Anda di halaman 1dari 52

KEBERHASILAN DAN PERTUMBUHAN STEK TEH (Camellia sinensis (L.) O.

Kuntze) KLON GMB 4 DAN GMB 7 PADA BEBERAPA MACAM MEDIA TANAM

Oleh ASIYATUL MAHFUDLOH A34104012

PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

RINGKASAN
ASIYATUL MAHFUDLOH. Keberhasilan dan Pertumbuhan Stek Teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) Klon GMB 4 dan GMB 7 pada Beberapa Macam Media Tanam. (Dibimbing oleh ADE WACHJAR). Percobaan ini dilakukan untuk mempelajari pengaruh berbagai macam media tanam terhadap keberhasilan dan pertumbuhan stek teh klon GMB 4 dan GMB 7 di pembibitan. Percobaan dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikabayan, Darmaga, Bogor, dari bulan Januari hingga April 2008. Bahan tanam yang digunakan terdiri atas ranting setek (stekres) klon GMB 4 dan GMB 7 yang diambil dari Pusat Penelitian Teh dan Kina di Gambung Bandung. Pupuk dasar yang digunakan terdiri atas SP-36 (36 % P2O5), dan KCl (60 % K2O) masingmasing sebanyak 500 g/m3 tanah. Untuk meningkatkan kemasaman media tanam digunakan tawas (Al(OH)3) sebanyak 1 kg/m3 tanah. Insektisida dan fumigan digunakan untuk mencegah hama dan penyakit tanaman. Media tanam yang digunakan adalah kompos tandan kosong kelapa sawit (TKKS), kompos kulit buah kakao (KBK), arang sekam, topsoil dan subsoil. Bahan lainnya adalah polybag ukuran 20 cm x 15 cm, lembaran plastik yang lebarnya 150 cm dan bambu untuk kerangka sungkup bedengan. Sedangkan alat yang digunakan adalah cangkul, golok, gunting pangkas, ember, gelas ukur, hand sprayer, label, papan nama, alat tulis, dan penggaris. Percobaan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan pengaturan perlakuan secara faktorial. Perlakuan terdiri atas dua faktor, yaitu macam media tanam dan macam klon tanaman teh. Faktor media tanam terdiri atas empat macam, yakni 2/3 polybag topsoil + 1/3 polybag subsoil (M0) sebagai kontrol, 2/3 polybag kompos TKKS + 1/3 polybag subsoil (M1), 2/3 polybag kompos KBK + 1/3 polybag subsoil (M2), dan 2/3 polybag arang sekam + 1/3 polybag subsoil (M3). Sedangkan faktor macam klon terdiri atas klon GMB 4 (K1) dan GMB 7 (K2). Dengan demikian terdapat 8 kombinasi perlakuan masing-masing diulang tiga kali, sehingga terdapat 24 satuan percobaan. Hasil percobaan menunjukkan perlakuan macam media tanam cenderung berpengaruh nyata (uji F taraf 10 %) terhadap persentase stek hidup, persentase stek yang bertunas dan berakar, panjang tunas, jumlah akar dan panjang akar.

Macam klon teh berpengaruh sangat nyata terhadap persentase stek hidup, persentase stek bertunas dan berakar, panjang tunas, jumlah daun, jumlah akar, panjang akar, dan bobot akar. Kecuali terhadap bobot tunas, interaksi antara macam media dan klon stek teh tidak memberikan pengaruh terhadap parameter pengamatan lainnya. Perlakuan media tanam topsoil menunjukkan hasil dan pertumbuhan stek teh yang lebih baik dibandingkan dengan media tanam lainnya, demikian pula dengan perlakuan klon GMB 7 hasilnya lebih baik dibandingkan dengan klon GMB 4. Media tanam topsoil masih merupakan media tanam terbaik untuk pembibitan teh. Apabila topsoil yang subur sudah mulai sulit diperoleh maka arang sekam dapat direkomendasikan menggantikan topsoil.

KEBERHASILAN DAN PERTUMBUHAN STEK TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) KLON GMB 4 DAN GMB 7 PADA BEBERAPA MACAM MEDIA TANAM

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Oleh ASIYATUL MAHFUDLOH A34104012

PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

JUDUL

: KEBERHASILAN DAN PERTUMBUHAN STEK TEH (Camellia sinensis (L.) O.Kuntze) KLON GMB 4 DAN GMB 7 PADA BEBERAPA MACAM MEDIA TANAM

NAMA NRP

: ASIYATUL MAHFUDLOH : A34104012

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Dr Ir Ade Wachjar, MS. NIP. 130 875 718

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr Ir Didy Sopandie, MAgr. NIP. 131 124 019

Tanggal lulus :

RIWAYAT HIDUP
Penulis merupakan anak bungsu dari H. Kasipan Buchori (Alm) dan Hj. Siti Rukiyah yang lahir di Bojonegoro pada tanggal 14 Juli 1986. Pendidikan formal penulis dimulai pada tahun 1992 di Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah 22 Sugihwaras Bojonegoro Jawa Timur. Tahun 1998 pendidikan penulis dilanjutkan ke Madrasah Tsanawiyah Pondok Pesantren Modern Islam Assalaam Pabelan Sukoharjo Jawa Tengah selama 3 tahun. Kemudian tahun 2001 pendidikan penulis dilanjutkan ke Sekolah Menengah Umum Negeri 5 Bogor hingga tahun 2004. Setelah lulus SMU, penulis mendapat kesempatan untuk menuntut ilmu di Program Studi Agronomi, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor (IPB), melalui jalur penerimaan Undangan Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor (USMI). Pada tahun 2007 penulis mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa bidang Kewirausahaan dengan judul Peningkatan Citra Umbi Ganyong (Canna edulis) sebagai Pangan Alternatif melalui Produksi Cankies (Canna Cookies) dengan pencapaian prestasi sebagai penyaji presentasi dan poster terbaik ke-2 pada Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) XX di Universitas Lampung.

KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, dengan rahmat Allah SWT penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Terima kasih yang tiada hingga penulis sampaikan kepada: 1. Bapak Dr Ir Ade Wachjar, MS. selaku dosen pembimbing yang penuh kesabaran memberikan bimbingan dan semangat kepada penulis. 2. Bapak Prof. Dr Ir Didy Sopandie, MAgr. selaku dosen pembimbing akademik yang senantiasa membimbing dan memotivasi penulis. 3. Ibu Dr Ir Maya Melati, MS dan Bapak Ir Supijatno, MSi. selaku dosen penguji yang telah menguji dan memberikan masukan untuk menyempurnakan skripsi ini. 4. Bapak Oo selaku mandor pembibitan di Pusat Penelitian Teh dan Kina Gambung Bandung yang telah membantu penulis dalam memperoleh stekres klon GMB 4 dan GMB 7. 5. Bapak Dede Waskita selaku Sinder Kebun di Bagian Kebun Rajamandala, Perkebunan Panglejar, PTPN VIII Bandung dan Bapak Hendy selaku Kepala Tanaman di Bagian Kebun Cimulang Perkebunan Cikasungka, PTPN VIII Bogor yang telah membantu penulis dalam memperoleh bahan untuk pengomposan. 6. Ibunda tercinta dan Ayahhanda (Alm) yang semasa hidupnya selalu mendoakan penulis, serta kakak-kakak tercinta dan seluruh keluarga besar atas dorongan dan semangat untuk menjadikan penulis lebih baik. 7. Teman-teman Program Studi Agronomi Angkatan 41 yang senantiasa memberikan semangat untuk segera menyelesaikan skripsi ini. 8. Pegawai Kebun Percobaan IPB Cikabayan, Darmaga, Bogor, yang selalu meluangkan waktu untuk membantu penulis selama penelitian. Penulis berharap karya ilmiah ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pertanian.

Bogor, Juni 2008

Penulis

DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR TABEL ........................................................................................... vi DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... viii PENDAHULUAN .......................................................................................... 1 Latar Belakang ......................................................................................... 1 Tujuan Percobaan ..................................................................................... 2 Hipotesis ................................................................................................... 2 TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................. 4 Morfologi Tanaman Teh .......................................................................... 4 Perbanyakan Teh Secara Stek .................................................................. 5 Media Tanam ........................................................................................... 6 Klon Teh .................................................................................................. 7 BAHAN DAN METODE ............................................................................... 8 Tempat dan Waktu ................................................................................... 8 Bahan dan Alat ......................................................................................... 8 Metode Percobaan .................................................................................... 8 Persiapan dan Pelaksanaan Percobaan ..................................................... 9 Pengamatan .............................................................................................. 12 HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................................... 13 Hasil ......................................................................................................... 13 Pembahasan .............................................................................................. 24 KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................................... 28 Kesimpulan .............................................................................................. 28 Saran ......................................................................................................... 28 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 29 LAMPIRAN..................................................................................................... 32

DAFTAR TABEL
Nomor Teks 1. Hasil Analisis Media Tanam Stek Teh .................................................... 15 2. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Berbagai Peubah Pengamatan .............. 16 3. 4. 5. 6. Persentase Stek Teh Hidup pada Beberapa Macam Media Tanam pada 4 hingga 12 MST ......................................................................................... 17 Persentase Stek Teh Hidup pada Beberapa Macam Klon Teh pada 4 hingga 12 MST ......................................................................................... 18 Persentase Karakter Keberhasilan Stek Teh Hidup pada Beberapa Macam Media Tanam pada 12 MST ..................................................................... 18 Persentase Karakter Keberhasilan Stek Teh Hidup pada Beberapa Macam Klon pada 12 MST ................................................................................... 20 Halaman

7. Rata-rata Panjang Tunas Stek Teh pada Beberapa Macam Media Tanam pada 4 hingga 12 MST ............................................................................. 20 8. Rata-rata Panjang Tunas Stek Teh pada Beberapa Macam Klon pada 4 hingga 12 MST ...................................................................................... 21 9. Rata-rata Jumlah Daun Stek Teh pada Beberapa Macam Media Tanam pada 4 hingga 12 MST ............................................................................. 21 10. Rata-rata Jumlah Daun Stek Teh pada Beberapa Macam Klon pada 4 hingga 12 MST ...................................................................................... 22 11. Pengaruh Macam Media Tanam dan Macam Klon terhadap Jumlah Daun Stek pada 4 MST ............................................................................ 22 12. Pengaruh Macam Media Tanam dan Macam Klon Bobot Tunas Stek Teh pada 12 MST...................................................................................... 23 13. Rata-rata Pertumbuhan Akar Stek Teh pada Macam Media Tanam pada 12 MST .................................................................................................... 23 14. Rata-rata Pertumbuhan Akar StekTeh pada Beberapa Macam Klon pada 12 MST .................................................................................................... 24

Lampiran 1. Deskripsi Teh Klon GMB 4 ..................................................................... 33 2. Deskripsi Teh Klon GMB 7 ..................................................................... 34 3. Keadaan Beberapa Unsur Iklim di Darmaga Bogor Tahun 2008 ............ 35

4.

Sidik Ragam Persentase Stek Teh Hidup pada 4 hingga 12 MST ........... 36

5. Sidik Ragam Persentase Karakter Keberhasilan Stek Teh Hidup pada 12 MST (Transformasi x+1.5 ) ............................................................... 37 6. 7. Sidik Ragam Panjang Tunas Stek Teh pada 4 hingga 12 MST ............... 38 Sidik Ragam Jumlah Daun Stek Teh pada 4 hingga 12 MST (Transformasi x+0.5 ) ............................................................................. 39 Sidik Ragam Pertumbuhan Akar Stek Teh pada 12 MST (Transformasi x+0.5 ) .................................................................................................... 41

8. Sidik Ragam Bobot Tunas Stek Teh pada 12 MST .................................. 40 9.

DAFTAR GAMBAR
Nomor Teks 1. 2. 3. 4. Bedengan dan Naungan Kolektif Pembibitan Stek Teh ................ 10 Penanaman Ranting Stek Teh pada Pembibitan ............................ 11 Pembentukan Akar yang Berasal dari Kalus Stek Teh pada 12 MST ......................................................................................... 14 Karakter Keberhasilan Stek Teh Hidup pada 12 MST .................. 19 Halaman

Lampiran 1.

Bagan Acak Perlakuan .................................................................. 42

PENDAHULUAN
Latar Belakang Tanaman teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) merupakan tanaman yang berasal dari daerah subtropis. Secara komersial teh ditanam pada daerah bermusim panas yang lembab dan musim dingin yang tidak terlalu dingin dan kering, daerah ini terbentang antara 43 oLU sampai 27 oLS (Setyamidjaja, 2000). Indonesia merupakan salah satu negara yang berada di antara lintang tersebut sehingga tanaman teh banyak ditemukan di Indonesia terutama daerah pengunungan (Adisejowo, 1982). Teh merupakan komoditas perkebunan yang memberikan kontribusi cukup besar terhadap devisa negara dari sektor non migas. Pada tahun 2005 pengusahaan tanaman teh di Indonesia seluas 139 121 ha yang terdiri atas Perkebunan Rakyat (PR) 60 771 ha, Perkebunan Besar Negara (PBN) 44 066 ha, dan Perkebunan Besar Swasta (PBS) 34 284 ha. Dari luas areal tersebut diperoleh produksi sebesar 37 746 ton berasal dari PR, 89 959 ton dari PBN, dan 38 386 ton dari PBS sehingga total produksinya sebesar 166 091 ton. Volume ekspor teh mencapai 102 389 ton dengan nilai ekspor sebesar US $ 121 777 000 (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2006). Upaya untuk memenuhi kebutuhan teh domestik dan internasional dilakukan dengan memperbaiki penerapan teknologi budidaya yang diarahkan pada peningkatan kualitas dan kuantitas teh. Pada perbaikan penerapan teknik budidaya dilakukan dengan berbagai upaya di antaranya peremajaan tanaman, penggunaan bibit unggul, dan pemeliharaan tanaman yang baik. Peremajaan tanaman tua membutuhkan bibit unggul dalam jumlah banyak dan waktu yang relatif singkat. Untuk memenuhi kebutuhan bibit tersebut dilakukan upaya perbanyakan teh secara vegetatif dengan stek. Setyamidjaja (2000) menyatakan bahwa perbanyakan teh dengan stek dapat mempertahankan sifat-sifat baik tanaman induk (klon), karena tidak terjadi perubahan sifat genotip.

Untuk itu dibutuhkan tanaman induk (klon) yang memberikan produksi tinggi dan berkualitas baik. Keberhasilan pembibitan stek teh dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain mutu bahan stek, kematangan perencanaan dan persiapan, pemilihan atau pengelolaan media tumbuh, lokasi yang tepat, serta tenaga kerja yang cukup terampil (Pusat Penelitian Teh dan Kina, 1997). Salah satu faktor yang mempengaruhi sistem perakaran pada saat pembibitan adalah media tanam. Oleh karena itu dibutuhkan media tanam yang sesuai dan mengandung unsur hara yang dibutuhkan bagi tanaman tersebut. Untuk memenuhi ketersediaan hara tersebut, kompos sisa tanaman dapat digunakan sebagai media tanam. Media tanam yang baik untuk pembibitan teh adalah media tanam yang mengandung liat agar dapat menahan air lebih lama, banyak mengandung bahan organik, dan tidak mengandung pasir (Pusat Penelitian Teh dan Kina, 1997). Penggunaan topsoil secara terus menerus dapat mengakibatkan persediaan topsoil yang subur menjadi terbatas. Hal ini mendorong pemanfaatan media lain selain topsoil untuk media tanam. Pemanfaatan kompos tandan kosong kelapa sawit (TKKS) dan kulit buah kakao (KBK), serta arang sekam sebagai media tanam diharapkan dapat dijadikan sebagai media tanam alternatif yang sesuai untuk pembibitan stek teh sehingga dapat mengurangi masalah limbah yang melimpah dari sektor pertanian dan ketersediaan topsoil yang semakin terbatas. Tujuan Percobaan Percobaan ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh berbagai macam media tumbuh terhadap keberhasilan dan pertumbuhan stek teh klon GMB 4 dan GMB 7 di pembibitan. Hipotesis Dalam percobaan ini dirumuskan hipotesis sebagai berikut: 1. Terdapat pengaruh macam media tanam terhadap keberhasilan dan pertumbuhan stek teh.

2. 3.

Terdapat pengaruh macam klon terhadap keberhasilan dan pertumbuhan stek teh. Tanggap keberhasilan dan pertumbuhan stek teh pada beberapa macam media tanam dipengaruhi oleh macam klon.

TINJAUAN PUSTAKA
Morfologi Tanaman Teh Tanaman teh (Camellia sinensis (L) O. Kuntze) termasuk dalam famili Theaceae dengan genus Camellia (Eden, 1976). Dalam spesies teh (Camellia sinensis) dikenal beberapa varietas penting yaitu varietas Cina (Camellia sinensis var. sinensis), Assam (Camellia sinensis var. assamica), Cambodia, dan hibridahibridanya berupa klon anjuran (Yati, 2000). Teh Cina lebih tahan terhadap kondisi dingin dibandingkan dengan teh Assam (Eden, 1976), jumlah produksi dan mutu hasil teh ini agak rendah (Setyamidjaja, 2000). Teh Assam memiliki pertumbuhan vegetatif yang cepat, apabila tidak dilakukan pemangkasan maka tinggi tanaman mencapai 10 20 m (Eden, 1976), jumlah produksi dan mutu hasil tinggi sehingga budidaya tanaman teh di Indonesia 99 % merupakan teh Assam. Teh Cambodia memiliki daun berwarna kemerahan dan menghasilkan teh bermutu tinggi (Setyamidjaja, 2000). Menurut Eden (1976) secara umum tanaman teh berakar dangkal yang peka terhadap sifat fisik tanah dan memiliki tipe akar tunggang dengan panjang mencapai 50 150 cm dan diameter 7.5 cm. Setyamidjaja (2000) menambahkan bahwa pertumbuhan akar ke arah lateral, penyebarannya dibatasi oleh perdu di dekatnya. Perakaran utama berkembang pada lapisan tanah atas sedalam 0 25 cm, yang merupakan tempat utama berakumulasinya unsur-unsur hara tanaman di dalam tanah. Daun teh termasuk daun tunggal dengan pertumbuhan yang dimulai dari poros utama dan duduk secara filotaksis berselang-seling. Ranting dan daun baru, tumbuh dari tunas pada ketiak daun tua. Daun-daun baru yang tumbuh setelah pemangkasan tampak lebih banyak dibandingkan dengan daun-daun yang terbentuk sesudahnya. Daun berbulu pada permukaan bagian bawah, berbentuk lonjong, bergerigi, dan berwarna hijau.

Bunga teh termasuk bunga tunggal dan sempurna, tersusun atas 5 7 helai mahkota yang berwarna putih, halus, dan berlilin serta tumbuh di ketiak daun atau di ujung batang. Tangkai putik berukuran panjang dan memiliki kepala putik berwarna kuning dengan ukuran 2 3 mm (Eden, 1976). Teh merupakan tanaman subtropis yang dapat tumbuh baik pada kisaran 43 oLU 27 oLS (Setyamidjaja, 2000). Persyaratan tumbuh lainnya adalah curah hujan yang tinggi dan merata sepanjang tahun dengan kisaran curah hujan sekitar 2 000 2 500 mm per tahun. Tanaman teh memerlukan matahari yang cerah dan tidak tahan kekeringan. Suhu harian tanaman teh antara 13 25 oC dengan kelembaban udara kurang dari 70 persen. Kondisi tanah yang dikehendaki subur dan gembur dengan derajat kemasaman antara 4 6.5. Perbanyakan Teh Secara Stek Pada mulanya perbanyakan teh dilakukan dengan menggunakan biji. Perbanyakan teh secara stek dilakukan pertama kali pada tahun 1902. Penyediaan bahan tanaman yang berasal dari stek telah demikian popular, karena merupakan cara yang paling cepat untuk memenuhi kebutuhan bahan tanam (bibit) dalam jumlah banyak (Setyamidjaja, 2000). Mutu bahan stek tidak dipengaruhi oleh umur pohon induk, tetapi sangat dipengaruhi oleh kesehatan dan kesuburan pohonnya, teknik pengambilan, pengemasan, dan pengangkutannya. Sedangkan keberhasilan pembibitan stek dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain mutu bahan stek, kematangan perencanaan dan persiapan, pemilihan atau pengelolaan media tanam, lokasi yang tepat, serta tenaga kerja yang cukup dan terampil. Persentase bibit siap tanam dapat mencapai 75 80 % (Pusat Penelitian Teh dan Kina, 1997). Hartman dan Kester (1983) menyarankan agar tanaman induk sebaiknya bebas dari hama dan penyakit, kuat, tumbuh normal serta jelas identitasnya. Bahan stek yang digunakan adalah ranting yang masih muda dengan satu helai daun dan sebuah mata tunas di ketiak daun. Pemotongan ruas atas stek 0.5 - 1 cm dan ruas bawah 4 5 cm dari ketiak daun sehingga ada bagian ruas yang dapat dimasukkan ke dalam tanah (Adisejowo, 1982).

Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan stek berakar adalah pemilihan dan pengelolaan media tanam. Media tanam yang baik adalah tanah gembur dan sedikit liat serta mengandung berbagai jenis unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman. Media Tanam Sistem perakaran dipengaruhi oleh kondisi media tanam. Salah satu faktor yang mempengaruhi penyebaran akar adalah ketersediaan hara (Lakitan, 1993). Menurut Darmandono (1979) perkembangan dan penyebaran akar amat berpengaruh nyata terhadap penyerapan unsur hara dan secara tidak langsung terhadap pertumbuhan tanaman. Pasaribu (1980) menambahkan bahwa perkembangan akar yang baik dari suatu klon tanaman akan sangat berpengaruh terhadap organ-organ tumbuhan lainnya seperti tunas dan daun. Semakin banyak jumlah daun maka pertumbuhan akan semakin baik. Campuran media kompos tandan kosong kelapa sawit (TKKS) dan pupuk kandang berpengaruh nyata terhadap jumlah daun Spathiphyllum (tanaman hias). (Wuryaningsih, Sutater, dan Goenadi, 1995), sedangkan perlakuan kompos kulit buah kakao dan kascing pada pembibitan kakao tidak memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan kecuali diameter batang (Rosniawaty, 2007). Arang sekam sering digunakan sebagai media tanam pada pembibitan tanaman hias. Tandan kosong kelapa sawit dan kulit buah kakao (KBK) merupakan material yang berlimpah sebagai bahan baku kompos bioaktif yang dimanfaatkan sebagai pengganti pupuk kalium (Goenadi, 1997). Kompos bioaktif didefinisikan sebagai kompos yang diproduksi dengan bantuan mikroba lignoselulolitik (bioaktivator) terpilih yang tetap bertahan di dalam kompos dan berkemampuan sebagai agensia hayati pengendali penyakit cendawan akar jika kompos tersebut diaplikasikan pada zona perakaran tanaman (Goenadi et al., 1998).

Klon Teh Berdasarkan hasil penelitian, di Indonesia terdapat lebih dari 600 klon teh yang berasal dari Pulau Jawa, Sumatera, Srilanka, serta persilangan buatan. Masing-masing klon memiliki ciri morfologi dan potensi hasil yang berbeda. Klon GMB 4 dan GMB 7 merupakan klon anjuran dari Pusat Penelitian Teh dan Kina (Astika, Muchtar, dan Sutrisno, 2004). Deskripsi tentang klon tersebut terdapat pada Tabel Lampiran 1 dan 2.

BAHAN DAN METODE


Tempat dan Waktu Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikabayan, Darmaga, Bogor, pada bulan Januari sampai April 2008. Lokasi percobaan terletak pada ketinggian 220 m di atas permukaan laut (dpl). Bahan dan Alat Bahan tanam yang digunakan terdiri atas ranting setek (stekres) klon GMB 4 dan GMB 7 yang diambil dari Pusat Penelitian Teh dan Kina di Gambung Bandung. Pupuk dasar yang digunakan adalah SP-36 (36 % P2O5), dan KCl (60 % K2O) masing-masing sebanyak 500 g/m3 tanah. Untuk meningkatkan kemasaman media tanam digunakan tawas (Al(OH)3) sebanyak 1 kg/m3 tanah. Insektisida dan fumigan digunakan untuk mencegah hama dan penyakit tanaman. Media tanam yang digunakan adalah kompos tandan kosong kelapa sawit (TKKS), kompos kulit buah kakao (KBK), arang sekam, topsoil dan subsoil. Bahan lainnya adalah lembaran plastik yang lebarnya 150 cm dan bambu untuk kerangka sungkup bedengan. Alat yang digunakan adalah cangkul, gunting pangkas, ember, gelas ukur, hand sprayer, label perlakuan, penggaris, dan alat tulis. Metode Percobaan Percobaan ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan pengaturan perlakuan secara faktorial. Perlakuan terdiri atas dua faktor, yaitu macam media tanam dan macam klon tanaman teh. Faktor media tanam terdiri atas empat macam, yakni 2/3 polybag topsoil + 1/3 polybag subsoil (M0) sebagai kontrol, 2/3 polybag kompos TKKS + 1/3 polybag subsoil (M1), 2/3 polybag kompos KBK + 1/3 polybag subsoil (M2), dan 2/3 polybag arang sekam + 1/3 polybag subsoil (M3). Sedangkan faktor macam klon terdiri atas klon GMB 4 (K1) dan GMB 7 (K2).

Dengan demikian terdapat 8 kombinasi perlakuan masing-masing dengan tiga ulangan, sehingga seluruhnya berjumlah 24 satuan percobaan. Setiap satuan percobaan terdiri atas 10 stek sehingga seluruhnya ada 240 stek. Dari setiap satuan percobaan diambil lima stek sebagai tanaman contoh. Bagan acak perlakuan tercantum pada Gambar Lampiran 1. Analisis statistik yang digunakan adalah sidik ragam dengan model Rancangan Acak Kelompok sebagai berikut: Yijk = + i + Mj + Kk + (MK) jk + ijk, dimana: Yijk i Mj Kk = respon peubah karena pengaruh bersama taraf klon ke-j dan media tanam ke-k pada ulangan ke-i = rataan umum = pengaruh ulangan ke-i (i = 1, 2, 3) = pengaruh media ke-j (j = 1, 2, 3, 4) = pengaruh klon ke-k (k = 1, 2) klon tanaman ijk = galat percobaan ke-i dalam kombinasi perlakuan Bila hasil sidik ragam menunjukkan pengaruh nyata pada Uji F taraf 5 %, maka dilakukan uji lanjut Uji Beda Nyata Jujur (Tukey) pada taraf 5 %. Persiapan dan Pelaksanaan Percobaan Persiapan Pengomposan TKKS dan KBK dilakukan 6 minggu sebelum penanaman bibit stek. Bahan TKKS dan KBK yang keluar dari pabrik kemudian dicacah, hasil cacahannya berupa potongan yang berukuran 2.5 cm. Cacahan tersebut selanjutnya ditumpuk membentuk satu composting pile (CP) di atas lantai yang tidak tembus air dalam bangunan beratap. Kemudian CP ditutup dengan plastik hitam selama 7 hari. Pada hari ke-7, plastik dibuka dan CP dicampur dengan mikroba aktivator berbahan aktif Trichoderma harzianum DT 38, Trichoderma pseudokoningii DT 39, dan Aspergillus sp yang dikemas dalam satu produk

(MK) jk = pengaruh interaksi antara macam ke-j media tanam dengan macam ke-k

10

bernama Promi. Dosis yang digunakan sesuai dengan yang disarankan yaitu 0.5 kg Promi/ton bahan kompos terdiri atas Trichoderma harzianum DT 38 sebanyak 170 g/ton, Trichoderma pseudokoningii DT 39 sebanyak 170 g/ton, dan Aspergillus sp sebanyak 170 g/ton. Setelah aplikasi aktivator, CP ditutup kembali dan didiamkan selama 6 minggu. Setelah diinkubasi selama 2 minggu dilakukan pengamatan pada bagian dalam tumpukan. Pengomposan berjalan baik pada saat terjadi penurunan tinggi tumpukan, dipegang terasa panas, tidak berbau menyengat, tidak kering, dan serat mulai melunak. Penambahan air dilakukan ketika tumpukan tidak panas dan serat kering, penambahan aerasi dilakukan dengan cara melubangi plastik apabila berbau menyengat dan terlalu basah. Kompos siap dipanen setelah berwarna coklat kehitam-hitaman, lunak dan mudah dihancurkan, suhu tumpukan sudah mendekati suhu awal pengomposan, tidak berbau menyengat, dan volume menyusut kurang lebih setengahnya. Pembuatan bedengan berukuran lebar 1 m, panjang 1.5 m, dan tinggi 10 cm. Jarak antar bedengan 60 cm dan di sekeliling bedengan dibuat parit dengan lebar 20 cm, dalam 5 - 10 cm untuk saluran air. Bedengan lebih dahulu digemburkan dengan garpu kemudian diratakan. Bedengan diberi sungkup dengan kerangka dari belahan bambu yang diikat dengan tali rafia, lalu ditutup dengan lembaran plastik. Bentuk kerangka sungkup berupa setengah lingkaran dengan tinggi puncak kerangka sungkup 60 cm dari permukaan tanah. Pembuatan naungan kolektif berukuran panjang 4 m, lebar 2 m, dan tinggi 2 m, dengan atap naungan menggunakan pelepah daun kelapa sawit untuk menghalangi penyinaran matahari secara langsung terhadap stek teh yang ditanam (Gambar 1).

Gambar 1. Bedengan dan Naungan Kolektif Pembibitan Stek The

11

Tanah (topsoil dan subsoil) disimpan dalam ruangan dengan keadaan yang tetap lembab selama 6 minggu kemudian diayak dengan ayakan kawat berdiameter 0.5 cm. Kompos TKKS, kompos KBK, arang sekam, dan topsoil sebelum dimasukkan ke dalam polybag dicampur dengan pupuk KCl dan SP 36 masing-masing sebanyak 500 g/m3, tawas sebanyak 600 g/m3, Dithane M-45 sebanyak 400 g/m3, dan Basamid sebanyak 200 g/m2. Sedangkan subsoil dicampur dengan Dithane M-45 sebanyak 300 g/m3, tawas 1 000 g/m3, dan Basamid sebanyak 200 g/m2. Kompos TKKS, kompos KBK, arang sekam, dan topsoil dimasukkan ke dalam polybag sebanyak 2/3 bagian bawah (6 - 7 cm), sedangkan 1/3 bagian atasnya (3 4 cm) diisi dengan subsoil. Pengisian tanah tidak terlalu padat, tidak ditekan, cukup dengan menjatuhkan polybag beberapa kali sambil dipegang tepi bagian atasnya. Tanah pengisi kantong harus dalam keadaan lembab, tidak terlalu kering atau basah Pelaksanaan Ranting stek atau stekres yang digunakan berumur 4 bulan setelah pemangkasan. Ranting stek yang diambil adalah ranting yang memiliki 8 9 helai daun, kemudian ruas daun ke- 4 sampai 7 dipotong dengan pisau tajam. Satu stek terdiri atas satu lembar daun dengan ruas sepanjang 0.5 cm di atas dan 3 4 cm di bawah ketiak daun, ditanam di polybag yang telah diisi media tanam dengan kemiringan 45 o (Gambar 2).

Gambar 2. Penanaman Ranting Stek Teh pada Pembibitan

12

Pemeliharaan meliputi pemeliharaan naungan, saluran drainase, penyiangan, penyiraman, dan pemberantasan hama dan penyakit. Penyiraman dilakukan setiap hari pada 1 bulan pertama dan 2 hari sekali pada bulan berikutnya hingga akhir penelitian. Pengamatan Stek sampel yang diamati sebanyak 5 stek dari setiap satuan percobaan. Sampel diambil secara acak dari 10 stek yang ditanam. Peubah-peubah yang diamati meliputi: 1. Persentase stek yang hidup, bertunas dan berakar, bertunas dan tidak berakar, tidak bertunas dan berakar, tidak bertunas dan tidak berakar (a) dihitung dengan cara :

2. Panjang tunas, diukur dari pangkal tunas utama sampai titik tumbuh. 3. Jumlah daun, dihitung dari daun yang telah membuka sempurna. 4. Jumlah akar, dihitung dari akar primer yang tumbuh. 5. Panjang akar, ditentukan dari akar primer yang terpanjang. 6. Bobot basah akar dan tunas, ditentukan setelah dikeringanginkan. 7. Bobot kering akar dan tunas, ditentukan setelah dikeringkan dalam oven pada suhu 60 oC selama 72 jam. Peubah persentase stek yang hidup, panjang tunas dan jumlah daun diamati 2 minggu sekali. Sedangkan peubah persentase stek bertunas dan berakar, persentase stek bertunas dan tidak berakar, persentase stek tidak bertunas dan berakar, persentase stek tidak bertunas dan tidak berakar, jumlah akar, panjang akar, serta bobot basah dan kering akar dan tunas diamati setelah bibit berumur 12 minggu setelah tanam (MST) di pembibitan. Analisis media yang terdiri atas topsoil, subsoil, kompos TKKS, kompos KBK, dan arang sekam dilakukan di laboratorium Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, IPB, untuk mengetahui tekstur tanah, pH, kandungan C-organik, N, P, K, Ca, dan Mg.

13

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil Kondisi Umum Pada akhir percobaan, stek teh yang tumbuh sebanyak 100 stek (41.67 %) dari 240 stek yang ditanam dan sebanyak 140 stek (58.33 %) mati. Kematian stek pada awal percobaan diduga disebabkan oleh adanya kekeringan pada batang stek dan serangan hama berupa semut dan rayap yang menggerek pangkal batang stek, selain itu stek teh juga terserang ulat pada daun stek. Kekeringan pada batang stek mulai tampak pada umur 2 MST yang ditandai dengan 24 batang stek berwarna coklat tua dan daun mengering, hal tersebut diduga berkaitan dengan suhu maksimum yang relatif tinggi sekitar 31.1 oC di awal percobaan yaitu pada bulan Januari 2008 (Tabel Lampiran 3). Selain hal tersebut, cahaya matahari langsung yang masuk pada sungkup bedengan stek teh diduga mengakibatkan kelembaban di sekitar area pembibitan rendah, sehingga mempengaruhi pembentukan akar stek teh. Menurut Rochiman dan Harjadi (1973) cahaya matahari langsung dapat menghalangi pembentukan akar stek teh, dan kelembaban yang rendah dapat menyebabkan stek mati sebelum membentuk akar akibat kekeringan. Serangan hama mulai terjadi pada umur 3 MST, dan serangan paling parah terjadi pada umur 6 MST yang ditandai dengan semakin banyak stek teh yang mati sehingga dilakukan penyemprotan insektisida Confidor dengan konsentrasi 1 ml/l. Media kompos diduga membawa hama semut dan rayap yang terlibat pada proses pengomposan. Menurut Isroi (2004) organisme yang terlibat pada proses pengomposan diantaranya adalah cacing tanah, rayap, semut, kutu, dan lain-lain. Soedyanto et al. (1981) menyatakan bahwa rayap merupakan hama yang merusak stek yang baru ditanam. Hama tersebut menyukai tempat yang panas dan lembab seperti dalam sungkup penanaman stek teh. Pada umur 2 MST mata tunas di ketiak daun stek teh mulai tumbuh dan daun mulai membuka sempurna pada umur 3 MST. Pertumbuhan daun stek teh berjalan lambat, daun mulai tumbuh kembali setelah kurang lebih 3 minggu

14

setelah daun sebelumnya tumbuh. Setelah melewati umur 4 MST terdapat beberapa daun gugur, tetapi pertumbuhan stek kembali normal hingga akhir percobaan. Dari hasil pengamatan pada saat destruksi (12 MST), beberapa stek teh muncul kalus. Hal tersebut diduga akibat adanya penumpukan hasil fotosintesis pada bagian bawah stek teh sehingga terjadi pembengkakan pada bagian tersebut yang selanjutnya membentuk akar (Gambar 1).

Gambar 3. Pembentukan Akar yang Berasal dari Kalus Stek Teh pada 12 MST Menurut Rochiman dan Harjadi (1973) akar adventif dapat timbul dari jaringan kalus (wounded root) atau bakal akar (primordial akar). Ashari (2005) menambahkan kalus merupakan kumpulan sel-sel parenkim yang laju pertumbuhannya tidak seragam, kalus tumbuh segera setelah stek dipotong dan ditanamkan pada media tanam yang sesuai untuk pertumbuhan akar. Pada umumnya akar adventif tumbuh dari kalus, tetapi tidak selalu demikian.

15

Kandungan Hara Analisis media tanam dilakukan setelah semua perlakuan media tanam ditambahkan dan dicampur dengan bahan-bahan lainnya sesuai dengan petunjuk pelaksanaan pembibitan teh. Sampel media diambil dari bagian tengah setelah pencampuran bahan-bahan lainnya, kemudian dilakukan analisis untuk mengetahui kandungan hara dari setiap perlakuan media tanam. Hasil analisis media tanam tercantum pada Tabel 1. Tabel 1. Hasil Analisis Media Tanam Stek Teh
Media Tanam Subsoil Topsoil Kompos TKKS Kompos KBK Arang Sekam pH 4.6 4.3 4.6 6.9 5.9 COrganik (%) 1.04 0.96 34.60 28.26 29.30 NTotal (%) 0.09 0.10 0.47 0.39 0.41 Nisbah C/N 11.56 9.60 73.61 72.46 71.46 P (ppm) 15.50 2.30 0.17 0.21 0.20 K (me/100 g) 0.79 0.96 0.23 0.15 0.21 Mg (me/100 g) 1.47 0.57 0.20 0.27 0.21 Ca (me/100 g) 3.68 2.38 0.70 0.55 0.75

Menurut Djaenuddin (1994) kriteria status hara yang sedang untuk tanaman teh adalah N 0.21 0.50 %, P 9.24 17.6 ppm, dan K 0.4 0.5 me/100 g. Berdasarkan hasil analisis media tanam, kriteria status hara P tidak dipenuhi oleh setiap perlakuan macam media tanam, sedangkan subsoil memenuhi kriteria status hara P dan K. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Macam media tanam berpengaruh nyata terhadap persentase stek hidup, persentase stek bertunas dan berakar, panjang tunas, bobot tunas, jumlah akar, dan panjang akar. Macam klon berpengaruh sangat nyata terhadap semua peubah pengamatan, kecuali persentase stek bertunas dan tidak berakar, persentase stek tidak bertunas dan berakar, persentase stek tidak bertunas dan tidak berakar, dan bobot akar. Interaksi macam media tanam dan macam klon tidak berpengaruh nyata terhadap semua peubah pengamatan, kecuali bobot tunas (Tabel 2).

16

Tabel 2. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Berbagai Peubah Pengamatan


Peubah Persentase Stek Hidup 4 MST 6 MST 8 MST 10 MST 12 MST Panjang Tunas 4 MST 6 MST 8 MST 10 MST 12 MST Jumlah Daun 4 MST 6 MST 8 MST 10 MST 12 MST Persentase Stek Bertunas dan Berakar Persentase Stek Bertunas dan Tidak Berakar Persentase Stek Tidak Bertunas dan Berakar Persentase Stek Tidak Bertunas dan Tidak Berakar Bobot Tunas Bobot Basah Bobot Kering Pertumbuhan Akar Jumlah Akar Panjang Akar Bobot Basah Bobot Kering * ** tn tn * * ** ** tn tn tn tn 94.25 (4453) 99.78 (46.87) 120.89 (1.98) 126.96 (1.78) * tn tn tn tn ** tn tn tn * * * * * * * ** tn tn tn ** ** * tn tn tn tn tn tn tn tn * * 89.72 (12.07) 79.90 (25.83) 60.52 (20.40) 53.46 (19.12) 57.56 (21.50) 76.43 ((48.31)) 91.25 ((49.55)) 358.57 ((46.06)) 157.36 ((65.72)) 40.04 43.84 tn * tn tn * ** ** ** ** ** tn tn tn tn tn 43.64 39.29 40.99 38.85 39.22 tn tn tn tn + * ** ** ** * tn tn tn tn tn 41.63 42.38 47.35 50.18 49.26 M K M*K KK (%)

Keterangan : - tn = tidak berpengaruh nyata, + = berpengaruh nyata pada taraf 10 %, * = berpengaruh nyata pada taraf 5 %, ** = berpengaruh nyata pada taraf 1 % - ( ) = data merupakan hasil transformasi x+0.5 - (( )) = data merupakan hasil transformasi x+1.5

17

Persentase Stek Teh Hidup Berdasarkan hasil sidik ragam, macam media tanam cenderung berpengaruh nyata (uji F taraf 10 %) terhadap persentase stek hidup pada umur 12 MST. Macam klon berpengaruh nyata hingga sangat nyata terhadap persentase stek teh hidup dari umur 4 sampai 12 MST. Interaksi antara macam media tanam dan macam klon tidak berpengaruh nyata terhadap persentase stek hidup selama percobaan berlangsung (Tabel Lampiran 4). Pada umur 12 MST, perlakuan media topsoil menghasilkan persentase stek hidup sebesar 60.00 % atau 40.73 % nyata lebih tinggi dibandingkan dengan ratarata persentase stek hidup pada media lainnya, tetapi tidak berbeda dibandingkan dengan media kompos TKKS dan media arang sekam masing-masing sebesar 41.67 % dan 40.00 % (Tabel 3). Tabel 3. Persentase Stek Teh Hidup pada Beberapa Macam Media Tanam pada 4 hingga 12 MST
Macam Media Tanam Waktu Pengamatan (MST) 4 68.33 50.00 36.67 6 65.00 46.67 33.33 8 61.67 45.00 28.33 10 60.00 43.33 25.00 12 60.00a 41.67ab 25.00b .....(cm)......... Topsoil Kompos TKKS Kompos KBK

Arang Sekam 46.67 43.33 40.00 41.67 40.00ab Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada Uji Beda Nyata Jujur taraf 10 %

Klon GMB 7 menghasilkan persentase stek teh hidup 62.50 % atau 44.64 % nyata lebih tinggi dibandingkan dengan klon GMB 4 pada umur 4 sampai 12 MST (Tabel 4).

18

Tabel 4. Persentase Stek Teh Hidup pada Beberapa Macam Klon pada 4 hingga 12 MST
Macam Klon Teh GMB 4 Waktu Pengamatan (MST) 4 38.33b 6 33.33b 8 30.00b 10 29.17b 12 30.00b .....(cm)...........

GMB 7 62.50a 60.83a 57.50a 55.83a 53.33a Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada Uji Beda Nyata Jujur taraf 5 %

Persentase Karakter Keberhasilan Stek Teh Hidup Macam media tanam dan macam klon masing-masing berpengaruh sangat nyata terhadap stek yang bertunas dan berakar, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap persentase stek bertunas dan tidak berakar, persentase stek tidak bertunas dan berakar, serta persentase stek tidak bertunas dan tidak berakar. Interaksi antara macam media tanam dan macam klon tidak berpengaruh nyata terhadap semua peubah persentase karakter keberhasilan stek teh hidup (Tabel Lampiran 5). Karakter keberhasilan stek teh hidup ditunjukkan pada Gambar 2. Media tanam topsoil menghasilkan stek teh bertunas dan berakar sebesar 46.67 % atau 82.15 % nyata lebih tinggi dibandingkan dengan media tanam lainnya (Tabel 5). Tabel 5. Persentase Karakter Keberhasilan Stek Teh Hidup pada Beberapa Macam Media Tanam pada 12 MST
Macam Media Tanam Stek Stek Bertunas Stek Tidak Stek Tidak Bertunas dan dan Tidak Bertunas dan Bertunas dan Tidak Berakar Berakar Berakar Berakar .(%) 46.67a 10.00b 6.67b 10.00 23.33 13.33 1.67 0.00 16.67 1.67 8.33 3.33

Topsoil Kompos TKKS Kompos KBK

Arang Sekam 8.33b 25.00 0.00 6.67 Keterangan : - Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada Uji Beda Nyata Jujur taraf 5 % - Data tersebut merupakan hasil transformasi x+1.5 yang telah dikembalikan pada angka asli

19

Tunas

Tunas

Akar A B

Akar

Gambar 4. Karakter Keberhasilan Stek Teh Hidup pada 12 MST


Keterangan : A= Stek Bertunas dan Berakar, B= Stek Bertunas dan Tidak Berakar, C= Stek Tidak Bertunas dan Berakar, dan D= Stek Tidak Bertunas dan Tidak Berakar

20

Klon GMB 7 menghasilkan persentase stek teh bertunas dan berakar 27.50 % atau 69.71 % nyata lebih tinggi dibandingkan dengan klon GMB 4 (Tabel 6). Tabel 6. Persentase Karakter Keberhasilan Stek Teh Hidup pada Beberapa Macam Klon pada 12 MST
Macam Klon Stek Stek Bertunas Stek Tidak Stek Tidak Bertunas dan dan Tidak Bertunas dan Bertunas dan Tidak Berakar Berakar Berakar Berakar .(%). 8.33b 27.50a 14.17 21.67 0.83 0.83 6.67 3.33

GMB 4 GMB 7

Keterangan : - Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada Uji Beda Nyata Jujur taraf 5 % - Data tersebut merupakan hasil transformasi x+1.5 yang telah dikembalikan pada angka asli

Panjang Tunas Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa macam media tanam pada umur 6 dan 12 MST berpengaruh nyata terhadap panjang tunas. Macam klon berpengaruh sangat nyata pada umur 4 sampai 12 MST terhadap panjang tunas. Interaksi antara macam media tanam dan macam klon tidak memberikan pengaruh nyata terhadap panjang tunas (Tabel Lampiran 6). Pada umur 12 MST, media tanam topsoil rata-rata menghasilkan panjang tunas 3.76 cm atau 34.46 % nyata lebih panjang dibandingkan dengan media tanam lainnya, tetapi tidak berbeda dengan media tanam arang sekam (Tabel 7). Tabel 7. Rata-rata Panjang Tunas Stek Teh pada Beberapa Macam Media Tanam pada 4 hingga 12 MST
Macam Media Tanam Waktu Pengamatan (MST) 4 6 8 10 12

Topsoil Kompos TKKS Kompos KBK

....(cm)...... 1.70 2.74a 3.04 3.09 3.76a 0.91 0.97 1.35b 1.60ab 1.60 1.99 1.73 1.86 2.01b 2.06b

Arang Sekam 1.26 1.87ab 1.85 2.05 2.36ab Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada Uji Beda Nyata Jujur taraf 5 %

21

Klon GMB 7 rata-rata menghasilkan panjang tunas 3.40 cm atau 55.95 % sangat nyata lebih panjang dibandingkan dengan klon GMB 4 pada umur 4 sampai 12 MST (Tabel 8). Tabel 8. Rata-rata Panjang Tunas Stek Teh Pada Macam Klon pada 4 hingga 12 MST
Macam Klon Teh Waktu Pengamatan (MST) 4 0.70b 6 1.12b 8 1.27b 10 1.35b 12 1.70b .....(cm)....... GMB 4 GMB 7 1.72a 2.66a 2.97a 3.02a 3.40a Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada Uji Beda Nyata Jujur taraf 5 %

Jumlah Daun Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa macam media tanam berpengaruh nyata terhadap jumlah daun pada umur 4 MST. Macam klon berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah daun pada umur 4 sampai 12 MST. Interaksi antara macam media dan macam klon berpengaruh nyata terhadap jumlah daun pada umur 4 MST (Tabel Lampiran 7). Media topsoil rata-rata menghasilkan jumlah daun 1.68 helai atau 77.23 % nyata lebih tinggi dibandingkan dengan media lainnya tetapi tidak berbeda dengan media arang sekam pada umur 4 MST (Tabel 9). Tabel 9. Rata-rata Jumlah Daun Stek Teh pada Beberapa Macam Media Tanam pada 4 hingga 12 MST
Macam Media Tanam Waktu Pengamatan (MST) 4 0.47a 0.07b 0.12b 0.13ab 6 1.12 0.81 0.43 0.75 8 1.22 0.72 0.60 0.92 10 1.22 0.85 0.65 0.75 12 1.62 0.61 0.81 1.06 ..(helai) Topsoil Kompos TKKS Kompos KBK Arang Sekam

KK (%) 12.07 25.83 20.40 19.12 21.50 Keterangan : - Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada Uji Beda Nyata Jujur taraf 5 % - Data tersebut merupakan hasil transformasi x+0.5 yang telah dikembalikan pada angka asli

22

Jumlah daun stek teh pada klon GMB 7 rata-rata menghasilkan 1.56 helai atau 71.65 % sangat nyata lebih banyak dibandingkan dengan klon GMB 4 pada umur 4 sampai 12 MST (Tabel 10). Tabel 10. Rata-rata Jumlah Daun Stek Teh pada Beberapa Macam Klon pada 4 hingga 12 MST
Macam Klon Teh Waktu Pengamatan (MST) 4 0.05b 6 0.40b 8 0.37b 10 0.44b 12 0.49b (helai). GMB 4 GMB 7 0.34a 1.15a 1.37a 1.30a 1.56a Keterangan : - Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada Uji Beda Nyata Jujur taraf 5 % - Data tersebut merupakan hasil transformasi x+0.5 yang telah dikembalikan pada angka asli

Pada umur 4 MST, interaksi antara media tanam topsoil dengan klon GMB 7 menunjukkan rata-rata jumlah daun sebesar 0.93 helai nyata paling tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya (Tabel 11). Tabel 11. Pengaruh Macam Media Tanam dan Klon terhadap Jumlah Daun Stek Teh pada 4 MST
Klon Teh Media Tanam Topsoil 0.00b Kompos TKKS 0.07b Kompos KBK 0.00b Arang Sekam 0.13b .(helai) GMB 4 GMB 7 0.93a 0.07b 0.24b 0.13b Keterangan : - Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada Uji Beda Nyata Jujur taraf 5 % - Data tersebut merupakan hasil transformasi x+0.5 yang telah dikembalikan pada angka asli

Bobot Tunas Pada umur 12 MST, macam media tanam, macam klon, dan interaksi antara kedua faktor perlakuan tersebut berpengaruh nyata hingga sangat nyata terhadap bobot basah dan bobot kering tunas (Tabel Lampiran 8). Media tanam topsoil dan klon GMB 7 secara bersama-sama menghasilkan bobot basah dan bobot kering tunas masing-masing seberat 0.263 g dan 0.166 g nyata paling tinggi dibandingkan dengan media tanam lainnya. Sedangkan media

23

tanam kompos KBK dan klon GMB 4 menghasilkan bobot basah dan bobot kering tunas paling rendah yaitu 0.017 g dan 0.012 g (Tabel 12). Tabel 12. Pengaruh Macam Media Tanam dan Klon terhadap Bobot Tunas Stek Teh pada 12 MST
Klon Teh Media Tanam Topsoil 0.077bc 0.263a 0.043b Kompos TKKS 0.045bc 0.119bc 0.030b Kompos KBK 0.017c 0.175ab 0.012b Arang Sekam 0.114bc 0.135ab 0.052b ............Bobot Basah (g)... GMB 4 GMB 7 GMB 4

...Bobot Kering (g). GMB 7 0.166a 0.059b 0.079b 0.073b Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada Uji Beda Nyata Jujur taraf 5 %

Pertumbuhan Akar Macam media tanam berpengaruh nyata terhadap jumlah dan panjang akar. Macam klon berpengaruh nyata hingga sangat nyata terhadap pertumbuhan akar. Interaksi antara macam media tanam dan klon tidak memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan akar (Tabel Lampiran 9). Media tanam topsoil menunjukkan pertumbuhan akar dengan jumlah 5.4 buah atau 74.07 % dan panjang akar 8.4 cm atau 79.40 % nyata lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata jumlah akar dan panjang akar pada media lainnya tetapi tidak berbeda dengan media tanam arang sekam (Tabel 13). Tabel 13. Rata-rata Pertumbuhan Akar Stek Teh pada Beberapa Macam Media Tanam pada 12 MST
Macam Media Tanam Topsoil Kompos TKKS Kompos KBK Jumlah Akar (buah) 5.4a 0.8b 1.1b Panjang Akar (cm) 8.4a 0.9b 1.2b Bobot Basah Akar (g) 0.0348 0.0020 0.0090 Bobot Kering Akar (g) 0.0325 0.0015 0.0060

Arang Sekam 2.3ab 3.1ab 0.0238 0.0192 Keterangan : - Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada Uji Beda Nyata Jujur taraf 5 % - Data-data tersebut merupakan hasil transformasi x+0.5 yang telah dikembalikan pada angka asli

24

Klon GMB 7 menghasilkan pertumbuhan akar dengan jumlah akar 3.8 buah atau 71.05 %, bobot basah akar 0.0323 g atau 91.95 %, dan bobot kering akar 0.0274 g atau 91.97 % nyata lebih besar dibandingkan dengan klon GMB 4 (Tabel 14). Tabel 14. Rata-rata Pertumbuhan Stek Teh pada Beberapa Macam Klon
Macam Klon GMB 4 Jumlah Akar (buah) 1.1b Panjang Akar (cm) 2.2 Bobot Basah Akar (g) 0.0026b Bobot Kering Akar (g) 0.0022b

GMB 7 3.8a 4.6 0.0323a 0.0274a Keterangan : - Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada Uji Beda Nyata Jujur taraf 5 % - Data tersebut merupakan hasil transformasi x+0.5 yang telah dikembalikan pada angka asli

Pembahasan Hasil analisis media tanam menunjukkan bahwa macam media tanam memiliki pH berkisar antara 4.3 sampai 6.9 (Tabel 1). Teh merupakan tanaman yang menghendaki suasana masam. Untuk mencapai pertumbuhan yang optimal tanaman teh menghendaki suasana masam dengan pH antara 4 - 4.5, adapun batas pH pertumbuhan yang baik adalah 6.5 (Eden, 1976). Unsur hara pada setiap macam media tanam diduga mempengaruhi unsur hara lainnya, yang pada akhirnya dapat mempengaruhi pertumbuhan stek teh. Hal tersebut disebabkan oleh sifat dari unsur nitrogen (N) dan fosfor (P) yang saling berlawanan (Soepardi, 1983). Media tanam topsoil menunjukkan persentase stek teh hidup paling tinggi, meskipun tidak berbeda dengan media kompos TKKS dan arang sekam pada umur 12 MST (Tabel 2). Hal tersebut diduga karena media topsoil cukup kuat dan kompak untuk menopang stek selama pembentukan akar dan mampu mempertahankan kelembaban media tanam dibandingkan dengan media kompos TKKS yang mudah terbawa aliran air saat penyiraman yang ditunjukkan dengan menyusutnya media tanam perlakuan kompos pada saat destruksi tanaman. Kompos KBK memiliki pH 6.9 atau pH cenderung netral, basah dan padat sehingga aerasi kurang baik. Arang sekam kurang dapat menahan air sehingga drainasenya kurang baik.

25

Menurut Rochiman dan Harjadi (1973) media stek sebaiknya ber-pH 4.5 7, terdiri atas bahan-bahan yang longgar tetapi harus dapat menahan kelembaban serta memberi aerasi dan drainasi yang baik, bebas dari cendawan dan bakteri-bakteri yang menyerang stek. Sifat media dengan aerasi yang baik sangat penting untuk pembentukan akar, sebab untuk membentuk kambium diperlukan oksigen yang banyak. Dekomposisi media kompos juga diduga masih kurang sempurna, hal tersebut disebabkan oleh nisbah C/N pada media kompos 72.46 73.61 dan arang sekam 71.46 yang masih tinggi dibandingkan dengan topsoil 9.60 (Tabel 1). Oleh karena itu, dibutuhkan waktu yang lebih lama lagi untuk proses pengomposan TKKS dan KBK. Pertumbuhan stek teh diduga diawali dengan pembentukan tunas terlebih dahulu kemudian diikuti dengan pertumbuhan akar, hal tersebut ditunjukkan dengan persentase stek teh yang bertunas lebih tinggi dibandingkan dengan persentase stek teh yang berakar (Tabel 4 dan 5). Menurut Rochiman dan Harjadi (1973) tunas yang mulai tumbuh dapat menstimulir pembentukan akar, sebab tunas berperan sebagai sumber auksin. Adanya daun juga berpengaruh terhadap pembentukan akar. Karbohidrat hasil fotosintesis dan auksin yang diproduksi oleh daun dapat menstimulir pembentukan akar. Auksin yang dihasilkan oleh tunas dan daun akan bergerak ke bawah dan menumpuk di bagian dasar stek, yang selanjutnya menstimulir pembentukan akar stek. Proses pembentukan akar dimulai dari sel-sel meristem yang terletak di antara atau di luar jaringan pembuluh akan membelah diri (diferensiasi sel), kemudian memanjang membentuk sel-sel lebih banyak (berdiferensiasi kembali) yang selanjutnya berkembang menjadi bakal akar. Sebagian dari sel yang membelah atau membentuk ujung akar (root tip) tumbuh terus hingga melewati korteks dan epidermis, yang selanjutnya akan menjadi akar adventif pada batang atau stek tersebut. Darajat (2003) menambahkan bahwa pada awal pertumbuhan stek batang membentuk tunas terlebih dahulu sebelum membentuk akar sehingga terbentuknya daun dan cabang disebabkan oleh kandungan zat makanan dan hormon dalam stek tersebut.

26

Media tanam topsoil menghasilkan pertumbuhan tunas dan akar stek teh lebih baik dibandingkan dengan media lainnya walaupun tidak berbeda dengan media arang sekam terhadap panjang tunas, jumlah akar, dan panjang akar (Tabel 6, 8, 11, dan 12). Hal tersebut diduga berkaitan dengan kandungan unsur hara (P, K, Mg, dan Ca) pada media tanam topsoil yang lebih tinggi dibandingkan dengan media tanam lainnya walaupun kandungan nitrogennya rendah (Tabel 1). Menurut Gardner, Pearce, dan Mitchell (1991), Singh dan Sale (2000), dan Wissuwa, Gamat, dan Ismail (2005) peningkatan kandungan P, K, dan Mg dapat meningkatkan laju fotosintesis. Peningkatan P dapat meningkatkan panjang akar, diameter akar, dan luas daun. Hasil fiksasi CO2 pada proses fotosintesis yang berupa gula dan amilum (zat tepung) meningkat seiring dengan peningkatan ketersediaan fosfor sehingga bobot kering tunas pun meningkat. Soepardi (1983) dan Rosman (1993) menyatakan kalium dalam tanaman berperan sebagai aktivator berbagai enzim dalam translokasi gula dan pembentukan klorofil, aplikasi kalium pada stek menghasilkan pertumbuhan pucuk dan akar yang lebih baik dan bobot tanaman meningkat dibandingkan dengan tanpa aplikasi kalium. Magnesium merupakan satu-satunya mineral yang menyusun klorofil, selain itu magnesium juga berhubungan dengan metabolisme fosfat (Gardner et al. 1991). Peningkatan kandungan magnesium diduga akan meningkatkan jumlah klorofil sehingga laju fotosintesis meningkat dan bobot tanaman pun meningkat. Kalsium merupakan penyusun dinding sel, peran utama kalsium adalah untuk pembelahan dan pemanjangan sel pada meristem tanaman. Kekurangan Ca diduga akan mempengaruhi pertumbuhan akar stek teh. Keberhasilan stek teh berakar sangat dipengaruhi oleh peran media tanam dalam pembentukan akar dan mempertahankan kelembaban. Sedangkan pertumbuhan stek teh dipengaruhi oleh ketersediaan hara media tanam. Oleh karena itu, keberhasilan dan pertumbuhan stek teh dipengaruhi oleh sifat fisik dan kimia media tanam. Klon GMB 7 menunjukkan persentase stek hidup dan stek bertunas dan berakar lebih tinggi dibandingkan dengan klon GMB 4 (Tabel 3 dan 5). Hal

27

tersebut diduga karena adanya perbedaan karakter yang dimiliki oleh masingmasing klon. Astika et al. (2004) menyatakan klon GMB 7 memiliki kategori perakaran baik sekali dibandingkan dengan klon GMB 4 yang hanya memiliki kategori perakaran baik. Selain media tanam, faktor tanaman juga mempengaruhi keberhasilan hidup stek teh antara lain bahan tanam, umur kandungan bahan makanan, dan kandungan zat tumbuh (Rochiman dan Harjadi, 1973). Menurut Harjadi (1989) dan Ashari (2005) tipe jaringan stek berpengaruh terhadap keberhasilan penyetekan. Stek batang berkayu keras (hardwood cutting) relatif lebih sukar berakar dibandingkan dengan stek batang berkayu lunak (softwood cutting). Stek teh berasal dari ranting yang baru tumbuh setelah pemangkasan 4 bulan sebelumnya, sehingga masih memiliki jaringan batang yang berkayu semi keras (semi hardwood cutting). Pertumbuhan tunas dan akar pada perlakuan klon GMB 7 menunjukkan hasil terbaik dibandingkan dengan klon GMB 4 (Tabel 7, 9, 11, dan 13). Hal tersebut diduga klon GMB 7 memiliki daya adaptasi yang lebih tinggi untuk ditanam di dataran rendah dibandingkan dengan klon GMB 4. Astika et al. (2004) menyatakan klon GMB 7 direkomendasikan untuk ditanam di daerah dataran rendah hingga dataran tinggi, sedangkan klon GMB 4 direkomendasikan hanya untuk ditanam di dataran sedang hingga dataran tinggi.

28

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan Macam media tanam berpengaruh nyata terhadap persentase stek tumbuh, persentase stek bertunas dan berakar, panjang tunas, bobot tunas, panjang akar. Klon stek teh berpengaruh sangat nyata pada persentase stek tumbuh, persentase stek bertunas dan berakar, panjang tunas, jumlah daun, bobot tunas, jumlah akar, dan bobot akar. Interaksi antara macam media tanam dan macam klon tidak memberikan pengaruh nyata terhadap semua peubah yang diamati kecuali pada bobot basah dan bobot kering tunas. Media tanam topsoil menunjukkan hasil terbaik dibandingkan dengan media lainnya terhadap semua peubah tetapi tidak berbeda dengan media arang sekam terhadap jumlah daun dan bobot kering akar. Klon GMB 7 menunjukkan hasil lebih baik dibandingkan dengan klon GMB 4. Interaksi antara media topsoil dan klon GMB 7 menghasilkan bobot tunas paling tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Saran Untuk pembibitan stek teh media tanam topsoil masih dinyatakan sebagai media terbaik. Apabila topsoil sudah mulai sulit diperoleh di sekitar pembibitan maka arang sekam dapat direkomendasikan untuk menggantikan topsoil. Untuk memperoleh hasil yang baik, sebaiknya arang sekam digunakan pada pembibitan stek teh klon GMB 7.

29

DAFTAR PUSTAKA
Adisejowo, R. S. 1982. Bercocok Tanam Teh. Sumur Bandung. Bandung. 224 hal. Ashari, S. 2005. Hortikultura, Aspek Budidaya. Universitas Indonesia Press. Jakarta. 485 hal. Astika, Muchtar, dan Sutrisno. 2004. GMB 7 dan GMB 4. Ipard.com. URL: http://www.ipard.com/Produk/GMB7.asp. Diakses 21 September 2007. Darajat, A. 2003. Respon Pertumbuhan Stek Batang Tiga Spesies Murbei (Morus sp.) terhadap Beberapa Jenis Media Pembibitan. Skripsi. Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. (Tidak dipublikasikan). Darmandono. 1979. Perakaran hara tanaman teh, hasil pengkajian. Warta BPTK, 5 (1/2) : 21 27. Direktorat Jenderal Perkebunan. 2006. Statistik Perkebunan Indonesia Tahun 2004 - 2006: Teh. Direktorat Jenderal Perkebunan, Departemen Pertanian. Jakarta. Djaenuddin. 1994. Kesesuaian lahan untuk tanaman pertanian dan tanaman kehutanan. Laporan Teknis Balai Penelitian Tanah Bogor. 7(I):12-18. Eden, T. 1976. Tea. Third ed. Longman Group Limited. London. 235 p. Gardner, F. P., R. B. Pearce, and R. L. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Universitas Indonesia Press. Jakarta. 428 hal. Goenadi D. H., Y. Away, Y. Sukin, H. Yusuf, Gunawan, A. Aritonang, dan H. Wibowo. 1998. Teknologi produksi kompos bioaktif tandan kosong kelapa sawit, hal 1 6. Dalam Isroi, L. P. Santi, dan Y. E. Dumalang (Eds.). Kompilasi Tulisan Dr. Ir. Didiek Hadjar Goenadi, MSc. Unit Penelitian Bioteknologi Perkebunan. Bogor. Goenadi, D. H. 1997. Kompos bioaktif dari tandan kosong kelapa sawit, bab 9 hal 18 - 27. Dalam Isroi, L. P. Santi, dan Y. E. Dumalang (Eds.). Kompilasi Tulisan Dr. Ir. Didiek Hadjar Goenadi, MSc., APU. Unit Penelitian Bioteknologi Perkebunan. Bogor. Harjadi, S. S. 1989. Dasar-dasar Hortikultura. Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. 500 hal.

30

Hartman, H. T. and D. E. Kester. 1983. Plant Propagation Principles and Practice hall. Inc. New Jersey. 727 p. Isroi. 2004. Pengomposan Limbah Padat Organik. http://www.ipard.com. Diakses 15 April 2008. Ipard.com. URL:

Lakitan, B. 1993. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. PT Grafindo Persada. Jakarta. 204 hal. Pasaribu, E. H. 1980. Pengaruh media tumbuh dan pemupukan pada perakaran stek daun teh. Warta BPTK, 5(1/2):3944. Pusat Penelitian Teh dan Kina. 1997. Petunjuk Kultur Teknis Tanaman Teh, Edisi II. Asosiasi Penelitian Perkebunan Indonesia Pusat Penelitian Teh dan Kina. Bandung. 86 hal. Rochiman, K. dan S. S. Harjadi. 1973. Pembiakan Vegetatif. Departemen Agronomi, Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. 72 hal. Rosman, R. 1993. Respon stek panili terhadap permberian pupuk N, P dan K. Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, 8(2):7579. Rosniawaty, S. 2007. Pengaruh Kompos Kulit Buah Kakao dan Kascing terhadap Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma cacao l.) Kultivar Upper Amazone Hybrid (UAH). Skripsi. Fakultas Pertanian, Universitas Padjajaran. Bandung. (Tidak dipublikasikan). Setyamidjaja, D. 2000. Teh Budidaya dan Pengolahan Pascapanen. Kanisius. Yogyakarta. 153 hal. Singh, D. K. and P. W. G. Sale. 2000. Growth and potential conductivity of clover roots in dry soil with increasing phosphorus supply and defoliation frequency. Agronomy Journal, 92:868-874. Soedyanto, R. R. M. Sianipar, A. Susani, dan Hardjanto. 1981. Bercocok Tanam. CV. Yasaguna. Jakarta. 188 hal. Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 591 hal. Wissuwa, M., G. Gamat, dan A. M. Ismail. 2005. Is root growth under phosphorus deficiency affected by source and sink limitations. Journal of Experimental Botany, Oxford University Press, 56(417):1943-1950.

31

Wuryaningsih, S., T. Sutater, dan D. H. Goenadi. 1995. Pemanfaatan kompos tandan kosong kelapa sawit sebagai media tanpa tanah dan pemupukan pada tanaman pot Spathiphyllum. Jurnal Hortikultura, 5(1):12-18. Yati, R. 2000. Teh (Camellia sinensis L.). Pusat Penelitian Perkebunan Gambung. Bandung. 7 hal.

32

LAMPIRAN

33 Tabel Lampiran 1. Deskripsi Teh Klon GMB 4


Karakteristik Asal Golongan Batang (Callus) Bentuk batang Permukaan batang Sistem percabangan Ruas tunas Warna batang Daun (Follium) Bangun daun Ukuran daun Tangkai daun Kedudukan daun Pangkal daun Tulang daun Tepi daun Ujung daun Muka daun Warna daun Daging daun Bulu pada peko Sifat-sifat Lain Pertumbuhan tunas-tunas setelah dipangkas Rata-rata hasil Perakaran Ketahanan terhadap hama Ketahanan terhadap penyakit Keterangan Keterangan Persilangan MAL 2 x PS 1 Assamica Silinder Beralur halus sedikit berkerak Baik 1.4 - 3.7 cm Coklat, sedikit keabu-abuan Eleptico oblongus 51 - 67 cm2 0.5 - 0.7 cm 26 - 44 derajat Runcing 18 - 26 buah (9 - 13 pasang) Bergerigi besar beraturan Meruncing Bergelombang agak licin Hijau muda sampai hijau 0.23 mm Banyak Cepat 3.53 ton/ha/tahun pada umur 3 tahun Baik Tahan terhadap tungau Tahan terhadap cacar daun Baik ditanam pada daerah sedang sampai tinggi Potensi produksi diperkirakan masih akan meningkat sekitar 40 %

Sumber : Astika et al. (2004)

Tabel Lampiran 2. Deskripsi Teh Klon GMB 7

34
Karakteristik Asal Golongan Batang (Callus) Bentuk batang Permukaan batang Sistem percabangan Ruas tunas Warna batang Daun (Follium) Bangun daun Ukuran daun Tangkai daun Kedudukan daun Pangkal daun Tulang daun Tepi daun Ujung daun Muka daun Warna daun Daging daun Bulu pada peko Sifat-sifat Lain Pertumbuhan tunas-tunas setelah dipangkas Rata-rata hasil Perakaran Ketahanan terhadap hama Ketahanan terhadap penyakit Keterangan Keterangan Persilangan MAL 2 x PS 1 Assamica Silinder Beralur pendek sedikit berkerak putih Baik, 47 60 derajat 1.3 5.2 cm Coklat Eleptico oblongus 40.17 cm2 0.2 0.6 cm 29 49 derajat Runcing 18 24 buah (9 12 pasang) Bergerigi kecil beraturan Meruncing Bergelombang agak mengkilat Hijau terang 0.22 mm 64.25/mm2 Cepat 5.8 ton/ha/tahun Baik sekali Tahan terhadap tungau Tahan terhadap cacar daun Baik ditanam pada daerah rendah, sedang, dan tinggi

Sumber : Astika et al. (2004)

35 Tabel Lampiran 3. Keadaan Beberapa Unsur Iklim di Darmaga Bogor Tahun 2008
Kelembaban Nisbi (%) 84 90 Suhu Maksimum ( oC) 31.1 28.1 Minimum ( oC) 22.1 22.1 Penyinaran Matahari Lama 61 18 Intensitas 223 254 Curah Hujan Hari Hujan (hari) 20.0 29.0 Jumlah Curah Hujan (mm) 251 377

Bulan

Januari Februari

Maret 87 30.9 22.0 53 240 28.0 673 Rataan 87 30.0 22.1 44 239 25.7 434 Sumber: Kantor Badan Meteorologi dan Geofisika, Stasiun Klimatologi Darmaga Bogor (2008)

36 Tabel Lampiran 4. Sidik Ragam Persentase Stek Teh Hidup pada 4 hingga 12 MST
Umur (MST) 4 Sumber Keragaman Ulangan Media (M) Klon (K) MK Galat KK (%) 6 Ulangan Media (M) Klon (K) MK Galat KK (%) 8 Ulangan Media (M) Klon (K) MK Galat KK (%) 10 Ulangan Media (M) Klon (K) MK Galat KK (%) 12 Ulangan Media (M) Klon (K) MK Galat db 2 3 1 3 14 41.63 2 3 1 3 14 42.38 2 3 1 3 14 47.35 2 3 1 3 14 50.18 2 3 1 3 14 1433.33 3700.00 3266.67 1633.33 5900.00 716.67 1233.33 3266.67 544.44 421.43 1.70 2.93+ 7.75* 1.29 1300.00 3683.33 4266.67 1033.33 6366.67 650.00 1227.78 4266.67 344.44 454.76 1.43 2.70 9.38** 0.76 925.00 3445.83 4537.50 1445.83 6008.33 462.50 1148.61 4537.50 481.94 429.17 1.08 2.68 10.57** 1.12 758.33 3145.83 4537.50 679.17 5575.00 379.17 1048.61 4537.50 226.39 398.21 0.95 2.63 11.39** 0.57 JK 433.33 3145.83 3504.17 445.83 6166.67 KT 216.67 1048.61 3504.17 148.61 440.48 F hitung 0.49 2.38 7.96* 0.34

KK (%) 49.26 Keterangan: - + = Berpengaruh nyata pada taraf 10 % - * = Berpengaruh nyata pada taraf 5 % - ** = Berpengaruh nyata pada taraf 1 %

37 Tabel Lampiran 5. Sidik Ragam Persentase Karakter Keberhasilan Stek Teh Bertunas dan Berakar pada 12 MST (Transformasi x+1.5)
Peubah Persentase Bertunas dan Berakar Sumber Keragaman Ulangan Media (M) Klon (K) MK Galat KK % Bertunas dan Tidak Berakar Ulangan Media (M) Klon (K) MK Galat KK % Tidak Bertunas dan Berakar Ulangan Media (M) Klon (K) MK Galat KK % Tidak Bertunas dan Tidak Berakar Ulangan Media (M) Klon (K) MK Galat db 2 3 1 3 14 48.31 2 3 1 3 14 49.55 2 3 1 3 14 46.06 2 3 1 3 14 0.00 6.60 2.50 2.42 29.07 0.00 2.20 2.50 0.80 2.08 0.00 1.06 1.20 0.39 0.39 0.78 0.00 1.56 5.87 0.20 0.26 0.00 0.52 0.42 0.47 0.62 0.00 1.24 13.23 13.55 9.60 0.77 53.72 6.61 4.52 9.60 0.26 3.84 1.72 1.18 2.50 0.07 JK 1.51 71.93 26.21 6.20 43.15 KT 0.75 23.98 26.21 2.07 3.08 F hitung 0.24 7.78** 8.50** 0.67

KK % 65.72 Keterangan: - * = Berpengaruh nyata pada taraf 5 % - ** = Berpengaruh nyata pada taraf 1 %

38 Tabel Lampiran 6. Sidik Ragam Panjang Tunas Stek Teh pada 4 hingga 12 MST
Umur (MST) 4 Sumber Keragaman Ulangan Media (M) Klon (K) MK Galat KK (%) 6 Ulangan Media (M) Klon (K) MK Galat KK (%) 8 Ulangan Media (M) Klon (K) MK Galat KK (%) 10 Ulangan Media (M) Klon (K) MK Galat KK (%) 12 Ulangan Media (M) Klon (K) MK Galat db 2 3 1 3 14 43.64 2 3 1 3 14 39.29 2 3 1 3 14 40.99 2 3 1 3 14 38.85 2 3 1 3 14 0.61 12.21 17.41 3.72 13.96 0.31 4.01 17.41 1.24 1.00 0.31 4.08* 17.44** 1.24 1.23 6.87 16.59 3.23 10.09 0.62 2.29 16.59 1.08 0.72 0.87 3.18 23.01** 1.49 1.86 7.26 17.26 3.30 10.59 0.93 2.42 17.26 1.10 0.76 1.23 3.20 22.81** 1.45 0.92 6.58 14.31 3.77 7.72 0.46 2.19 14.31 1.26 0.55 0.83 3.98* 25.95** 2.28 JK 0.21 2.37 6.26 1.43 3.92 KT 0.10 0.79 6.26 0.48 0.28 F hitung 0.37 2.82 22.38** 1.70

KK (%) 39.22 Keterangan: - * = Berpengaruh nyata pada taraf 5 % - ** = Berpengaruh nyata pada taraf 1 %

39 Tabel Lampiran 7. Sidik Ragam Jumlah Daun Stek Teh pada 4 hingga 12 MST (Transformasi x+0.5 )
Umur (MST) 4 Sumber Keragaman Ulangan Media (M) Klon (K) MK Galat KK (%) 6 Ulangan Media (M) Klon (K) MK Galat KK (%) 8 Ulangan Media (M) Klon (K) MK Galat KK (%) 10 Ulangan Media (M) Klon (K) MK Galat KK (%) 12 Ulangan Media (M) Klon (K) MK Galat db 2 3 1 3 14 12.07 2 3 1 3 14 25.83 2 3 1 3 14 20.4 2 3 1 3 14 19.12 2 3 1 3 14 0.05 0.55 1.30 0.16 0.91 0.023 0.184 1.303 0.053 0.065 0.35 2.84 20.12** 0.82 0.11 0.20 0.94 0.23 0.65 0.053 0.068 0.942 0.076 0.047 1.12 1.46 20.13** 1.62 0.03 0.22 1.19 0.23 0.74 0.014 0.074 1.190 0.077 0.053 0.27 1.40 22.57** 1.46 0.09 0.27 0.71 0.31 1.09 0.043 0.091 0.712 0.103 0.078 0.55 1.16 9.11** 1.32 JK 0.02 0.15 0.15 0.24 0.14 KT 0.007 0.049 0.152 0.079 0.010 F hitung 0.80 5.04* 15.58** 8.15*

KK (%) 21.5 Keterangan: - * = Berpengaruh nyata pada taraf 5 % - ** = Berpengaruh nyata pada taraf 1 %

40 Tabel Lampiran 7. Sidik Ragam Bobot Tunas Stek Teh pada 12 MST
Peubah Bobot Basah Tunas (g) Sumber Keragaman Ulangan Media (M) Klon (K) MK Galat KK (%) Bobot Kering Tunas (g) Ulangan Media (M) Klon (K) MK Galat db 2 3 1 3 14 40.04 2 3 1 3 14 0.003 0.046 0.014 0.022 0.010 0.011 0.001 0.007 0.005 0.022 0.003 0.001 6.00* 27.27** 4.10* 1.61 JK 0.002 0.027 0.072 0.026 0.031 KT 0.001 0.009 0.072 0.009 0.002 F hitung 0.44 4.08* 32.26** 3.86*

KK (%) 43.84 Keterangan: - * = Berpengaruh nyata pada taraf 5 % - ** = Berpengaruh nyata pada taraf 1 %

41 Tabel Lampiran 9. Sidik Ragam Pertumbuhan Akar Stek Teh pada 12 MST (Transformasi x+0.5)
Peubah Jumlah Akar (buah) Sumber Keragaman Ulangan Media (M) Klon (K) MK Galat KK (%) Panjang Akar (cm) Ulangan Media (M) Klon (K) MK Galat KK (%) Bobot Basah Akar (g) Ulangan Media (M) Klon (K) MK Galat KK (%) Bobot Kering Akar (g) Ulangan Media (M) Klon (K) MK Galat KK (%) Keterangan: - * = Berpengaruh nyata pada taraf 5 % - ** = Berpengaruh nyata pada taraf 1 % db 2 3 1 3 14 44.53 2 3 1 3 14 46.87 2 3 1 3 14 1.98 2 3 1 3 14 1.78 0.0001 0.0016 0.0018 0.0010 0.0023 0.0000 0.0006 0.0018 0.0003 0.0002 0.25 3.41 11.09** 0.16 0.0001 0.0018 0.0025 0.0011 0.0028 0.0001 0.0006 0.0025 0.0004 0.0002 0.27 3.01 12.16** 1.76 0.28 12.87 3.02 1.31 8.60 0.14 4.29 3.02 0.44 0.61 0.23 6.99** 4.92* 0.71 JK 0.01 6.24 3.73 0.38 6.21 KT 0.01 2.08 3.73 0.13 0.44 F hitung 0.02 4.68* 8.40* 0.29

Anda mungkin juga menyukai