Anda di halaman 1dari 4

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Semua orang akan mengalami kematian. Akan tetapi setiap orang juga ingin menghindarkan diri dari kematian. Satu diantara banyak penyebab kematian yaitu terpaparnya suatu penyakit, baik itu penyakit menular maupun penyakit tidak menular. Penyakit tidak menular atau PTM merupakan suatu penyakit yang tidak bisa ditularkan kepada orang lain sehingga bukan merupakan sebuah ancaman bagi orang lain. Akan tetapi PTM merupakan beban bagi negara-negara yang berkembang seperti di Indonesia. Dari tahun ke tahun PTM sendiri semakin berkonstribusi terhadap kematian di Indonesia. Berdasarkan hasil dari 49,9 persen menjadi 59,9 persen. Satu diantara penyakit tidak menular (PTM) yang sampai saat ini menjadi penyebab kematian nomor satu di dunia yaitu penyakit jantung. Dan dari berbagai penyakit jantung, yang perlu diwaspadai yaitu penyakit jantung koroner karena penyakit ini dapat mengakibatkan serangan mendadak yang berujung dengan kematian. Pada tahun 2005 sedikitnya 17,5 juta atau setara dengan 30,0 % kematian diseluruh dunia disebabkan oleh penyakit jantung. Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), 60 % dari seluruh penyebab kematian penyakit jantung adalah penyakit jantung koroner (PJK) (Mamat Supriyono,2008). Menurut Riskesdas 2007, prevalensi penyakit jantung di Indonesia sebesar 7,2 %. Sedangkan untuk di Kalimantan Barat sendiri yang sudah SKRT 2001 dan Riskesdas

2007, distribusi kematian yang disebabkan oleh PTM mengalami kenaikan

didiagnosis oleh tenaga kesehatan atau dengan gejala sebesar 6,8 %. Ini merupakan angka yang cukup mendekati dari angka prevalensi nasional. Penyakit jantung koroner (PJK) adalah penyakit jantung yang disebabkan penyempitan arteri koroner, mulai dari terjadinya

aterosklerosis (kekakuan arteri) maupun yang sudah terjadi penimbunan lemak atau plak (plague) pada didinding arteri koroner, baik disertai gejala klinis atau tanpa gejala sekalipun (Peter Kabo, 2008) Menurut Iman Soeharto (2001) penyakit jantung koroner adalah suatu kelainan yang disebabkan oleh penyempitan atau penghambatan pembuluh arteri yang mengalirkan darah ke otot jantung. Menurut beberapa ahli, penyakit jantung koroner dapat terjadi karena dipengaruhi oleh beberapa faktor resiko diantaranya yaitu; usia, jenis kelamin (gender), faktor genetik, kadar kolestrol yang tinggi, hipertensi, merokok, diabetes mellitus, obesitas, pola hidup yang kurang baik (stress, alkohol, latihan fisik yang kurang). Hal yang terpenting untuk diingat dari faktor resiko adalah bahwa mereka saling menguatkan secara bersamasama. Semakin banyak faktor resiko yang diderita seseorang, maka semakin besar juga terjadinya PJK. Tanda dan gejala yang ditimbulkan oleh PJK meliputi rasa berat, tertekan, nyeri, diremas-remas di dada tengah yang dalam (angina pectoris) sebagai tanda otot jantung kekurangan oksigen. Hal ini merupakan beban psikologis yang harus ditanggung penderita, di samping biaya untuk pengobatan yang besar dan ancaman kejadian kematian secara mendadak serta hilangnya hari-hari produktif. PJK merupakan masalah yang mendunia sejak dasawarsa, dan merupakan penyebab kematian terbesar dinegara maju. Di Amerika penyebab kematian tertinggi karena PJK. Pada tahun 1986 penyebab kematian karena PJK adalah 46 % dari total angka kematian. Di Indonesia, menurut Survey Kesehatan Rumah Tangga Departemen Kesehatan RI, PJK merupakan penyebab kematian kedua yaitu 9,9 %

(1986). Kemudian tahun 1992 meningkat menjadi 16,6 % (Riant Nugroho. D, 2001) Tingginya angka kematian di Indonesia akibat penyakit jantung koroner (PJK) mencapai 26%. Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga Nasional (SKRTN), dalam 10 tahun terakhir angka tersebut cenderung mengalami peningkatan. Pada tahun 1991, angka kematian akibat PJK adalah 16 %. kemudian di tahun 2001 angka tersebut melonjak menjadi 26,4 %. Angka kematian akibat PJK diperkirakan mencapai 53,5 per 100.000 penduduk di negara kita. (HIMAPID, 2008) Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan diatas, maka diperlukan suatu kebijakan dalam menangani masalah penyakit jantung koroner, agar nantinya dapat melakukan pencegahan maupun penanggulangannya. Sehingga diharapkan konstribusi PJK terhadap kematian di Indonesia mengalami penurunan (berkurang). Untuk itulah penulis tertarik untuk menganalisis faktor-faktor resiko yang mempengaruhi kematian pasien dengan penyakit jantung koroner di ruang ICCU RSUD Soedarso.

1.2 Rumusan Masalah Adapun masalah yang dapat dirumuskan dari uraian di atas adalah apakah faktor-faktor resiko (usia, jenis kelamin, faktor genetik,

dislipidemia, hipertensi, diabetes mellitus, obesitas) dapat mempengaruhi kematian pasien dengan penyakit jantung koroner di ICCU RSUD Soedarso 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Untuk menganalisis faktor-faktor resiko yang mempengaruhi kematian pasien dengan penyakit jantung koroner di ICCU RSUD Soedarso

1.3.2 Tujuan Khusus a. Mengetahui pengaruh usia terhadap kematian pasien dengan PJK di ruang ICCU RSUD Soedarso b. Mengetahui pengaruh jenis kelamin terhadap kematian pasien dengan PJK di ruang ICCU RSUD Soedarso c. Mengetahui pengaruh keturunan terhadap kematian pasien dengan PJK di ruang ICCU RSUD Soedarso d. Mengetahui pengaruh hipertensi terhadap kematian pasien dengan PJK di ruang ICCU RSUD Soedarso e. Mengetahui pengaruh diabetes mellitus terhadap kematian pasien dengan PJK di ruang ICCU RSUD Soedarso f. Mengetahui pengaruh dislipidemia terhadap kematian pasien dengan PJK di ruang ICCU RSUD Soedarso g. Mengetahui pengaruh obesitas terhadap kematian pasien

dengan PJK di ruang ICCU RSUD Soedarso

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi masyarakat Sebagai bahan informasi mengenai faktor-faktor resiko dapat mempengaruhi penyakit jantung koroner. 1.4.2 Bagi Peneliti Sebagai bahan masukkan bagi pihak yang ingin melanjutkan penelitian ini ataupun melakukan penelitian yang berhubungan dengan penelitian ini 1.4.3 Bagi Rumah Sakit Sebagai masukan bagi Rumah Sakit dalam membuat kebijakan untuk mengatasi kejadian pasien dengan penyakit jantung koroner yang

Anda mungkin juga menyukai