau Menyingkatkan dua atau lebih perkataan menjadi satu: o terima kasih makasih o jaga image (jaga maruah diri) jaim Menggantikan a dengan e dalam sesetengah kata (pengaruh Jawa): o benar bener o pintar pinter o malas males Menyingkatkan diftong menjadi huruf ekasuku: o kalau kalo o pakai pak Pembubuhan/pengguguran konsonan bisu dan hentian glotis pada awal atau akhir kata: o pakai pak atau pakk o enggak nggak, ngga, gak, ga, kaga, ogah, wegah Menyingkat menjadi tiga huruf pertama sampil menyisip -ok- selepas huruf pertama (berakhir dengan konsonan terdekat jika huruf ketiga adalah vokal): o bapak bokap o jual jokul o brak Bokr

Sesetengah perkataan dipinjam dan diubahsuai begitu sahaja dari bahasa Inggeris, contoh:

sorry sori friend prn swear suer brother bruer atau bro sister suez atau sis

Banyak juga perkataan yang direka tanpa mengikut panduan-panduan tadi langsung, kebanyakan ada asal-usul tersendiri. Contohnya:
4

cuk - tidak peduli, meremeh-temehkan. Dipopularkan oleh penyanyu Indonesia, Ruth Sahanaya, dalam lagu hit 1980-an Astaga; mungkin sekali berasal dari perkataan Melayu cuai. do'i - teman lelaki/wanita. Berasal dari perkataan dia, diubah dengan memasukkan huruf 'o' di tengah dan menggugurkan huruf 'a'; kemudian diubah menjadi Doski. bokp - filem lucah. Berasal dari singkatan BF (Blue Film). BF disebut 'b-f', tapi dalam bahasa pasar disebut b-p. Perkataan bokep diperoleh dengan memasukkan sisipan -ok- di antara sebutan 'b-p'. jayus - basi, dangkal. Sepatutnya mencuit hati, tetapi tidak. jijay - jijik. Adakala disebut untuk meluahkan rasa amat jijik. Digunakan dalam ungkapan jijay bajay. Begitu juga dengan najis dan najis jaya (adakalanya diubah menjadi ji-ji (atau jijik) apabila menyapa kanak-kanak) ABG / abg = anak baru gede - dewasa muda. Satu contoh singkatan ungkapan diubah menjadi kata baru.

Berikut merupakan beberapa kependekan yang sering digunakan oleh remaja Indonesia: Perkataan formal bleh ko nape ja biz tau tidak Perkataan formal boleh engkau kenapa saja habis tahu

Bahasa Non Baku Bahasa Indonesia mempunyai sebuah aturan yang baku dalam pengguanaanya, namun dalam prakteknya sering terjadi penyimpangan dari aturan yang baku tersebut. Kata-kata yang menyimpang disebut kata non baku. Hal ini terjadi salah satu penyebabnya adalah faktor lingkungan. Faktor ini mengakibabkan daerah yang satu berdialek berbeda dengan dialek didaerah yang lain, walaupun bahasa yang digunakannya terhadap bahasa Indonesia. Saat kita mempergunakan bahasa Indonesia perlu diperhatikan dan kesempatan. Misalnya kapan kita mempunyai ragam bahasa baku dipakai apabila pada situasi resmi, ilmiah. Tetapai ragam bahasa non baku dipakai pada situas santai dengan keluarga, teman, dan di pasar, tulisan pribadi, buku harian. Ragam bahasa non baku sama dengan bahasa tutur, yaitu bahasa yang dipakai dalam pergaulan sehari-hari terutama dalam percakapan. Bahasa Tutur dan Tulis Pengertian Bahasa Tutur dan Tulis Bahasa tutur adalah bahasa lisan, dalam cerita rakyat bahasa tutur sama dengan mendongeng, dimana orang tua terdahulu biasa menceritakan cerita rakyat ini dengan bahasa tutur, akan tetapi sekarang budaya bertutur mulai berubah menjadi budaya baca tulis, karena
5

masyarakat mulai mengganggap bahwa budaya bertutur makin lama makin hilang sedangkan membiasakan diri dengan budaya tulis akan membuat sebuah tulisan menjadi lebih bertahan lama dan lebih banyak bisa dibaca dan dipelajari masyarakat. Padahal antara budaya tutur dan budaya baca tulis saling berkaitan atau berpautan satu sama lainnya. Bahasa tutur mempunyai sifat yang khas yaitu: a. Bentuk kalimatnya sederhana, singkat, kurang lengkap, tidak banyak menggunakan kata penghubung. b. Menggunakan kata-kata yang biasa dan lazim dipakai sehari-hari. Contoh: bilang, bikin, pergi, biarin. Didalam bahasa tutur, lagu kalimat memegang peranan penting, tanpa bantuan lagu kalimat sering orang mengalami kesukaran dalam memahami bahasa tutur. Ciri-Ciri Bahasa Tutur a. Terdengar seperti orang yang sedang bercakap bukan seperti orang sedang membaca (Seperti percakapan sehari hari ). b. Kata dan ungkapan yang di pakai harus seperti yang di dengar sehari-hari bukan menggunakan istilah dari buku atau take book. c. Penampilanya lebih santai, suasana komunikasi yang di bangun tak formal, meski bukan berarti tak mengindahkan sopan santun dalam berkomunikasi dengan orang dewasa ata orang yang kita tinggikan. d. Komunikasi memang beda, dengan rekan sebaya untuk kita memakai unsur kata kalimat dan istilah yang mengesankan rasa hormat, hormat bukan berarti formal. e. Bahasa tutur selalu mengedepankan untuk tuntutan untuk komunikatif karena itu struktur kalimat dan alur tetap menjadi senjata utama.

F. Kesimpulan Bahasa adalah sebuah sistem, artinya, bahasa dibentuk oleh sejumlah komponen yang berpola secara tetap dan dapat dikaidahkan. Sistem bahasa berupa lambang-lambang bunyi, setiap lambang bahasa melambangkan sesuatu yang disebut makna atau konsep. Karena setiap lambang bunyi itu memiliki atau menyatakan suatu konsep atau makna, maka dapat disimpulkan bahwa setiap suatu ujaran bahasa memiliki makna. Bahasa yang tidak menurut kaidah-kaidah bahasa baku dan sudah banyak digunakan masyarakat untuk berkomunikasi secara santai disebut dengan bahasa pasar. Bahasa pasar memiliki beberapa istilah-istilah lain diantaranya, yaitu bahasa gaul, bahasa non baku, dan bahasa tutur. Masing-masing memiliki konsep dan kegunaan yang hampir sama.

Daftar Pustaka
www.tutor.com
www.wartawarga.com www.variasi_bahasa.html

www.bekasinews.com www.id.wikipedia.com www.akemapa.com www.journal.um.ac.id www.usupress.usu.ac.id www.dibustom.wordpress.com

Anda mungkin juga menyukai