Anda di halaman 1dari 7

BAB I PENDAHULUAN 1.1.

Latar belakang Permintaan hasil panen terutama tanaman pangan utama seperti jagung terus meningkat dari tahun ke tahun sebagai akibat tingkat pertumbuhan penduduk yang masih tin& yaitu 1,4 % pertahun (Nasution, 2004), kemajuan di bidang industri pengolahan makanan, dan meningkatnya kebutuhan bahan baku pakan ternak khususnya unggas yang berasal dari jepang . Sementara itu produksi dalam negeri belum dapat mencukupi kebutuhan sehingga tidak mengherankan apabila setiap tahun Indonesia masih mengimpor jagung 1 juta ton. (Husodo, 2004). Untuk mengantisipasi kekurangan ini dan mempertahankan tingkat konsumsi yang cukup pada masa mendatang perlu diupayakan agar produksi tanaman jagung dapat ditingkatkan yang antara lain dapat ditempuh melalui perluasw areal. Meningkatkan produksi melalui perluasan areal tidak berarti bebas masalah. Sebab pada kenyataannya lahan subur dan potensial untuk pertanian semakin terbatas karena dikonversi untuk keperluan pemukiman, industri, dan keperluan non pertanian lainnya. Departemen Pertanian memperkirakan alih fungsi lahan pertanian ke sektor non pertanian mencapai 47 ribu hektar pertahun (Husodo, 2004). Karena lahan-lahan subur semakin berkurang maka penambahan areal pertanian terpaksa diarahkan kepada pemanfaatan lahan-lahan yang miskin hara. Dengan demikian perlu diusahakan perbaikan-perbaikan kesuburan dari tanahnya yaitu salah satunya dengan pemakaian zeolit dapat sekaligus memperbaiki sifat fisik dari tanah, dimana agregat tanah menjadi stabil, tata udara dan air tanah menjadi baik, serta unsur-unsur hara akan menjadi tersedia bagi tanaman (Husodo, 2004). 1.2. Identifikasi masalah 1.2.1. Tanaman Jagung Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting, selain gandum dan padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah dan Selatan, jagung juga menjadi alternatif sumber pangan di Amerika Serikat. Penduduk beberapa daerah di Indonesia (misalnya di Madura dan Nusa Tenggara) juga menggunakan jagung sebagai pangan pokok. Selain sebagai sumber karbohidrat, jagung juga ditanam sebagai pakan ternak
1

(hijauan maupun tongkolnya), diambil minyaknya (dari biji), dibuat tepung (dari biji, dikenal dengan istilah tepung jagung atau maizena), dan bahan baku industri (dari tepung biji dan tepung tongkolnya). Tongkol jagung kaya akan pentosa, yang dipakai sebagai bahan baku pembuatan furfural. Jagung yang telah direkayasa genetika juga sekarang ditanam sebagai penghasil bahan farmasi. (Husodo, 2004). Dari berbagai kegunaan jagung diatas, indonesia sebagai negara agraris yang memiliki lahan yang luas sangat berpotensi untuk menjadi negara eksportir jagungbyang penting didunia. Namun potensi itu belum dapat dimanfaatkan dengan optimal karena banyak kendala yang dihadapi. diantaranya keadaan tanah yang kurang baik ditanami jagung akibat gejala alam dan kegiatan manusia seperti pertambangan. (Suhardi,2009). a. Botani Tanaman Jagung Klasifikasi Tanaman Kingdom : Plantae (Tumbuhan Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) Kelas : Liliopsida (berkeping satu / monokotil) Sub Kelas : Commelinidae Ordo : Poales Famili : Poaceae (suku rumput-rumputan) Genus : Zea Spesies : Zea mays L. b. Syarat Tumbuh Jagung ini kebanyakan ditanam di dataran rendah baik, sawah tadah hujan maupun sawah irigasi. Sebahagian terdapat juga di daerah pergunungan pada ketinggian 1000- 1800 m di atas permukaan laut. (Suhardi,2009). Faktor-faktor iklim yang terpenting adalah jumlah dan pembagian dari sinar matahari dan curah hujan, temperatur, kelembaban dan angin. Tempat penanaman jagung harus mendapatkan sinar matahari cukup dan jangan terlindung oleh pohon-Pohonan atau bangunan. Bila tidak terdapat penyinaran dari matahari, hasilnya akan berkurang. Temperatur optimum untuk pertumbuhan jagung adalah antara 23 27 C. (Suhardi,2009 1.2.2. Kebutuhan hara tanaman jagung
2

Tanah yang dikehendaki adalah gembur dan subur, kerana tanaman jagung memerlukan aerasi dan pengairan yang baik. Jagung dapat tumbuh baik pada berbagai macam tanah. Tanah lempung berdebu adalah yang paling baik bagi pertumbuhannya. Tanahtanah berat masih dapat ditanami jagung dengan pengerjaan tanah lebih sering selama pertumbuhannya, sehingga aerasi dalam tanah berlangsung dengan baik. (Husodo, 2004). Pupuk yang diberikan pada tanaman jagung di Indonesia umumnya mengandung hara makro N, P, K, dan S, tetapi belum mengandung hara mikro, karena belum ada sentra-sentra pengembangan jagung yang berindikasi kekurangan hara mikro. Takaran Pupuk N P, K, dan S Tidak semua pupuk yang diberikan ke dalam tanah dapat diserap oleh tanaman. Nitrogen yang dapat diserap hanya 55-60% (Patrick and Reddy 1976), P sekitar 20% (Hagin and Tucker 1982), K antara 50-70% (Tisdale and Nelson 1975), dan S sekitar 33% (Morris 1987). Tanggapan tanaman terhadap pupuk yang diberikan bergantung pada jenis pupuk dan tingkat kesuburan tanah. Karena itu, takaran pupuk berbeda untuk setiap lokasi. (Suhardi,2009). 1.2.3. Pengaruh zeolit pada tanah dan unsur hara Zeolit merupakan bahan mineral industri yang dalam perkembangannya dapat dimanfaatkan di bidang pertanian. Penggunaan zeolit di bidang pertanian, terutama untuk memperbaiki sifat-sifat tanah, baru dimulai pada tahun 1950 oleh peneliti Jepang, sedangkan di Indonesia baru dilakukan pada awal 1980 setelah ditemukannya deposit endapat zeolit yang cukup banyak di daerah Bayah, Banten Selatan oleh peneliti dari Pusat Pengembangan Teknologi Mineral Bandung (Hidayat galih wahyu, 2010). Secara kimia kandungan zeolit yang utama adalah: Si02 = 62,75%; A1203 =12,71 %; K20 = 1,28 %; CaO = 3,39 %; Na2O = 1,29 %; MnO = 5,58 %; Fe203 = 2,01 %; MgO = 0,85 %; Clinoptilotit = 30 %; Mordernit = 49 %. Sedangkan nilai KPK antara 80 - 120 me/100 gr, nilai yang tergolong tinggi untuk penilaian tingkat kesuburan tanah. Nilai KPK ini akan menentukan kemampuan bahan tersebut untuk menyimpan pupuk yang diberikan sebelum diserap tanaman. (Hidayat galih wahyu, 2011)

BAB II PEMBAHASAN 2.1. Peningkatan produksi jagung


3

Produksi jagung nasional terus mengalami peningkatan, namun peningkatan ini lebih disebabkan oleng perluasan lahan pertanian jagung dan penggunaan bibit unggul. Sehingga angat di perlukan usaha untuk meningkatkan produksi jagung dari aspek budidayanya. Dari hasil penelitian, pengaplikasian zeolit pada lahan pertanian jagung dapat meningkatkan produksi jagung, mengurangi penggunaan pupuk dan memperbaiki kualitas tanah. (Suhardi,2009). 2.2. Pengaruh zeolit pada tanah Pemanfaatan Zeolit dalam perbaikan sifat-sifat tanah sangat penting, karena diketahui bahwa beberapa sifat Zeolit adalah sebagai penambah muatan negatif, daya serap air yang tinggi, mempunyai KTK yang tinggi dan luas permukaan yang tinggi. Disamping itu dapat menambah beberapa unsur hara, shingga dapat diharapkan meningkatkan efisiensi penggunaan sumber air, jugs dapat meningkatkan mutu dan kwalitas hasil, sekaligus dapat mengurangi polusi tanah dan lingkungan. Zeolit juga dapat memantapkan agregat, sehingga dapat meningkatkan daya pegang air oleh tanah (Herlianto, 2008). Zeolit mampu mengikat hara yang diberikan melalui aplikasi pupuk sehingga mencegah pencucian hara. Hara yang terikat tersebut dilepas kembali dengan lambat laun untuk diserap langsung oleh akar tanaman. Pemberian zeolit dalam dosis tinggi (di atas 1 ton/ha) dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Aplikasi zeolit yang diikuti pemberian pupuk anorganik maupun organik dapat meningkatkan efisiensi serapan hara pupuk, memperbaiki struktur dan agregat tanah, meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK) yang mencegah pencucian hara dalam tanah (Herlianto, 2008). Mekanisme demikian bisa berlangsung karena struktur zeolit yang berpori-pori dengan permukaan yang bermuatan negatif. Sehingga bisa mencegah pencucian unsur-unsur hara NH4+ pada urea dan K+ pada KCl di daerah perakaran. Unsur-unsur hara tersebut akan tertahan atau tinggal lebih lama di daerah perakaran sehingga terjadi efisiensi pupuk urea dan KCl. Semakin banyak takaran zeolit, semakin banyak pula NH4+ yang disimpan dalam porinya. Pada pemberian pupuk sesuai dosis anjuran, residu pupuk akan habis lebih lama. Bila aplikasi zeolit dikombinasi dengan kompos jerami yang mengandung K, maka pemberian pupuk KCl bisa tidak diperlukan lagi (Herlianto, 2008). Penelitian yang berkaitan dengan peningkatan efisiensi penggunaan pupuk menunjukkan bahwa zeolit dapat mengikat dan menyimpan hara pupuk, terutama nitrogen, sehingga kehilangannya dapat dikurangi. Kehilangan nitrogen melalui volatilisasi terutama
4

pada tanah-tanah bertekstur kasar dapat dikurangi antara 19 sampai 22 %, sedangkan kehilangan melalui pencucian antara 9 sampai 23 % dengan pemberian zeolit antara 0.5 sampai 4 % (Herlianto, 2008). 2.3. Pengaruh aplikasi zeolit terhadap peningkatan produksi jagung Beberapa hasil penelitian dalam aspek peningkatan produktivitas lahan menunjukkan bahwa pemberian zeolit berkisar antara 2 sampai 8 ton per hektar dengan disertai pupuk dasar N, P, K rata-rata 200 kg/ha atau kapur 2 ton/ha pada tanah-tanah masam dapat meningkatkan hasil produksi jagung antara 30-60%, kedelai antara 18-34% dan kacang tanah 50-85 % dibandingkan tanpa zeolit. Selain produksi, kualitas hasil juga meningkat (Herlianto, 2008). Dari data diatas, dapat kita ketahui begitu besar pengaruh zeolit terhadap peningkatan produksi jagung. Tetapi, sangat disayangkan penggunaan zeolit ini belum banyak dikenal dimasyarakan, baik dikalangan petani jagung maupun petani komoditi lainnya. Namun, sejauh ini belum terlihat langkah-langkah serius ke arah pengenalan, apresiasi dan aplikasi teknologi zeolit yang meluas di kalangan petani (Herlianto, 2008).

BAB III KESIMPULAN 3.1. Kesimpulan

1. Usaha untuk meningkatkan produksi jagung secara teknik budidaya sangat perlu di lakukan, mengingat meningkatnya alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian dan kerusakan alam yang diakibatkan kegitan manusia. 2. Kerusakan tanah yang diakibatkan oleh pemupukan pupuk anorganik yang berlebih dan terus menerus dapat di tekan dengan aplikasi zeolit pada lahan pertanian.
3. Zeolit dapat memberikan dampak positif terhadap peningkatan produksi jagung,

mengurangi pemupukan dan perbaikan kualitas tanah.


4. Aplikasi zeolit pada pertanian jagung dapat meningkatkan produksi hasil antara 30-

60%. Sekaligus menekan biaya produksi dari aspek pemupkan. 3.2. Saran Diharapkan, sosialisasi penggunaan zeolit lebih di gencarkan oleh pemerintah, maupun perusahaan yang mengelola pupuk zeolit. Sehingga kita dapat menigkatkan hasil peroduksi pertanian dalam negri dan dapat manekan nilai inpor pangan dari luar, impor jagung hususnya.

Daftar pustaka Herlianto, 2008, http//agrikulture , zeolite, zeolite aplikation,zeolite powder.


6

Hidayat Galih Wahyu, 2010, http : //my. Opra.com/jekabance/blog/indek.dml/tag/zeolite powder. Husodo, 2004, http://abdulgapurtech.blogspot.com Suhardi,2009, http://www.indowebster.com

Anda mungkin juga menyukai