Anda di halaman 1dari 3

Polimer Pencegah Tanah Longsor atau Erosi Proses pembuatan polimer emulsi pertama kali dilakukan pada saat

Perang Dunia Ke-2. Terancamnya pasokan karet alam dari negara-negara ketiga mengakibatkan beberapa negara seperti Amerika dan sekutunya serta Jepang berlomba-lomba untuk membuat karet alam sintetik. Polimer emulsi yang pertama kali disintesis adalah poli (1.3 butadiene co styrene). Bentuk dari polimer sintesis tersebut mirip dengan getah karet (latex) sehingga produk polimer-polimer emulsi sering juga dikenal dengan sebutan latex. Proses pembuatan polimer emulsi adalah dengan polimerisasi radikal bebas. Komponenkomponen yang terlibat dalam polimerisasi emulsi (emulsion polymerization) adalah monomer, inisiator, air, surfaktan, dan aditif. Dewasa ini produk-produk dari polimer emulsi banyak digunakan sebagai lem (adhesive), cat (coating), dan untuk aplikasi tekstil. Fungsi utama dari polimer emulsi adalah sebagai binder (pengikat). Partikel-partikel tanah pada dasarnya tidak terikat dengan kuat antara satu dan lainnya. Akar dari tanaman akan meningkatkan ikatan dari partikel-partikel tersebut. Hilangnya pohon dan tanaman akibat penebangan liar atau sebab yang lain mengakibatkan partikel-partikel tanah menjadi sangat rentan dan mudah untuk dipisahkan. Apalagi jika tanah yang rentan tersebut dikenai oleh beban yang sangat besar, misalnya aliran sungai yang deras atau hujan yang sangat lebat. Aliran air akan dengan sangat mudah merusak dan menghancurkan ikatan partikel-partikel tanah. Akibatnya, akan terjadi tanah longsor atau erosi. Polimer emulsi, terutama dari jenis poly (vinyl acetate co acrylic) atau poly (vinil acetate co veova), dapat berfungsi sebagai soil stabilizer. Polimer jenis ini akan meningkatkan ikatan partikel-partikel tanah sehingga akan mencegah pergerakan dari partikel-partikel tersebut serta akan mencegah terdispersinya partikel-partikel tanah oleh air dan udara. Perlu terlebih dahulu diketahui material-material lain yang juga dapat berfungsi sebagai soil stabilizer dan kelemahan dari setiap material-material tersebut. Material-material yang dapat digunakan sebagai soil stabilizer selain polimer emulsi adalah chlorine based salts, organic resin emulsion, organic oil emulsion, petroleum resin emulsion, liqnin sulfonate, dan enzymes. Kelemahan dari material-material tersebut di antaranya adalah sifat korosif terhadap logam, tanah menjadi licin jika basah, ikatan antarpartikel tidak kuat, menjadikan tanah dan air tanah menjadi hangat, lapisan menjadi mudah patah (britle) jika kering, lapisan memiliki bau yang menyengat, mudah terlarut, dan proses aplikasinya yang sulit. Keunggulan dari polimer emulsi dibandingkan dengan material yang lain adalah menciptakan

lapisan yang flexible, aman terhadap lingkungan, tidak korosif, tidak mudah terlarut, tanah tidak licin jika basah, tahan air (waterproof), nonflammable, tidak menimbulkan bau, mengikat partikel tanah dengan kuat, aplikasinya yang singkat dan mudah, tahan terhadap sinar matahari (sinar uv) dan alkali, dan yang lebih penting adalah biayanya yang murah. Metode penggunaannya Polimer emulsi jenis poly (vinyl acetate co acrylic) atau poly (vinil acetate co veova) sebagai soil stabilizer untuk mencegah erosi sudah dilakukan di negara-negara Eropa dan Amerika Serikat, belum lama juga diujicobakan di Malaysia dan Thailand, dan menunjukkan hasil yang menggembirakan. Polimer emulsi berbentuk cairan berwarna putih susu (milky white) memiliki pH yang sesuai dengan pH tanah dan memiliki viskositas yang rendah. Metode penggunaannya adalah dengan menyemprotkan cairan polimer pada tanah-tanah yang rentan terhadap erosi seperti pinggir sungai, tanah-tanah gundul, daerah pertambangan, dan lainlain. Metode penyemprotannya dapat melalui selang, truk, atau helikopter. Polimer emulsi yang telah disemprotkan akan berdifusi ke dalam tanah sampai kedalaman dua cm dan akan mengikat setiap partikel tanah dengan kuat. Polimer ini akan membentuk film dalam waktu antara 2 hingga 16 jam tergantung dari jenis tanahnya. Setelah kering dan membentuk lapisan film, maka tanah akan menjadi terlindung dari erosi dan longsor, terutama erosi yang disebabkan hujan deras dan banjir. Lapisan film dari polimer ini tidak akan merusak bibit-bibit (seeds) tanaman, bahkan akan mencegah terlarutnya atau hilangnya pupuk dari tanah. Kedalaman film yang hanya dua cm dari permukaan tanah tidak akan mengganggu unsur-unsur hara di dalam tanah dan air tanah (ground water). Struktur polimer yang mempunyai gugus fungsi yang hidrofob akan mengakibatkan tanah tahan terhadap air sehingga tidak menjadi licin jika basah. Aplikasi lain Selain digunakan sebagai material pencegah erosi atau longsor, polimer emulsi jenis poly (vinyl acetate co acrylic) atau poly (vinil acetate co veova) dapat pula digunakan sebagai dust palliative. Environmental Protection Agency (EPA) menyatakan, bahkan debu (dust) mengandung 108 bahan berbahaya, di antaranya dapat menyebabkan penyakit asma, kanker, alergi, dan penyakit karena virus. EPA memperkirakan setiap tahun terjadi emisi debu (dust emmision) sebanyak 25 m ton.

Polimer emulsi yang disemprotkan pada tanah akan mencegah terjadinya polusi yang disebabkan oleh debu (dust pollution) karena polimer emulsi akan mencegah terdispersinya partikel-partikel tanah oleh udara. Dengan demikian, selain dapat diaplikasikan di pinggir-pinggir sungai sebagai material pencegah erosi, polimer emulsi juga dapat diaplikasikan pada daerah perkotaan seperti taman kota, tanah lapang, daerah pertambangan, daerah pertanian, pinggir jalan raya, landasan pesawat terbang dan helikopter, tempat parkir, dan lain-lain. Dengan menggunakan polimer emulsi, selain terhindar dari bahaya longsor dan erosi, kita juga akan terhindar dari berbagai jenis penyakit.

Anda mungkin juga menyukai