Anda di halaman 1dari 2

PELATIHAN METODOLOGI LABORATORIUM MALARIA: Pemeriksaan Mikroskopis Malaria

Pelaksanaan : 08-03-2007 s.d 11-07-2007 Penyakit malaria masih merupakan problema kesehatan di negara-negara sedang berkembang, juga di Indonesia. Berdasarkan data WHO (1989), malaria masih tetap endemis di beberapa negara di dunia, dan sekitar 200 juta penduduk dunia terserang malaria setiap tahun. Malaria memberi dampak negatif yang serius, terutama pada anak-anak yang tinggal di daerah endemis karena dapat menyebabkan malaria berat dan berakibat kematian. Pada orang dewasa, penyakit ini akan menurunkan produktifitas ekonomi dan sosial. Ada 4 (empat) spesies penyebab malaria pada manusia yaitu Plasmodium vivax, P. falcifarum, P. ovale dan P. malariae. Di antara 4 spesies ini, P.falcifarum penyebab malaria berat dengan berbagai komplikasi seperti malaria cerebral, malaria algid yang dapat mengakibatkan kematian terutama pada anak. Identifikasi spesies Plasmodium yang tepat sangat penting untuk diagnosis malaria sehingga pengobatan yang tepat dapat diberikan dengan cepat agar komplikasi dapat dihindari. Diagnosis malaria saat ini masih menggunakan cara pemeriksaan mikroskopis untuk menemukan adanya parasit Plasmodium di darah penderita. Untuk pemeriksaan mikroskopis malaria digunakan cara konvensional dengan pengecatan Giemsa, dan teknik pengecatan baru dengan Acridine Orange. Cara Giemsa cukup baik bila dilakukan oleh tenaga yang berpengalaman karena dapat mengidentifikasi spesies dan stadium parasit Plasmodium secara langsung. Namun harus diperhatikan cara pembuatan hapusan darah dan sediaan tetes tebal yang baik, cara fiksasi, dan cara pengecatannya agar mendapatkan hasil pemeriksaan yang baik. Pemeriksaan mikroskopis dengan teknik Acridine Orange (AO) merupakan cara baru untuk diagnosis malaria. Identifikasi parasit Plasmodium dibuat berdasar adanya DNA parasit yang akan memberikan warna hijau atau fluoresensi pada pengecatan AO. Cara ini lebih cepat dan lebih mudah untuk mendeteksi parasit Plasmodium dibandingkan cara Giemsa namun diperlukan alat khusus, yaitu filter dan lampu halogen. Untuk mengetahui diagnosis malaria secara tepat dan cepat perlu mempelajari spesies Plasmodium dan stadia-stadia di darah perifer, serta pelatihan cara pembuatan hapusan dan sediaan tetes tebal serta cara pengecatan yang baik. Untuk tujuan tersebut di atas, Tropical Disease Center (TDC) Universitas Airlangga mengadakan Pelatihan Metodologi Laboratorium Malaria dengan tema: Pemeriksaan Mikroskopis Malaria. Pelatihan diperuntukkan bagi para peneliti / dosen PTN dan PTS; staf riset dan pengembangan bidang kesehatan; analis laboratorium; mahasiswa S2, S3 dan PPDS. Metode yang digunakan dalam pelatihan ini berbentuk ceramah, diskusi dan praktek di laboratorium. Pelatihan digelar tanggal 10-11 Juli 2007 bertempat di Tropical Disease Center (TDC), Kampus C Unair Mulyorejo, Surabaya. Sebagai narasumber adalah peneliti TDC dan dosen Universitas

Airlangga. Fasilitas yang diberikan berupa makalah, sertifikat, dan konsumsi. Pendaftaran paling lambat tanggal 6 Juli 2007 pada jam kerja 08.00 16.00 WIB

Anda mungkin juga menyukai