Anda di halaman 1dari 40

Warta DPRD NGADA

http://dprdngadantt.blogspot.com

Kritis, Aspiratif, Responsif


Edisi 2, April - Juni 2011

DPRD Ngada Tetapkan Lima Buah Perda


Rapat Lintas Komisi Bersama Pemerintah

Suara Redaksi
Pembaca yang budiman, elamat bersua kembali dengan Buletin Warta DPRD Ngada. Kami hadir kembali di tangan Pembaca sekalian untuk menyampaikan aneka informasi dan berbagai kegiatan yang teradi di Lembaga DPRD Kabupaten Ngada selama kurun waktu tiga bulan terakhir. Kami memohon maaf, karena kami sedikit terlambat menyapa Pembaca sekalian melalui edisi kedua ini. Tanpa bermaksud apa pun, kami berpikir lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali. Dalam edisi kedua, kami menyuguhkan tema utama: DPRD Ngada Tetapkan Lima Buah Perda. Penetapan Peraturan Daerah merupakan salah satu tugas konstitusional lembaga dewan baik di level pusat maupun daerah. Guna menjalankan tugas konstitusional inilah, DPRD Ngada bersama Pemerintah Kabupaten Ngada melakukan pembahasan dan penetapan Lima Buah Peraturan Daerah Kabupaten Ngada pada bulan April sampai dengan bulan Juni kemarin. Selain menyuguhkan sajian utama di atas, kami juga menyajikan aneka berita terkait kegiatan yang dilakukan Pimpinan dan segenap Anggota DPRD Kabupaten Ngada. Salah satu kegiatan yang menarik adalah Rapat kerja lintas komisi terkait masalah di bidang kesehatan, RSUD Bajawa dan masalah di Bidang Pendidikan. Tidak ketinggalan kami sajikan juga aksi damai yang dilakukan oleh masyarakat Ngada ke lembaga DPRD Ngada dan Pemerintah yang menyuarakan aspirasi mereka terkait dengan persoalan yang mereka alami dalam keseharian hidup di tengah masyarakat. Kami menyadari, masih banyak hal dalam sajian kami yang mungkin tidak sesuai harapan dan keinginan Pembaca sekalian. Untuk itu, kritik dan saran yang membangun demi terciptanya komunikasi yang efektif di antara Pembaca dan lembaga dewan sebagai wakil rakyat, sangat kami nantikan. Akhirnya selamat menikmati sajian kami.

Warta DPRD Ngada


Hubungi: Sekretariat DPRD Kabupaten Ngada Telp. (0384) 21622 Email:dprdngada@yahoo.com Atau Contact Person: 081237704214 (Klitus) 085238480454 (Ivon)

PELINDUNG/PENASIHAT: PimpinanDPRD Kabupaten Ngada PENANGGUNGJAWAB UMUM: Sekretaris Dewan PEMIMPIN REDAKSI: Kabag Humas Sekretariat DPRD Kabupaten Ngada REDAKTUR PELAKSANA: Klitus Ngael Carly Siwemole Pice Soro REDAKSI: Emmy R Albert Noo Corry Djawa Ansel Mere Vivi Doi Maria G. Mona DESIGN/LAYOUT: Klitus Ngael VIGNET/KARIKATUR: Carly Siwemole DISTRIBUTOR: Ivon Djangga PERCETAKAN: CV. Karya Guna, Kupang (0380) 821493

Redaksi

DAFTAR ISI
Warta Utama ................................................................................... 6 Berita DPRD .................................................................................. 13 Alat Kelengkapan DPRD Ngada .................................................... 19 Obituari (In Memoriam Ibu Yasintha Dopo, S.Pd) ........................ 22 Opini (Nurhayati: Jangan Sampai Ke Daerah) .............................. 37 Lensa DPRD Ngada ....................................................................... 39

Warta DPRD Ngada, Edisi 2, April - Juni 2011

Dari Meja Ketua

ulan April sampai dengan Mei 2011 menjadi bulan yang cukup sibuk di lembaga DPRD Kabupaten Ngada. Betapa tidak. Dalam dua bulan ini, anggota dewan terhormat bersama pemerintah menggodok 6 (enam) buah Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten N g a d a Ta h u n 2 0 11 u n t u k ditetapkan menjadi Peraturan Daerah. Sebelumnya lembaga dewan juga telah menetapkan Program Legislasi Daerah (Prolegda) Kabupaten Ngada. Prolegda adalah suatu program perencanaan penyusunan peraturan perundangundangan daerah yang terdiri dari Peraturan Daerah yang didasarkan atas usul pemerintah daerah atau Dewan Perwakilan Daerah (DPRD). PROLEGDA disusun berdasarkan urgensi dan prioritas dengan fungsi memelihara ketertiban, kepastian dan keterpaduan dalam urutan peraturan perundang-undangan daerah. Ruang lingkup penyusunan program legislasi daerah meliputi penyusunan rencana pembentukan peraturan perundang-undangan daerah Kabupaten Ngada berdasarkan usulan-usulan dari Dinas-Dinas Daerah dan Lembaga Teknis Daerah dan usul inisiatif DPRD. Pertanyaannya adalah sejauhmana urgensitas Prolegda di suatu daerah? Prolegda menjadi sangat penting dan strategis sebab ia menjadi kompas pengatur arah dan alur pembentukan peraturan perundang-undangan di tingkat daerah. Berpegang pada prolegda yang ada, kita mulai menata rencana penetapan Ranperda-Ranperda yang hendak kita tetapkan di tahun-tahun mendatang. Khusus di tahun 2011, DPRD Ngada telah merencanakan secara jelas agenda pembahasan Ranperda Kabupaten Ngada. Dan dalam masa sidang pertama ini, dewan telah menetapkan 5 (lima) buah Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Ngada menjadi Peraturan Daerah Kabupaten Ngada dari 6 (enam) buah Ranperda yang direncanakan. Peraturan Daerah (Perda) adalah payung hukum bagi pelaksanaan kebijakan pemerintah dalam menjalankan program-program pembangunan daerah. Jika demikian, maka sesungguhnya payung hukum ini mesti bermuara terciptanya ketertiban umum, keselarasan hidup bermasyarakat dan terproteksinya hak-hak pribadi setiap warga negara. Peraturan Daerah tidak dibuat untuk sekedar

memenuhi target pembentukan Perda di suatu daerah, tetapi didasari oleh kebutuhan dan fungsi strategis perda itu sendiri; yaitu: Pertama, sebagai instrumen kebijakan untuk melaksanakan otonomi daerah dan tugas pembantuan sebagaimana diamanatkan dalam UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan Undang-Undang tentang Pemerintahan Daerah. Kedua, Perda merupakan peraturan pelaksanaan dari Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi. Dalam fungsi ini, Peraturan Daerah tunduk pada ketentuan hierarki Peraturan Perundangundangan. Dengan demikian Peraturan Daerah tidak boleh bertentangan dengan Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi. Ketiga, sebagai penampung kekhususan dan keragaman daerah serta penyalur aspirasi masyarakat di daerah, namun dalam pengaturannya tetap dalam koridor Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Keempat, sebagai alat pembangunan dalam meningkatkan kesejahteraan daerah. Atas nama Pimpinan dan seluruh anggota DPRD Kabupaten Ngada, saya menyampaikan apresiasi yang tinggi kepada Pemerintah Kabupaten Ngada dan Badan Legislasi DPRD Kabupaten Ngada yang telah bekerja keras dan bekerja cerdas, mencurahkan segala tenaga, waktu, pikiran dan perasaan selama proses diskusi dialektis ketika secara bersama-sama dalam semangat kemitraan membahas Ranperda-Ranperda ini. Terima kasih juga kepada seluruh masyarakat Ngada yang telah memberikan masukan, umpan balik, kritik dan saran atas Ranperda-Ranperda ini selama masa konsultasi publik sebelum ditetapkan menjadi Perda. Kita semua berharap agar Perda-Perda yang telah ditetapkan ini sungguh-sungguh menjadi payung hukum bagi setiap warga masyarakat Ngada.

Bajawa, Juni 2011 Pimpinan DPRD Kabupaten Ngada, Kristoforus Loko, S. Fil Ketua

Warta DPRD Ngada, Edisi 2, April - Juni 2011

Editorial

Prolegda: Sebuah Keniscayaan


udah sejak jaman dahulu manusia sebenarnya telah mengenal hukumhukum bermasyarakat, walau tidak tertulis. Di jaman Yunani Kuno telah ada k esepakatan-kesepakatan bersama yang ditetapkan oleh warga 'polis' atau negara kota yang menjamin adanya keadilan dan kesamaan hak bagi semua warga 'polis'. Keadilan bagi semua adalah titik pijak lahirnya pengetahuan filsafat hukum, yang peletakannya sebatas pada "polis" atau negara kota. Dan ide dasar ini kemudian berkembang sampai pada saat dunia moderen sekarang ini yang kemudian membentuk aturanaturan hidup bermasyarakat dalam bentuk undang-undang, peraturan-peraturan dan produk hukum lainnya demi menjamin kehidupan bermasyarakat. Kita tidak bisa membayangkan bagaimana jadinya kalau kehidupan bermasyarakat kita tidak diatur atau ditata dengan kaidah-kaidah hukum tertentu yang berlaku bagi masyarakat itu sendiri. Sejatinya, undang-undang pada sebuah negara ataupun aturan turunannya adalah ikhtiar untuk memberi keadilan dan kenyamanan hidup bermasyarakat, sehingga masyarakat tidak terjebak dalam pemikiran Thomas Hobbes: Homo hommini lupus: manusia adalah serigala bagi yang lain. Dengan dasar pemikiran ini, kita akhirnya memahami mengapa perlu ada peraturanperaturan di level daerah. Pada intinya, setiap peraturan daerah yang ditetapkan bertujuan untuk mengatur dan menata kehidupan bermasyarakat di daerah, sesuai dengan kondisi dan situasi faktual suatu daerah. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Otonomi Daerah telah memberikan kewenangan yang cukup luas kepada daerah untuk melakukan hal ini. Namun salah satu faktor penting yang seharusnya diperhatikan dalam merencanakan, menyusun dan menetapkan sebuah peraturan di level daerah adalah bahwa peraturan yang akan ditetapkan itu harus melalui sebuah program yang terencana secara sistematis. Inilah yang sering disebut dengan Program Legislasi Daerah. Jujur diakui bahwa banyak perda atau legislasi daerah yang ditetapkan selama ini cenderung masih jarang didasarkan pada Program Legislasi Daerah. Akibatnya, tentu saja produk hukum

daerah yang dihasilkan kurang terintegrasi dengan bidang-bidang pembangunan lainnya. Bahkan, tidak jarang terjadi beberapa perda tumpang tindih dan tidak sesuai dengan norma maupun azas-azas pembentukannya, perda yang tidak dapat dilaksanakan dan tidak dapat dioperasionalkan, perda yang tidak memiliki kepekaan sosial yang kesemuanya biasa disebut sebagai Perda bermasalah atau perda mati suri. Salah satu indikator terciptanya good governance pada tataran lokal adalah ditetapkannya sejumlah regulasi daerah yang dapat menciptakan multiplier effect. Secara normatif, Pasal 1 angka 10 UU No. 10/2004 menegaskan bahwa Pembentukan Peraturan Perundang-undangan pada dasarnya merupakan sebuah proses sistemik yang prosesnya dimulai dari perencanaan, persiapan, teknik penyusunan, perumusan, pembahasan, pengesahan, pengundangan dan penyebarluasan. Bertolak dari pengertian tersebut, maka perencanaan merupakan tahap yang paling krusial dan urgen yang harus diperhatikan dalam setiap pembentukan produk hukum di daerah. Dengan demikian, paling tidak terdapat empat alasan mengapa pembentukan produk hukum daerah perlu didasarkan pada Prolegda: Pertama, agar pembentukan Perda berdasar pada skala prioritas sesuai dengan perkembangan kebutuhan hukum masyarakat. Kedua, agar Perda sinkron secara vertikal dan horisontal dengan Peraturan Perundang-undangan lainnya. Ketiga, agar pembentukan Perda dapat terkoordinasi, terarah, dan terpadu yang disusun bersama antara DPRD dan Pemerintah Daerah. Keempat, agar produk hukum daerah tetap berada dalam kesatuan sistem hukum nasional. Selain itu, terdapat beberapa alasan mengapa Prolegda diperlukan dalam perencanaan pembentukan produk hukum daerah, antara lain: Pertama, untuk memberikan gambaran objektif tentang kondisi umum mengenai permasalahan pembentukan perda. Kedua, untuk menentukan skala prioritas penyusunan Ranperda skala jangka panjang, menengah atau jangka pendek. Ketiga, untuk menyelenggarakan sinergi antara lembaga yang berwenang membentuk perda dan untuk mempercepat proses pembentukan Perda dengan

Warta DPRD Ngada, Edisi 2, April - Juni 2011

Editorial
fokus skala prioritas yang ditetapkan maupun
menjadi sarana pengendali kegiatan pembangunan bidang hukum. Sekiranya, pilar-pilar sinergitas yang dikemukakan di atas dapat diusung pada ranah aplikatif di daerah, maka trend negatif yang muncul sebagai akibat perumusan yang asal jadi, sudah dapat dieleminir sedini mungkin. Trend negatif itu antara lain: pertama, Penyusunan Ranperda tanpa perencanaan yang jelas dan sering kali tidak terkait dengan RPJM/Renstra SKPD. Kedua, DPRD dan SKPD kesulitan untuk mengusulkan yang sesungguhnya dibutuhkan karena tidak adanya acuan. Ketiga, Pengusulan Ranperda oleh SKPD seringkali tanpa melalui kajian yang mendalam karena tidak diagendakan dalam program/kegiatan SKPD. Keempat, Kesulitan dalam proses penyusunan perda, misalnya dalam hal penganggaran, evaluasi atau pengkajian dan penyusunan naskah akademik. Kelima, Kurang mampu menjaring partisipasi dan mengakomodir kepentingan publik. Prolegda memiliki kedudukan yang sangat penting, dalam proses pembentukan produk hukum di daerah karena menjadi rujukan secara sistemik dalam setiap perencanaan pembentukan Ranperda yang diharapkan memuara pada keyakinan untuk dapat menekan berbagai masalah dalam pembentukan Perda, seperti: kesulitan dalam proses penganggaran, evaluasi/pengkajian atau dalam penyusunan naskah akademik maupun munculnya perda yang tumpang tindih dan tidak dapat dilaksanakan dengan baik. Setelah berbagai argumen dan penganalogian hukum secara gamblang dikemukakan sebagai sebuah pendekatan sistem, maka pertanyaannya terpulang kepada eksekutor kebijakan produk hukum di daerah: apakah masih ada oknum yang merasa tidak bersalah secara moril ketika persoalan pembangunan hukum menjadi bahan olok-olok berbagai pihak, hanya karena kita tidak bersedia menerima perbedaan? Klitus Ngael.

Bung Centil
Riung Harmonis mendesak Pemerintah segera selesaikan tapal batas Ngada-Manggarai Timur. Urusan yang tidak pernah terurus. Komisi A dan C DPRD Ngada mempertanyakan kinerja dan pelayanan RSUD Bajawa yang dinilai sangat tidak bagus. Jangan-jangan masih sibuk mengurus pengurus. Mutasi Jabatan pada Pemda Ngada sudah berdasarkan hasil godok Baperjakat. Asalkan jangan ibarat bermain catur: zigzag seperti kuda, meluncur seperti looper.

Warta DPRD Ngada, Edisi 2, April - Juni 2011

Warta Utama

Pembahasan dan Penetapan Perda Kabupaten Ngada Tahun 2011

Ketua Badan Legislasi DPRD Kabupaten Ngada bersama Ketua DPRD Ngada ketika membahas Ranperda-Ranperda Kabupaten Ngada. Dari Kiri ke Kanan: Lalu Paskalis, SH, (Wakil Baleg), Kristo Loko, S.Fil (Ketua DPRD Ngada), Yulius H. Kila Moi, S.Sos (Ketua Baleg) dan Todius Y. Tuba Lobo (Sekretaris Baleg). Foto: Humas DPRD Ngada.

idang Khusus DPRD Kabupaten Ngada Tahun 2011 dalam rangka Pembahasan 5 (lima) Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Ngada dan 2 (dua) Rancangan Peraturan DPRD Kabupaten Ngada dilaksanakan sejak Jumad 15 April 2011 dan berakhir Selasa, 7 Juni 2011. Sidang khusus tersebut diikuti oleh seluruh anggota DPRD Kabupaten Ngada dengan tingkat kehadrian bervariasi, paling rendah 22 orang dan paling tinggi 28 orang. Dari unsur eksekutif, hadir Bupati Ngada, Wakil

Bupati, Sekretaris Daerah, para Asisten, Para Staf Ahli Bupati dan para Pimpinan Organisasi Perangkat Daerah se-Kabupaten Ngada. Agenda sidang khusus kali ini membahas Rancangan Peraturan D aer ah K ab u p aten N g ad a tentang: Investasi Pemerintah Daerah, Penyertaan Modal Daerah pada Perseroan Terbatas Bank Nusa Tenggara Timur, Pemberian Izin Usaha Jasa Konstruksi, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Ngada Tahun 2010-2016 dan Perubahan Atas

Peraturan Daerah Kabupaten Ngada Nomor 6 Tahun 2006 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Tahun 2006-2026. Selain itu juga dibahas tentang Peraturan DPRD Kabupaten Ngada tentang Kode Etik DPRD Kabupaten Ngada dan Tata Beracara Badan kehormatan DPRD Kabupaten Ngada. Sekretaris DPRD Kabupaten Ngada, Ibu Dula Agnes, SH dalam laporannya mengemukakan bahwa pelaksanaan sidang khusus terdiri dari 6 kali Rapat Paripurna, 10

Warta DPRD Ngada, Edisi 2, April - Juni 2011

Warta Utama
hari Rapat Badan Legislasi, 1 kali Rapat Badan Anggaran, 3 hari konsultasi Publik di 9 kecamatan dan 1 kali rapat asistensi tingkat Propinsi NTT di Kupang. Uji Publik Sebelum ditetapkan menjadi Peraturan Daerah, lima buah Ranperda tersebut di atas disosialisasikan kepada publik melalui kegiatan konsultasi publik. Tim Badan Legislasi DPRD bersama pemerintah dibagi menjadi tiga tim untuk menjangkau 9 kecamatan seKabupaten Ngada. Antusiasme masyarakat terkait lima buah Ranperda yang disosialisasikan umumnya cukup tinggi. Hal ini tampak dari berbagai pertanyaan dan masukan positif selama kegiatan konsultasi publik. Umumnya masyarakat menyetujui agar Ranperda-Ranperda ini ditetapkan menjadi Peraturan Daerah Kabupaten Ngada. Namun masyarakat tetap memberikan beberapa catatan kritis dan masukan penting bagi penyempurnaan RanperdaRanperda yang hendak dibahas dan ditetapkan menjadi Perda. Beberapa catatan berikut mencoba menggambarkan berbagai dinamika yang terjadi selama proses konsultasi publik atas lima Ranperda tersebut. Pertama, terkait dengan Ranperda Investasi Daerah dan Penyertaan Modal ke Bank NTT. Masyarakat berharap agar bantuan-bantuan Pemda yang sifatnya hibah kepada kelompok masyarakat harus diikuti dengan pendampingan secara kontinu dan dilakukan evaluasi rutin. Demikian juga terkait penyerataan modal, kepada Bank NTT, disarankan agar perlu ada pengawalan terhadap program ini sehingga modal tersebut optimal dan bermanfaat bagi masyarakat. Selain itu, perlu dipikirkan langkah apa yang akan diambil pemerintah jika suatu saat Bank NTT mengalami situasi pailit. Kedua, Ranperda tentang RPJMD dan RPJPD Kabupaten Ngada. Masyarakat banyak menyoroti tentang Program Perak yang saat ini menjadi program unggulan Pemerintah Kabupaten Ngada. Masyarakat berharap agar perlu ditetapkan perda tentang kriteria rumah tangga miskin atau KK Miskin untuk menjadi acuan bagi Kabupaten Ngada untuk menentukan sasaran-sasaran lebih lanjut. Masyarakat juga

Warta DPRD Ngada, Edisi 2, April - Juni 2011

Warta Utama
mempertanyakan model dari program Perak, apakah pola hibah atau bergulir? Selain itu, perlu dirumuskan lebih kongkrit aspek manajerial dari program perak yang sifatnya bersyarat atau permanen. Masyarakat berharap Program Perak tidak sekedar menjadi komoditi tertentu tetapi harus berkembang diberbagai kegiatan perekonomian kerakyatan. Selain program Perak, masalah lain yang disoroti adalah tentang pembangunan pendidikan di Kabupaten Ngada. Peran serta masyarakat dalam pendidikan harus dimunculkan dalam rancangan RPJMD. Program pendidikan bagi anak-anak yang berprestasi, khususnya dari keluarga tidak mampu hendaknya menjadi prioritas Pemerintah dalam program pembangunan pendidikan di Kabupaten Ngada. Selain itu, beasiswa kedokteran diharapkan dapat diberikan kepada anak-anak yang berprestasi karena sangat dibutuhkan di Kabupaten Ngada. Namun masyarakat juga menilai bahwa pelaksanaan kegiatan

Bapak Lalu Paskalis, SH bersama rekan-rekan anggota Dewan yang lain menyimak dengan serius penyampaian Rancangan Peraturan Daerah yang disiapkan oleh Pemerintah.
Foto: Humas DPRD Ngada.

konsultasi publik atas RanperdaRanperda yang hendak ditetapkan menjadi Perda Kabupaten Ngada terkesan sedikit 'tergesa-gesa'. Pasalnya, alokasi waktu yang diberikan untuk konsultasi publik sangat terbatas, sementara materi yang hendak didiskusikan kepada publik sangat penting dan mendasar. Hal ini pun diakui oleh Tim Konsultasi Publik. Lalu Paskalis,

SH dari Badan Legislasi DPRD Ngada. Menurut Paskalis, salah satu kekurangan dari keseluruhan pembahasan Ranperda-Ranperda ini adalah keterbatasan waktu pembahasan. Walau begitu, demikian Paskalis, prosedur pembahasan tahun ini lebih baik dari tahun sebelumnya, karena pada tahun ini DPRD Ngada sudah menetapkan Program Legislasi Daerah (Prolegda) yang menjadi acuan dalam menetapkan Perda-Perda dalam satu tahun. Dengan itu kerja kita nanti terukur. Dalam setahun ada sekian Ranperda yang akan dibahas. Dengan itu pemerintah maupun legislatif mempersiapkan diri untuk membahas dengan limit waktu yang ditentukan. Selain itu, anggota legislatif juga didorong untuk mendalami filosofi dari perda yang mau dihasilkan, tegas Paskalis. Politisi Partai Golkar ini pun memberi catatan kritis tentang perjalanan pembahasan Ranperda-Ranperda yang ada. Menurutnya, Ranperda yang

Para Pimpinan dan Staf OPD Kabupaten Ngada turut serius mengikuti rangkaian pembahsan Ranperda-Ranperda Kabupaten Ngada di ruang rapat DPRD Kabupaten Ngada.
Foto: Humas DPRD Ngada.

Warta DPRD Ngada, Edisi 2, April - Juni 2011

Warta Utama
paling krusial dibahas adalah Ranperda RPJMD dan RPJPD, sebab sangat menentukan nasib Ngada 20 tahun ke depan dan 5 tahun ke depan. Ranperda RPJMD dan RPJPD menjadi bingkai bagi kegiatan pembangunan Ngada ke depan. Kita memiliki keterbatasan waktu terutama karena kita harus menghubungkan setiap Renstra OPD. Pengamatan saya kemarin, Renstra OPD itu belum terlalu menukik, data masih sangat terbatas dan hanya memenuhi persyaratan formal saja. Kita mengharapkan setelah RPJMD dan RPJPD itu ditetapkan, renstra-renstra OPD harus didiskusikan lagi karena Renstra itulah yang akan menjadi acuan dalam pembahasan dan penyusunan APBD di tahuntahun mendatang, demikian Paskalis. Bagaimanapun, lima buah Ranperda telah ditetapkan menjadi Peraturan Daerah Kabupaten Ngada Tahun 2011. Lima buah Perda itu adalah Peraturan Daerah Kabupaten Ngada Nomor 1 Tahun 2011 tentang Investasi Pemerintah Daerah; Peraturan Daerah Kabupaten Ngada Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penyertaan Modal Daerah pada Perseroan Terbatas Bank Nusa Tenggara Ti m u r ; P e r a t u r a n D a e r a h Kabupaten Ngada Nomor 3 Tahun 2011 tentang Izin Usaha Jasa Konstruksi; Peraturan Daerah Kabupaten Ngada Nomor 4 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Ngada Nomor 6 Tahun 2006 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Tahun 2006-2026; Peraturan Daerah Kabupaten Ngada Nomor 5 Tahun 2011 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Ngada Tahun 20102015. Selain itu, dua buah Peraturan DPRD Kabupaten Ngada juga telah ditetapkan yakni Peraturan DPRD Kabupaten Ngada Nomor 1 Tahun 2011 tentang Kode Etik DPRD Kabupaten Ngada dan Peraturan DPRD Kabupaten Ngada Nomor 2 Tahun 2011 tentang Tata Beracara Badan Kehormatan DPRD Kabupaten Ngada.***

Bupati Ngada, Marianus Sae, menerima Rancangan Peraturan Daerah dari Pimpinan DPRD Kabupaten Ngada untuk ditetapkan menjadi Peraturan Daerah Kabupaten Ngada dalam Rapat Khusus Penetapan Peraturan Daerah Kabupaten Ngada tanggal 7 Juni 2011 yang lalu.
Foto: Humas DPRD Ngada.

Warta DPRD Ngada, Edisi 2, April - Juni 2011

Warta Utama

Peraturan Daerah tentang IUJK


erdasarkan ketentuan Pasal 10 UndangUndang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi dinyatakan bahwa Pemerintah harus mengatur tata cara penyelenggaraan perizinan usaha, klasifikasi usaha, kualifikasi usaha, serta sertifikasi keterampilan dan sertifikasi keahlian kerja jasa konstruksi. Bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 14 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2000 tentang Usaha dan Peran Masyarakat Jasa Konstruksi, badan usaha nasional yang menyelenggarakan usaha jasa

konstruksi wajib memiliki izin usaha yang dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah di tempat domisilinya. Sejalan dengan pelaksanaan Otonomi Daerah, maka kewenangan dalam bidang pelayanan penyelenggaraan pemberian Izin Usaha Jasa Konstruksi merupakan kewenangan Pemerintah Daerah Kabupaten. Berdasarkan pertimbanganpertimbangan di atas, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Pemberian Izin Usaha Jasa Konstruksi. Usaha Jasa Konstruksi mencakup jenis usaha, bentuk usaha, dan

bidang usaha jasa konstruksi. Jenis usaha jasa konstruksi meliputi jasa perencanaan, jasa pelaksanaan, dan jasa pengawasan konstruksi. Usaha jasa perencanaan pekerjaan konstruksi memberikan layanan jasa konsultansi perencanaan yang meliputi bidang pekerjaan arsitektural, sipil, mekanikal, elektrikal, dan/atau tata lingkungan. Persyaratan dan Tata Cara Pemberian IUJK Badan Usaha yang ingin memperoleh IUJK harus mengajukan permohonan kepada Bupati melalui Dinas PU dengan

10

Suasana Rapat Paripurna Khsusus Penetapan Lima Peraturan Daerah Kabupaten Ngada di ruang rapat utama DPRD Kabupaten Ngada pada tanggal 7 Juni 2011 yang lalu..
Foto: Humas DPRD Ngada.

Warta DPRD Ngada, Edisi 2, April - Juni 2011

Warta Utama
cara mengambil dan mengisi formulir SP-IUJK yang telah disediakan. Pengajuan permohonan terdiri atas: permohonan izin baru; perpanjangan izin; perubahan data; dan/atau penutupan izin. Persyaratan permohonan izin baru meliputi: mengisi Formulir Permohonan; menyerahkan rekaman Akta Pendirian Badan Usaha; menyerahkan rekaman Sertifikat Badan Usaha (SBU) yang telah diregistrasi oleh Lembaga; menyerahkan rekaman Sertifikat Keahlian (SKA) dan/atau Sertifikat Keterampilan (SKT) dari Penanggung Jawab Teknik Badan Usaha (PJT-BU) yang telah diregistrasi oleh Lembaga; dan menyerahkan rekaman Kartu Penanggung Jawab Teknik Badan Usaha (PJT-BU) yang dilengkapi surat pernyataan pengikatan diri Tenaga Ahli/Terampil dengan Penanggung Jawab Utama Badan Usaha (PJU-BU). Persyaratan perpanjangan izin meliputi: mengisi Formulir Permohonan; menyerahkan rekaman Sertifikat Badan Usaha (SBU) yang telah diregistrasi oleh Lembaga; menyerahkan rekaman Sertifikat Keahlian (SKA) dan/atau Sertifikat Keterampilan (SKT) dari Penanggung Jawab Teknik Badan Usaha (PJT-BU) yang telah diregistrasi oleh Lembaga; menyerahkan rekaman Kartu Penanggung Jawab Teknik Badan Usaha (PJT-BU) yang dilengkapi surat pernyataan pengikatan diri Tenaga Ahli/Terampil dengan Penanggung Jawab Utama Badan Usaha (PJU-BU); dan menyelesaikan kewajiban pembayaran Pajak Penghasilan (PPh atas kontrak) yang

Ketua Badan Kehormatan DPRD Ngada, Syrilus Pati Wuli, S.Ag dan Ketua Badan Legilasi DPRD Ngada, Yulius H. Kila Moi, S.Sos serius mendalami materi Ranperda yang dibahas bersama pemerintah. Foto: Humas DPRD Ngada.

diperolehnya yang menjadi kewajibannya. Persyaratan perubahan data meliputi: mengisi Formulir Permohonan; menyerahkan rekaman: Akta Perubahan nama direksi/pengurus untuk perubahan data nama dan direksi/pengurus; Surat Keterangan Domisili Badan Usaha untuk perubahan alamat Badan Usaha; Akta Perubahan untuk perubahan nama Badan Usaha; dan/atau Sertifikat Badan Usaha untuk perubahan klasifikasi dan kualifikasi usaha. Persyaratan penutupan izin meliputi: mengisi Formulir Permohonan; menyerahkan IUJK yang asli; dan menyerahkan Surat Pajak Nihil. Tata Cara Memperoleh IUJK (1) D i n a s P U m e l a k u k a n pemeriksaan terhadap dokumen permohonan dan dapat melakukan verifikasi

lapangan sesuai kebutuhan. (2) IUJK diberikan oleh Bupati atau Dinas PU paling lama 10 (sepuluh) hari kerja setelah berkas dokumen persyaratan dinyatakan lengkap. (3) IUJK diberikan dalam bentuk sertifikat yang ditandatangani oleh Bupati atau Kepala Dinas PU. (4) IUJK yang sudah diberikan, ditayangkan melalui media internet. (5) Setiap IUJK yang diberikan wajib mencantumkan klasifikasi dan kualifikasi badan usaha yang tertera dalam Sertifikat Badan Usaha. (6) Setiap IUJK yang diberikan, menggunakan nomor kode izin. (7) Nomor kode izin akan berubah dalam hal terjadi perubahan nama perusahaan. (8) K etentuan lebih lan jut mengenai tata cara pelaksanaan verifikasi lapangan diatur dengan

11

Warta DPRD Ngada, Edisi 2, April - Juni 2011

Warta Utama
Peraturan Bupati. Masa Berlaku Dan Biaya Administrasi IUJK (1) Masa berlaku IUJK selama 3 (tiga) tahun dan dapat diperpanjang. (2) IUJK yang diberikan berlaku di seluruh wilayah Republik Indonesia. (3) Setiap perpanjangan IUJK dan perubahan data IUJK dikenakan biaya administrasi. (4) Besarnya biaya administrasi perpanjangan dan perubahan data IUJK ditetapkan dengan Keputusan Bupati. Pembayaran biaya administrasi perpanjangan IUJK dilakukan melalui Bendaharawan Penerima yang ditunjuk oleh Bupati. Dalam jangka waktu 1 x 24 jam Bendaharawan Penerima wajib menyetor ke Kas Daerah. Sanksi Badan Usaha yang tidak melaksanakan mentaati ketentuan peraturan perundang undangan; melaporkan perubahan data Badan Usaha dalam waktu paling lama 14 (empat belas) hari setelah terjadinya perubahan data Badan Usaha; menyampaikan dokumen yang benar dan asli dalam proses permohonan pemberian IUJK; dan menyampaikan laporan akhir tahun kepada Dinas PU paling lambat bulan Desember tahun berjalan akan dikenakan sanksi administratif berupa: peringatan tertulis; atau pembekuan IUJK; atau pencabutan IUJK.***

12

PIMPINAN DAN ANGGOTA DPRD NGADA BESERTA STAF SEKRETARIAT DPRD NGADA
MENGUCAPKAN TURUT BERDUKA CITA ATAS MENINGGALNYA
Foto: Asry Moi, dkk

IBU YASINTHA DOPO, S.PD


(ANGGOTA DPRD NGADA PERIODE 2009-2014) Pada Tanggal 04 Juli 2011 di RSUD Bajawa

KRISTOFORUS LOKO, S.Fil


Ketua

PAULINUS NO WATU, S.Sos


Wakil Ketua

MOSES J. MOGO, BcSW


Wakil Ketua

DULA AGNES, SH
Sekretaris DPRD Ngada

Warta DPRD Ngada, Edisi 2, April - Juni 2011

Berita DPRD

Komisi B Memantau Bandara Turelelo - Soa


Anggota Komisi B DPRD Ngada memantau lokasi pelebaran Bandara Udara Turelelo - Soa. Foto: Humas DPRD Ngada.

Ngada sudah menyetujui hal tersebut. Dewan ingin mengetahui kondisi fisik tanah Bandara yang akan diperluas, selain itu Dewan juga ingin mengetahui pedoman teknis negosiasi harga tanah tersebut, lanjut Kristo. Di akhir sapaannya, Ketua DPRD mengucapkan terima kasih kepada pemilik tanah yang telah merelakan tanahnya untuk dijadikan Bandara. Selanjutnya Kabag APU memberikan pemaparan teknis proses perluasan Bandara Turelelo. Kabag APU mengatakan bahwa, rencana untuk pembayaran (harga tanah) sudah dilakukan sejak tahun 2008. Namun, tahun 2011 baru dianggarkan dalam APBD. Harga tanah untuk perluasan tersebut berkisar Rp. 35.000/m3. BPN juga sudah melakukan identifikasi lapangan, katanya. Kesempatan berikut diberikan kepada Kepala Dinas Perhubungan. Kadis Perhubungan mengatakan bahwa, dalam tiga tahun terakhir, Bandara Soa mengalami peningkatan mencapai 70 persen. Bandara Soa perlu diperluas untuk menampung animo masyarakat pengguna Bandara, lanjutnya. Untuk pengembangan, dibutuhkan lahan seluas 77,7 Ha. Tahun ini, kami sudah mendapat dana sebesar 9 miliar dari APBN, berdasarkan surat dari Gubernur, lanjutnya lagi. Selanjutnya, Komisi B bersama Mitra dari Pemerintah melihat langsung batas-batas perluasan Bandara Turelelo Soa. (Carly S.)

nggota Komisi B DPRD Kabupaten Ngada beserta Mitra dari Pemerintah Kabupaten Ngada, Kamis (16/6) mengunjungi Lokasi Pelebaran Bandara Turelelo Soa. Rombongan Komisi dan Mitra tiba di Bandara sekitar pukul 10.00 Witeng. Rombongan diterima di aula Bandara Turelelo Soa. Komisi B yang hadir pada saat itu, antara lain Ketua Komisi B Dorothea Dhone, S.Sos, Wakil Ketua Komisi, Marselinus D. Nau, SE, Sekretaris Komisi B Kua Vinsensius, SM, dan beberapa Anggota Komisi B seperti Yohanes Nau, A.Md, Paulus D. Maku, A.Md, Muhlis, Liu Aloysius, A.Md, Yulius H. Kila Moi, S.Sos. Pada kesempatan itu, hadir pula Ketua DPRD Kabupaten Ngada Kristoforus Loko, S.Fil. Dari Pemerintah yang hadir dalam rombongan antara lain, Kabag APU (Administrasi Pemerintahan Umum), Bagian

13

Aset PPKAD, Pertanahan, Perhubungan, dan Camat Soa beserta staf. Turut hadir, beberapa tokoh masyarakat Soa. Acara dimulai dengan sambutan Camat Soa. Dalam sambutannya, Camat Soa memberikan apresiasi kepada Ketua dan Anggota Komisi B yang berkesempatan mengunjungi Bandara Soa. Camat Soa juga berterima kasih kepada tokoh masyarakat yang telah memberikan tanah untuk perluasan Bandara Soa. Selanjutnya Camat Soa memberikan kesempatan Kepada Ketua DPRD Kabupaten Ngada, Kristoforus Loko, untuk memberikan sapaan singkat. Dalam sapaannya Ketua DPRD mengatakan bahwa kunjungan Komisi B ini menyikapi surat Bupati tentang Persetujuan Mendahului Perubahan, yang mencakup pembebasan lahan untuk perluasan Bandara Turelelo. Kristo mengatakan bahwa Badan Anggaran DPRD

Warta DPRD Ngada, Edisi 2, April - Juni 2011

Berita DPRD

Rapat Kerja Lintas Komisi Bersama Pemerintah


ertempat di ruang rapat DPRD Kabupaten Ngada, Komisi A dan Komisi C DPRD Ngada mengadakan rapat kerja lintas komisi guna membahas beberapa persoalan yang dihadapi oleh masyarakat. Rapat hari ini didasari oleh adanya surat masuk dari masyarakat ke DPRD Ngada dan hasil kunjungan kerja anggota DPRD ke daerah-daerah. Rapat kerja ini dihadiri oleh Asisten I Pemda Ngada, Bapak Yohanes Vianey Siwe, SH, Kepala Dinas Kesehatan, Direktur RSUD Ngada, Sekretaris Dinas PKPO dan Sekretaris BK-Diklat Kabupaten Ngada. Pimpinan rapat, sekaligus Ketua

Komisi C DPRD Ngada, Bapak Yoseph Dopo, S.Pd mengemukakan tiga masalah pokok yang akan dibahas dalam rapat lintas komisi ini yaitu masalah guru, masalah tenaga kesehatan dan masalah pelayanan kesehatan di RSUD Bajawa. Masalah Bidang Kesehatan dan RSUD Bajawa Anggota DPRD Ngada dari Komisi A dan C pada kesempatan rapat kerja lintas komisi kali ini memberikan beberapa pertanyaan dan memohon penjelasan pemerintah terkait dengan buruknya pelayanan di RSUD Bajawa. Dalam setiap kunjungan kerja yang dilakukan, masyarakat selalu mengeluhkan masalah

pelayanan di RSUD yang dinilai tidak profesional. Selain itu persediaan obat di RSUD sangat terbatas sehingga masyarakat yang telah memiliki kartu Jamkesmas tetap harus membeli obat sendiri di apotik yang direkomendasikan oleh dokter. Ada masalah kasuistis yang sangat fatal dilakukan dan terjadi di RSUD Bajawa. Ibu Yasintha Dopo, S.Pd, dari Partai PDP menceritakan pengalaman pribadinya ketika berobat di RSUD, dia diberi obat yang namanya Pecidine dengan dosis tinggi. Ketika di Jakarta, dokter ahli mengatakan bahwa itu semacam morfin. Saya merasa ngeri ketika mengetahui bahwa

14

Pemerintah bersama Anggota Komisi A dan C DPRD Kabupaten Ngada sedang membahas berbagai persoalan seputar masalah kesehatan, pendidikan dan RSUD Bajawa. Foto: Humas DPRD Ngada.

Warta DPRD Ngada, Edisi 2, April - Juni 2011

Berita DPRD

15
Ketua Komisi C, Bpk. Yosep Dopo, S.Pd didampingi oleh Ibu Yasintha Dopo, S.Pd dan Ibu Maria Lele Vale, A.Md memimpin Rapat Kerja Lintas Komisi A dan C bersama Pemerintah Ngada di Ruang Rapat DPRD Ngada. Foto: Humas DPRD Ngada

dokter residen di RSUD Bajawa ternyata menyuntik saya dengan morfin, katanya dengan terbatabata. Lebih lanjut, Ibu Yasinta juga menanyakan komitmen politik pada periode lalu terkait kebijakan menyekolahkan dokter Ansel. Ada informasi bahwa saat ini dokter Ansel tidak lagi melanjutkan pendidikan karena ketiadaan dana. Bagaimana Ngada bisa maju kalau komitmen seperti ini tidak ditindaklanjuti dengan jelas dan kita terus mendatangkan dokter residen? Persoalan lain yang cukup mengemuka adalah masalah tidak adanya tenaga kesehatan untuk puskesmas dan polindes di beberapa desa. Juga tentang adanya pengaduan masyarakat yang mengalami pungutan liar di RSUD. Ada permintaan jaminan

berupa uang sebesar 200 ribu dari pasien oleh pihak rumah sakit ketika melakukan pengobatan gratis operasi bibir sumbing. Mohon pemerintah menjelaskan tentang hal ini. Bidang pendidikan. Di bidang pendidikan, masalah yang sangat serius digumuli adalah kasus pelecehan seksual yang dialami oknum kepala sekolah di salah satu SD di Ngada. Sebagaimana pernah dimuat dalam sebuah koran lokal, oknum kepala sekolah ini melakukan tindakan asusila kepada seorang siswi kelas 6 yang sedang mempersiapkan diri guna mengikuti ujian nasional pada bulan Mei yang lalu. Kasus ini membuat geram anggota dewan dan meminta pemerintah

terutama Dinas PKPO Ngada agar mengambil tindakan tegas terhadap oknum kepala sekolah yang bersangkutan. Masalah lain yang juga diangkat adalah tentang guru negeri yang diperbantukan di sekolah swasta. Ada laporan yang masuk ke dewan bahwa guru negeri yang diperbantukan di sekolah swasta mengalami kesulitan untuk proses kenaikan pangkat dan sertifikasi. Selain itu, dewan juga menyoroti kurangnya tenaga guru di sekolah-sekolah dan masih ada guru yang mengajar dengan latar belakang pendidikan bukan guru. Anggota DPRD dari Komisi A dan C juga mempertanyakan kepada pemerintah tentang tenaga sopir pada instansi pemerintah yang bukan PNS.

Warta DPRD Ngada, Edisi 2, April - Juni 2011

Berita DPRD

16

Anggota Komisi A dan C bersama Pemerintah Ngada serius membahas berbagai masalah yang dialami masyarakat pada rapat kerja di Ruang Rapat DPRD Ngada. Foto: Humas DPRD

Padahal sudah umum diketahui bahwa sejak tahun 2007 yang lalu, Pemerintah tidak lagi merekrut tenaga honorer untuk dipekerjakan pada instansi pemerintah. Penjelasan Pemerintah Mengawali penjelasan pemerintah atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh anggota DPRD Ngada, pemerintah melalui Asisten I, Bpk. Yohanes Vianey Siwe, menjelaskan bahwa s o p i r- s o p i r p a d a i n s t a n s i pemerintah harus PNS. Jika ada kasus-kasus dimana ada sopir yang bukan PNS maka pemerintah akan menelusurinya untuk diambil tindakan lebih lanjut. Sedangkan terkait oknum kepala sekolah yang melakukan tindakan asusila, Asisten I Setda Ngada menyatakan bahwa pemerintah sedang melakukan koordinasi dan sedang menangani kasus ini. Sekretaris Dinas PKPO Kabupaten Ngada, Drs. Dominikus Begu,

membenarkan adanya kasus oknum kepala sekolah yang melakukan tindakan asusila. Menurut Domi, saat ini dinas sedang melakukan tindakan hukum terhadap yang bersangkutan. Pihak kepolisian telah mengambil keterangan dari yang bersangkutan dan telah dituangkan dalam bentuk BAP. Namun untuk sementara, yang bersangkutan belum dapat diproses lebih lanjut karena dia masih harus menjalankan tugas untuk menandatangani ijasah murid kelas 6 di sekolahnya. Tentang kekurangan tenaga guru dan masalah guru PNS pada sekolah swasta pemerintah melalui Kepala BK-Diklat Kabupaten Ngada menjelaskan bahwa pemerintah bergerak berdasarkan aturan yang ada yakni UU 43 Tahun 1999 tentang pokok-pokok kepegawaian dan PP No 98 Thn 2000 tentang Pengadaan PNS dan beberapa aturan lain yang menjadi

acuannya. Aturan khusus yang mengatur tentang PNS yang bertugas di luar instansi pemerintah adalah Kepres Nomor 42 Tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, pasal 28 ayat 10 yang mengatur bahwa perbantuan PNS untuk tugas-tugas diluar pemerintahan dengan membebani anggaran negara tidak diperkenankan, terkecuali dengan meminta ijin Menpan dan Menteri Keuangan. Sedangkan PNS yang diangkat tahun 2007 ke atas dan ditempatkan pada sekolah swasta berjumlah 186 orang. Dari jumlah ini, PNS atau guru yang diusulkan untuk kenaikan pangkat tahun 2011 masih ditangguhkan karena bertentangkan dengan Kepres N o m o r 4 2 Ta h u n 2 0 0 2 . Pemerintah telah melakukan terobosan dengan menemui pemerintah pusat tentang hal ini. Akan tetapi ke depan secara bertahap sekolah-sekolah swasta yang telah memiliki kemampuan finansial yang kuat mulai melepas guru PNS di sekolah swasta. Demikian halnya dengan masalah guru yang tidak memiliki latar belakang pendidikan guru. Saat ini, guru PNS yang tidak memiliki akta mengajar berjumlah 105 orang. Sesuai aturan, guru adalah jabatan fungsional. Karena mereka tidak memiliki akta mengajar, maka mereka masuk dalam kategori bukan tenaga fungsional. Jalan keluar untuk mereka ini adalah untuk sementara akan dilakukan rapat internal lintas instansi dengan guru yang tidak memiliki akta mengajar dan mengalami kesulitan kenaikan pangkat. Selain itu pemerintah mendorong

Warta DPRD Ngada, Edisi 2, April - Juni 2011

Berita DPRD
mereka untuk mengikuti pendidikan guru guna memperoleh akta mengajar. Untuk sementara mereka ditempatkan pada instansi pemerintah sesuai dengan disiplin ilmu yang mereka miliki. Terkait dengan bantuan tugas belajar untuk dokter Ansel, Kepala BK-Diklat Kabupaten Ngada menjelaskan bahwa awalnya ada dana dari APBN melalui Depkes sehingga tidak ada alokasi dari APBD. Kalau memang kita butuhkan, maka kita bisa meminta persetujuan dewan terhormat untuk bisa mengatasi ini. (Sebab) yang dialami dokter Ansel saat ini adalah kekurangan dari apa yang dibantu oleh Pemerintah Pusat, demikian Kepala BK-Diklat Ngada. Di bidang kesehatan dan RSUD, pemerintah melalui Kepala Dinas Kesehatan dan Direktris RSUD Bajawa memberikan beberapa penjelasan antara lain terkait dengan ketenagaan bidan dan perawat di desa. Secara umum tenaga kesehatan terutama dokter, perawat dan bidan sangat terbatas. Rationya adalah untuk perawat 1:1000 sedangkan dokter 1:3000. Ratio seperti ini jauh dari standar nasional. Pemerintah berupaya agar paling tidak setiap sarana kesehatan yang ada memiliki petugas kesehatannya. Sedangkan terkait dengan keterbatasn obat-obatan, dikatakan bahwa ketersediaan obat di dinas kesehatan memang sangat terbatas. Namun kita berusaha mendapatkan bantuan obat-obatan dari tingkat propinsi maupun pusat guna membantu memenuhi ketersediaan obat di kabupaten. Persoalan yang riil dialami adalah bahwa pengelolaan keuangan untuk pengadaan obat tidak dilakukan di RSUD tetapi di Dinas PPKAD. Sementara Direktris RSUD Bajawa memberikan beberapa penjelasan lebih teknis terkait dengan permasalahan yang diangkat seputar pelayanan RSUD Bajawa kepada masyarakat Ngada. Keberadaan dokter-dokter residen yang dipersoalkan oleh anggota Dewan menurutnya memang menjadi problem yang tidak bisa kita hindari. Hal ini karena Ngada sangat terbatas dalam sisi anggaran dan ketersediaan dokter ahli. Yang sering menjadi kendala adalah ketika kita membuat prosedur sesuai keadaan dan kondisi daerah kita, para dokter ini beralasan bahwa mereka ingin memberikan pelayanan terbaik. Tentang masalah bahwa pasien membeli obat sendiri di luar rumah sakit, direktris RSUD menjelaskan bahwa hal itu terjadi karena rata-rata pasien yang masuk ke RSUD sudah dalam kondisi sakit yang berat. Karena itu dibutuhkan juga tindakan khusus dengan memberikan obat bukan generik yang tidak tersedia di apotik rumah sakit. Dia mengucapkan terima kasih untuk semua masukan dan pertanyaan yang diajukan oleh anggota dewan yang terhormat seraya memohon maaf untuk semua bentuk pelayanan yang tidak memuaskan.***

17

Inilah gerbang depan RSU Bajawa. Rumah Sakit ini masuk dalam kategori Tipe C, namun masih banyak hal yang perlu diperbaiki terutama dalam hal pelayanan dan ketersediaan obat bagi pasien. Foto: Humas DPRD

Warta DPRD Ngada, Edisi 2, April - Juni 2011

Berita DPRD

PERMATA Melakukan Aksi Damai


Ribuan warga masyarakat yang tergabung dalam Perkumpulan Masyarakat Watu Ata (PERMATA) memadati halaman kantor Bupati Ngada guna menyampaikan aspirasi mereka. Foto: Humas DPRD Ngada.

18

ibuan warga masyarakat Ngada yang tergabung dalam Perkumpulan M a s y a r a k a t Wa t u A t a (PERMATA) memadati halaman Kantor Bupati Ngada pada tanggal 05 Mei 2011 yang lalu. Puluhan spanduk berkuruan besar diusung warga. Turunkan Gubernur NTT dari Jabatannya Karena Tidak Pro Rakyat, Segera Uji Publik UU Cagar Alam Watuata Hutan Lindung, Kami Butuh Keadilan, Watuata Tempat Leluhur Kami Tempat Nenek Moyang Kami, Cabut Surat Menhut No. 3.5/MenhutVII/2011 dan masih banyak slogan lain yang membentang di

halaman Kantor Bupati hari itu. Dengan pita hijau bertulis PERMATA yang melilit di kepala, mereka meneriakkan yel-yel yang menggugah semangat dan meneriakkan jeritan hati mereka kepada pemerintah. Aksi damai kali ini dipicu oleh adanya Surat Menteri Kehutanan Nomor 3.5/Menhut-VII/2011 tentang Persetujuan Substansi Kehutanan yang pada intinya menyetujui permohonan dari Pemda NTT untuk tidak melakukan perubahan fungsi kehutanan dalam Ranperda RTRW NTT selama 2010-2030. Ini konyol. Sebab faktanya, lebih

dari 3000 kepala keluarga atau sekitar 7000 jiwa pada 9 desa di 2 kecamatan yakni Bajawa dan Aimere berada dalam wilayah kawasan hutan. Faktanya juga bahwa sebelum ditetapkan sebagai wilayah cagar alam Watu Ata, sudah ada kampung lama, kebun rakyat, hutan kayu putih, kemiri, cengkeh dan coklat. Dan jangan lupa, hasil kopi yang menjadi simbol kebanggan Kabupaten Ngada dan telah diekspor ke Amerika dan negaranegara lainnya, sebagian besar berasal dari dalam kawasan cagar alam.
Bersambung ke hal. 28

Warta DPRD Ngada, Edisi 2, April - Juni 2011

Alat Kelengkapan DPRD

Komisi A DPRD Ngada

Lalu Paskalis, SH Ketua

Laja Fransiskus, SH Wakil Ketua

Petrus Ngabi Sekretaris

19

Drs. Bengu Laurensius Anggota

Yohanes Lape Anggota

Herman E. Bay Anggota

Donatus Madhu, S.Sos Anggota

Mitra Kerja Komisi A

Urbanus Nono Dizi, SE Anggota

Bagian Hukum Setda Ngada Bagian Tatapem Setda Ngada Camat, Desa dan Lurah Dinas PKPO Kabupaten Ngada BK-Diklat Kabupaten Ngada

BPMPD-PP Kabupaten Ngada Dinas Kesehatan Kabupaten Ngada Dinas Sosial Nakertrans Kab. Ngada Sekretariat DPRD Kab. Ngada Polisi Pamong Praja Kab. Ngada

Warta DPRD Ngada, Edisi 2, April - Juni 2011

Komisi B DPRD Ngada

Alat Kelengkapan DPRD

Dorothea Dhone, S.Sos Ketua

Marselinus D. Nau, SE Wakil Ketua

Kua Vinsensius, SM Sekretaris

Syrilus Patiwuli, S.Ag Anggota

Muchlis Manepo Anggota

Drs. Felix Japang Anggota

Yohanes Nau, A.Md Anggota

Paulus D. Maku, A.Md Anggota

Helmut Waso Anggota

Yulius H. Kila Moi, S.Sos Anggota

Liu Aloysius, A.Md.Pd Anggota

Mitra Kerja Komisi B


Dinas PU Kabupaten Ngada Dinas PPKAD Kabupaten Ngada Bappeda Kabupaten Ngada Dinas P2KI Kabupaten Ngada Dinas ESDM Kabupaten Ngada Dinas PMD Kabupaten Ngada

Warta DPRD Ngada, Edisi 2, April - Juni 2011

Alat Kelengkapan DPRD

Komisi C DPRD Ngada

Yoseph Dopo, S.Pd Ketua

Yaintha Dopo, S.Pd Wakil Ketua

Raymundus Bena, SS.M.hum Sekretaris

Yohanes Ngai Luna Anggota

Bernadinus D. Ngebu, SP Anggota

Maria Lele Vale, A.Md Anggota

Drs. Kristoforus Sape Anggota

Todius Y. Tuba Lobo Anggota

Mitra Kerja Komisi C


RSUD Bajawa BLH Kabupaten Ngada Dinas Kehutanan Kab. Ngada Dinas Koperindag Kab. Ngada BP3KP Kabupaten Ngada Dinas P3 Kabupaten Ngada

Warta DPRD Ngada, Edisi 2, April - Juni 2011

Obituari

In Memoriam Ibu Yasintha Dopo, S.Pd


Hari Senin, tanggal 27 Juni 2011, sore menjelang malam. Belum sempat mentari kembali ke balik malam, sekitar pukul 16.30 dia bergegas ke kamar mandi. Dia sedang bersiap menghadiri sebuah acara keluarga. Semua berjalan lancar. Selesai mandi, dia berpakaian layaknya hendak menghadiri sebuah acara. Kendaraan dan sopir pribadi telah siap di depan rumah. Namun sejenak dia memberitahukan sopirnya untuk menunggu sesaat, karena dia masih hendak mengambil sesuatu yang tertinggal di dalam kamar tidur. Namun setelah menunggu sekitar 15 menit, dia belum juga keluar dari dalam kamar. Ketika pintu kamar dibuka, dia telah tergolek tak berdaya di lantai. Bergegas mereka mengantarnya ke RSUD Bajawa. Seminggu dia dirawat intensif di sana. Dan tepat hari Senin, 4 Juli 2011 pukul 16.30, akhirnya dia pamit dari anak-anak tercinta, keluarga, rekan kerja dan sahabat untuk selamanya. Ibu Yasintha Dopo, S.Pd lahir di Bajawa 17 Januari 1958 dari pasangan Bapak Herman Dopo (Alm.) dan Ibu Margaretha Due. Dia lalu menikah dengan Alm. Bapak Linus Bhigu pada 22 Mei 1979 dan dikarunia empat orang anak. Hingga akhir hayatnya, dia meninggalkan empat anak, seorang menantu dan dua cucu. Jalur pendidikan dasar ditempuhnya di dua SD berbeda yakni di SD Bolonga (kelas I-III) dan di SD Todabelu II (kelas IV-VI). Tahun 1968 dia melanjutkan ke SMP Kartini Mataloko, lalu SMA Ki Hajar Dewantara Bajawa tahun 1971 dan menyelesaikan Program D3 Jurusan Ilmu Pasti di Undana Kupang tahun 1976. Sarjana Pendidikan, Jurusan Pendidikan Matematika diraihnya di Universitas Flores Tahun 2003. Pengabdian kepada negara sebagai seorang PNS dimulai sejak tahun 1980 sampai tahun 2008. Selama 18 tahun Ibu Ince mengabdi sebagai seorang guru SMAN I Bajawa dan kemudian diangkat menjadi Kepala SMPN I Bajawa selama 5 tahun. Tahun 2004 dia diangkat menjadi Pengawas Sekolah Menengah Rumpun Pelajaran Matematika dan kemudian dilantik menjadi Kasubdin PLS pada Dinas PPO Ngada Tahun 2007 sampai dia purna tugas. Karir politiknya dimulai segera setelah menjalankan masa pensiun tahun 2008 dengan menjabat sebagai Pimpinan Kolektif pada Partai Demokrasi Pembaruan Kabupaten Ngada. Oleh kerja keras dan kepercayaan yang diberikan masyarakat kepadanya, Ibu Ince akhirnya terpilih menjadi Anggota DPRD Kabupaten Ngada dalam Pemilu tahun 2009 dari Partai Demokasi Pembaruan Dapil Aimere dan Jerebuu. Di lembaga DPRD Kabupaten Ngada, dia diberi kepercayaan untuk mengemban beberapa tugas diantaranya, menjadi Wakil Ketua Komisi C, Anggota Badan Anggaran, Anggota Badan Musyawarah dan Sekretaris Fraksi Barisan Nurani Peduli Pembaruan. Ibu Ince meninggalkan banyak menjalankan semua tugas dan pengabdian itu sampai tutup usianya. Ya, kematian telah merenggut semua yang ada padanya: jabatan, status sosial, profesi, harta duniawi. Yang tersisa hanyalah roh yang -dalam keyakinan iman- sedang berjalan ke sisi Sang Khalik. Dan tentang kematian, Mahatma Gadhi pernah berpesan: Ketika kehidupan berpapasan dengan kematian, ucapkan setangkai doa. Sebab doa adalah lagu hati yang membimbing ke arah singgasana Tuhan, meskipun ditingkah oleh suara ribuan orang yang sedang meratap. Selamat Jalan, Mama Ince. Doa kami menyertaimu.

Warta DPRD Ngada, Edisi 2, April - Juni 2011

Berita DPRD

Warga KUD Loboleke - Naru Mendatangi DPRD Kabupaten Ngada


atusan warga anggota KUD Loboleke-Naru (11/4) menyampaikan aspirasi mereka di hadapan Pimpinan dan anggota DPRD Kabupaten Ngada. Mereka menuntut agar penggunaan kendaraan berat di lokasi tambang pasir di Naru dihentikan karena hal itu bisa mematikan lapangan kerja 300 anggota KUD Loboleke yang menggantungkan penghasilan hidup dari pekerjaan menambang pasir. Selain itu, mereka juga menuntut kejelasan sikap pemerintah terkait

pengaturan retase dan mekanisme pemungutan pajak yang selama bertahun-tahun dilakukan oleh KUD Loboleke, namun dalam beberapa tahun terakhir ini dipungut langsung oleh Dinas ESDM Kabupaten Ngada. Dalam tuntutannya mereka menyatakan bahwa berdasarkan Keputusan Rapat Anggota Tahunan (RAT) KUD Loboleke secara tegas disepakati bahwa penggunaan alat berat yang melakukan kegiatan di mulut tambang dilarang, kecuali untuk

kepentingan pembersihan lokasi dan pengupasan kulit permukaan. Kesepakatan ini dibangun karena ada Kelompok Bongkar Muat (KBM) yang dibentuk untuk mengangkut material yang tenaganya diambil dari para pemuda yang tidak memiliki tempat pasir. Jika pekerjaan mereka ini diambil alih oleh alat berat, maka dikuatirkan akan terjadi pengangguran. Di hadapan masyarakat KUD Loboleke, Ketua DPRD Ngada, Kristoforus Loko, S.Fil meminta

23

Perwakilan Anggota KUD Loboleke - Naru membacakan tuntutan mereka di depan Anggota DPRD Kabupaten Ngada.
Foto: Humas DPRD Ngada.

Warta DPRD Ngada, Edisi 2, April - Juni 2011

Berita DPRD

24

Perwakilan Peserta dari Anggota KUD Loboleke - Naru menyerahkan aspirasi mereka kepada Ketua DPRD Kabupaten Ngada, Kristoforus Loko, S.Fil. Foto: Humas DPRD Ngada.

Butir-Butir Pernyataan Sikap Anggota KUD Loboleke


1. Menolak dengan keras penggunaan alat berat di mulut tambang oleh beberapa orang atau kelompok tambang lainnya yang melakukan penggalian karena hal itu merupakan monopoli reitase yang sangat merugikan anggota KUD Loboleke Naru yang jumlahnya kurang dari 300 orang. 2. Menolak pengaturan reitase oleh Dinas ESDM Kabupaten Ngada dan Pemerintah Desa Naru, serta pemungutan pajak dan biaya pemberdayaan masyarakat dipungut langsung oleh Dinas ESDM dan Pemerintah Desa Naru. Hal itu menunjukkan ada upaya untuk mematikan KUD Loboleke yang sudah berbadan hukum dan bergerak di bidang jasa penambangan batu-pasir. 3. Kami menyesal dengan sikap pemerintah yang jelas-jelas telah berpihak kepada oknum-oknum tertentu atau kelompok tambang lainnya. Pihak KUD Loboleke pernah meminta bantuan pemerintah untuk menghentikan pengoperasian alat berat di mulut tambang, tetapi tidak pernah ditanggapi, padahal semua masyarakat penambang Naru telah mengetahui aturan tentang Pertambangan Rakyat yang telah disosialisasikan oleh Dinas ESDM yakni bahwa penggunaan alat berat di mulut tambang dilarang, kecuali untuk beberapa kegiatan seperti pembersihan lokasi dan pengupasan kulit permukaan. 4. Kami tidak setuju dengan pihak Pemerintah Desa Naru yang mengatur atau membentuk lembaga pengelola desa untuk memungut pajak atau biaya pemberdayaan masyarakat karena pada tahun 2007 dan 2008 mengalami defisit yang sangat merugikan PAD Kabupaten Ngada. 5. Kami meminta sikap tegas dari Pemerintah untuk menertibkan semua alat berat yang sedang beroperasi di lokasi pertambangan rakyat Naru karena hal itu dapat menimbulkan situasi ketertiban masyarakat terganggu. 6. Kami meminta Dinas ESDM dan Dinas Koperasi, UKM, Perindag Kabupaten Ngada harus bisa berkoordinasi setiap kegiatan yang berhubungan dengan KUD Loboleke Naru yang berkaitan dengan kegiatan pertambangan rakyat.

Warta DPRD Ngada, Edisi 2, April - Juni 2011

Berita DPRD
penjelasan pemerintah terkait keluhan dan aspirasi yang disampaikan ini. Hal yang perlu dan mendesak dijelaskan, menurut Kristo, adalah menyangkut apakah ada aturan terbaru terkait dengan pertambangan rakyat, aturan yang mengatur tentang kewenangan KUD untuk memungut pajak galian golongan C dan pengaturan reitase. Melalui Asisten II Kabupaten Ngada, Bapak Herman Say, pemerintah menjelaskan bahwa terkait dengan regulasi seputar pertambangan, sampai saat ini pemerintah masih mengacu pada UU Nomor 4 tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara. Undang-Undang ini kemudian dijabarkan dalam PP Nomor 22 tahun 2010 tentang wilayah pertambagan dan PP Nomor 23 Tahun 2010 tentang pengelolaan usaha pertambangan mineral dan batubara dan UU Nomor 25 Tahun 2010 tentang pembinaan dan pengawasan usaha pertambangan mineral dan batubara serta UU Nomor 78 Tahun 2010 tentang kegiatan reklamasi paska tambang. Berkaitan dengan pertambangan rakyat, dinyatakan bahwa wilayah pertambangan rakyat ditetapkan dengan Keputusan Bupati tentang wilayah pertambangan rakyat. Tetapi untuk menetapkan suatu wilayah sebagai wilayah pertambangan rakyat perlu dipenuhi beberapa kriteria. Salah satu diantaranya adalah wilayah pertambagan rakyat yang sudah dikerjakan oleh masyarakat dalam jangka waktu l5 tahun lebih dapat ditetapkan oleh Bupati menjadi wilayah pertambangan rakyat dengan tetap memperhatikan prosedur yang berlaku. Khusus untuk wilayah pertambagan batu pasir di Naru, sampai saat ini masih pada tahap sosialisasi untuk ditetapkan sebagai wilayah pertambangan rakyat. Salah satu syarat dalam wilayah pertambangan rakyat adalah dilarang menggunakan alat berat. Terkait dengan pengaturan pemungutan pajak galian golongan C, karena KUD pada masa yang lalu bekerja cukup b ag u s mak a d in as ES D M memanfaatkan KUD ini untuk melakukan pemungutan pajak galian golongan C. Karena

25

Jajaran Instansi Pemerintah Kabupaten Ngada serius menyimak tuntutan Anggota KUD Loboleke - Naru terkait penggunaan alat berat di lokasi tambang batu-pasir Naru. Foto: Humas DPRD Ngada.

Warta DPRD Ngada, Edisi 2, April - Juni 2011

Berita DPRD

26

mereka melakukan pungutan, maka b e r d a s a r k a n Keputusan Bupati Nomor 38 Tahun 2006 mereka diberi porsi 28 persen dari pajak dasar sebagai bagian penerimaan pengelola. Namun dalam perjalanan, hal ini mengalami kemacetan. Akhirnya Dinas ESDM berdiskusi dengan desa supaya disamping KUD tetap hidup, peran pemerintah desa perlu didorong agar bisa menyelamatkan pajak galian golongan C. Tentang reitase, dalam berbagai pertemuan disepakati bahwa pengaturan reitase

Mengingat kapasitas gedung DPRD Ngada yang tidak mampu memuat ratusan warga KUD Loboleke, sebagian warga menyimak dengan seksama dari luar gedung DPRD Ngada. Foto: Humas DPRD Ngada.

diserahkan kembali kepada Dinas ESDM. Pertemuan berjalan cukup alot. Namun pada akhirnya, Ketua DPRD Kristoforus Loko merangkum semua alur pendapat yang ada dengan mengeluarkan beberapa butir kesimpulan untuk ditindaklanjuti oleh pemerintah.**

Mengingat kapasitas gedung DPRD Ngada yang tidak mampu memuat ratusan warga KUD Loboleke, sebagian warga menyimak dengan seksama dari luar gedung DPRD Ngada. Foto: Humas DPRD Ngada.

Warta DPRD Ngada, Edisi 2, April - Juni 2011

Berita DPRD

Rapat Gabungan Komisi Menanggapi Aksi Damai KUD Loboleke - Naru


enindaklanjuti pernyataan sikap Anggota KUD Loboleke Naru yang mendatangi gedung DPRD Ngada tanggal 11 April 2011 yang lalu, DPRD Ngada melakukan Rapat Gabungan Komisi bersama pemerintah guna membicarakan lebih jauh tentang tuntutan tidak menggunakan alat berat di lokasi tambang pasir di Naru. Hadir dalam kesempatan itu: Ketua DPRD Ngada, Kristoforus Loko, S.Fil, Wakil Ketua, Paulinus No Watu, S.Sos

dan Moses J. Mogo, BcSW, Anggota Komisi B dan Komisi C. Sedangkan dari Unsur Pemerintah hadir: Sekda Ngada, Meda Moses dan para pimpinan OPD. Pertemuan tersebut dilatari oleh adanya surat dari sekelompok orang yang merasa tidak sependapat dengan kelompok KUD Loboleke tentang penggunaan alat berat di lokasi tambang pasir Naru. Surat pernyataan sikap itu dibacakan oleh Ketua DPRD Ngada, mewakili kelompok yang tidak setuju dimaksud.

Setelah melalui diskusi yang panjang bersama pemerintah, DPRD Kabupaten Ngada akhirnya mengeluarkan kesimpulan dan rekomendasi yang sekaligus merupakan pernyataan politik dewan atas masalah yang dikemukakan oleh Anggota KUD Loboleke Naru. Kesimpulan dan rekomendasi tersebut termuat dalam 5 (lima) poin penting. Pertama, Penggunaan alat berat di mulut tambang
Bersambung ke hal. 31

27

Pimpinan DPRD Ngada ketika melakukan rapat gabungan komisi menanggapi tuntutan anggota KUD Loboleke. Dari Kanan ke Kiri:Paulinus No Watu, S.Sos, Moses J. Mogo, BcSW (Wakil Ketua) dan Kristoforus Loko, S,Fil (Ketua DPRD Ngada).
Foto: Humas DPRD Ngada.

Warta DPRD Ngada, Edisi 2, April - Juni 2011

Berita DPRD

PERMATA ................................................................................................................................................................. Dari hal. 19

28

Menjadi semakin ironis, Tak ketinggalan, mama tua ini bertanya kepada Bupati Ngada tentang sikap Gubernur NTT terkait masalah hutan di Ngada. Foto: Humas DPRD Ngada demikian klaim para pendemo, karena Surat Keputusan Menhut ini diterbitkan justru ketika Pemerintah Kabupaten Ngada dan DPRD Ngada sedang melakukan pembahasan Rancangan Peraturan Daerah (Ranperda) tentang Rencana Tata Ruang Wilay ah ( RTRW) Kabupaten Ngada. Karena i t u l a h P E R M ATA mendesak pemerintah untuk melakukan terobosan-terobosan penting guna mendesak pemerintah propinsi dan pemerintah pusat agar merevisi luas kawasan hutan lindung di Kabupaten s e n d i r i d e m i k e p e n t i n g a n satir yang mereka bawakan siang itu di depan mata Bupati dan Ngada. Jika tidak, maka secara kawasan hutan. Secara simbolik kenyataan ini Wakil Bupati serta Pimpinan tidak langsung pemerintah telah menyandera masyarakatnya dilukiskan dalam lakon fragmen DPRD dan anggota DPRD Ngada. Dalam lakon digambarkan Gubernur NTT menyeret warga yang terikat tak berdaya dengan langkah gontai. Melukiskan ketakberdayaan masyarakat di satu sisi dan di sisi yang lain menggambarkan keangkuhan pemerintah propinsi dalam mengambil keputusan tentang kawasan hutan. Dalam pernyataan tuntutan sikap yang ditandatangani oleh Ketua Permata, Nikolaus Raga, mereka menyatakan dengan tegas apa yang menjadi tuntutan mereka dalam aksi damai itu (lihat box halaman 30). Di hadapan warga masyarakat, Bupati Ngada, Marianus Sae menegaskan bahwa sesungguhnya apa yang menjadi Aksi teatrikal massa mewarnai penyampaian aspirasi mereka di depan mata Bupati keprihatinan dan tuntutan dan Ketua DPRD Kabupaten Ngada. Foto: Humas DPRD Ngada masyarakat, itu jugalah yang

Warta DPRD Ngada, Edisi 2, April - Juni 2011

Berita DPRD

29

Di hadapan peserta aksi damai, Ketua DPRD Ngada, Kristoforus Loko, S. Fil menyampaikan sikap politik DPRD Ngada atas masalah hutan di Kabupaten Ngada. Foto: Humas DPRD Ngada.

sedang dipikirkan oleh pemerintah. Menurut Bupati, masalah ini adalah masalah kita

bersama, masalah Kabupaten Ngada. Secara kronologis Bupati menjelaskan apa yang sudah

Bupati Ngada, Marianus Sae, ketika menyampaikan sikap pemerintah terkait masalah kawasan hutan di Kabupaten Ngada di hadapan para peserta aksi damai .
Foto: Humas DPRD Ngada.

dilakukan pemerintah terkait dengan Surat Menteri Kehutanan itu. Tepat tanggal 03 Januari 2011, ketika surat Menteri Kehutanan diterima oleh pemerintah Ngada, hari itu juga pemerintah menyurati gubernur NTT untuk menelaah kembali surat dimaksud karena tidak sesuai dengan keadaan di Kabupaten Ngada. Lebih lanjut, pemerintah mengeluarkan surat untuk segera melakukan pemetaan ulang kawasan hutan setelah terjadi pemekaran kabupaten. Surat ini sebenarnya bentuk pernyataan sikap penolakan pemerintah Ngada atas Surat Menteri Kehutanan. Bahkan pemerintah, dalam hal ini Bupati Marianus, telah melakukan pertemuan empat mata dengan Menteri Kehutanan di Jakarta guna

Warta DPRD Ngada, Edisi 2, April - Juni 2011

Berita DPRD
membicarakan hutan di Kabupaten Ngada. Dan hasil pembicaraan itu sedang dalam proses di kementerian kehutanan. Jadi apa yang dilakukan masyarakat pada hari ini sebenarnya sudah dilakukan jauh-jauh hari oleh pemerintah. Karena itu, pemerintah berterima kasih untuk warga masyarakat yang tergabung d a l a m P E R M ATA y a n g melakukan aksi damai, karena hal ini merupakan bentuk dukungan moril kepada pemerintah. Pemerintah dan masyarakat Ngada seluruhnya sama-sama berjuang agar luas kawasan hutan di Ngada dapat dikurangi sampai ke level 30,40% dari luas wilayah seluruhnya. Seandainya keputusan pemetaan wilayah Kabupaten Ngada itu dalam bentuk Peraturan Daerah, maka hari ini juga saya bersama DPRD akan mencabut Peraturan itu. Tetapi ini dikeluarkan oleh pemerintah yang lebih tinggi. Kita samasama berjuang agar keputusan itu bisa berubah, demikian pernyataan tegas Bupati Marianus. Sementara itu, Ketua DPRD Kabupaten Ngada, Kristoforus Loko, S.Fil menegaskan bahwa DPRD Ngada sedang dalam kegiatan Rapat Badan Legislasi untuk menetapkan beberapa Ranperda termasuk Ranperda tentang RTRW. Sesungguhnya, jerit penderitaan rakyat adalah juga juga jerit penderitaan wakil rakyat. Kami sebagai wakil rakyat sedang berjuang bersama pemerintah agar persoalan ini bisa segera diselesaikan. Dewan mendukung penuh langkahlangkah yang ditempuh pemerintah dalam mengatasi masalah kawasan hutan di Ngada. Persoalan kita adalah ketika kita hendak mengesahkan R a n p e r d a RT RW N g a d a menjadi Peraturan Daerah, maka beberapa prosedur harus dilakukan. Salah satunya adalah Ranperda itu harus disetujui oleh gubernur. Ibaratnya, di atas langit masih ada langit, demikian Kristo menganalogikan situasi yang dialami pemerintah dan DPRD Ngada. Senada dengan Bupati, Ketua DPRD memintah dukungan moril masyarakat untuk bersama-sama memperjuangkan revisi luas kawasan hutan di Kabupaten Ngada. Hutan memang sangat penting untuk kehidupan kita di masa mendatang, tetapi hak hidup, ekonomi dan politik masyarakat jangan dikorbankan demi hutan. Mengakhiri aksi damai kali ini, P E R M ATA m e n y e r a h k a n tuntutan mereka kepada Bupati dan Ketua DPRD Kabupaten Ngada. Selanjutnya dengan tertib mereka meninggalkan halaman Kantor Bupati Ngada.

30

Hutan memang sangat penting untuk kehidupan kita di masa mendatang. Tetapi hak hidup, hak ekonomi dan politik masyarakat jangan dikorbankan demi hutan Ketua DPRD Ngada

Enam Pernyataan Sikap PERMATA


1. Mendesak Gubernur NTT meninjau kembali surat permohonan ijin substansi dan mendesak Menhut mencabut Surat Menhut Nomor 3.5/Menhut-VII/2011 tentang Persetujuan Substansi Kehutanan. 2. Meminta Bupati dan DPRD Ngada untuk menyikapi persoalan penyelesaian konflik dalam kawasan Watu Ata dan kawasan lain di Kabupaten Ngada dengan membentuk tim terpadu. 3. Menuntut agar BKSDA dan seluruh jajarannya tidak melakukan operasi pengamanan kawasan selama persoalan ini belum tuntas. 4. Meminta Pemda Ngada untuk memasukan kawasan pertanian/perkebunan di kawasan lindung sebagai kawasan budidaya dalam penyusunan Perda RTRW Kabupaten Ngada. 5. Meminta Pemda Ngada untuk mendesak Menteri Kehutanan segera mengirim Tim Independen untuk mengevaluasi Kawasan CA Watu Ata dan CA Wolotadho, Riung yang sudah tidak sesuai lagi dengan kriteria dan persyaratan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 6. Mendesak Gubernur NTT untuk segera memfasilitasi penyelesaian tapal batas antara Ngada dan Manggarai Timur.

Warta DPRD Ngada, Edisi 2, April - Juni 2011

Berita DPRD
Rapat Gabungan Komisi .............................................................................................................................................. Dari hal. 27

Anggota DPRD Kabupaten Ngada sedang membahas rekomendasi politik atas masalah penggunaan alat berat di lokasi tambang batu pasir Naru.
Foto: Humas DPRD Ngada.

menempatkan masing-masing 1 (satu) orang petugas guna melakukan pungutan sesuai kewenangan masing-masing yakni petugas pemerintah untuk memungut pajak, petugas dari desa untuk memungut porsi Pendapatan Asli Desa dan petugas dari kelompok-kelompok penambang untuk memungut porsi dana bagi biaya operasional kelompok dan biaya pemberdayaan masyarakat (untuk tenaga kerja). Kelima, berkenaan dengan poin 4 (empat) di atas, maka pemerintah diminta untuk segera merevisi Peraturan Bupati Nomor 20 Tahun 2010 khususnya yang mengatur tentang pembagian 18% untuk pemberdayaan masyarakat yang diatur secara proporsional dan sebelum pemberlakuannya, dilakukan sosialisasi kepada masyarakat Desa Naru, termasuk KUD Loboleke dan para kontraktor dan pemilik kendaraan yang terkait dengan pemanfaatan material di areal pertambangan.**

dilarang, namun sewaktuwaktu dapat menggunakan alat-alat berat excavator dan Loader milik pemerintah atas permintaan penambang dalam hal penanganan item pekerjaan pengupasan kulit permukaan dan pembersihan lokasi. Kedua, Pemerintah diminta untuk segera mengeluarkan surat pemberitahuan penghentian penggunaan alat berat milik pihak ketiga yang sedang beroperasi dalam wilayah pertambangan rakyat Desa Naru. Ketiga, Retase diatur oleh pemerintah Kabupaten Ngada demi menciptakan pemerataan dan keadilan bagi 5 kelompok penambang (KUD Loboleke, Kelompok Papawiu, Kelompok Waegemo, Kelompok Ana Toloroja, dan Kelompok Kasih Damai) melalui sistim karcis kendaraan pada masing-masing kelompok sesuai dengan jumlah tenaga kerjanya. Oleh karena itu pemerintah harus terlebih dahulu melakukan identifikasi dan inventarisasi jumlah tenaga kerja secara riil, pada setiap kelompok

penambang agar karcis yang diberikan sesuai dengan tenaga kerja yang ada. Keempat, Pemerintah perlu membangun pos di bagian Utara dan Selatan wilayah tambang demi mengatur ketertiban dan kelancaran kegiatan penambangan batu dan pasir yang ada. Pemerintah, Pemerintah Desa maupun kelompok-kelompok penambang diminta untuk

31

Sekretaris Daerah Kabupaten Ngada, Drs. Meda Moses, atas nama pemerintah memberikan penjelasan terkait masalah di lokasi tambang batu pasir Naru.
Foto: Humas DPRD Ngada.

Warta DPRD Ngada, Edisi 2, April - Juni 2011

Berita DPRD

Rapat Kerja Komisi A Tentang Masalah Tanah di Kelurahan Foa-Aimere


ertempat di Ruang Rapat Komisi A DPRD Kabupaten Ngada, Rabu (8/6) Ketua Komisi A, Lalu Paskalis, SH bersama Pemerintah mengadakan rapat kerja terkait permasalahan tanah di Kelurahan Foa-Aimere. Rapat Kerja ini diikuti oleh Asisten I Setda Ngada Bapak Yohanes Vianey Siwe, SH, Kabag Administasi Pemerintahan Umum Yohanes C. Watu Ngebu, Camat Aimere Kristoforus Aja, Lurah Foa Leonardus Reo, Badan Pertanahan Nasional (BPN) Ngada Yohanes Kellen dan beberapa instansi pemerintah terkait lainnya. Persoalan ini mengemuka ketika ada pengaduan dari yang mengatasnamakan Anggota Suku Sede yaitu Niko Teru, pada Bulan Mei 2011. Niko Teru mengeluhkan untuk tidak dilanjutkan pembayaran harga tanah kompleks Kantor Kelurahan Foa. Dalam Rapat Kerja tersebut pemerintah memberikan penjelasan tentang kronologis penguasaan atas tanah Kompleks Kantor Lurah Foa. Pemerintah menjelaskan alasanalasan tidak dilanjutkannya pembayaran ganti rugi yaitu karena masih ada beberapa pihak yang mengklaim sebagai pemilik sah atas tanah di kompleks kantor Kelurahan Foa, antara lain Suku Boro melalui surat Nomor: 17/SB/KF/XI/2010, tanggal 30 Nopember 2011. Selain itu, berdasarkan pengaduan dari Saudara Lukas Bupu yang
Komisi A DPRD Ngada bersama mitra kerjanya dari Pemerintah mengadakan rapat kerja terkait masalah tanah di Kelurahan Foa-Aimere beberapa waktu lalu . Foto: Humas DPRD Ngada

32

Kelurahan Foa. Apabila hasil mediasi tidak mendapat kepakatan oleh para pihak, maka Pemerintah memberikan kesempatan kepada para pihak tersebut untuk menempuh jalur hukum sesuai ketentuan peraturan perundangBerdasarkan penjelasan pemerin- undangan yang berlaku. tah, Rapat Kerja merekomendasikan beberapa hal sebagai berikut: Ketiga, berkaitan dengan ganti rugi harga tanah kompleks Kantor Lurah Pertama, Pemerintah diminta untuk Foa tersebut, untuk sementara tetap menfasilitasi proses penyele- b e l u m b i s a d i l a n j u t k a n saian kepemilikan Tanah Kompleks pembayarannya sampai ada Kantor Lurah Foa dengan berbagai keputusan hukum yang tetap atau pendekatan persuasif secara telah ada kesepakatan para pihak berjenjang dari tingkat Kelurahan, hak atas tanah. Kecamatan dan Kabupaten. Keempat, demi terciptanya Kedua, Pemerintah diminta untuk k e t e r t i b a n d a n k e a m a n a n tetap memediasi para pihak yang masyarakat, pemerintah perlu b e r k e p e n t i n g a n d e n g a n membangun pos pengamanan di k e p e m i l i k a n Ta n a h K a n t o r wilayah Kelurahan Foa.***

melarang untuk tidak boleh membayar ganti rugi atas tanah tanah tersebut kepada Niko Teru anggota Suku Sede, padahal Lukas Bupu sendiri berasal dari Suku Sede.

Warta DPRD Ngada, Edisi 2, April - Juni 2011

Berita DPRD

Aksi Damai Riung Harmonis


ita merah dengan tulisan putih Save of Riung melilit di kepala ratusan warga Kecamatan Riung yang tergabung dalam Paguyuban Masyarakat Riung Harmonis. Mereka mendatangi kantor Bupati Ngada pada Rabu, 08 Juni 2011. Massa bergerak serempak dari Lapangan Kartini Bajawa melewati jalan Gajah Mada Bajawa dan Jalan Soekarno Hatta. Di halaman kantor Bupati, massa diterima oleh Bupati dan Wakil Bupati Ngada, Ketua dan Wakil Ketua DPRD Kabupaten Ngada, para anggota DPRD, Dandim 1625 Ngada, Kapolres Ngada, dan sejumlah pimpinan instansi

pemerintah. Di hadapan pimpinan daerah dan DPRD Ngada, masyarakat Riung Harmonis menyampaikan aspirasi mereka tentang masalah hutan dan cagar alam, masalah perbatasan antara Ngada dan Manggarai Timur di Sangansipar sampai Bakit serta batas Ngada dan Nagekeo di Pongget sampai Sangansuru. Selain itu, mereka juga mendesak gubernur dan menteri kehutanan untuk meninjau kembali SK Menhut Nomor 3.5/Menhut-VII/2011 tentang Ijin substansi kehutanan, mendesak agar BKSDA tidak melakukan operasi pengamanan kawasan sebelum masalah

kawasan hutan lindung dan cagar alam ini tuntas, meminta perhatian pemerintah terhadap pembangunan infrastruktur di kecamatan Riung. Bupati Ngada, Marianus Sae, dalam tanggapannya menyatakan masih akan memperjuangkan as p iras i masyarakat Riung bersama masyarakat Ngada lainnya yang tergabung dalam Cagar Alam Watu Ata kepada pemerintah pusat terkait dengan masalah kawasan hutan di Kabupaten Ngada. Apa yang menjadi tuntutan masyarakat Riung Harmonis, juga merupakan masalah kita bersama, persoalan masyarakat Ngada yang harus

33

Perkumpulan Masyarakat Riung Harmonis membentang spanduk dan memadati halaman Kantor Bupati Ngada saat melakukan aksi damai pada awal Juni 2011 yang lalu. Foto: Humas DPRD Ngada

Warta DPRD Ngada, Edisi 2, April - Juni 2011

Berita DPRD
Senada dengan Bupati Ngada, Ketua DPRD Ngada, Kristoforus L o k o , S . F i l menegaskan bahwa sebagai wakil rakyat d e w a n a k a n memperjuangkan aspirasi masyarakat Riung mengenai tapal batas dan hutan lindung kepada Gubernur dan Pemerintah Pusat. Sebagai mitra pemerintah, lembaga Dewan memberi apresiasi yang tinggi kepada pemerintah a t a s u s a h a Bupati Ngada, Marianus Sae dan Ketua DPRD Ngada, Kristoforus Loko,S.Fil serius menyimak memperjuangkan penyampaian aspirasi masyarakat yang tergabung dalam Paguyuban Masyarakat Riung Harmonis. Foto: Humas DPRD Ngada. masalah tapal batas Ngada-Manggarai Timur dan Ngadadihadapi bersama-sama. Enam politik bahwa persoalan tapal Nagekeo. Bersama unsur puluh persen wilayah Ngada batas bukan hanya persoalan masuk dalam kawasan hutan m a s y a r a k a t R i u n g t e t a p i M u s p i d a , D e w a n s u d a h l i n d u n g d a n c a g a r a l a m persoalan masyarakat Ngada. menyatakan aspirasi ini kepada sedangkan tuntutan undang- Berdasarkan kondisi faktual pemerintah propinsi di Kupang. undang hanya tiga puluh persen. yang ada, wilayah selatan Namun Kristo menekankan Karena itu pemerintah bersama Waemokel, tengah Kali Bakil, bahwa perjuangan aspirasi ini DPRD Ngada sedang berjuang Utara Buntal. Tanggal 12 Mei harus melalui mekanisme yang untuk mengurangi luas wilayah bersama unsur Muspida kami baik dan benar, tidak dengan kawasan hutan dan cagar alam di mengunjungi kali Bakil. Tanggal pemaksaan kehendak. daerah kita ini sampai pada level 22 Mei, diadakan pertemuan Setelah selesai berorasi dan sesuai tuntutan undang-undang. dengan dua pemerintah daerah m e n d e n g a r k a n t a n g g a p a n Langkah-langkah untuk itu sudah yakni Ngada dan Manggarai pemerintah serta DPRD Ngada, dilakukan oleh pemerintah. Timur. Kami duduk bersama wakil peserta aksi menyerahkan Namun Bupati mengingatkan m e m b i c a r a k a n m a s a l a h pernyataan sikap tertulis kepada massa bahwa wewenang untuk perbatasan. Kita sama-sama B u p a t i d a n K e t u a D P R D mengatur hutan lindung atau sepakat bahwa masalah ini akan Kabupaten Ngada. Aksi damai cagar alam berada di tangan dibicarakan di tingkat propinsi. masyarakat Riung ini ditutup pusat. Tanggal 23 Mei 2011 kami dengan acara jabat tangan antara m e n u j u k e k u p a n g u n t u k massa dengan Bupati, Wakil Sedangkan dalam masalah tapal batas, Bupati Ngada menyatakan m e m b i c a r a k a n m a s a l a h Bupati, Ketua DPRD, Wakil sikapnya yang mendukung warga perbatasan, namun sayangnya ketua DPRD dan Kapolres Riung untuk memperjuangkan pemerintah Manggarai Timur N g a d a . K e m u d i a n m a s s a batas kabupaten ke pemerintah tidak hadir. Perkembangan paling bergerak kembali ke Lapangan Propinsi melalui serangkaian akhir saat ini adalah sudah ada Kartini Bajawa untuk selanjutnya kegiatan Bupati menyangkut surat dari gubernur untuk d i k o o r d i n i r k e m b a l i k e tapal batas selama ini. Tanggal 20 membentuk tim independen Kecamatan Riung.*** A p r i l 2 0 1 1 p e m e r i n t a h penyelesaian masalah tapal batas menyampaikan pernyataan Ngada-Manggarai Timur.

34

Warta DPRD Ngada, Edisi 2, April - Juni 2011

Berita DPRD

Pimpinan OPD Menandatangani Kontrak Kinerja Dengan Bupati Ngada


ara Pimpinan Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Ngada, Kamis (30/06) setelah mendengarkan Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) dari Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK) Republik Indonesia Perwakilan Provinsi NTT menandatangani Kontrak Kinerja dengan Bupati Ngada, Marianus Sae. Kontrak kinerja ini dibuat sebagai tindak lanjut atas Laporan Hasil Pemeriksaan BPK RI Perwakilan Provinsi NTT yang tidak memberikan pendapat (disclaimer of opinion) atas Neraca Pemerintah Kabupaten Ngada per 31 Desember 2010 dan 2009, Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan. Bupati Ngada menegaskan

bahwa Kontrak Kinerja ini sebenarnya bukan hal baru kalau semua aparat sadar akan tugas pokok dan fungsinya masingmasing. Opini disclaimer ini terjadi karena ketidakdisiplinan dan tidak adanya kemauan baik dari Pimpinan OPD untuk menindaklanjuti Laporan Hasil Pemeriksaan dari BPK RI sejak tahun 2004. Oleh karena itu semua Pimpinan OPD setelah mendengarkan Laporan Hasil Pemeriksaan ini harus menandatangani Kontrak Kinerja untuk menghilangkan opini disclaimer dan menentukan waktu penyelesaian (schedule action plan) yang paling cepat, tepat, transparan dan akuntabel. Pernyataan Penetapan Kinerja

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Ngada, Hildegardis Bhoko, SKM (membelakangi lensa) menandatangani kontrak kinerja di hadapan Bupati Ngada .
Foto: Bagian Admas Setda Ngada.

Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintah yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi kepada hasil, para Pimpinan OPD berjanji akan melaksanakan kewajiban dengan mewujudkan target kinerja tahunan yakni: Pertama, melaksanakan tugas pokok dan fungsi dengan penuh tanggungjawab untuk mencapai t a rg e t k i n e r j a O rg a n i s a s i Perangkat Daerah; Kedua, menegakkan disiplin Pegawai Negeri Sipil sesuai Peraturan Perundang-undangan yang berlaku; Ketiga, melakukan pengelolaan keuangan dengan titik berat pada realisasi pendapatan dan realisasi belanja dengan kategori penilaian sebagai berikut: Realisasi pendapatan: 100 persen ke atas dikategorikan Sangat Baik, 80-99 persen dikategorikan Baik, 70 -79 persen dikategorikan Cukup Baik dan 69 persen ke bawah dikategorikan kurang baik. Realisasi belanja: 90-100 persen dikategorikan Sangat Baik, 75-89 persen dikategorikan Baik dan 74 persen ke bawah dikategorikan Kurang Baik. Keempat, melakukan pelaporan keuangan setiap hari Jumad dalam minggu kepada Bupati Ngada. Kelima, memberikan supervisi yang diperlukan untuk dilakukan evaluasi akuntabilitas kinerja anggaran terhadap capaian kinerja anggaran kapanpun diperlukan sebagai tolok ukur keberhasilan Organisasi Perangkat Daerah.

35

Warta DPRD Ngada, Edisi 2, April - Juni 2011

Berita DPRD
Keenam, melakukan pengelolaan barang milik daerah berdasarkan ketentuan Perundang-undangan yang berlaku. Ketujuh, menekan, mengurangi dan meniadakan jumlah temuan pemeriksaan Tim Auditor (BPK RI Perwakilan NTT, BPKP, Inspektorat Propinsi dan Inspektorat Kabupaten Ngada) dalam bidang Pemerintahan Umum, Pengawasan Laporan Keuangan, Sistem Pengendalian Intern dalam Kerangka Pemeriksaan Laporan Keuangan, Laporan atas Kepatuhan terhadap Peraturan Perundang-undangan dan Penyelesaian Kerugian Negara dan Daerah berkaitan dengan realisasi pendapatan daerah, realisasi belanja daerah, baik belanja langsung maupun belanja tidak langsung, penerimaan pembiayaan daerah, pengeluaran pembiayaan daerah, manajemen aset dan penegakan disiplin Pegawai Negeri Sipil. Kedelapan, apabila pimpinan OPD tidak dapat merealisasi target kinerja yang telah ditetapkan maka akan diturunkan eseloneringnya. Keberhasilan dan kegagalan pencapaian target tersebut menjadi tanggungjawab pimpinan OPD. Bupati Ngada akan memberikan supervisi yang diperlukan dan akan melakukan evaluasi akuntabilitas kinerja terhadap capaian kinerja dari perjanjian ini serta mengambil tindakan yang diperlukan dalam rangka pemberian penghargaan dan sanksi. (Admas Setda Ngada)

Apa Kata Mereka?


36
Status disclaimer yang diberikan atas kinerja pengelolaan keuangan daerah Ngada tahun 2010 merupakan bahan refleksi bagi kita. Disclaimer menunjukan kinerja pengelolaan keuangan kita justru masih lemah. Karena itu kita harus benahi manajemen pengelolaan keuangan daerah kita. Penandatanganan kontrak kinerja antara Bupati dengan Pimpinan OPD hanyalah salah satu langkah bagaimana membenahi dan mengatasi persoalan itu. Namun yang paling penting adalah peningkatan kapasitas pengelola keuangan daerah kita. Inilah yang harus terus didorong ke depan. Disamping harus ada kemauan kerja dari para pengelola keuangan daerah.
Lalu Paskalis, SH, Ketua Komisi A DPRD Kabupaten Ngada

Kontrak kinerja seharusnya sudah dilakukan sejak awal kepemimpinan Bupati. Kalau bisa, kita tawarkan kepada Bupati supaya kepala OPD itu dilakukan melalui sistem melamar. Hal ini untuk menghindari kolusi dan nepotisme. Tetapi pada prinsipnya saya sependapat dengan Bupati untuk melakukan kontrak kinerja dengan para pimpinan OPD. Namun perlu diperhatikan input, process, output dan outcome. Yang paling penting adalah outcome atau asas manfaat kepemimpinan. Karena itu yang perlu diperhatikan sekarang adalah tidak hanya the right man on the right place, tetapi the right man on the right base. Orang yang tepat dengan basic yang tepat. Selain itu, persoalan mutasi dan rotasi hendaknya dilakukan pada waktu yang tepat. Bukan tidak mungkin ketika seorang pemimpin ketika sedang menangani program dan anggaran di suatu OPD lalu dimutasikan ke tempat lain, bisa jadi di saat itulah aspek pengelolaan keuangan OPD menjadi terganggu dan bisa berdampak pada status disclaimer atas pengelolaan keuangan daerah. Marsel D. Nau, SE, Wakil Ketua Komisi B DPRD Ngada

Pameran Lukisan

Status discalimer merupakan hasil penilain terhadap kinerja pemerintah. Menurut saya, hal ini terjadi karena beberapa faktor. Pertama alat uji BPK mungkin berbeda formatnya dengan fromat pemerintah. Tetapi kemungkinan ini sangat kecil karena para OPD pasti sudah bisa mengantisi-pasinya sejak dini jika terjadi perubahan regulasi terkait perubahan alat uji itu. Maka pertanyaan kita mengapa OPD tidak cepat mengantisipasi dengan melakukan perbaikan-perbaikan administrasi? Apakah OPD lalai dalam mengantisiapasi hal ini? Kedua, rentang kendali yang diberikan kepada setiap OPD terlalu panjang. Artinya dalam pengelolaan keuangan, Pimpinan OPD menggantungkan harapan pada Sekretaris sebagai Kuasa Pengguna Anggara dan Sekretaris menggantungkan harapan pada bendahara. Panjangnya rentang kendali ini membuat para OPD saling menggantungkan harapan pada setiap jenjang. Saran saya, ke depan pemerintah perlu mengekstra-fungsikan Inspektorat, tidak hanya sebagai pengawas tetapi juga melakukan kontrol secara reguler, misalnya triwulanan terhadap setiap OPD. Jika ada hal-hal yang belum terpenuhi, Inspektoratlah yang melakukan kontrol serta perbaikan langsung. Tidak menunggu ada masalah yang muncul baru melaksanakannya. Raymundus Bena, SS, M.Hum, Sekretaris Komisi C DPRD Ngada

Warta DPRD Ngada, Edisi 2, April - Juni 2011

OPINI

Nurhayati, Jangan Sampai ke Daerah!


P. Charles Beraf, SVD*
erupa membuka kotak pandora, praktik percaloan di DPR akhirnya terkuak. Ini bermula ketika kopian lembaran formulir setoran dan bukti transfer Bank Mandiri senilai 250 juta beredar di Gedung DPR. Di DPR kopian itu disebut-sebut sebagai bukti praktik calo anggaran Dana Penyesuaian Infrastruktur Daerah (DPID) 2011. Pelakunya diduga Wa Ode Nurhayati, anggota DPR dari Fraksi Partai Amanat Nasional dan anggota Badan Anggaran DPR. Kalau ini benar, barangkali tak cuma Nurhayati. Ditengarai praktik percaloan di DPR sudah menggurita di tubuh DPR: berlangsung lama, sistematis dan menyebar. Menurut Arif Nur Alam, Direktur Eksekutif Indonesia Budget Center (IBC), modus percaloan terjadi dua arah. Kepala daerah menemui anggota DPR agar dana proyek daerahnya diperjuangkan dalam rapat Badan Anggaran (Banggar) bersama pemerintah atau anggota DPR mendatangi kepala daerah. Mereka dapat memilih: bergerak sendiri atau memakai perantara. Sebagaimana dilansir HU Kompas, 1 Juli 2011 praktik percaloan berlangsung mulai dari Musrenbang (Musyawarah Perencanaan Pembangunan) Nasional, penyusunan program, pelaksanaan hingga ke perencanaan tahun berikut. Ujung-ujungnya, duit! Meski terkuaknya kasus ini masih menuai pro-kontra di tubuh DPR, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sudah diteriaki massa. KPK diminta segera memeriksa dugaan calo anggaran di DPR. Erosi Kepercayaan Dalam catatan KPK, tindak pidana korupsi berdasarkan pelaku perkara yang ditangani KPK dalam tahun 2004-2010, paling banyak di tubuh Eselon I, II, III (84 perkara atau 34 %) dan anggota DPR (43 perkara atau 18 %). Namun justru dari sinilah penanganan lebih kerap mentok di tengah jalan. Perkaranya pun lebih sering berujung satu: duit! Fenomena kejahatan seperti percaloan (atau sebut saja fenomena Nurhayati) atau korupsi yang menjalari banyak anggota DPR mengisyaratkan bahwa kekuasaan ataupun jabatan bisa (terpakai) sebagai sarana memuluskan tindakan kejahatan tertentu. Sekalipun secara objektif dan regulatif seorang pejabat

atau anggota DPR memanggul kepercayaan dan tanggung jawab publik, hal itu bisa dengan mudah mentah di hadapan konspirasi atau hubungan patronase gelap. Pelbagai tindak kejahatan anggota DPR tertentu di negara ini bukan tidak mungkin melahirkan preseden buruk. Kredibilitas dan akuntabilitas orang pilihan ini di hadapan publik sepertinya mengalami erosi. Publik menjadi skeptis, 'kurang percaya' terhadap tiap diskursus keterwakilan yang digaung-gemakan banyak anggota dewan. Skeptisisme atau erosi kepercayaan publik terhadap kinerja wakilwakilnya ini, pada tingkat yang paling ekstrem, bisa mendapat rupanya dalam dua sikap, yakni sikap permisif dan indiferen. Pertama, sikap permisif, selain berarti pembiaran atas tindak kejahatan, juga berarti publik bisa berbuat jahat. Ini sangat kentara, misalnya pada mereka yang sebelum menduduki jabatan tertentu sangat getol mengkritik para pejabat yang korup, meski kemudian ketika menjadi pejabat, ikutan korupsi. Kedua, sikap indiferen, selain berarti ketiadaan tanggung jawab publik terhadap pelbagai persoalan yang sudah dan sedang terjadi, juga berarti pelepasan atau pelemparan tanggung jawab. Sekalipun publik tahu benar suatu kasus korupsi misalnya, dalam proses penanganan publik tidak akan memberi keterangan tentang itu dan hanya akan menyerahkannya, misalnya kepada para penegak. Minimalisme Moral Erosi kepercayaan publik dengan dua kemungkinan ekstrem itu selain berdampak pada eskalasi soal, juga pada timbulnya minimalisme moral di tengah publik. Di sini, nilai-nilai moral tidak sebatas tidak diindahkan dalam prilaku hidup, tetapi lebih dari itu dipermainkan. Tidak ada lagi batas antara baik dan buruk, benar dan salah, pantas dan tak pantas. Kalau demikian, maka seperti pernah kata Amien Rais, bangsa ini adalah bangsa pendosa. Kita tentu sangat mengharapkan para wakil rakyat tidak hanya berhenti dengan bermanis mulut ketika kampanye politik menjelang pemilu, tetapi lebih jauh, bersikap integer sesuai tuntutan keterwakilan rakyat. Integritas dalam

37

Warta DPRD Ngada, Edisi 2, April - Juni 2011

OPINI
hal ini berkenaan dengan dua elemen penting, yakni kepercayaan dan tanggung jawab. Pertama, oleh kepercayaan dan atau keterpilihannya, tak seorang pun wakil rakyat yang tidak mewakili rakyat. Karena itu, menjalankan amanah keterwakilan secara konsisten dan konsekuen merupakan imperatif politik dan moral bagi para wakil rakyat. Kedua, tanggung jawab yang diemban para wakil rakyat bersinggungan langsung dengan tuntutan dan aspirasi rakyat. Mengabaikan tanggung jawab sama dengan mengkhianati rakyat sebagai subjek dan sasaran politik. Integritas itu hanya bisa terwujud secara signifikan jika para wakil rakyat memenuhi dua syarat berikut ini. Pertama, para wakil rakyat harus kebal terhadap pelbagai kepentingan atau interese politis subjektif di luar kepentingan rakyat. Kepentingan rakyat tidak bisa ditumbalkan cuma dengan, misalnya, uang atau proyek tertentu. Wakil rakyat mesti berdiri di atas asas keadilan, yang oleh filosof Socrates, merupakan nilai tertinggi dalam masyarakat, mengatasi individualitas (interese atau kepentingan) tiap orang. Kedua, para wakil rakyat perlu memiliki kebijaksanaan moral untuk memperjuangkan dan menegakkan harga diri, martabat rakyat yang diwakili. Kebijaksanaan moral ini menempatkan jabatan politik bukan sebagai sesuatu yang absolut, melainkan sebagai instrumen penegakan martabat rakyat. Hal itu pertama-tama terimplementasi misalnya melalui pertanggungjawaban secara legal dan moral di hadapan rakyat tentang sejauh mana kinerja wakil rakyat. Pertanggungjawaban itu memungkinkan terciptanya diskursus publik tentang alternatif manakah yang harus diambil, termasuk bagaimana kemudian merakit sebuah tanggung jawab (misalnya dalam hal legislasi atau pengawasan) yang peka, peduli terhadap rakyat. Dengan ini, rakyat sesungguhnya 'ditarik' untuk turut mengontrol, mengawasi. Di tengah erosi kepercayaan terhadap kinerja dan perilaku wakil rakyat dan di hadapan sekian banyak kepentingan yang berseliweran, imunitas dan kebijaksanaan moral wakil rakyat merupakan hal yang sangat berharga. Menunjukkan dan menegakkan kinerja secara arif dan murni, selain dapat mengembalikan citra wakil rakyat di hadapan publik, juga menangkal terjadinya pembiasan kasus kejahatan (minimalisme moral) ke tengah publik. Inilah agenda yang harus terus dipegang para wakil di negara ini. Publik pun kini tentu sedang awas menunggu. Entahkah dengan skandal Wa Ode Nurhayati itu, wakil rakyat bisa belajar mematikan cengkraman guritanya sendiri atau malah sebaliknya makin kuat menggurita di negara ini, hingga ke daerah-daerah? Fenomena Nurhayati, jangan sampai ke daerah!* * * Penulis adalah Pemimpim Perusahaan Harian Umum Flores Pos, tinggal di Ende

38

Sumber: www.masegenta.blogspot.com

Warta DPRD Ngada, Edisi 2, April - Juni 2011

Lensa DPRD

Ketua DPRD Ngada, Kristo Loko, S.Fil bersama anggota DPRD lainnya ketika memantau lokasi pelebaran Bandara Udara Turelelo Soa beberapa waktu lalu.

Pimpinan DPRD Ngada ketika menerima aspirasi warga KUD Loboleke-Naru awal Mei lalu. Hadapi persoalan dengan senyum.

39

Kepala Bappeda Kabupaten Ngada, Hilarius Sutanto, (kanan) serius mendalami materi pada rapat lintas komisi di DPRD Ngada beberapa waktu lalu.

Suasana Rapat Badan Musyawarah (Bamus) DPRD Ngada bersama Pemerintah ketika merancang setiap agenda sidang Di DPRD Ngada.

Pemerintah Pusat memberi penghargaan kepada Kabupaten Ngada sebagai Juara I Nasional Program PNPM Mandiri Integrasi Tahun 2010. Inilah Piala Sikompak Award yang diberikan kepada Kabupaten Ngada.

Bupati Ngada, Marianus Sae, mengangkat Piala Sikompak Award.

Warta DPRD Ngada, Edisi 2, April - Juni 2011

Lensa DPRD

Acara syukuran atas penganugerahan Sikompak Award diakhiri dengan Jai bersama di halaman Kantor Bupati Ngada. Foto Kanan: Bupati Ngada bersama Ketua dan Wakil Ketua DPRD Ngada. Foto Kiri: Anggota DPRD Ngada berjai bersama.

Ketua DPRD Ngada didampingi Bpk. Vinsen Kua dan Bpk. Paulus D. Maku (membelakangi lensa) ketika mengunjungi situs Matamenge di Kecamatan Soa. Situs Matamenge menyimpan fosil-fosil yang sangat menarik untuk dieskavasi lebih lanjut.

Kampung Adat Bena, salah satu wisata budaya di Ngada yang tak pernah luntur tergerus budaya modern.

Bpk. Ketua serius mendengar penjelasan dari tim eskavasi situs Matamenge di Kecamatan Soa.

Ketika aksi damai Permata bulan Mei yang lalu, mama ini mempertanyakan sikap Gubernur NTT yang menyetujui untuk tidak melakukan revisi kawasan hutan di Ngada selama 20 tahun ke depan.

Anda mungkin juga menyukai