Anda di halaman 1dari 24

BAB 2

TINJAUAN PUSATAKA

2.1 Kelapa Sawit

Bedasarkan bukti-bukti yang ada, kelapa sawit diperkirakan berasal dari Nigeria, Afrika Barat. Namun ada pula yang menyatakan bahwa tanaman tersebut berasal dari Amerika, yakni dari Brazilia. Zeven menyatakan bahwa tanaman kelapa sawit berasal dari daratan tersier, yang merupakan daratan penghubung yang terletak diantara Afrika dan Amerika. Kedua daratan ini kemudian terpisah oleh lautan menjadi benua Afrika dan Amerika sehingga tempat asal komoditas kelapa sawit ini tidak lagi dipermasalahkan orang.

Kelapa sawit (Elaeis guineesis) saat ini telah berkembang pesat di Asia Tenggara, khususnya Indonesia dan Malaysia, dan justru bukan di Afrika Barat atau Amerika yang dianggap sebagai daerah asal usulnya. Masuknya bibit kelapa sawit ke Indonesia pada tahun 1948. (Suyatno Risza, 1994)

2.1.1. Sejarah Peerkebunan Kelapa Sawit

Menurut Hunger (1924) pada tahun 1869 Pemerintah Kolonial Belanda mengembangkan tanaman kelapa sawit di Muara Enim dan pada tahun 1970 di Musi Hulu. Bapak kelahiran industri perkebunan kelapa sawit di Indonesia adalah seorang Belgia bernama Adrien Hallet. Beliau pada tahun 1911 membudidayakan kelapa sawit

Universitas Sumatera Utara

secara komersil dalam bentuk perkebunan di Sungai Liput (aceh) dan pulau Raja (Asahan).

Pada masa penjajahan Belanda pertumbuhan perkebunan besar kelapa sawit telah berjalan sangat cepat sehingga sangat menguntungkan perekonomian pemerintahan Belanda. Pada masa pendudukan Jepang 1942, pemerintah pendudukan meneruskan perkebunan kelapa sawit ini dan hasilnya dikirim ke Jepang sebagai bahan mentah industri perang.

Pada tahun 1947 pemerintah Belanda merebut kembali dua pertiga dari perkebunan yang pernah dikuasai Kelaskaran (Stoler,1985). Kemudian menjelang akhir tahun 1948 maskapai-maskapai perkebunan asing hampir memperoleh perkebunan mereka masing-masing dan menjadi milik mereka kembali.

Pada akhir tahun 1957 seluruh perusahaan milik maskapai Belanda diambil ahli oleh pemerintah Indonesia. Namun milil perusahaan Inggris, Perancis, Belgia dan Amerika dikembalikan lagi kepada pemiliknya pada akhir Desember 1967.

Pada masa pemerintah Orde Lama relatif perkebunan sawit sangat terlantar, karena tidak ada peremajaan dan rehabilitas pabrik. Akibatnya produksi sangat menurun drastis dan kedudukan Indonesia di pasaran Internasional sebagai pemasok minyak sawit nomor satu terbesar semenjak tahun 1966 telah digeser oleh Malaysia hingga sekarang ini. (Suyatno Risza, 1994)

2.1.2. Pengembangan Industrti Kelapa Sawit di Indonesia

Minyak sawit merupakan produk perkebunan yang memiliki prospek yang cerah dimasa mendatang. Potensi tersebut terletak pada keragaman kegunaan dari

Universitas Sumatera Utara

minyak sawit. Minyak sawit disamping digunakan sebagai bahan mentah industri pangan, dapat pula digunakan sebagai bahan mentah Industri nonpangan.

Dalam perekonomian Indonesia komoditas kelapa sawit memegang peranan yang cukup strategis karena komoditas ini punya prospek yang cerah sebagai sumber devisa. Disamping itu, minyak sawit merupakan bahan baku utama minyak goreng yang banyak dipakai diseluruh dunia, sehingga secara terus menerus mampu menjaga stabilitas harga minyak sawit. Komoditas ini pun mampu pula menciptakan kesempatan kerja yang luas dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Luas perkebunan kelapa sawit di Indonesia hingga tahun 1993 diperkirakan telah mencapai 1,6 juta hektar dan jumlah produksi minyak sawit Indonesia pada tahun 1993 dalam bentuk CPO berkisar 3,7 juta ton.

Penggunaan minyak kelapa sawit sebagai minyak goreng pada tahun 1985 tercatat telah mencapai 55,3% atau meningkat 27 % per tahun. Saat ini minyak goreng merupakan penyerap utama konsumsi minyak dalam negeri yaitu mencapai 70 % dari jumlah yang dipasarkan dalam negeri. Industri lain yang menggunakan minyak kelapa sawit ini adalah industri margarine, sabun dan industri kimia lainnya.

Dengan data-data tersebut diatas, maka strategi pengembangan Industri kelapa sawit di Indonesia di masa mendatang harus mengacu pada potensi keragaman yang dimiliki oleh minyak sawit itu sendiri. Dan industri minyak sawit di Indonesia dapat diperkokoh strukturnya dengan mengembangkan diverivikasi vertical ke arah pengembangan industri hilir. Pemerintah Indonesia dewasa ini telah bertekad untuk menjadikan komoditas kelapa sawit sebagai salah satu industri nonmigas yang handal.

Universitas Sumatera Utara

Penghasil minyak terbesar di Dunia saat ini adalah Malaysia dan di sana kelapa sawit merupakan sumber devisa utama sejak tahun 1970-an sehingga kedudukannya cukup mantap. Pemasok terbesar kebutuhan minyak sawit di dunia hingga 1993 adalah Malaysia (50 % dari produksi dunia), sedangkan Indonesia hanya 20 % dari produksi dunia.

Indonesia yang menempati posisi kedua setelah Malaysia relatif masih jauh tertinggal terutama dari segi teknologi budidaya, pengolahan dan pemasaran. Sampai saat ini ekspor minyak sawit Indonesia masih dalam bentuk minyak mentah atau Crude Palm Oil (CPO), dan sebagian kecil dalam bentuk produk olahan yang merupakan hasil sampingan dan pembuatan minyak goreng, sehingga nilai tambah yang diperoleh relatif kecil. (Suyatno Risza, 1994)

2.2 Varietas Kelapa Sawit

Ada beberapa varietas tanaman kelapa sawit yang telah dikenal. Varietasvarietas itu dapat dibedakan berdasarkan tebal tempurung dan daging buah; atau berdasarkan warna kulit buahnya. Selain varietas-varietas tersebut, ternyata dikenal juga beberapa varietas unggul yang mempunyai beberapa keistimewaan, antara lain mampu menghasilkan produksi yang lebih baik dibandingkan dengan varietas lain.

2.2.1. Pembagian varietas berdasarkan ketebalan tempurung dan daging buah

Berdasarkan ketebalan tempurung dan daging buah, dikenal lima varietas kelapa sawit, yaitu :

Universitas Sumatera Utara

1. Dura

Tempurung cukup tebal antara 2 8 mm dan tidak terdapat lingkaran sabut pada bagian luar tempurung. Daging buah relatif tipis dengan persentase daging buah terhadap buah bervariasi antara 35 50 %. Kernel (daging biji) biasanya besar dengan kandungan minyak yang rendah.

Dari empat pohon induk yang tumbuh di Kebun Raya Bogor, varietas ini kemudian menyebar ketempat lain, antara lain ke Negara Timur Jauh. Dalam persilangan, varietas Dura dipakai sebagai pohon induk betina.

2. Psifera

Ketebalan tempurung sangat tipis, bahkan hampir tidak ada, tetapi daging buahnya tebal. Persentase daging buah terhadap buah cukup tinggi, sedangkan daging biji sangat tipis. Jenis psifera tidak dapat diperbanyak tanpa menyilangkan dengan jenis yang lain . Varietas ini dikenal sebagai tanaman betina yang steril sebab bunga betina gugur pada fase dini. Oleh sebab itu, dalam persilangan dipakai sebagai pohon induk jantan. Penyerbukan silang antara Psifera dengan Dura akan menghasilkan varietas Tenera.

3. Tenera

Varietas ini mempunyai sifat-sifat yang berasal dari kedua induknya, yaitu Dura dan Psifera. Varietas inilah yang banyak ditanam di perkebunan-perkebunan saat ini. Tempurung sudah menipis, ketebalanya berkisar antara 0,5 4 mm, dan terdapat lingkaran serabut di sekelilingnya. Persentase daging buah terhadap buah tinggi,

Universitas Sumatera Utara

antara 60 96 %. Tandan buah yang dihasilkan oleh Tenera lebih banyak dari pada Dura, tetapi ukuran tandannya relatif lebih kecil.

4. Macro carya

Tempurung sangat tebal, sekitar 5 mm, sedang daging buahnya sangat tipis sekali.

5. Diwikka wakka

Varietas ini mempunyai ciri khas dengan adanya dua lapisan daging buah. Diwikka-wakka dapat dibedakan menjadi diwikka-wakkapisifera, diwikka-wakkadura, diwikka-tenera. Dua varietas kelapa sawit yang disebutkan terakhir ini jarang dijumpai dan kurang begitu dikenal di Indonesia.

Perbedaan ketebalan daging buah kelapa sawit meyebabkan perbedaan persentase atau rendemen minyak yang dikandungnya. Rendemen minyak tertinggi terdapat pada variretas Tenera yaitu sekitar 22 24 %, sedangkan pada varietas Dura antar 16 18 %. Jenis kelapa sawit yang diusahakan tentu saja yang mengandung rendemen minyak tinggi sebab minyak sawit merupakan hasil olahan yang utama. Sehingga tidak mengherankan jika lebih banyak perkebunan yang menanam kelapa sawit dari varietas Tenera.

2.2.2. Pembagian varietas berdasarkan warna kulit buah

Ada tiga varietas kelapa sawit yang terkenal berdasarkan perbedaan warna kulitnya. Varietas-varietas tersebut adalah :

Universitas Sumatera Utara

1. Nigrescens

Buah berwarna ungu sampai hitam pada waktu muda dan berubah menjadi jingga kehitam-hitaman pada waktu masak. Varietas ini banyak ditanam di perkebunan.

2. Virescens

Pada waktu muda buahnya berwarna hijau dan ketika masak warna buah berubah menjadi jingga kemerahan, tetapi ujungnya tetap kehijauan. Varietas ini jarang dijumpai di lapangan.

3. Albescens

Pada waktu muda buah berwarna keputih-putihan, sedangkan setelah masak menjadi kekuning-kuningan dan ujungnya berwarna ungu kehitaman. Varietas ini juga jarang.

2.2.3. Varietas unggul

Pada saat ini, telah dikenal beberapa varietas unggul kelapa sawit yang dianjurkan untuk ditanam di perkebunan. Varietas-varieatas unggul tersebut dihasilkan melalui hibridisasi atau persilangan buatan antara varietas Dura sebagai induk betina dengan varietas pisifera sebagai induk jantan. Terbukti dari hasil pengujian yang dilakukan selama bertahun-tahun, bahwa varietas-varietas tersebut mempunyai kualitas dan kuantitas yang lebih baik dibandingkan varietas lainnya. (Tim Penulis, 2000)

Universitas Sumatera Utara

2.3 Minyak Sawit

Seperti minyak yang lain, minyak sawit tersusun dari unsur-unsur C, H dan O. Minyak ini terdiri dari fraksi padat dan fraksi cair dengan perbandingan yang seimbang. Penyusun fraksi padat terdiri dari asam lemak jenuh, antara lain asam miristat (1%), asam palmitat (45%), dan asam stearat. Sedangkan fraksi cair tersusun dari asam lemak tidak jenuh yang terdiri dari asam oleat (39%) dan asam linoleat (11%). Komposisi tersebut ternyata agak berbeda jika dibandingkan dengan minyak inti sawit dan minyak kelapa.

Perbedaan jenis asam lemak penyusunnya dan jumlah rantai asam lemak yang membantu trigliserida dalam minyak sawit dan minyak inti sawit menyebabkan kedua jenis minyak tersebut mempunyai sifat yang berbeda dalam kepadatan. Minyak sawit dalam suhu kamar bersifat setengah padat, sedangkan pada suhu yang sama minyak inti sawit berbentuk cair. ( Tim Penulis, 2000 )

Reaksi molekul pembentukan minyak adalah sebagai berikut :


H H --- C --- OH HOOCR1 H H --- C --- OOCR1 H --- C --- OOCR2 H --- C --- OOCR3 H + 3H2-O

H --- C --- OH + HOOCR2 H --- C --- OH H HOOCR3

Universitas Sumatera Utara

2.3.1 Sifat Fisika Kimia

Sifat fisika kimia minyak kelapa sawit meliputi warna, bau, flavor, kelarutan, titik cair, titik didih, titik pelunakan, slipping, shot melting point; bobot jenis, indeks bias, titik kekeruhan, titik asap, titik nyala dan titik api. Warna minyak ditentukan oleh adanya pigmen yang masih tersisa setelah proses pemucatan, karena asam-asam lemak dan trigliserida tidak berwarna. Warna orange atau kuning disebabkan adanya pigmen karotene yang larut dalam minyak.

Bau dan flavor dalam minyak terdapat secara alami, juga terjadi akibat adanya asam-asam lemak berantai pendek akibat kerusakan minyak. Sedangkan bau khas minyak kelapa sawit ditimbulkan oleh persenyawaan beta ionone.

Tabel 2.1 Sifat Minyak Kelapa Sawit Sebelum dan Sesudah Dimurnikan Sifat Titik cair : awal akhir Bobot jenis 150C Indeks bias D 400C Bilangan penyabunan Bilangan iod Bilangan Reichert Meiss Bilangan Polenske Bilangan Krichner Bilangan Bartya Minyak sawit kasar 21 24 26 - 29 0,859 0,870 36,0 37,5 224 249 14,5 19,0 5,2 6,5 9,7 10,7 0,8 1,2 33 Minyak sawit murni 29,4 40,0 46 49 196 206 46 52 -

2.3.2 Standar Mutu

Standar mutu adalah merupakan hal yang penting untuk mementukan minyak yang bermutu baik. Ada beberapa faktor yang menentukan standar mutu, yaitu

kandungan air dan kotoran dalam minyak, kandungan asam lemak bebas, warna dan bilangan peroksida.

Universitas Sumatera Utara

Faktor lain yang mempengaruhi standar mutu adalah titik cair dan kandungan gliserida, refining loss, plastisitas dan spreadability.

Mutu minyak sawit yang baik mempunyai kadar air kurang dari 0,1 persen , kandungan asam lemak bebas serendah mungkin, bilangan peroksida dibawah 2, bebas dari warna merah dan kuning, tidak berwarna hijau, jernih dan kandungan logam berat serendah mungkin atau bebas dari ion logam. ( Ketaren, 2008 )

2.4 Pengolahan kelapa sawit 2.4.1 Penimbangan

Pengangkutan tandan buah segar (TBS) dari kebun pabrik biasanya dilakukan mengunakan truk dan trailer yang ditarik dengan wheel tractor. Setiap truk atau trailer yang sampai di pabrik harus ditimbang Toledo (timbangan) pada saat berisi (bruto) dan sesudah dibongkar (tarra). Selisih timbangan berisi dan kosong merupakan berat TBS yang akan diolah. (Sunarko, 2007 )

2.4.2 Sortasi Buah

Untuk perhitungan rendemen dan penilaian mutu perlu diketahui keadaan TBS yang masuk kedalam pabrik. Karena itu , perlu dilakukan sortasi. Sortasi dilakukan pada setiap kebun dengan menentukan satu truk yang dianggap mewakili seluruh kebun asal, baik dari kebun sendiri maupun dari kebun pihak ketiga.

Sortasi dilakukan sesuai dengan kriteria panen yang dibagi dalam fraksi sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara

1. Fraksi 0 = sangat mentah 2. Fraksi 1 = mentah 3. Fraksi 2 = matang normal 4. Fraksi 3 = matang normal 5. Fraksi 4 = matang normal 6. Fraksi 5 = terlalu matang 7. Fraksi 6 = terlalu matang 8. Fraksi 7 = tandan kosong

Selain itu, dalam sortasi juga harus dicatat persentase tangkai panjang, banyaknya buah yang jatuh (brondolan), dan kotoran. ( Sunarko, 2007)

2.4.3 Penimbunan Buah (Loading Ramp)

Tandan buah segar yang sudah ditimbang langsung dimasukkan kedalam loading and storage ramp. Setiap bays dari loading ramp dapat menampung TBS sebanyak 8 ton. Di dalam bays, TBS dibersihkan dari pasir dan kotoran lainnya dengan cara menyiram air dari atas. Cara ini dilakukan untuk menjaga mutu dan mengurangi keausan alat-alat pengolahan. Setelah bersih, TBS dimasukkan kedalam lori-lori perebusan berkapasitas 25 ton. ( Sunarko, 2007 )

2.4.4 Stasiun Perebusan (Sterilizer)

Lori-lori yang telah berisi TBS dikirim kestasiun rebusan dengan cara ditarik menggunakan capstand sterilizer. yang digerakkkan oleh motor listrik, hingga memasuki

Universitas Sumatera Utara

Buah beserta isinya kemudian direbus dalam sterilizer. Perebusan dilakukan dengan mengalirkan uap panas selama 1 jam atau tergantung pada besarnya tekanan uap. Pada umumnya, besarnya tekanan uap yang digunakan adalah 2,5 atm dengan suhu uap 1250 C. Perebusan yang terlalu lama dapat menurunkan kadar minyak dan pemucatan kernel. Sebaliknya, perebusan yang terlalu pendek menyebabkan semakin banyak buah yang tidak rontok. ( Tim Penulis, 2007 )

Tujuan Perebusan adalah :

a. Menghentikan perkembangan asam lemak bebas (ALB).

Perkembangan asam lemak bebas terjadai akibat kegiatan enzim yang menghidrolisis minyak. Menghentikan kegiatan enzim tersebut cukup dengan perebusan hingga temperatur 500 C selama beberapa menit. Namun, jika ditinjau dari proses pengolahan selanjutnya, perebusan harus dilakukan dengan temperatur yang tinggi.

b. Memudahkan pelepasan buah dari spiklet.

Untuk melepaskan brondolan dari tandan secara manual, sebenarnya cukup dengan merebus dalam air mendidih. Namun, cara ini tidak memadai. Oleh karenanya, diperlukan uap jenuh bertekanan agar diperoleh temperature yang semestinya di bagian dalam tandan buah.

c. Menurunkan kadar air.

Selama proses perebusan, kadar air dalam buah akan berkurang karena proses penguapan. Dengan berkurangnya air, susunan daging buah berubah.

Universitas Sumatera Utara

Perubahan tersebut memberikan efek positif, yaitu mempermudah pengambilan minyak selama proses pengempaan dan mempermudah pemisahan minyak dari zat nonlemak.

d. Penyempurnaan dalam proses pengolahan inti sawit.

Hal utama yang dihadapi pada proses pengolahan inti sawit yaitu sifat lekat dari inti sawit terhadap cangkangnya. Dengan proses perebusan, kadar air dalam biji akan berkurang sehingga daya lekat inti terhadap cangkangnya berkurang.

Tata cara yang harus dilakukan untuk memperoleh perebusan normal sebagai berikut : 1. 13 menit pemasukan uap pertama dari 0 23 kg/cm2, termasuk menguras udara 2 menit. 2. 2 menit pembuangan uap pertama sampai tekanan menjadi 0. 3. 12 menit pemasukan uap kedua kali sampai tekanan 2,5 kg/cm2. 4. 2 menit pembuangan uap kedua kali sampai tekanan menjadi 0. 5. 13 menit pemasukan uap ketiga kali sampai tekanan 2,8 kg/cm2. 6. 43 menit tekanan uap ditahan pada 2,8 kg/cm2. 7. 5 menit pembuangan akhir uap sampai tekanan menjadi 0. ( Iyung Pahan, 2006 )

2.4.5 Stasiun Pemipilan (stripper)

TBS berikut lori yang telah direbus dikirim ke bagian pemipilan dan dituangkan kedalam alat pemipil (thresher) dengan bantuan hoisting crane atau transfer carriage. Proses pemipilan. Brondolan yang keluar dari dari bagian bawah pemipil dan

Universitas Sumatera Utara

ditampung oleh sebuah srew conveyor untuk dikirim ke bagian digesting dan pressing. Sementara, janjang kosong yang keluar dari bagian belakang pemipil ditampung oleh elevator. (Iyung Pahang, 2006)

Alat pemipil buah berperan untuk memisahkan buah dari tandan yang telah direbus. Buah yang telah direbus menunjukan brondolan yang masih berada diantara bulir, sehingga perlu dikeluarkan. Keberhasilan perebusan jika tidak didukung pemipilan yang baik maka kehilangan minyak yang tinggi. Oleh sebab itu perlu dilakukan pemipilan yang lebih sempurna. (Ponten Naibaho, 1996 )

Alat pemipil yang umum digunakan pada pabrik kelapa sawit ialah berupa tromol pemipil dengan dinding berbentuk silinder berdiameter sekitar 2 m dan panjang 4-5m , dengan kapasitas per unitnya 25-35 ton TBS per jam. Kecepatan putaran dari tromol pemipil harus ditentukan secara tepat untuk mencapai efek pemipilan yang optimal. Tandan yang dipipil tidak boleh hanya berguling saja pada bagian bawah dari dinding, tetapi tetap melekat pada dinding silinder yang sedang berputar. Kecepatan putaran harus sedemikinan rupa sehingga semua tandan berulang kali terangkat setinggi mungkin pada dinding silinder untuk kemudian jatuh. Dengan demikian, akan diperoleh efek pemipilan yang dikehendaki. ( Iyung Pahan, 2006 )

Sudut elevasi teromol dibuat sedemikian rupa sehingga tandan yang ditebah terdahulu tidak bersinggungan dengan tandan yang ditebah berikutnya. Dengan adanya kisi-kisi tersebut diatas, berondolan dan kelopak yang sudah dilepas akan segera dipisahkan dari lingkungan tandan yang sedang ditebah, dengan maksud agar kehilangan minyak sebagai minyak yang terisap dalam tangkai tandan kosong.

Universitas Sumatera Utara

Pada penebahan yang sempurna tidak ada buah yang masih melekat pada tandan kosong. Penebah sekaligus bertindak sebagai pengumpan ke bejana peremas (digester). Muatan bejana peremas (digester) harus dijaga konstan dan tetap penuh. Oleh karena itu kapasitas dan jam kerja penebahan diatur seimbang dengan kapasitas pengempaan.

Kehilangan minyak karena penebahan dapat terjadi dengan penyerapan minyak oleh tangkai tandan kosong, akibat pengumpanan yang tidak teratur sehingga buah bersinggungan dengan TBK. Juga akibat penumpukan tandan yang terlalu banyak diatas tulang pengumpanan, sehingga tandan yang tertindih paling bawah akan terperas minyaknyadan terserap oleh tangkai tandan. ( Mangoensoekarjo, 2003 )

2.4.6 Stasiun Pengadukan (Digester)

Brondolan yang telah terpipil dari stasiun pemipilan diangkut kebagian pengadukan (digester).Tujuan utama dari proses digesting yaitu mempersiapkan daging buah untuk pengempaan (pressing) sehingga minyak dapat dengan mudah dipisakan dari daging buah dengan kerugian yang sekecil-kecilnya. Alat yang digunakan untuk pengadukan berupa sebuah tangki vertikal yang dilengkapi dengan lengan-lengan pencacah dibagian dalamnya. . ( Iyung Pahan, 2006 )

Buah dipanaskan pada suhu yang tinggi sambil diaduk dalam suatu bejana silindris tegak (ketel) selama beberapa waktu sementara dipanaskan pada suhu yang tinggi. Bejana dilengkapi dengan beberapa pasang lengan atau pisau pengaduk sehingga buah yang diaduk di dalamnya menjadi hancur karena diremas akibat gesekan yang timbul diantara massa remasan dengan pengaduk serta dinding ketel.

Universitas Sumatera Utara

Tujuan peremasan adalah meremas buah sehingga daging buah lepas dari biji dan menghancurkan sel-sel yang mengandung minyak, agar minyak dapat diperas sebanyaknya pada pengempaan berikutnya. ( Ponten Naibaho, 1996 )

2.4.7 Pengempaan (Preshing) Pengempaan dilakukan untuk mengambil minyak dari massa adukan buah di dalam mesin pengempaan secara bertahap dengan bantuan pisau-pisau pelempar dari ketel adukan. Minyak yang keluar ditampung di sebuah talang dan dialirkan ke crude oil tank melalui vibrating screen.

Brondolan yang telah mengalami pencacahan dan keluar melalui bagian bawah digester sudah berupa bubur. Hasil cacahan tersebut langsung masuk kedalam pengempaan yang berada persis di bagian bawah digester. Pada pabrik kelapa sawit, umumnya digunakan screw press sebagai alat pengempaan untuk mememisahkan minyak dari daging buah .( Iyung Pahan, 2006 )

2.4.8 Klarifikasi

Minyak yang keluar dari crude oil tank segera diklarifikasi di instalasi-instalasi penjernihan yang tahapannya sebagi berikut.

1. Continous Settling Tank Minyak dalam tank ini masih bercampur dengan sludge (Lumpur, air, dan kotoran lainnya). Di sini, minyak dipisahkan dari sludge berdasarkan perbedaan berat jenis (minyak berada dibagian atas). Minyak bersih dari Continous tank dialirkan ke top oil tank, sedangkan sludge dialirkan ke sludge tank.

Universitas Sumatera Utara

2. Top Oil Tank Top Oil Tank berfungsi untuk mengendapkan kotoran dan sebagai bak penampung sebelum minyak masuk ke oil puriffier. Temperatur pada tank ini mencapai 90-950 Csehingga air menguap. Karena minyak masih mengandung air dan kotoran, maka perlu diolah lagi sampai kadar air dan kotorannya sekecil mungkin.

3. Oil Puriffier Proses ini merupakan pembersihan lanjutan berdasarkan berat jenis dan gayagaya sentrifugal. Dengan gerakan 7.500 putaran per menit, kotoran dan air yang berat jenisnya lebih berat dari pada minyak akan berada di bagian luar. Minyak yang ada di bagian tengah dapat ke luar menuju vacum drier.

4. Vacum Drier Di vacuum drier, minyak diuapkan dengan system pengabutan minyak. Minyak yang sudah bebas air dipompakan ke tangki penimbunan melalui flow meter.

5. Sludge Tank Sludge yang keluar dari continous tank masih mengandung minyak dan diolah lagi untuk diambil minyaknya dengan cara memanaskan hingga mencapai 80-900. Proses ini berlangsung pada sludge tank.

6. Vat Pit Sludge yang keluar dari sludge centrifuge masih mengandung minyak. Sludge ini bersama air pencuci mesin centrifuge dikumpulkan dalam vat pit untuk diambil minyaknya. ( Sunarko, 2007 )

Universitas Sumatera Utara

2.5 Tujuan Pegempaan

Tujuan pengempaan adalah memeras minyak sebanyak mungkin dari massa remasan, sehingga kehilangan minyak sekecil kecilnya. Untuk ini umumnya telah dipakai kempa ulir ganda, karena kempa ulir adalah yang paling sesuai buah Tenera. Di dalam suatu selinder mendatar yang dindingnya berperforasi bekerja dua ulir dengan arah putar yang berlawanan. Pada ujung pengeluaran silinder terdapat suatu konus yang menekan massa ampas kempa yang akan keluar. Tekanannya dapat diatur secara optimalnya. Pengaturan posisi konus dapat dilakukan berdasarkan tekanan dalam kempa atau berdasarkan pemakaian listrik. Dinding silinder secara terus menerus dibilas dengan semprotan air panas. Juga ke dalam massa disemprotkan uap. Kapasitas dapat diatur dengan penyesuaian putaran ulirnya. Makin tinggi tekanan kempa makin rendah kadar minyak dalam ampas kempa, tetapi makin banyak biji yang pecah dalam kempa. Oleh Karena itu pilihan tekanan kempa adalah kompromi antara ke dua hal tersebut. Untuk buah Tenera kompromi tersebut tercapai pada tingkat kehilangan minyak 7,5 % terhadap zat kering.

Untuk buah Dura kehilangan ini akan lebih tinggi lagi, karena angka perbandingan biji dengan bagian serabut jauh lebih tinggi, sehingga kemungkinan biji bersinggungan satu sama lain dalam kempa menjadi lebih besar. Dengan demikian minyak yang terperangkap diantara celah biji biji, sehingga tidak terkuras ke luar dari kempa, akan lebih banyak. Selain hampir tidak menerima gaya kempa, sehingga minyak yang tersisa dalam serabut karena tidak terperas habis akan lebih banyak pula. Menurut pengalaman, kempa ulir cocok untuk TBS yang mempunyai perbandingan biji dengan daging buah sebesar 25:75 atau lebih.

Universitas Sumatera Utara

Korelasi antara kehilangan minyak dalam ampas kempa dan persentasi biji pecah terhadap jumlah biji tergantung pada banyak faktor. Untuk kempa tertentu (buatan atau bentuk rancangan ulir tertentu) akan diperoleh persentasi biji pecah tertentu untuk kehilangan minyak tertentu, sepeti yang tertulis dalam tabel berikut :

Tabel 2.2 Persentasi Kehilangan Minyak dan Biji Pecah % minyak terhadap zat kering dalam ampas kempa 9,0 8,0 7,0 6,5 % biji pecah terhadap jumlah biji 5 10 8 16 16 30 24 40

Sehubungan dengan ini terdapat hubungan yang jelas antara komposisi ampas kempa, gaya atau torque (posisi konus), kehilangan minyak dalam serabut, tebal cangkang, dan persentasi biji pecah.

Secara umum dapat dikatakan sebagi berikut: a. Pada torque konstan, jumlah biji pecah bertambah menurut persentasi biji dalam ampas kempa.

b. Pada komposisi buah konstan kehilangan minyak dalam serabut berkurang menurut meningkat. pertambahan torque, dan pada waktu sama jumlah biji pecah

c. Pada torque konstan jumlah biji pecah bertambah menurut persentasi inti terhadap biji (cangkang lebih tipis).

Universitas Sumatera Utara

d. Pada pengumpanan yang kurang, sehingga kapasitas terlalu rendah dibandingkan dengan putaran ulir, biji pecah meningkat.

Ada beberapa tipe kempa ulir, namun prinsip kerjanya adalah sama, dengan kapasitas normal 10 atau 15 ton TBS/jam. Bahkan ada kempa yang mampu bekerja dengan kapasitas berubah ubah antara 6 20 ton TBS/ jam tergantung pada keadaan, dengan mengatur putaran sumbu utama. ( Mangoensoekarjo, 2003 )

2.6 Faktor yang mempengaruhi efisiensi ekstraksi

a. Tipe screw press

Terdapat tiga tipe Screw Press yang umum digunakan dalam PKS yaitu Speichim, Usine de Wecker dan Stork. Ketiga jenis alat ini mempunyai pengaruh yang berbeda beda terhadap efisiensi pengempaan. Alat kempa Speichim memiliki feed screw, sehingga kontinuitas dan jumlah bahan yang masuk konstan dibandingkan dengan adonan masuk berdasarkan grafitasi. Kontinuitas adonan yang masuk ke dalam screw press mempengaruhi volume wornm yang paralel dengan penekan ampas, jika kosong maka tekanan akan kurang dan oil losses dalam ampas akan tinggi. Melihat kondisi ini beberapa pabrik pembuat screw press menggunakan fed screw, karena disamping pengisisan yang effektif juga melakukan pengempaan pendahuluan dengan tekanan rendah sehingga minyak keluar. Hal ini akan membantu daya kerja dari screw press, karena kandungan minyak telah berkurang yang sering mengganggu dalam pengepresan yaitu membuat kenaikan bahan padatan bukan minyak dalam cairan.

Universitas Sumatera Utara

Pengguna feed screw akan menimbulkan pertambahan investasi dan biaya perawatan yang lebih besar. Oleh sebab itu dalam pengoperasiannya perlu dilakukan perhatian yang lebih insentif.

Type Stork memproduksikan alat press yang terdiri dari alat yang menggunakan feed screw dan tanpa feed screw. Sedangkan Usine de Wecker tidak dilengkapi dengan feed screw.

Screw press terdiri dari single shaft dan double shaft yang memiliki kemampuan press yang berbeda beda, dimana alat press yang double shaft umumnya kapasitasnya lebih tinggi dari single shaft

b. Tekanan kerja screw press

Pengerak as screw press dilakukan dengan elektromotor yang dipindahkan dengan belt, gigi dan hydraulic. Power yang diperlukan menggerakan alat screw adalah 19-21 KWH dengan putaran shaft 12-14 rpm. Efektifitas tekanan ini tergantung pada tahanan lawan pada adjusting cone. Tekanan pada hydroulic cone yang sesuai untuk Single Stage Pressing diberikan tekanan pada tahap awal 40-50 bar dan pada Double pressing menggunakan tekanan pertama 30-35 bar dan pada pengempaan kedua tekanan 40-50 bar.

Untuk menurunkan kadar minyak dalam ampas tekanan lawan dinaikan dengan mengatur cone, hal ini akan menyebabkan efek samping yaitu ditemukan persentasi biji pecah yang tinggi dan dapat mempercepat kerusakan screw press, bahkan dapat menyebabkan kebakaran electromotor screw press. Tekanan kerja cone yang rendah akan menghasilkan ampas dengan kadar minyak yang tinggi dengan

Universitas Sumatera Utara

sedikit jumlah biji pecah sudah berkurang. Oleh sebab itu pengoperasian screw press hendaknya dipertimbangkan keuntungan dan kerugian yang diakibatkannya.

Kerusakan cone yang terjadi di pabrik sering dibiarkan begitu saja tanpa di perbaiki, dengan melakukan pengaturan pada panel board yang mengatur amper yang masuk, hal ini sudah bertentangan dengan prinsip kerja alat continuos pressing dan berakibat pada kerusakan elekromotor yang cepat.

Tekanan yang terlalu bervariasi akan mengakibatkan pengaruh negatif terhadap proses pengempaan dan terhadap alat kempa. Adjust yang dilakukan pada electromotor dan cone yang secara terpisah tidak dapat mempertahankan tekanan yang stabil. Untuk menstabilkan tekanan kerja dan tekanan lawan pada screw press dilakukan dengan cara menggati geardrive dengan hydraulic transmissi sehingga ganjalan ganjalan yang terdapat dalam screw press yang disebabkan ketidaksamaan bahan baku dapat diatur secara automatic. Alat ini sudah banyak dikembangkan pada screw press. Keuntungan dari alatini ialah dapat mengatur sendiri tekanan tertinggi dan tekanan terendah dalam screw press, serta dapat diatur arah putaran screw sehingga cake yang berbeda dalam cylinder press dapat dikeluarkan.

Tujuan untuk menstabilkan tekanan presan adalah :

a. Memperkecil kehilangan minyak dalam ampas, dengan meratanya adonan masuk kedalam screw press yang diimbangi dengan tekanan stabil maka ekstrasi minyak akan lebih sempurna, dengan demikian kehilangan minyak akan lebih rendah.

Universitas Sumatera Utara

b. Menurunkan jumlah biji pecah. Semakin tinggi variasi tekanan dalam screw press maka jumlah biji pecah semkin tinggi.

c. Memperpanjang umur teknis. Umur teknis alat seperti crew, cylinder press dan elektromotor lebih tahan lama karena kurangnya goncangan elektrik dan mekanis.

Untuk menstabilkan tekanan pressan maka dilakukan suatu sistem interlocking antara power penggerak screw dengan hydraulic cone. Dengan cara ini satu dengan lainnya saling mengurangi lonjakan lonjakan tekanan baik keadaan adonan maupun akibat perobahan tekanan arus listrik.

c. Air pengencer

Air pengencer yang diberikan pada alat screw press tergantung pada jenis alat. Pemberian air pengencer dilakukan dengan cara menyiram cake dalam pressan dari atas bagian tengah dan atau di chute screw press. Jumlah air pengecer yang diberikan tergantung pada suhu air pengencer, semakin tinggi suhu air pengencer maka jumlah air yang diberikan semakin sedikit. Pemberian air pengencer yang terlalu banyak dapat berakibat terhadap :

a. Kandungan air cake

Kandungan air cake yang tinggi dapat menyebabkan proses : i. Pemecahan cake yang lebih sulit dalam cake breaker converyor (CBC). Hal ini sering menyebabkan beban CBC yang terlalu berat. ii. Semakin tinggi kandungan air ampas maka kalor bakarnya akan semakin menurun yang dapat memperkecil kapasitas dan efesiensi boiler.

Universitas Sumatera Utara

iii. Pemeraman biji yang berkadar air tinggi dalam silo biji akan lebih dan dapat menyebabkan penurunan efesiensi ekstrasi bij yang lebih rendah. b. Penurunan kapasitas screw press akibat bertambahnya kandungan air dan kecepatan gerak cake dalam worm.

Jumlah air pengencer yang diberikan, menurut hasil percobaan pada beberapa alat screw press yaitu 50-75% terhadap kandungan minyak dalam adonan tersebut, misalnya jika rendeman minyak 22% dengan kapasitas screw press 10 ton TBS/jam maka air yang disemprotkan sebagai air pengencer sebanyak 1,1 1,65 M3.

Suhu air yang terdapat pada hot water tank tidak tercapai, maka dilakukan pemberian steam langsung kedalam screw press. Cara ini tidak dibenarkan, karena terjadi kerusakan mutu minyak yakni derajat bleachability yang jelek yang dapat diketahui dari nilai DOBI yang menurun. Oleh sebab itu disarankan agar pemakaian steam langsung dihindarkan sedangkan kekurangan panas dapat diatasi dengan melakukan pengawasan terhadap pemanasan air dalam hot water tank. ( Ponten Naibaho, 1996 )

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai