Anda di halaman 1dari 13

Orang orang Yang Menggenggam Bara Api (Bagian 3)

Posted by artikelislam under Al-Ilmu, asysyariah, Darus Salaf, DarusSalaf, Islam, Manhaj, Manhaj Salaf, Manhaj Salafi, Manhaj Salafy, Salaf, Salafi, Salafy, Syariah, thullabul-ilmiy Leave a Comment
Thoifah Manshuroh mereka adalah orang-orang yang mencintai Alloh dan dicintai oleh-Nya. Oleh sebab itulah mereka dalam keadaan tetap jiwanya dalam memberantas Ahlul Bida dan Ahlul Ahwa, menyumbat dengan adzab yang pedih kepada thaghut-thaghut yang mengganti nikmat Alloh dengan kekufuran dan menghalalkan masyarakatnya dengan neraka jahannam. Ketahuilah saudara-saudara seiman, sesungguhnya sifat tetap istiqomah dalam memelihara Islam dan terus menerus diatas manhaj Al Haq adalah kenikmatan yang sangat besar. Dia adalah wali Allah dan hamba pilihan-Nya yang senantiasa mendapatkan kecintaan dari-Nya. Dengan sifat itulah hamba-hamba Allah akan teruji. Allah taala berfirman, berbicara kepada hambanya Muhammad alaihisshalaatu wasallam (yang artinya):

Dan kalau Kami tidak memperkuat (hati) mu, niscaya kamu hampir-hampir condong sedikit kepada mereka. Kalau terjadi demikian, benar-benarlah Kami akan rasakan kepadamu (siksaan) berlipat ganda di dunia ini dan begitu (pula siksaan) berlipat ganda sesudah mati, kemudian kamu tidak akan mendapat seorang penolongpun terhadap Kami.(Q.S. Al Isra :74-75)

Allah telah memerintahkan kepada malaikat untuk menetapkan ahlul iman (orang-orang yang beriman) dengan firman-Nya (yang artinya):

(Ingatlah), ketika Rabbmu mewahyukan kepada para malaikat: Sesungguhnya Aku bersama kalian, maka teguhkanlah (pendirian) orang-orang yang beriman. (Q.S Al Anfaal :12)

Allah telah mensyariatkan prinsip-prinsip, barangsiapa yang berjalan di atasnya Dia akan memberikan terus menerus sifat keteguhan/keistiqomahan dan nikmat terus menerus untuk mencintai sifat keteguhan/keistiqomahan tersebut. dan nikmat terus menerus untuk mencintai sifat keteguhan/keistiqomahan tersebut.

Prinsip-prinsip tersebut adalah:

1.Menolong agama Allah.

Allah taala berfirman (yang artinya): Hai orang-orang yang beriman, jika kalian menolong (agama) Alloh, niscaya Dia akan menolong kalian dan meneguhkan kedudukan-kedudukan kalian. (Q.S. Muhammad : 7)

2.Dengan perkataan yang kokoh dan benar. Allah taala berfirman (yang artinya): Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat, (Q.S. Ibrahim: 27)

3.Infaq di jalan Allah. Allah yang Maha Tinggi dan Terpuji berfirman (yang artinya): Dan perumpamaan orang-orang yang menginfaqkan hartanya karena mencari keridloan Allah dan untuk keteguhan jiwa mereka, seperti sebuah kebun yang terletak di dataran tinggi yang disiram oleh hujan lebat, maka kebun itu menghasilkan buahnya dua kali lipat, Jika hujan lebat tidak menyiraminya, maka hujan gerimis (pun memadai). Dan Allah Maha Melihat apa yang kalian perbuat. (Q.S. Al Baqarah : 265) terletak di dataran tinggi yang disiram oleh hujan lebat, maka kebun itu menghasilkan buahnya dua kali lipat, Jika hujan lebat tidak menyiraminya, maka hujan gerimis (pun memadai). Dan Allah Maha Melihat apa yang kalian perbuat. (Q.S. Al Baqarah : 265)

4.Berdoa. Allah taala berfirman (yang artinya): Tatkala mereka nampak oleh Jalut dan tentaranya, merekapun (Thalut dan tentaranya) berdoa: Ya Rabb kami, tuangkanlah kesabaran atas kami dan tolonglah kami terhadap orang-orang kafir. (Q.S. Al Baqarah : 250) (Dan firman Allah taala yang artinya ) : Dan berapa banyaknya Nabi yang berperang bersama- sama mereka sejumlah besar pengikut (nya) yang bertakwa. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada) musuh. Alloh menyukai orang-orang yang sabar. Tidak ada doa mereka selain ucapan: Ya Rabb kami, ampunilah dosa-dosa kami dan tindakan-tindakan kami dan tetapkanlah pendirian kami, dan tolonglah kami terhadap kaum yang kafir. Karena itu Allah memberikan kepada mereka pahala di dunia dan pahala yang baik di akhirat. Dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan. (Q.S.Ali Imran :146-148)

5.Menjalankan perkara-perkara yang diperintahkan-Nya dan menjauhi perkara yang dilarang. Setiap hamba yang benar perkataannya dan baik (hasan) amalnya maka dia adalah hamba yang paling tetap keteguhan dan keistiqomahannya. Allah taala berfirman (yang artinya): Dan sesungguhnya kalau Kami perintahkan kepada mereka: Bunuhlah dirimu atau keluarlah kamu dari dari kampungmu:, niscaya mereka tidak akan melakukannya, kecuali sebagian kecil dari mereka. Dan sesungguhnya kalau mereka melaksanakan pelajaran yang diberikan kepada mereka, tentulah hal yang demikian itu lebih baik bagi mereka dan lebih menguatkan iman mereka, dan kalau demikian, pasti Kami berikan kepada mereka pahala yang besar dari sisi Kami, dan pasti Kami tunjuki mereka kepada jalan yang lurus. Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul (Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid dan orang- orang yang saleh. Dan mereka itulah teman sebaik-baiknya. Yang demikian itu adalah karunia dari Allah, dan Allah cukup mengetahui. Hai orang-orang yang beriman, bersiapsiagalah kamu, dan majulah (ke medan pertempuran) berkelompok-kelompok, atau majulah bersamasama! (Q.S. An Nisaa: 66-71)

6.Tadabbur Al Quranul Kariim. Ketahuilah wahai hamba muslim, sesungguhnya hukum ketetapan dan asal tentang sifat keteguhan dan keistiqomahan bersumber dari kitabullah dan sunnah Rosul-Nya alaihisshalaatu wasallam. Allah taala berfirman (yang artinya): Katakanlah: Ruhul Qudus (Jibril) menurunkan Al Quran itu dari Rabbmu dengan haq, untuk meneguhkan (hati) orang-orang yang telah beriman, dan menjadi petunjuk serta kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri (kepada Allah).(Q.S.An Nahl :102)

7.Menjadikan orang-orang yang sholeh sebagai qudwah. Allah taala berfirman(yang artinya) : Orang-orang itu tidak mampu menghalang-halangi Alloh untuk (mengadzab mereka) di bumi ini, dan sekali-kali tidak ada bagi mereka penolong selain Alloh. Siksaan itu dilipat gandakan kepada mereka. Mereka selalu tidak dapat mendengar (kebenaran) dan mereka selalu tidak dapat melihat(nya). (Q.S. Huud : 20)

Ini semua adalah sifat yang telah diwahyukan dan ditanamkan oleh Rabbulalamin diatas kesempurnaan janji maiyyah dan pengawasan dari-Nya yang menunjukan bahwa Thoifah Al Manshuroh, mereka tidak bisa diatur kedudukannya dan dicabut atau dirubah akar pangkalnya oleh musuh-musuh Allah meskipun dalam keadaan musuh-musuh Allah itu bersatu. Ath Thoifah Al Manshuroh mereka adalah orang-orang yang dipermisalkan oleh Allah dalam ayat Al Quran (artinya ):

Tidaklah kamu perhatikan bagaimana Alloh telah membuat permisalan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit, pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Rabbnya. Alloh membuat permisalan-permisalan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat. (Q.S. Ibrahim: 24-25)

Thoifah Manshuroh mereka adalah orang-orang yang mencintai Alloh dan dicintai oleh-Nya. Oleh sebab itulah mereka dalam keadaan tetap jiwanya dalam memberantas Ahlul Bida dan Ahlul Ahwa, menyumbat dengan adzab yang pedih kepada thaghut-thaghut yang mengganti nikmat Alloh dengan kekufuran dan menghalalkan masyarakatnya dengan neraka jahannam. Karena sesungguhnya Thoifah Al Manshuroh mereka menyandarkan dirinya diatas Manhaj (jalan/prinsip) Alloh yang kekal. Mereka dalam keadaan tetap dhahir dimuka bumi meskipun orang-orang musyrik membenci dan tidak menghendakinya.

Allah berfirman (yang artinya): Mereka hendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tetap menyempurnakan cahaya-Nya meskipun orang-orang kafir benci. (Q.S. Ash Shaff: 8).

Tamat (Diterjemahkan Oleh Al Ustadz Abu Isa Nurwahid Dari Kitab Al Qabidhuna ala Al Jamri)

Menebar Keangkuhan Menuai Kehinaan


Posted by artikelislam under Al-Ilmu, asysyariah, Darus Salaf, DarusSalaf, Islam, Muslimah, Muslimah Salaf, Muslimah Salafi, Muslimah Salafy, Salaf, Salafi, Salafy, Syariah, thullabulilmiy [27] Comments
Masih berkaca pada untaian nasihat Luqman Al-Hakim kepada anaknya. Menjelang akhir nasihatnya, Luqman melarang sang anak dari sikap takabur dan memerintahkannya untuk merendahkan diri (tawadhu). Luqman berkata kepada anaknya:

Dan janganlah engkau memalingkan wajahmu dari manusia (karena sombong), dan janganlah berjalan dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang angkuh dan menyombongkan diri. (Luqman: 18)

Demikian Luqman melarang untuk memalingkan wajah dan bermuka masam kepada orang lain karena sombong dan merasa dirinya besar, melarang dari berjalan dengan angkuh, sombong terhadap nikmat yang ada pada dirinya dan melupakan Dzat yang memberikan nikmat, serta kagum terhadap diri sendiri. Karena Allah tidak menyukai setiap orang yang menyombongkan diri dengan keadaannya dan bersikap angkuh dengan ucapannya. (Taisirul Karimir Rahman hal. 649) Pada ayat yang lain Allah k melarang pula:

Dan janganlah berjalan di muka bumi dengan sombong, karena sesungguhnya engkau tak akan dapat menembus bumi dan tidak akan mencapai setinggi gunung. (Al-Isra`: 37) Demikianlah, seseorang dengan ketakaburannya tidak akan dapat mencapai semua itu. Bahkan ia akan menjadi seorang yang terhina di hadapan Allah k dan direndahkan di hadapan manusia, dibenci, dan

dimurkai. Dia telah menjalani akhlak yang paling buruk dan paling rendah tanpa menggapai apa yang diinginkannya. (Taisirul Karimir Rahman, hal. 458) Kehinaan. Inilah yang akan dituai oleh orang yang sombong. Dia tidak akan mendapatkan apa yang dia harapkan di dunia maupun di akhirat. Amr bin Syuaib meriwayatkan dari ayahnya dari kakeknya dari Nabi n:

Orang-orang yang sombong dikumpulkan pada hari kiamat seperti semut-semut kecil dalam bentuk manusia, diliputi oleh kehinaan dari segala arah, digiring ke penjara di Jahannam yang disebut Bulas, dilalap oleh api dan diberi minuman dari perasan penduduk neraka, thinatul khabal.1 (HR. At-Tirmidzi, dihasankan oleh Asy-Syaikh Al-Albani t dalam Shahih Al-Adabul Mufrad no. 434) Bahkan seorang yang sombong terancam dengan kemurkaan Allah k. Demikian yang kita dapati dari Rasulullah n, sebagaimana yang disampaikan oleh seorang shahabat mulia, Abdullah bin Umar c:

Barangsiapa yang merasa sombong akan dirinya atau angkuh dalam berjalan, dia akan bertemu dengan Allah k dalam keadaan Allah murka terhadapnya. (HR. Ahmad, dishahihkan oleh Asy- Syaikh Al-Albani t dalam Shahih Al-Adabul Mufrad no. 427) Kesombongan (kibr) bukanlah pada orang yang senang dengan keindahan. Akan tetapi, kesombongan adalah menentang agama Allah k dan merendahkan hamba-hamba Allah k. Demikian yang dijelaskan oleh Rasulullah n tatkala beliau ditanya oleh Abdullah bin Umar c, Apakah sombong itu bila seseorang memiliki hullah2 yang dikenakannya? Beliau n menjawab, Tidak. Apakah bila seseorang memiliki dua sandal yang bagus dengan tali sandalnya yang bagus? Tidak. Apakah bila seseorang memiliki binatang tunggangan yang dikendarainya? Tidak. Apakah bila seseorang memiliki teman-teman yang biasa duduk bersamanya? Tidak. Wahai Rasulullah, lalu apakah kesombongan itu? Kemudian beliau n menjawab:

Meremehkan kebenaran dan merendahkan manusia. (HR. Ahmad, dishahihkan oleh Asy-Syaikh AlAlbani t dalam Shahih Al-Adabul Mufrad no. 426) Tak sedikit pun Rasulullah n membuka peluang bagi seseorang untuk bersikap sombong. Bahkan beliau n senantiasa memerintahkan untuk tawadhu. Iyadh bin Himar z menyampaikan bahwa Rasulullah n bersabda:

Sesungguhnya Allah mewahyukan kepadaku agar kalian bersikap tawadhu hingga tidak seorang pun menyombongkan diri atas yang lain dan tak seorang pun berbuat melampaui batas terhadap yang lainnya. (HR. Muslim no. 2865) Berlawanan dengan orang yang sombong, orang yang berhias dengan tawadhu akan menggapai kemuliaan dari sisi Allah k, sebagaimana yang disampaikan oleh shahabat yang mulia, Abu Hurairah z bahwa Rasulullah n bersabda:

Dan tidaklah seseorang bersikap tawadhu karena Allah, kecuali Allah akan mengangkatnya. (HR. Muslim no. 2588)

Tawadhu karena Allah k ada dua makna. Pertama, merendahkan diri terhadap agama Allah, sehingga tidak tinggi hati dan sombong terhadap agama ini maupun untuk menunaikan hukum- hukumnya. Kedua, merendahkan diri terhadap hamba-hamba Allah k karena Allah k, bukan karena takut terhadap mereka, ataupun mengharap sesuatu yang ada pada mereka, namun semata-mata hanya karena Allah k. Kedua makna ini benar. Apabila seseorang merendahkan diri karena Allah k, maka Allah k akan mengangkatnya di dunia dan di akhirat. Hal ini merupakan sesuatu yang dapat disaksikan dalam kehidupan ini. Seseorang yang merendahkan diri akan menempati kedudukan yang tinggi di hadapan manusia, akan disebut-sebut kebaikannya, dan akan dicintai oleh manusia. (Syarh Riyadhish Shalihin, 1/365) Tak hanya sebatas perintah semata, kisah-kisah dalam kehidupan Rasulullah n banyak melukiskan ketawadhuan beliau. Beliau n adalah seorang manusia yang paling mulia di hadapan Allah k. Meski demikian, beliau menolak panggilan yang berlebihan bagi beliau. Begitulah yang dikisahkan oleh Anas bin Malik z tatkala orang-orang berkata kepada Rasulullah n, Wahai orang yang terbaik di antara kami, anak orang yang terbaik di antara kami! Wahai junjungan kami, anak junjungan kami! Beliau n pun berkata:

Wahai manusia, hati-hatilah dengan ucapan kalian, jangan sampai kalian dijerumuskan oleh syaitan. Sesungguhnya aku tidak ingin kalian mengangkatku di atas kedudukan yang diberikan oleh Allah taala bagiku. Aku ini Muhammad bin Abdillah, hamba-Nya dan utusan-Nya. (HR. An- Nasa`i dalam Amalul Yaum wal Lailah, dikatakan dalam Ash-Shahihul Musnad fi Asy-Syamail Muhammadiyah no. 786: hadits shahih menurut syarat Muslim) Anas bin Malik z mengisahkan:

Rasulullah n biasa mengunjungi orang-orang Anshar, lalu mengucapkan salam pada anak-anak mereka, mengusap kepala mereka dan mendoakannya. (HR An. Nasa`i, dikatakan dalam Ash- Shahihul Musnad fi Asy-Syamail Muhammadiyah no. 796: hadits hasan)

Ketawadhuan Rasulullah n ini menjadi gambaran nyata yang diteladani oleh para shahabat. Anas bin Malik z pernah melewati anak-anak, lalu beliau mengucapkan salam pada mereka. Beliau n mengatakan:

Nabi n biasa melakukan hal itu. (HR. Al-Bukhari no. 6247 dan Muslim no. 2168) Memberikan salam kepada anak-anak ini dilakukan oleh Nabi n dan diikuti pula oleh para shahabat beliau g. Hal ini merupakan sikap tawadhu dan akhlak yang baik, serta termasuk pendidikan dan pengajaran yang baik, serta bimbingan dan pengarahan kepada anak-anak, karena anak-anak apabila diberi salam, mereka akan terbiasa dengan hal ini dan menjadi sesuatu yang tertanam dalam jiwa mereka.(Syarh Riyadhish Shalihin, 1/366-367) Pernah pula Abu Rifaah Tamim bin Usaid zmenuturkan sebuah peristiwa yang memberikan gambaran ketawadhuan Nabi n serta kasih sayang dan kecintaan beliau terhadap kaum muslimin:

Aku pernah datang kepada Rasulullah n ketika beliau berkhutbah. Lalu aku berkata, Wahai Rasulullah, seorang yang asing datang padamu untuk bertanya tentang agamanya, dia tidak mengetahui tentang agamanya. Maka Rasulullah n pun mendatangiku, kemudian diambilkan sebuah kursi lalu beliau duduk di atasnya. Mulailah beliau mengajarkan padaku apa yang diajarkan oleh Allah. Kemudian beliau kembali melanjutkan khutbahnya hingga selesai. (HR. Muslim no. 876) Begitu banyak anjuran maupun kisah kehidupan Rasulullah n yang melukiskan ketawadhuan beliau. Demikian pula dari para shahabat g. Tinggallah kembali pada diri ayah dan ibu. Jalan manakah kiranya yang hendak mereka pilihkan bagi buah hatinya? Mengajarkan kerendahan hati hingga mendapati kebahagiaan di dua negeri, ataukah menanamkan benih kesombongan hingga menuai kehinaan di dunia dan akhirat? Wallahu taala alamu bish-shawab. 1 Thinatul khabal adalah keringat atau perasan dari penduduk neraka.

2 Hullah adalah pakaian yang terdiri dari dua potong baju.

Anda mungkin juga menyukai

  • Keajaiban Alqur'An
    Keajaiban Alqur'An
    Dokumen24 halaman
    Keajaiban Alqur'An
    bariahfitriani483
    Belum ada peringkat
  • Khutbah Jumat
    Khutbah Jumat
    Dokumen17 halaman
    Khutbah Jumat
    royyan192891
    Belum ada peringkat
  • Ajaran Sesat
    Ajaran Sesat
    Dokumen3 halaman
    Ajaran Sesat
    bariahfitriani483
    100% (1)
  • Harun Yahya2
    Harun Yahya2
    Dokumen1 halaman
    Harun Yahya2
    bariahfitriani483
    Belum ada peringkat
  • Fiqih
    Fiqih
    Dokumen23 halaman
    Fiqih
    bariahfitriani483
    Belum ada peringkat
  • Biodata
    Biodata
    Dokumen1 halaman
    Biodata
    bariahfitriani483
    Belum ada peringkat
  • NabiIsadalamAl-QurandanBible AriefHikmah
    NabiIsadalamAl-QurandanBible AriefHikmah
    Dokumen10 halaman
    NabiIsadalamAl-QurandanBible AriefHikmah
    bariahfitriani483
    Belum ada peringkat
  • Salaf
    Salaf
    Dokumen132 halaman
    Salaf
    bariahfitriani483
    Belum ada peringkat
  • Muslim
    Muslim
    Dokumen13 halaman
    Muslim
    bariahfitriani483
    Belum ada peringkat
  • Artikel
    Artikel
    Dokumen53 halaman
    Artikel
    bariahfitriani483
    Belum ada peringkat
  • Islam
    Islam
    Dokumen60 halaman
    Islam
    royyan192891
    Belum ada peringkat
  • Syi'ah
    Syi'ah
    Dokumen59 halaman
    Syi'ah
    bariahfitriani483
    Belum ada peringkat
  • Harun Yahya
    Harun Yahya
    Dokumen32 halaman
    Harun Yahya
    bariahfitriani483
    Belum ada peringkat
  • Syi'ah
    Syi'ah
    Dokumen59 halaman
    Syi'ah
    bariahfitriani483
    Belum ada peringkat
  • Silsilah 25 Nabi
    Silsilah 25 Nabi
    Dokumen216 halaman
    Silsilah 25 Nabi
    bariahfitriani483
    100% (1)
  • Silsilah 25 Nabi
    Silsilah 25 Nabi
    Dokumen203 halaman
    Silsilah 25 Nabi
    bariahfitriani483
    100% (1)
  • 3
    3
    Dokumen2 halaman
    3
    bariahfitriani483
    Belum ada peringkat
  • Mengimani Peristiwa Isra
    Mengimani Peristiwa Isra
    Dokumen15 halaman
    Mengimani Peristiwa Isra
    bariahfitriani483
    Belum ada peringkat
  • Meraih Kebahagiaan Hidup
    Meraih Kebahagiaan Hidup
    Dokumen30 halaman
    Meraih Kebahagiaan Hidup
    bariahfitriani483
    Belum ada peringkat
  • 1
    1
    Dokumen2 halaman
    1
    bariahfitriani483
    Belum ada peringkat
  • Kisah Nabi Dan Rosul
    Kisah Nabi Dan Rosul
    Dokumen31 halaman
    Kisah Nabi Dan Rosul
    bariahfitriani483
    Belum ada peringkat