Anda di halaman 1dari 3

T3/ERP/Etika Kom/IMT/2011

Novi Nur Fadhilah 110500112

Ketika Bos Media Terjun di Politik Apakah menurut anda berkampanye politik di media sekarang dianggap terlalu dini? Apa pendapat anda tentang Seorang Bos Media yang ikut terjun ke dunia politik? Wacana yang sudah cukup lama terdengar di berbagai media ini menjadi menarik ketika berita bergabungnya Bos Group MNC, Hary Tanoesodibjo ke dalam partai NasDem (Nasional Demokrat) mengundang perbincangan yang cukup menarik dari sudut pandang politik. Komentar pun bermunculan dari berbagai kalangan, mulai dari pejabat, pengamat, kader partai lain sampai masyarakat. Kampanye terang-terangan tentang visi misi Partai NasDem pun sering dijumpai di media cetak dan elektronik di bawah pimpinan mereka. Namun bagaimanakah dampaknya terhadap industry media sendiri? Apakah dampaknya terhadap persaingan politik di media ini? Apakah melanggar etika regulasi dan komunikasi penyiaran? Setiap manusia punya caranya sendiri untuk mendedikasikan dirinya untuk bangsa ini. Mungkin dengan bergabung ke Partai NasDem ini menjadi cara Hary untuk bisa ikut berkontribusi bagi Indonesia. Meskipun Partai NasDem merupakan partai baru, tapi hal itu tidak menjadi suatu hal yang sulit untuk seorang bos media, karena ia bisa menggabungkan pengalamannya di dunia bisnis dengan pengalaman berpolitik di Partai NasDem. Mungkin sudah banyaknya pengalaman yang ia dapat di dunia media membuat dia sedikit jenuh dan ingin mencoba sesuatu yang baru dan ikut menyumbangkan sumbangsihnya di partai yang ia ikuti. Namun bagaimanakah dengan iklan kampanye partainya yang ia munculkan setiap hari di media yang ia naungi? Apakah pengaruh media yang begitu besar mempengaruhi masyarakat bisa berdampak juga dalam bidang politik? Memang dengan bergabungnya Hary Tanoe ke Partai NasDem membuat ia dan pimpinan partai NasDem, Surya Paloh, lebih mudah menyisipkan pesan partai politik di media yang mereka naungi. Apalagi kedua nama tersebut merupakan orang besar yang memiliki kekuatan dan kekuasaan di industri media penyiaran seperti Surya Paloh (Metro TV dan Media Indonesia) dan Hary Tanoesoedibjo (RCTI, MNC TV, Global TV,

Koran Sindo, Sindo Radio, Okezone.com, dan Sindonews.com). Ketua Umum Partai Nasdem Rio Capella, dalam Rapimnas memutuskan bahwa bos MNC group tersebut menjabat sebagai Ketua Dewan Pakar Partai Nasional Demokrat , diharapkan dengan posisi itu, Hary Tanoe diharapkan bisa memberikan sumbangsihnya untuk kemajuan Partai NasDem ke depannya apalagi menjelang Pemilu 2014. Menurut saya dengan ikut terjunnya Bapak MNC Group tersebut ke dunia politik akan membuat partai yang diikutinya menjadi leluasa untuk berkampanye secara lebih murah biayanya atau mungkin malah gratis karena merekalah yang punya stasiun siarannya. Tapi bila hal itu tetap terus dilakukan secara tiap hari atau bahkan tiap waktu, membuat mereka seperti mencuri start awal kampanye yang masih beberapa tahun lagi. Memang Partai NasDem ini merupakan partai baru jadi mereka memang perlu pencitraan dan image tentang partai yang katanya berslogan Gerakan Perubahan ini, terlebih mereka memiliki keuntungan sebagai pemilik beberapa media massa di Indonesia. Namun tidakkah hal tersebut termasuk dalam pelanggaran dalam etika regulasi dan penyiaran, bahkan cenderung ke arah politik media, yang mana media dijadikan ajang pemberian pengaruh, persepsi khalayak terhadap suatu hal, dalam hal ini Partai NasDem agar terbentuk di masyarakat image sebuah Partai yang menjunjung Gerakan Perubahan. Politk di Media juga bisa dijadikan ajang menanamkan ideology sehingga muncul di benak masyarakat bahwa hal yang ditanamkan lewat pesan di media tersebut membekas, sehingga membuat khalayak menjadi memihak kepada suatu hal tersebut. Informasi tentang Partai tersebut bisa dijadikan sarana propaganda dengan membangun pencitraan, biasanya disesuaikan dengan hal-hal yang diharapkan audiens/ masyarakat Gerakan Perubahan dan Partai NasDem mengusung harapan tersebut. Entah benar atau tidak iklan yang mereka gemborkan tersebut akan terwujud buktinya, hanya waktu yang bisa menjawab. Namun yang pasti segala tindakan yang bertujuan mempropaganda, akan mengesampingkan realitas yang terjadi dan justru mengaduk-aduk pikiran dan perasaan audiensnya sehingga tersentuh. Dalam buku etika komunikasi karya Dr. Haryatmoko menyebutkan kebanyakan politikus sekarang ini memang memanfaatkan media massa untuk kampanye mereka, jadi mereka tinggal membuat iklan tentang partai mereka yang sekiranya mengena di hati masyarakat layaknya iklan yang menyorot kehidupan rakyat kecil bahkan menggunakan peran rakyat kecil seperti petani, pedagang kecil, dll.

Tapi menurut saya selama iklan yang menampilkan Partai NasDem di media tidak mengganngu dan tidak bermaksud mengubah ideologi masyarakat, maka sah-sah saja asal tidak langsung mengenalkan calon presiden mereka untuk pilpres 2014 karena bila hal tersebut dilakukan, maka mereka melanggar peraturan dari Komisi Pemilihan Umum (KPU). Semoga terjunnya Hary Tanoesoedibjo tidak akan membuat sesuatu berita yang dapat mengaburkan fakta hanya karena kepentingan dan kekuasaan yang dimiliki di media, seperti di TVOne berita tentang Lumpur di Sidoarjo tidak mau mengakui bahwa itu Lumpur Lapindo. ***

Anda mungkin juga menyukai