Anda di halaman 1dari 19

BAB I LAPORAN KASUS

A. Identifikasi Nama Jenis kelamin Tempat & Tanggal Lahir Umur Status Perkawinan Bangsa Suku Agama Pendidikan Pekerjaan Alamat : Ny. T : Perempuan : : 36 tahun : Sudah menikah : Indonesia : Melayu : Islam : SMP ( tamat ) : Ibu Rumah Tangga : Jl. Pandan RT/RW 035/010. Desa

Manarejo Kecamatan Rimbo Ulu Kabupaten Tebo

Allo/Informan Nama Jenis kelamin Umur Pendidikan Pekerjaan Alamat : Tn. S : Laki-Laki : 37 tahun : SMP ( tamat ) : Petani karet :Jl. Pandan RT/RW 035/010. Desa Manarejo Kecamatan Rimbo Ulu Kabupaten Tebo Hubungan dengan pasien : Suami penderita

B. Anamnesis Sebab Utama Keluhan Utama : mengoceh-ngoceh :-

Riwayat Perjalanan Penyakit : 4 tahun yang lalu Os mulai menyendiri dan tidak mau keluar dari rumah. Os berkata kepada suami Os bahwa tetangga-tetangga di sekitar rumah Os tidak mau berbicara pada Os. Os jadi sering menyendiri dan melamun. Suami Os sering melihat Os seperti mengobrol dengan seseorang walaupun sebenarnya tidak ada yang sedang berbicara dengan Os. Os juga sering tiba-tiba tertawa dan menangis sendiri. Os juga pernah mencoba terjun ke sumur ketika ditanya alasannya Os mengatakan pada suaminya bahwa ada yang mengajaknya kembali ke tempat asalnya. Os juga pernah meminum shampoo. Os juga mulai malas melakukan pekerjaan rumah seperti membersihkan rumah, mencuci piring, masak dan mengurus anaknya. Namun Os masih dapat mengurus diri sendiri. Nafsu makan seperti biasa. Os mengalami kesulitan tidur, suami Os mengaku saat tidur mata Os tetap terbuka dan mulut Os berkomat-kamit. Os dibawa berobat ke pengobatan alternatif namun tidak mengalami perbaikan. Kemudian Os dibawa berobat ke RSJ Jambi. Os dirawat selama 10 hari dan pulang atas keinginan sendiri. Os tidak makan obat secara teratur. Setelah itu Os sering kumat dan dibawa ke RSJ Jambi, namun suami Os tidak ingat waktunya. Os pernah dibawa ke RSJ karena mencoba membakar rumahnya dikarenakan merasa marah karena suaminya sering tidak pulang ke rumah. Suami Os mengaku Os memang sering merasa cemburu padanya. Os juga pernah memecahkan kaca rumah tetangga yang berada di depan rumah Os karena Os mengganggap itu adalah rumah suami Os. 2 bulan yang lalu Os kembali sering marah-marah dan mengocehngoceh karena Os merasa keberatan dengan biaya sekolah anaknya. Os kembali sering tertawa sendiri.

Riwayat Penyakit Dahulu : - Riwayat trauma pada kepala disangkal - Riwayat kejang-kejang disangkal - Riwayat dirawat di RSJ Jambi 4 kali, sejak tahun 2007

Riwayat Premorbid : - Bayi : lahir spontan, ditolong oleh dukun, riwayat kejang tidak ada - Anak-anak - Remaja - Dewasa : periang, pandai bergaul : periang, pandai bergaul : periang, pandai bergaul, humoris

Riwayat Keluarga

Os merupakan anak ke 6 dari 6 bersaudara. Riwayat penyakit dengan gejala yang sama (+), kakak perempuan kandung Os. Menurut cerita yang didengar suami Os, kakak Os pernah mencoba membunuh suaminya.

Riwayat Pernikahan Os telah menikah selama 20 tahun dan mempunyai dua orang anak. Os sering merasa cemburu kepada suaminya dan sering marah-marah bila suaminya telat pulang ke rumah.

Riwayat Pendidikan Os bersekolah sampai tamat SMP namun tidak melanjutkan sekolah karena tidak ada biaya.

Riwayat Pekerjaan Sebelum sakit Os sering membantu suami Os menyadap karet. Namun sejak sakit Os tidak mau lagi bekerja.

Riwayat ekonomi : Status ekonomi menengah ke bawah.

C. Pemeriksaan Fisik 1. Status Neurologikus : Tidak ada kelainan

2. Status Psikiatrikus : a. Keadaan umum  Kesadaran/Sensorium  Perhatian  Sikap  Inisiatif  Tingkah Laku Motorik  Ekspresi Fasial  Verbalisasi  Cara Bicara  Kontak Psikis y y y Kontak Fisik Kontak Mata Kontak Verbal : Compos Mentis Terganggu : Distraktibilitas (+) : Kooperatif : Ada : Hiperaktif : : Jelas : Lancar : : kurang : kurang : kurang

b. Keadaan Khusus (Spesifik)

 Keadaan Afektif (Mood)  Hidup Emosi Stabilitas Dalam-dangkal Pengendalian Adekuat-Inadekuat Echt-Unecht Skala Diferensiasi Einfuhlung Arus Emosi

: Afek labil, Mood poikilotimik

: Labil : Dangkal : Terkendali : Inadekuat : Unecht : Normal : Sulit dirabarasakan : Cepat

 Keadaan dan Fungsi Intelek Daya ingat Daya Konsentrasi Orientasi : : Baik : Mudah beralih

Tempat : Baik Waktu : Baik

Personal : Baik Luas Pengetahuan umum dan sekolah Discriminative Judgement Discriminative Insight Kemunduran intelektual : Terganggu : Terganggu : (-) : Sesuai

 Kelainan Sensasi dan Persepsi Ilusi Halusinasi : (-) : Disangkal

 Keadaan Proses Berpikir Psikomotilitas : Cepat Mutu proses berpikir : Baik Arus Pikiran Flight of ideas Sirkumstansial Terhalang (-) Inkoherensi (-) Tangensial (-) Terhambat (-) (-) (-)

Perseverasi Isi Pikiran Pola Sentral Waham curiga Fobia Konfabulasi Kecurigaan

(-) Verbigerasi

(-)

(-) (+) (-) (-) (+)

Rasa permusuhan/dendam (-) Perasaan inferior (-)

Perasaan berdosa/salah (-) Hipokondria Lain-lain Pemilikan Pikiran Obsesi (-) Alienasi (-) Bentuk Pikiran Autistik Dereistik Paralogik Konkritisas (-) (-) (-) (-) Simbolik Simetrik Lain-lain (-) (-) (-) (-) (-)

Lain-lain : Neologisme (-)

 Keadaan Dorongan Instinktual dan Perbuatan Abulia/Hipobulia Stupor Raptus/Impulsivitas Kegaduhan Umum Deviasi Seksual Ekopraksi Ekolalia (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) Vagabondage Pyromania Mannerisme Autisme Logore Mutisme Lain-lain (-) (-) (-) (-) (-) (-)

 Kecemasan (anxiety) yang terlihat secara nyata (overt) : Tidak ada

 Reality Testing Ability : Terganggu dalam hal pikiran, perasaan dan perbuatan

D. Diagnosis Banding - Skizoafektif tipe depresif

E. Diagnosis Multiaksial Aksis I Aksis II Aksis III Aksis IV Aksis V : : : : :

F. Penatalaksanaan - Risperidone 1x2mg - Trihexyfenidyl 2x2mg - Alprazolam 1x0,5mg

G. Prognosis dubia ad malam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

B. Sejarah Di tahun 1913 George H. Kirby dan pada tahun 1921 August Hoch keduanya menggambarkan pasien dengan ciri campuran skizofrenia dan gangguan afektif (mood). Karena pasiennya tidak mengalami perjalanan demensia prekoks yang memburuk, Kirby dan Hoch mengklasifikasikan mereka di dalam kelompok psikosis manik-depresif Emil Kraepelin. Di tahun 1933 Jacob Kasanin memperkenalkan istilah gangguan skizoafektif untuk suatu gangguan dengan gejala skizofrenik dan gejala gangguan mood yang bermakna. Pasien dengan gangguan ini juga ditandai oleh onset gejala yang tiba-tiba, seringkali pada masa remajanya. Pasien cenderung memiliki tingkat fungsi pramorbid yang baik, dan seringkali suatu stresor yang spesifik mendahului onset gejala. Riwayat keluarga pasien sering kali terdapat suatu gangguan mood. Karena konsep skizofrenia yang luas dari Eugene Bleuler telah menghilangkan konsep skizofrenia yang sempit dari Kraepelin, Kasanin percaya bahwa pasien memiliki suatu jenis skizofrenia. Dari tahun 1933 sampai kira-kira tahun 1970, pasien dengan gejala yang mirip dengan gejala pasien-pasien Kasanin secara bervariasi diklasifikasikan menderita gangguan skizoafektif, skizofrenia atipikal, skizofrenia dengan prognosis baik, skizofrenia dalam remisi, dan psikosis sikloidistilah-istilah yang menekankansuatu hubungan dengan skizofrenia.1 Di sekitar tahun 1970 dua kumpulan data menyebabkan suatu pergeseran dari memandang gangguan skizoafektif sebagai suatu penyakit skizofrenik menjadi suatu gangguan mood. Pertama, Lithium carbonate (Eskalith) terbukti merupakan tereapi yang efektif dan spesifik untuk gangguan bipolar dan beberapa kasus gangguan skizoafektif. Kedua, penelitian di Amerika Serikat dan Inggris yang diterbitkan di tahun 1968 oleh

John Copper dan teman sejawatnya menunjukkan bahwa variasi dalam jumlah pasien yang diklasifikasikan sebagai skizofrenik di Amerika Serikat dan di Inggris adalah sebagai akibat dari penekanan yang berlebihan di Amerika Serikat tentang adanya gejala psikotik sebagai kriteria diagnostik untuk skizofrenia.1

C. Epidemiologi Prevalensi seumur hidup dari gangguan skizoafektif adalah kurang dari 1 persen, kemungkinan dalam rentang 0,5 sampai 0,8 persen. Tetapi angka tersebut adalah angka perkiraan, karena berbagai penelitian terhadap gangguan skizoafektif telah menggunakan kriteria diagnostik yang bervariasi. Di dalam praktik klinis diagnosis gangguan skizoafektif pendahuluan sering kali digunakan jika klinisi tidak yakin akan diagnosis.1 Literatur menggambarkan bahwa perbedaan jenis kelamin diantara pasien dengan gangguan skizoafektif adalah terbatas. Tetapi, beberapa pengawasan pendahuluan akhirnya dapat diulangi pada penelitian

selanjutnya. Prevalensi gangguan telah dilaporkan lebih rendah pada laki-laki dibandingkan pada wanita, khususnya wanita yang telah menikah; usia onset untuk wanita adalah lebih lanjut daripadausia untuk laki-laki, seperti juga pada skizofrenia. Laki-laki dengan gangguan skizoafektif kemungkinan menunjukkan perilaku antisosial dan memiliki pendataran atau

ketidaksesuaian afek yang nyata.

D. Etiologi Penyebab gangguan skizoafektif adalah tidak diketahui, tetapi empat model konseptual telah diajukan: 1. Gangguan skizoafektif mungkin merupakan suatu tipe skizofrenia atau suatu tipe gangguan mood. 2. Gangguan skizoafektif mungkin merupakan ekspresi bersama-sama dari skizofrenia dan gangguan mood.

3. Gangguan skizoafektif mungkin merupakan suatu tipe psikosis ketiga yang berbeda, tipe yang tidak berhubungan dengan skizofrenia maupun suatu gangguan mood. 4. Kemungkinan terbesar adalah bahwa gangguan skizoafektif adalah kelompok gangguan yang heterogen yang meliputi semua tiga kemungkinan pertama. Penelitian yang dilakukan untuk menggali kemungkinan-

kemungkinan tersebut telah memeriksa riwayat keluarga, petanda biologis, respons pengobatan jangka pendek, dan hasil akhir jangka panjang. Sebagian besar penelitian telah menganggap pasien dengan gangguan skizoafektif sebagai suatu kelompok heterogen. Penelitian terakhir telah memeriksa tipe bipolar dan depresif dari gangguan skizoafektif secara terpisah.1 Walaupun banyak pemeriksaan terhadap keluarga dan genetika yang dilakukan untuk mempelajari gangguan skizoafektif didasarkan pada anggapan bahwa skizofrenia dan gangguan mood adalah keadaan yang terpisah sama sekali, beberapa data menyatakan bahwa skizofrenia dan gangguan mood mungkin berhubungan secara genetik. Beberapa

kebingungan yang timbul dalam penelitian keluarga pada pasien dengan gangguan skizoafektif dapat mencerminkan perbedaan yang tidak absolut antara dua gangguan primer. Dengan demikian, tidak mengejutkan bahwa penelitian terhadap sanak saudara pasien dengan gangguan skizoafektif telah melaporkan hasil yang tidak konsisten. Peningkatan prevalensi skizofrenia tidak ditemukan diantara sanak saudara pasien dengan gangguan skizoafektif tipe bipolar; tetapi, sanak saudara pasien dengan gangguan skizoafektif tipe depresif, mungkin berada dalam resiko yang lebih tinggi menderita skizofrenia daripada suatu gangguan mood.1 Tergantung pada tipe gangguan skizoafektif yang diteliti, peningkatan prevalensi skizofrenia atau gangguan mood mungkin ditemukan pada sanak saudara pasien dengan gangguan skizoafektif. Kemungkinan bahwa gangguan skizoafektif adalah terpisah dari skizofrenia dan gangguan mood tidak

didukung oleh pengamatan bahwa hanya sejumlah kecil sanak saudara pasien dengan gangguan skizoafektif menderita gangguan skizoafektif.1 Sebagai suatu kelompok, pasien dengan gangguan skizoafektif memiliki prognosis yang lebih baik daripada pasien dengan skizofrenia dan memiliki prognosis yang lebih buruk daripada pasien dengan gangguan mood. Sebagai suatu kelompok, pasien dengan gangguan skizoafektif berespons terhadap lithium dengan cenderung mengalami perjalanan penyakit yang tidak memburuk.1 Suatu kesimpulan yang dapat dipercaya dari data yang tersedia adalah bahwa pasien dengan gangguan skizoafektif adalah suatu kelompok yang heterogen; beberapa menderita skizofrenia dengan gejala afektif yang menonjol, yang lainnya menderita suatu gangguan mood dengan gejala skizofrenik yang menonjol, dan suatu kelompok ketiga yang memiliki sindrom klinis yang berbeda. Hipotesis bahwa pasien dengan gangguan skizoafektif menderita baik skizofrenia maupun suatu gangguan mood tidak dapat dipertahankan, karena perhitungan kejadian bersama (cooccurence) dari kedua gangguan tersebut adalah jauh lebih rendah daripada insidensi gangguan skizoafektif.1

E. Gambaran Klinis Tanda dan gejala klinis gangguan skizoafektif adalah termasuk semua tanda dan gejala skizofrenia, episode manik, dan gangguan depresif. Gejala skizofrenik dan gangguan mood dapat ditemukan bersama-sama atau dalam cara yang bergantian. Perjalanan penyakit dapat bervariasi dari satu eksaserbasi dan remisi sampai satu perjalanan jangka panjang yang memburuk.1 Banyak peneliti dan klinisi telah berspekulasi tentang ciri psikotik yang tidak sesuai dengan mood (mood-incongruent); isi psikotik (yaitu, halusinasi atau waham) adalah tidak konsisten dengan mood yang lebih kuat. Pada umumnya, adanya ciri psikotik yang tidak sesuai dengan mood pada suatu gangguan mood kemungkinan merupakan indikator dari prognosis yang

buruk. Hubungan tersebut kemungkinan berlaku untuk gangguan skizoafektif, walaupun data-datanya terbatas.1

F. Diagnosis Karena konsep gangguan skizoafektif melibatkan konsep diagnostik baik skizofrenia maupun gangguan mood, beberapa evaluasi dalam kritteria diagnostik untuk gangguan skizoafektif mencerminkan perubahan yang telah terjadi di dalam kriteria diagnostik untuk kedua kondisi lain. Kriteria diagnostik untuk gangguan skizoafektif telah banyak berubah dari Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders edisi ketiga (DSM-III) ke edisi ketiga yang direvisi (DSM-III-R) dan sekarang edisi keempat (DSM-IV). Kriteria diagnostik utama untuk gangguan skizoafektif adalah bahwa pasien telah memenuhi kriteria diagnostik untuk episode depresif berat atau episode manik yang bersama-sama dengan ditemukannya kriteria diagnostik untuk fase aktif dari skizofrenia. Di samping itu, pasien harus memiliki waham atau halusinasi selama sekurangnya dua minggu tanpa adanya gejala gangguan mood yang menonjol. Gejala gangguan mood juga harus ditemukan untuk sebagian besar periode psikotik aktif dan residual. Pada intinya, kriteria dituliskan untuk membantu klinisi menghindari mendiagnosis suatu gangguan mood dengan ciri psikotik sebagai gangguan skizoafektif. Pedoman diagnosis menurut PPDGJ III:2 F25 Gangguan Skizoafektif y Diagnosis gangguan skizoafektif hanya dibuat apabila gejala-gejala deinitif adanya skizofrenia dan gangguan afektif sama-sama menonjol pada saat yang bersamaan (silmutaneously), atau dalam beberapa hari yang satu sesudah yang lain, dalam satu apisode penyakit yang sama, dan bilamana, sebagai konsekuensi dari ini, episode penyakit tidak memenuhi kriteria baik skizofrenia maupun episode manik atau depresi.

y Tidak dapat digunakan untuk pasien yang menampilkan gejala skizofrenia dan gangguan afektif tetapi dalam episode penyakit yang berbeda. y Bila seorang pasien skizofrenik menunjukkan gejala depresif setelah mengalami suatu episode psikotik, diberi kode diagnosis F20.4 (Depresi Pasca-skizofrenia). Beberapa pasien dapat mengalami episode skizoafektif berulang, baik berjenis manik (F25.0) maupun depresif (F25.1) atau campuran dari keduanya (F25.2). Pasien lain mengalami satu atau dua episode skizoafektif terselip di antara episode manik atau depresif (F30-F33).

F25.0 Gangguan Skizoafektif Tipe Manik y Kategori ini digunakan baik untuk episode skizoafektif tipe manik yang tunggal maupun untuk gangguan berulang dengan sebagian besar episode skizoafektif tipe manik. y Afek harus meningkat secara menonjol atau ada peningkatan afek yang tak begitun menonjol dikombinasi dengan iritabilitas atau kegelisahan yang memuncak. y Dalam episode yang sama harus jelas ada sedikitnya satu atau lebih baik lagi dua, gejala skizofrenia yang khas (sebagaimana ditetapkan untuk skizofrenia, F20.- pedoman diagnostik (a) sampai dengan (d).

F25.1 Gangguan Skizoafektif Tipe Depresif y Kategori ini harus dipakai baik untuk episode skizoafektif tipe depresif yang tunggal, dan untuk gangguan berulang dimana sebagian besar didominasi oleh skizoafektif tipe depresif. y Afek depresif harus menonjol, disertai oleh sedikitnya dua gejala khas, baik depresif maupun kelainan perilaku terkait seperti tercantum dalam uraian untuk episode depresif (F32);

y Dalam episode yang sama, sedikitnya harus jelas ada satu, dan sebaiknya ada dua, gejala khas skizofrenia (sebagaimana ditetapkan dalam pedoman diagnostik skizofrenia, F20,- (a) sampai (d).

F25.2 Gangguan Skioafektif Tipe Campuran y Gangguan dengan gejala-gejala skizofrenia (F20,-) berada secara bersama-sama dengan gejala-gejala afektif bipolar campuran (F31.6)

F25.8 Gangguan Skizoafektif Lainnya F25.9 Gangguan Skizoafektif YTT Diagnosis menurut DSM-IV1 DSM-IV juga membantu klinisi untuk menentukan apakah pasien menderita gangguan skizoafektif, tipe bipolar, atau gangguan skizoafektif, tipe depresif. Seorang pasien diklasifikasikan menderita tipe bipolar jika episode yang ada adalah dari tipe manik atau suatu episode campuran dan episode depresif berat. Selain itu, pasien diklasifikasikan menderita tipe depresif.

Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Skizoafektif a. Suatu periode penyakit yang tidak terputus selama mana, pada suatu waktu, terdapat baik pada episode depresif berat, episode manik, atau suatu episode campuran dengan gejala yang memenuhi kriteria (a) untuk skizofrenia. b. Selama periode penyakit yang sama, terdapat waham atau halusinasi selama sekurangnya 2 minggu tanpa adanya gejala mood yang menonjol. c. Gejala yang memenuhi kriteria untuk episode mood ditemukan untuk sebagian bermakna dari lama total periode aktif dan residual dari penyakit.

d.

Gangguan bukan karena efek fisiologis langsung dan suatu zat (misalnya, obat yang disalahgunakan, suatu medikasi) atau suatu kondisi medis umum.

Sebutkan tipe: Tipe bipolar: jika gangguan termasuk suatu episode manik atau campuran (atau suatu manik atau suatu episode campuran dan episode depresif berat). Tipe depresif: jika gangguan hanya termasuk episode depresif berat.

G. Diagnosis Banding Semua kondisi yang dituliskan dalam diagnosis banding skizofrenia dan gangguan mood perlu dipertimbangkan di dalam diagnosis banding gangguan skizoafektif. Pasien yang diobati dengan steroid, penyalahguna amfetamin dan phencyclidine (PCP), dan beberapa pasien dengan epilepsi lobus temporalis secara khusus kemungkinan datang dengan gejala skizofrenik dan gangguan mood bersama-sama.1 Diagnosis banding psikiatrik juga termasuk semua kemungkinan yang biasanya dipertimbangkan untuk skizofrenia dan gangguan mood. Di dalam praktik klinis, psikosis pada saat datang mungkin mengganggu deteksi gejala gangguan mood pada masa tersebut atau masa lalu. Dengan demikian, klinisi boleh menunda diagnosis psikiatrik akhir sampai gejala psikosis yang paling akut telah terkendali.1

H. Terapi Modalitas terapi yang utama untuk gangguan skizoafektif adalah perawatan di rumah sakit, medikasi, dan intervensi psikososial. Prinsip dasar yang mendasari farmakoterapi untuk gangguan skizoafektif adalah bahwa protokol antidepresan dan antimanik diikuti jika semuanya diindikasikan dan bahwa antipsikotik digunakan hanya jika diperlukan untuk pengendalian jangka pendek. Jika protokol thymoleptic tidak efektif di dalam

mengendalikan gejala atas dasar berkelanjutan, medikasi antipsikotik dapat

diindikasikan. Pasien dengan gangguan skizoafektif, tipe bipolar, harus mendapatkan percobaan lithium, carbamazepine (Togretol), valproate (Depakene), atau suatu kombninasi obat-obat tersebut jika satu obat saja tidak efektif. Pasien dengan gangguan skizoafektif, tipe depresif, harus diberikan percobaan antidepresan dan terapi elektrokonvulsif (ECT) sebelum mereka diputuskan tidak responsive terhadap terapi antidepresan.

I.

Prognosis Sebagai suatu kelompok, pasien dengan gangguan skizoafektif mempunyai prognosis di pertengahan antara prognosis pasien dengan skizofrenia dan prognosis pasien dengan gangguan mood. Sebagai suatu kelompok pasien dengan gangguan skizoafektif memiliki prognosis yang jauh lebih buruk daripada pasien dengan gangguan depresif, memiliki prognosis yang lebih buruk daripada pasien dengan gangguan bipolar, dan memiliki prognosis yang lebih baik daripada pasien dengan skizofrenia. Generalitas tersebut telah didukung oleh beberapa penelitian yang mengikuti pasien selama dua sampai lima tahun setelah episode yang ditunjuk dan yang menilai fungsi sosial dan pekerjaan, dan juga perjalanan gangguan itu sendiri. Data menyatakan bahwa pasien dengan gangguan skizoafektif, tipe bipolar, mempunyai prognosis yang mirip dengan prognosis pasien dengan gangguan bipolar I dan pasien dengan pramorbid yang buruk; onset yang perlahan-lahan, tidak ada faktor pencetus; menonjolnya gejala psikotik, khususnya gejala defisit atau gejala negatif; onset yang awal; perjalan yang mengalami remisi; dan riwayat keluarga adanya skizofrenia. Lawan dari masing-masing karakteristik tersebut mengarah pada hasil akhir yang baik. Adanya atau tidak adanya gejala urutan pertama dari Schneider tampaknya tidak meramalkan perjalanan penyakit. Walaupun tampaknya tidak terdapatperbedaan yang berhubungan dengan jenis kelamin pada hasil akhir gangguan skizoafektif, beberapa data menyatakan bahwa perilaku bunuh diri mungkin lebijh sering pada wanita dengan gangguan skizoafektif daripada laki-laki dengan gangguan tersebut.

Insidensi bunuh diri di antara pasien dengan gangguan skizoafektif diperkirakan sekurangnya 10 persen. J.

BAB III ANALISIS KASUS

Dari alloanamnesis dan autoanamnesis didapatkan sebab utama pasien dibawa berobat ke RSJ Jambi adalah karena Os mengoceh-ngoceh sendiri. Sejak 4 tahun yang lalu Os mulai menyendiri dan tidak mau keluar dari rumah. Os berkata kepada suami Os bahwa tetangga-tetangga di sekitar rumah Os tidak mau berbicara pada Os. Dari anamnesis tersebut didapatkan bahwa Os memiliki waham curiga pada tetangganya. Sejak itu Os jadi sering menyendiri dan melamun. Suami Os sering melihat Os seperti mengobrol dengan seseorang walaupun sebenarnya tidak ada yang sedang berbicara dengan Os. Os juga sering tiba-tiba tertawa dan menangis sendiri. Os juga pernah mencoba terjun ke sumur ketika ditanya alasannya Os mengatakan pada suaminya bahwa ada yang mengajaknya kembali ke tempat asalnya. Os juga pernah meminum shampoo. Dari gejala tersebut dapat disimpulkan bahwa Os memiliki perilaku halusinasi. Os juga mulai malas melakukan pekerjaan rumah seperti membersihkan rumah, mencuci piring, masak dan mengurus anaknya. Hal ini menunjukkan Os memiliki anhedonia.

Dari riwayat penyakit terdahulu tidak didapatkan ada riwayat trauma pada kepala dan riwayat kejang-kejang. Hal ini dapat menyingkirkan adanya gangguan mental organik. Dari riwayat premorbid, os adalah seorang yang pendiam, kurang suka bergaul, sering curiga kepada orang lain. Hal ini menunjukkan adanya gangguan kepribadian paranoid
Dari hasil observasi didapatkan kesadaran umum : komposmentis, kontak ada, serta cukup kooperatif. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada gangguan kesadarn yang merupakan kriteria demensi dan dapat menyingkirkan delirium sebagai delirium yang mana pada delirium terdapat gangguan kesadarn dan gangguan psikomotor. Keadaan spesifik : Daya ingat menurun dan daya konsentrasi menurun yang merupakan kriteria dari demensia.

Dari gejala-gejala diatas, maka berdasarkan PPDGJ III ditegakkan diagnosis adalah Demensia Vaskular karena pada kasus ini didapatkan beberapa kriteria demensia vaskular seperti terdapatnya gejala demensia (yaitu adanya penurunan kemampuan daya ingat dan daya pikir, tidak ada gangguan kesadaran, gejala dan disabilitas sudah nyata untuk paling sedikit 6 bulan), hendaya fungsi kognitif biasanya tidak merata (mungkin terdapat hilangnya daya ingat, gangguan daya pikir, gejala neurologis fokal). Daya tilik diri (insight) dan daya nilai (judgment) secara relative tetap baik, dan suatu onset yang mendadak atau deterioritas yang bertahap, disertai adanya gejala neurologis fokal (post stroke).

Anda mungkin juga menyukai