Anda di halaman 1dari 9

Dengan

subsidi

impor

yang

tak

mampu

mewujudkan

keuntungan

yang

dijanjikan,perhatian beralih kepada biaya-biay yang ditimbulkan oleh kebijakan-kebijakan diterapkan untuk memajukan industri.Atas ini makin banyak bukti menunjukkan bahwa kebijakan-kebijakan yang diproteksi di banyak negara berkembang telah amat memiuh insentif.Salah satu persoalannya bahwa banyak negara berkembang telah menerapkan metode-metode amat rumit yang berlebihan untuk memajukan industri-industri mereka yang baru tumbuh artinya mereka tidak menggunakan tarif,melainkan menerapkan kuota impor,pengenalian nilai tukar dan peraturan kandunga domestik denan begitu rumitnya dan terkadang saling tumpang tindih.Kerap sulit untuk menentukan berapa besar proteksi dan peraturan administratif yang sebenarnya diberikan,dan penelitian-penelitian menunjukkan bahwa derajat proteksi kerap tinggi dan lebih bervariasi antar industri dibandingkan dengan yang di maksudkan pemerintah. Biaya yang muncul berikutnya yang memperoleh perhatian serius adalah kecenderungan pembatasan-pembatasan impor untuk mendorong produk-produk dengan skala kecil yang tidak hanya kecil saja dibandingkan dengan besarnya pada Amerika Serikat atau masyarakat Eropah.Kerap,pasar domestik sebagai keseluruhan tidak cukup besar untuk memungkinkan fasilitas produksi dengan skala yang efisien.Meskipun demikian jika pasar yang kecil ini diproteksi,katakanlah dengan kuota impor,jika hanya satu perusahaan yang masuk ke pasar maka perusahaan tersebut memperoleh keuntungan

monopoli.Persaingan untuk meraih keuntungan ini biasanya mendorong beberapa perusahaan untuk memasuki pasar yang sebetulnya tidak memadai sekalipun untuk satu perusahaan dan produksi dilakukan pada skala yang sangat tidak efisien. Meskipun banyak kritik oleh para ekonom atas industrialisasi substitusi impor,sedikit sekali negara yang menempuh kebijakan-kebijakan substitusi impor yang telah merubuhkan hambatan-hambatan perdagangan mereka.Alasan atas penolakan untuk mengubah kebijakan ini untuk sebagiannya semata-mata hanya bahwa mereka tetap meyakini substitusi impor sebagai suatu strategi pembangunan.Faktor lain yang sama pentingnya pula adalah bahwa pada batas ini banyak modal telah diinvestasikan di industri-industri yang tidak dapat bertahan tanpa proteksi dan banyak pekerja di industri-industri yang diproteksi akan menderita jika proteksi tersebut dicabut.Dengan demikian pada keadaan begitu terdapat kepentingan yang kuat bagi berlangsungan kebijakan-kebijakan substitusi impor.

Tabel 10-2 Proteksi efektif manufaktur di beberapa negara ber kembang (persen) Meksiko Philipina Brazil Chili (1960) (1965) (1966) (1961) 26 61 113 182

Pakistan

(1963)

271

Sumber:Bela Balassa.The Structure of Protection in Developing Countries.Baltimore:The Johns Hopkins Press,1971.

D. Cara lain untuk menyokong manufaktur: Industrialisasi lewat ekspor Meskipun upaya-upaya untuk mendorong industrialisasi melalui substitusi impor kini telah makin tak disukai oleh sejumlah ekonom,tidak seluruh kasus industrialisasi di antara negaa-negar berkembang mengalami kegagalan.Sejak pertengahan 1960an sekelompok kecil negara yang tadinya miskin telah memadukan pertumbuhan output dan tingkat kehidupan yang pesat dengan industrialisasi yang terutama berorientasi pada ekspor daripada pasar domestik.Negara-negara ini kerap dijuluki sebagai negara-negara industri baru (newly industrializing countries atau NICs). NICs tidak menempuh kebijakan-kebijakan perdagangan bebas yang tegas,namun dibandingkan dengan negara-negara substitusi impor kesemua negara yang paling sukses ini mempunyai tingkat proteksi yang rendah dan tidak begitu bervariasi antar sektor. Apapun kesimpulan akhir atas sebab-sebab keberhasilan NICs pencapain yang menakjubkan dari pembangunan yang berorientasi ekspor telah melukiskan keyakinan lama bahwa industrialisasi harus diarahkan ke pasar domestik.

2. Persoalan perekonomian dualistik Sementara kebijakan negara-negara berkembang dalam beberapa hal merupakan jawaban atas kerterbelakangan relatif mereka dibandingkan dengan negara-negara maju juga merupakan jawaban atas pembangunan yang tak seimbang di dalam negeri.Kerap suatu sektor yang relatif modern,padat modal dn upahnya tinggi timbul di suatu negara yang sektor pertaniannya masih sangat tradisional.Pembilahan suatu perekonomian kedalam dua sektor yang menjelma dengan tingkat perkembangan yang sangat berbeda dijuluki sebagai dualisme ekonomi,dan perekonomian yang seperti ini dijuluki sebagai suatu perekonomian dualistik. Mengapa dualisme bersangkut-paut dengan kebijakan perdagangan?salah satu jawabannya adalah bahwa dualisme boleh jadi merupakan suatu pertanda bahwa pasar tidak berfungsi baik dalam suatu perekonomian yang efisiensi.Terjadinya dualisme ekonomi kerap digunakan sebagai pembenaran untuk memberlakukan tarif yang melindungi sektor manufaktur yng lebih efisien. Alasan kedua untuk mempertautkan dualisme dengan kebijakan perdagangan adalah bahwa kebijakan perdagangan itu sendiri bisa memegang peranan besar mengatasi dualisme.Sebagaimana industrialisasi substitusi impor yang telah banyak diserang,beberapa ekonom berhujah bahwa kebijkan-kebijakan substitusi impor sebenarnya telah

mempermudah terjadinya dualisme ekonomi atau setidaknya memperburuk gejalagejalanya.

A. Gejala-gejala dualisme Perekonomian dualistik adalah suatu keadaan dimana ada suatu sektor modern (biasanya menghasilkan barang-barang manufaktur yang diproteksi dari persaingan impor) yang sangat kontras dengan perekonomian pada umumnya dalam beberapa hal : 1.Nilai output per pekerja jauh lebih tinggi di sektor modern dibandingkan dengan sektor-sektor lainnya.Di kebanyakan negara berkembang barang-barang yang diproduksi oleh pekerja di sektor manufaktur harganya beberapa kali lebih besar dari barang-barang yang diproduksi pekerja pertanian.Kadang-kadang perbedaannya mencapai 15 kali lipat. 2.Seiring dengan nilai output per pekerja yang tinggi adalah tingkat upah yang tinggi.Pekerja-pekerja industri bisa memperoleh penghasilan sepuluh kali lebih besar dari yang diterima oleh pekerja-pekerja pertanian. 3.Namun meskipun upah disektor manufaktur tinggi,tingkat pengembalian modal tidak selalu lebih tinggi.Kenyataannya tampaknya tak jarang kasus dimana modal disektor industri memperoleh imbalan lebih rendah. 4.Salah satu penyebab tingginya nilai output per pekerja di sektor modern adalah intensitas modal dalam produksi yang lebih tinggi.Sektor manufaktur di negara-negara berkembang biasanya mempunyai intensitas modal yang lebih tinggi dibandingkan dengan sektor pertanian.Di negara-negara berkembang pekerja-pekerja pertanian kerap bekerja dengan perlengkapan-perlengkapan primitif,sementara fasilitas-fasilitas industri tidak begitu berbeda dari negara-negara maju. 5.Terakhir,banyak negara berkembang menghadapi persoalan pengangguran akut.Khususnya di kota banyak orang yang tak memiliki pekerjaan atau hanya bekerja musiman,pekerja memperoleh upah yang amat rendah.Pengangguran di perkotaan ini berdampingan dengan pekerja-pekerja industri perkotaan yang upahnya tinggi.

B. Dualisme pasar tenaga kerja dan kebijakan perdagangan Gejala-gejala dualisme terjadi di banyak negara damn merupakan pertanda-pertanda jelas dari suatu perekonomian yang tidak bekerja dengan baik,terutama dipasar tenaga kerjanya.Implikasi-implikasi kebijakan perdagangan dari gejala-gejala ini telah menjadi pokok pembantahan di antara mahasiswa yang mempelajari pembangunan ekonomi. Ditahun 1950an,banyak ekonom berhujah bahwa perbedaan tingkat upah antara sektor manufaktur dan pertanian menimbulkan pembenaran yang lain,disamping hujah industri baru tumbuh,bagi upaya mendorong sektor manufaktur atas beban sektor pertanian.Hujah ini dikenal dengan hujah perbedaan tingkat upah,dapat diberlakukan jika terjadi kegagalan

pasar.Misalkan bahwa karena alasan tertentu,pekerja yang setara akan memperoleh upah yang lebih tinggi di manufaktur timbang di pertanian.Jika perusahaan manufaktur memperkerjakan tambahan pekerja,maka suatu pekerja tambahan tersebut menghasilkan keuntungan sosial marjinal tetapi perusahaan tak memperoleh apa-apa karena seorang pekerja memperoleh keuntungan dari upahnya jika ia beralih dari pertanian ke manufaktur.Ini akan kontras dengan dengan apa yang akan terjadi kalau tak ada perbedaan tingkat upah,dimana tambahan pekerja akan berdampak sama baik di manufaktur maupun di pertanian dan tidak akan tercipta keuntungan sosial marjinal dengan memperkerjakan seorang pekerja sehingga keuntungan didapat oleh perusahaan yang mempekerjakan itu.

Figure 10-1: Efek perbedaan upah (jika manufaktur harus membayar upah lebih tinggi dari makanan,perekonomian akan mempekerjakan terlalu sedikit pekerja di manufaktur dan terlalu banyak dimakanan). Maka jika ada perbedaan upah,pasar akan salah dalam mengalokasikan tenaga kerja,perusahaan-perusahaan di sektor industri akan mempekerjakan terlalu sedikit pekerja.Kebijakan pemerintah yang menyebabkan mereka mempekerjakan lebih banyak pekerja dapat meningkatkan kesejahteraan nasional. Menurut model Haris Todaro, suatu peningkatan di dalam jumlah pekerjaan di sektor manufaktur akan menyebabkan migrasi desa kota sangat besar sehingga pengangguran di kota pada kenyataannya meningkat. Jika tambahan pekerja diserap olehmanufaktur, dua atau tiga pekerja lagi mungkin meninggalkan sektor pertanian sehingga menambah jajaran penganggur di kota. Meskipun pekerja yang bernasib baik beruntung,

keuntungannya ini sebagian besar diimbangi oleh kerugian dari penganggur baru. Manfaat sosial yang diduga sebelumnya dari tambahan pekerja di sektor manufaktur karena itu merupakan kerugian. Sebagaimana hujah industri yang masih rapuh, hujah perbedaan upah bagi proteksi kini tak disukai oleh ekonom. Hal ini sebagaian karena hujah seperti yang dikemukakan Haris dan Todaro dan sebagainnya lagi karena reaksi keras terhadap kebijakan kebijakan subtitusi impor. Nyatanya kebijakan kebijakan perdagangan yang diterapkan sebagai tanggapan kepada dualisme ekonomi yang kini kerap disalahgunakan justru membuat dualisme semakin memburuk.

C. Kebijakan Perdagangan Sebagai Penyebab Dualisme Ekonomi Kebijakan perdagangan telah dikecam baik sebagai penyebab perbedaan upah yang kian senjang antara manufaktur dan pertanian dan pendorong intensitas modal yang berlebihan. Intensitas modal yang berlebihan dari sektor manufaktur sebagiannya disebabkan oleh upah yang relatif tinggi, yang memberikan insentif bagi perusahaan untuk menggantikan tenaga kerja dengan modal. Menadari bahwa pembatasan pembatasan perdagangan bertanggung jawab atas upah yang tinggi ini mereka menyalahkannya. Juga dibeberapa negara sistem perbankan yang dikendalikan sebetulnya memberikan kredit yang disubsidi kepada perusahaan perusahaan industri, membuat subtitusi modal tenaga kerja menjadi murah.

3. Negosiasi Antara Negara Berkembang Dan Negara Maju Sejauh ini kita memusatkan perhatian padabagaimana masing masing negara berkembang telah mencoba untuk menerapkan kebijakan kebijakan perdagangan untuk menolong mereka sendiri agar bisa bertumbuh. Namun sejak perang dunia II negara negara berkembang juga mencoba membujuk negara negara maju untuk mengubah kebijakan kebijakan mereka. Banyak orang tidak semua mereka berasal dari negara berkembang merasa yakin bahwa kemiskinan di seantero dunia disebabkan oleh kekayaan negara negara maju yang beruntung. Kedasyatan kemiskinan dunia membuat kita ingin menemukan penjahat penjahat. Namun kenyataannya sangat sulit menemukan bukti bahwa kekayaan negara negara maju telah diperoleh dengan pengorbanan negara negara berkembang.

A. Peranan Modal Asing Dan Perusahaan Perusahaan Multinasional dalam pembangunan

Alih teknologi. Persoalan alih teknologi merupakan padanan dari persoalaan kelaikan industri yang masih rapuh. Ingat kembali bahwa industri industri yang masih rapuh diharapkan untuk menghasilkan manfaat / keuntungan tambahan dalam wujud pengalaman dan pengetahuan yang menyebar kesektor sektor lain di dalam perekonomian. Kritik terhadap perusahaan perusahaan multinasional berhujah bahwa jika suatu industri yang masih rapuh terdiri dari perusahaan perusahaan asing, teknologi teknologi dikembangkan di suatu perusahaan / sektor dan tidak dialihkan ke perusahaan lain di dalam perekonomian. Kritik kritik ini lebih suka melihat perusahaan perusahaan yang dimiliki oleh penduduk domestik yang menggunakan teknologi dengan cara memperoleh lisensi atau mengembangkan sendiri.

B. Meningkatkan Harga harga Ekspor Negara Berkembang Keuntungan keuntungan dari pembentukan kartel akan mencapai tingkat tertinggi jika kartel mengendalikan sebagian besar produksi dunia, jika kemampuan konsumen amat terbatas untuk beralih dari produk yang bersangkutan, dan jika sumber sumber alternatif dari suplai sulit dikembangkan. Selama bertahun tahun telah banyak upaya dilakukan untuk membentuk kartel ekspor, mulai dari komoditi kopi sampai minyak hingga timah. Namun hampir semua kartel ini bubar atau kurang berhasil dalam meningkatkan harga dibandingkan dengan yang diharapkan para pendiri pendirinya. Sebagian alasannya adalah terletak pada kekuatan kartel : kebanyakan kartel mengendalikan terlalu sedikit pangsa produk dunia dan menghadapi subtitusi baik dari pihak konsumen maupun pesaingan dari sumber sumber alternatif. Sama pentingnya, kartel kartel menghadapi kesulitan dalam menancapkan disiplin pada anggota anggotanya. Setiap negara

mempunyai dorongan untuk berbuat curang, menjual harga yang lebih murah dari tingkat yang telah disepakati sehingga bisa menjual lebih banyak.

BAB III

PENUTUP
A. KESIMPULAN 1. Kebijakan perdagangan dinegara negara terbelakang dapat dianalisis dengan menggunakan perangkat analisis yang sama dengan yang digunakan untuk membahas kasus dinegara negara maju. Namun, persoalan persoalan tertentu yang khas dinegara negara berkembang berbeda. Khususnya, kebijakan perdagangan dinegara negara berkembang berkaitan tiga tujuan: memajukan indutrialisasi, mengatasi pembangunan yang tak merata dari perekonomian domestik, dan berupaya untuk melepaskan apa yang didasari sebagai hubungan ekonomi yang tak adil atau eksploitatif dengan negara negara maju. 2. Kebijakan pemerintah untuk memacu industrialisasi kerap dibenarkan oleh hujah industri yang masih rapuh, yang mengatakan bahwa industry indutri baru memerlukan perlindungan untuk sementara waktu dari persaingan dengan industri industri yang telah mapan dinegara negara lain. Hujah industri yang masih rapuh sahih hanya jika ia dapat dilontarkan sebagai hujah kegagalan pasar bagi campur tangan pemerintah. Dua pembernaran yang lazim ialah adanya pasar modal yang tak sempurna dan persoalan kelaikan ilmu pengetahuan yang dikembangkan oleh perusahaan perusahaan pelopor. 3. Dengan menggunakan hujah industri yang masih rapuh sebagai pembenaran, banyak Negara berkembang telah menempuh kebijakan kebijakan industrialisasi subtitusi impor dengan mana industri industri domestik dimunculkan dibawah payung proteksi tarif atau kuota impor. Meskipun kebijakan kebijakan ini telah berhasil dalam memajukan manufaktur, pada umumnya mereka tidak memberikan keuntungan yang diharapkan bagi pertumbuhan ekonomi dan tingkat kehidupan. Banyak ekonomi kini mengkritik dengan kasar hasil hasil dari subtitusi, menghujah bahwa kebijakan kebijakan tersebut telah mendorong biaya tinggi, produksi yang tidak efisien. 4. Sebagian kecil Negara berkembang telah menata industrialisasi tidak dengan subtitusi impor melainkan melalui pengembangan baru ekspor manufaktur. negara negara indutri baru (NICs) ini telah menghasilkan pertumbuhan output dan tingkat kehidupan yang pesat. Pertanyaan penting disini ialah apakah negara negara lain, dengan beralih dari kebijakan subtitusi impor, dapat mencapai keberhasilan serupa. 5. Kebanyakan Negara berkembang dicirikan oleh dualisme ekonomi: sektor industri dengan upah tinggi dan dapat modal beriringan dengan sector tradisional dengan

upah

rendah.

Perekonomian

dualistik

juga

kerap

mengalami

persoalan

pengangguran diperkotaan yang serius. 6. Perbedaan upah antara sektor sektor modern dan tradisional terkadang dimanfaatkan sebagai kasus bagi proteksi tarif bagi sektor industri. Ini merupakan kasus perbedaan upah bagi proteksi. Namun, pandangan ini tak begitu dipercaya lagi oleh banyak ekonom. Analisis analisis yang lebih mutakhir menunjukkan bahwa proteksi akan mendorong lebih banyak migrasi desa kota, yang memperburuk masalah pengangguran dikota dan bisa memperburuk gejala gejala dualism. 7. Pemerintah negara negara berkembang dan pendukung pendukungnya menandaskan bahwa system ekonomi internasional dewasa ini tidak adil dan bahwa kepapaan negara negara berkembang bertalian dengan kekayaan negara negara maju. Pandangan yang paling berkaitan dengan keadaan ini ialah doktrin pembangunan tak merata (uneven development), yang berkaitan dengan hujah industry yang masih rapuh. Menurut doktrin ini, negara negara maju benar benar beruntung dalam mencapai kemapanan disektor industrial lebih dulu, yang mencegah pengembangan industry oleh pesaing pesaing yang muncul

belakangan. Namun, telaahan terhadap bukti bukti menunjukkan sedikitnya dukungan bagi pandangan bahwa negara negara maju tumbuh makmur dengan pengorbanan negara negara lain. 8. Pada tingkat yang kurang menyeluruh, perusahaan perusahaan multinasional telah dituduh gagal memberikan manfaat kepada Negara Negara tuan rumah, baik karena mereka menggunaan teknologi tak dapat guna atau karena mereka gagal melakukan alih teknologi yang memajukan derajat teknologis disektor sector lain didalam perekonomian. Pembela pembela multinasional berhujah bahwa perusahaan perusahaan multinasional menggunakan teknologi tak dapat guna karena mereka diharapkan dengan insentif insetif yang terpiuh. Dalam persoalan alih teknologi, beberapa Negara telah menyarankan dengan baik dengan investasi asing yang luas dan Negara Negara lain melakukannya dengan baik tanpa itu, sehingga sulit untuk memperoleh suatu jawaban yang pasti. 9. Akhirnya, kebanyakan negra berkembang mengekspor komoditi komoditi, dan mereka selalu mencoba untuk menemukan cara untuk meningkatkan harga harga komoditi. Ditahun 1970an keberhasilan OPEC memberikan harapan bahwa kartel katel ekspor komoditi dapat memperbaiki nilai tukar perdagangan banyak Negara berkembang. Namun, agaknya OPEC memperoleh keuntungan dari keadaan keadaan unik yang mendukung (dan OPEC sendiri telah menghadapi masa masa sulit.

Anda mungkin juga menyukai