Anda di halaman 1dari 26

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penyakit diare hingga kini masih merupakan salah satu penyakit utama pada bayi dan anak di Indonesia. Dari daftar urutan penyebab kunjungan Puskesmas/Balai Pengobatan, hampir selalu termasuk dalam kelompok 3 penyebab utama bagi masyarakat yang berkunjung ke Puskesmas. Angka kesakitannya adalah sekitar 200-400 kejadian diare di antara 1000 penduduk setiap tahunnya. Dengan demikian di Indonesia dapat ditemukan penderita diare sekitar 60 juta kejadian setiap tahunnya, sebagian besar (70-80%) dari penderita ini adalah anak di bawah lima tahun ( 40 juta kejadian). Kelompok ini setiap tahunnya mengalami lebih dari satu kejadian diare. Sebagian dari penderita (12%) akan jatuh ke dalam dehidrasi dan kalau tidak segera ditolong 50-60% di antaranya dapat meninggal. Hal inilah yang menyebabkan sejumlah 350.000500.000 anak di bawah lima tahun meninggal setiap tahunnya. 1,2 Dari pencatatan dan pelaporan yang ada, baru sekitar 1,5-2 juta penderita penyakit diare yang berobat rawat jalan ke sarana kesehatan pemerintah. Jumlah ini adalah sekitar 10% dari jumlah penderita yang datang berobat untuk seluruh penyakit, sedangkan jika ditinjau dari hasil survei rumah tangga (LKRN, 1972), di antara 8 penyakit utama, ternyata penyakit diare mempunyai persentase berobat yang sangat tinggi, yaitu 72% dibandingkan 56% untuk rata-rata penderita seluruh penyakit yang memperoleh pengobatan.2 1 1

Dehidrasi dan malnutrisi merupakan komplikasi utama diare akut pada bayi dan anak. Terapi yang benar terdiri dari upaya Rehidrasi Oral (URO) dan terapi makanan. Hanya usaha-usaha yang telah dibuktikan dapat menunjang prinsip terapi tersebut, yaitu mencegah dan mengatasi dehidrasi dan malnutrisi, yang sampai saat ini dapat diterima.3,4 1.2 Tujuan
1.

Menjelaskan berbagai macam agen infeksius: morfologi, sifat, daur hidup, habitat, dan asalnya. Menjelaskan patogenesis dan patofisiologi penyakit mulai dari masuknya agen infeksius hingga muncul gejala klinis. Menjelaskan komplikasi, prognosis, dan penegakan diagnosis penyakit infeksi. Menjelaskan penatalaksanaan penyakit infeksi (cara pencegahan, pengobatan, perawatan, dan rehabilitasi).

2.

3.

4.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Diare adalah meningkatnya frekuensi buang air besar, konsistensi feses menjadi cair, dan perut terasa mules ingin buang air besar. Secara praktis dikatakan diare bila frekuensi buang air besar lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi cair. Dokter atau peneliti klinik lebih memilih mengartikan diare sebagai tanda fisik (ekskresi 24 jam berat atau volume) daripada sebuah gejala. Berat feses harian orang dewasa atau anak sehat kurang dari 200 g dan infant kurang dari 10 g/kgBB. Meskipun konsistensi feses lebih baik untuk mendefinisikan diare, tetapi sulit untuk mengukurnya. Oleh karena itu, berat feses 200 g/24 jam lebih mudah ditentukan, lebih obyektif untuk mendefinisikan diare. Definisi ini bisa salah pada 20% pasien dengan berat feses yang kurang dari berat tersebut. Hal ini karena komposisi feses bervariasi mulai dari 60%-85% air, oleh karena itu diare dapat diartikan sebagai penyakit transportasi air dan elektrolit di intestinal. 1,4,5,6 Diare dapat tergolong keadaan akut dan bila lebih dari 2 minggu digolongkan dalam diare persisten.4,6

1.3 Etiologi Etiologi diare dapat dibagi dalam beberapa faktor, yaitu: 1 1. Faktor infeksi 3

a. Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare pada anak. Infeksi enteral ini meliputi: Infeksi bakteri: Vibrio, E. coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia, Aeromonas dan sebagainya. Infeksi virus: Enterovirus (Virus ECHO, Coxsackie, Poliomyelitis), Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus dan lain-lain. Infestasi parasit: Cacing (Ascaris, Trichiuris, Oxyuris, Strongyloides), Protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Trichomonas hominis), jamur (Candida albicans). b. Infeksi parenteral yaitu infeksi di bagian tubuh lain di luar alat pencernaan, seperti Otitis media akut (OMA), tonsilofaringitis, bronkopneumonia, ensefalitis dan sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur di bawah 2 tahun. 2. Faktor malabsorbsi a. Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa). Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering ialah intoleransi laktosa. b. Malabsorbsi lemak c. Malabsorbsi protein 3. Faktor makanan: makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan. 4. Faktor psikologis: rasa takut dan cemas. Walaupun jarang, dapat menimbulkan diare terutama pada anak yang lebih besar. 1.4 Patogenesis 4

Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ialah: 1,3,7 1. Gangguan osmotik Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare. 2. Gangguan sekresi Akibat rangsangan tertentu (misal oleh toksin) pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus. 3. Gangguan motilitas usus Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan, sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan yang selanjutnya akan menimbulkan diare pula. Patogenesis diare akut 1 1. Masuknya jasad renik yang masih hidup ke dalam usus halus setelah berhasil melewati rintangan asam lambung. 2. Jasad renik tersebut berkembang biak (multiplikasi) di dalam usus halus. 3. Oleh jasad renik dikeluarkan toksin (toksin diaregenik) 4. Akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan

menimbulkan diare. 1.5 Patofisiologi 5

Sebagai akibat diare baik akut maupun kronis akan terjadi: 1 1. Kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan terjadinya gangguan keseimbangan asam-basa (asidosis metabolik, hipokalemia dan sebagainya) 2. Gangguan gizi sebagai akibat kelaparan (masukan makanan kurang, pengeluaran bertambah) 3. Hipoglikemia 4. Gangguan sirkulasi darah 1.6 Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik Mula-mula bayi dan anak menjadi cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. Tinja cair dan mungkin disertai lendir dan atau darah. Warna tinja makin lama berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur dengan empedu. Anus dan daerah sekitarnya lecet karena seringnya defekasi dan tinja makin lama makin asam sebagai akibat makin banyaknya asam laktat, yang berasal dari laktosa yang tidak dapat diabsorbsi usus selama diare. Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare dan dapat disebabkan oleh lambung yang turut meradang atau akibat gangguan kesimbangan asam-basa dan elektrolit. Bila penderita telah kehilangan banyak cairan dan elektrolit, maka gejala dehidrasi mulai tampak. Berat badan turun, turgor kulit berkurang, mata dan ubun-ubun besar menjadi cekung, selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering. 1,2 Berdasarkan banyaknya cairan yang hilang dapat dibagi menjadi dehidrasi ringan, sedang dan berat, sedangkan berdasarkan tonisitas plasma dapat dibagi menjadi dehidrasi hipotonik, isotonik dan hipertonik. 1,2 6

Tabel 1. Cara Menilai Dehidrasi 6 PENILAIAN Lihat keadaan umum Mata Air mata Mulut dan lidah Rasa haus Turgor kulit A Baik, sadar Normal Ada Basah Minum biasa, tidak haus Kembali cepat B *Gelisah Cekung Tidak ada Kering *Haus, banyak minum Kembali lambat (= 2 detik) C *Kesadaran menurun/tidak sadar Sangat cekung Tidak ada Sangat kering *Sedikit minum/tidak bisa minum Kembali sangat lambat (> 2 detik)

Derajat dehidrasi

Tanpa dehidrasi

Dehidrasi ringan/sedang. Bila ada tanda * ditambah satu atau lebih tanda lain

Dehidrasi berat, bila ada tanda * ditambah 1 atau lebih tanda lain

Tabel 2. Simptom, gejala klinis dan sifat tinja penderita diare akut karena infeksi usus Simptom dan gejala Rotavirus E.coli enterotoksigenik Dari per- mulaan E.coli enteroinvasif Salmonella + Shigella V.cholerae Jarang

Mual dan Muntah

Jarang

Panas Sakit

+ Tenesmus

Kadangkadang

+ Tenesmus Kolik Hipotensi

+ Tenesmus Kolik Pusing Bakterie -mia, toksemia sistemik

+ Tenesmus Kolik Pusing Dapat ada kejang

Kolik

Gejala lain

Sering distensi abdomen

Sifat tinja: - Volume - Frekuensi - Konsistensi - Mukus - Darah - Bau - Warna - Leukosit - Sifat lain Sedang Sampai 10/lebih Berair Jarang Hijau kuning Banyak Sering Berair + Bau tinja Tidak berwarna Sedikit Sering Kental + + Tidak spesifik Hijau + Sedikit Sering Berlendir + Kadangkadang Bau telur Hijau + Sedikit Sering sekali Kental Sering Sering Sangat banyak Hampir terus Berair Flacks

Tak ber- Anyir bau Hijau + Alkalis Tinja seperti air cucian beras

1.7 Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan berupa: 1 1. Pemeriksaan tinja a. makroskopis dan mikroskopis

b. pH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet clinitest, bila diduga terdapat intoleransi gula. c. Bila perlu dilakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi 2. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam-basa dalam darah, dengan menentukan pH dan cadangan alkali atau lebih tepat lagi dengan pemeriksaan analisa gas darah menurut ASTRUP (bila memungkinkan). 3. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal. 4. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar natrium, kalium, kalsium dan fosfor dalam serum (terutama pada penderita diare yang disertai kejang). 5. Pemeriksaan intubasi duodenum untuk mengetahui jenis jasad renik atau parasit secara kualitatif dan kuantitatif, terutama dilakukan pada penderita diare kronik. 1.8 Diagnosis Pendekatan diagnostik 4 Pada umumnya diare akut disebabkan infeksi atau toksin bakteri. Adanya riwayat makan makanan tertentu (terutama makanan siap

santap) dan adanya keadaan yang sama pada orang lain, sangat mungkin merupakan keracunan makanan yang disebabkan toksin bakteri. Travelers diarrhea merupakan kejadian diare pada wisatawan. Adanya riwayat pemakaian antibiotika yang lama, harus dipikirkan

kemungkinan diare karena C. difficile. Diare yang terjadi tanpa kerusakan mukosa usus (non-inflammatory) dan

disebabkan oleh toksin bakteri (terutama E. coli), biasanya mempunyai gejala feses benar-benar cair, tidak ada darah, nyeri perut terutama daerah umbilikus 9

(karena kelainan terutama daerah usus halus), kembung, mual, dan muntah. Bila muntahnya sangat mencolok, biasanya disebabkan oleh virus atau S. aureus dalam bentuk keracunan makanan. Bila diare dalam bentuk bercampur darah , lendir dan disertai demam,

biasanya disebabkan oleh kerusakan mukosa usus yang ditimbulkan oleh invasi Shigella, Salmonella atau amebiasis. Daerah yang terkena adalah kolon. Pada umumnya diare akut bersifat sembuh sendiri dalam 5 hari dengan

pengobatan sederhana yang disertai rehidrasi. 1.9 Penatalaksanaan Diare akut umumnya disebabkan oleh infeksi virus atau kuman, atau dapat pula akibat efek samping obat atau gejala dari gangguan saluran cerna. Umumnya gangguan ini bersifat self-limiting dan bila tanpa komplikasi tidak perlu ditangani dengan obat, kecuali rehidrasi oral bila ada bahaya pengeringan (dehidrasi). Hanya pada bentuk diare bakteriil yang sangat serius perlu dilakukan terapi antibakterial dengan antibiotika. 4 Diare viral dan diare akibat enterotoksin pada hakikatnya sembuh dengan sendirinya sesudah lebih kurang 5 hari, sel-sel epitel mukosa yang rusak diganti oleh sel-sel baru. Kebanyakan pasien dengan dehidrasi ringan sampai sedang dapat direhidrasi dengan larutan dehidrasi oral yang mengandung elektrolit dan glukosa. Larutan-larutan ini mengandung natrium sebanyak 75-90 mEq/l, sedangkan larutan rumatan mengandung natrium 40-60 mEq/l. Rehidrasi dengan larutan rehidrasi oral sebaiknya dilakukan lebih dari 4-6 jam. Cairan rumatan per oral dapat diberikan setelah rehidrasi, tetapi makanan sebaiknya diberikan kembali dalam waktu 24 jam. Makanan awal sebaiknya berupa ASI, susu formula 10

atau susu murni, nasi, pisang, kentang, biskuit, roti panggang, dan sereal kering. Manfaat penggunaan susu formula yang bebas laktosa masih belum jelas. Untuk diare dengan dehidrasi ringan sedang diberikan cairan oralit. Jumlah oralit yang diberikan 3 jam pertama 75 ml/kgBB. 4,6,8 Dalam garis besarnya pengobatan diare dapat dibagi dalam: 2 a. Pengobatan kausal b. Pengobatan simptomatik c. Pengobatan cairan d. Pengobatan dietetik Pengobatan kausal Pengobatan yang tepat terhadap kausa diare diberikan setelah kita mengetahui penyebabnya yang pasti. Jika kausa diare ini penyakit parenteral, diberikan antibiotika sistemik. Jika tidak terdapat infeksi parenteral, sebenarnya antibiotika baru boleh diberikan kalau pada pemeriksaan laboratorium dapat ditemukan bakteri patogen. Karena pemeriksaan untuk menemukan bakteri ini kadang-kadang sulit atau hasil pemeriksaan datang terlambat, antibiotika dapat diberikan dengan memperhatikan umur penderita, perjalanan penyakit, sifat tinja dan sebagainya. Di Indonesia diperkirakan kasus diare yang disebabkan oleh infeksi (termasuk virus) kira-kira 50-75%. Menemukan kuman pada pemeriksaan mikroskopik umumnya sulit. Oleh karena itu dipakai pegangan yang lebih mudah: bila pada pemeriksaan tinja ditemukan leukosit 10-20/LP (dengan menggunakan pembesaran 200x), maka penyebab diare tersebut dapat dianggap infeksi enteral.

11

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, pada penderita diare antibiotika hanya boleh diberikan kalau: - Ditemukan bakteri patogen pada pemeriksaan mikroskopik dan/atau biakan - Pada pemeriksaan makroskopik dan/atau mikroskopik ditemukan darah pada tinja - Secara klinis terdapat tanda-tanda yang menyokong adanya infeksi enteral (lihat tabel 2) - Di daerah endemik kolera (diberi tetrasiklin) - Pada neonatus jika diduga terjadi infeksi nosokomial - Antibiotika lain dapat pula diberikan bila terdapat penyakit penyerta seperti misalnya: - Infeksi ringan (OMA, faringitis), diberikan penisilin prokain - Infeksi sedang (bronkitis), diberikan penisilin prokain atau ampisilin - Infeksi berat (misal bronkopneumonia). Diberikan penisilin prokain dengan kloramfenikol atau ampisilin dengan gentamisin atau derivat sefalosforin Pengobatan simptomatik - Obat-obat anti diare : Obat-obat yang berkhasiat menghentikan diare secara cepat seperti antispasmodik/spasmolitik atau opium (papaverin, Extractum Belladona, loperamid, kodein, dan sebagainya) justru akan memperburuk keadaan karena akan menyebabkan terkumpulnya cairan di lumen usus dan akan menyebabkan terjadinya pelipatgandaan (overgrowth) bakteri, gangguan digesti dan absorbsi. Obat-obat ini hanya berkhasiat untuk menghentikan peristaltik saja, tetapi justru akibatnya sangat berbahaya karena baik si pemberi obat maupun penderita akan

12

terkelabui. Diarenya terlihat tidak ada lagi tetapi perut akan bertambah kembung dan dehidrasi bertambah berat yang akhirnya dapat berakibat fatal untuk penderita. - Adsorbents - Stimulan - Antiemetik - Antipiretik Pengobatan cairan Untuk menentukan jumlah cairan yang perlu diberikan kepada penderita diare, harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut. Jumlah cairan : Jumlah cairan yang harus diberikan sama dengan: - Jumlah cairan yang telah hilang melalui diare dan/atau muntah (Previous water losses = PWL) ditambah dengan, - Banyaknya cairan yang hilang melalui keringat, urin dan pernapasan (Normal water losses = NWL), ditambah dengan, - Banyaknya cairan yang hilang melalui tinja dan muntah yang masih terus berlangsung (Concomitant water losses = CWL) Jumlah ini tergantung pada derajat dehidrasi serta berat badan masingmasing atau golongan umur (lihat tabel) Tabel 3. Jumlah cairan yang hilang pada anak umur > 5 tahun (berat badan 15-25 kg) Derajat dehidrasi Dehidrasi ringan Dehidrasi PWL 25 50 NWL 65 65 CWL 25 25 Jumlah 115 140 13

sedang Dehidrasi berat

80

65

25

170

Jenis cairan, ada 2 jenis cairan yaitu, 1. Cairan rehidrasi oral Ada beberapa macam cairan rehidrasi oral : - Cairan rehidrasi oral dengan formula lengkap yang mengandung NaCl, KCl, NaHCO3 dan glukosa atau penggantinya, yang dikenal dengan nama oralit. - Cairan rehidrasi oral yang tidak mengandung keempat komponen di ataas, misalnya larutan garam-gula (LGG), larutan tepung beras-garam, air tajin, air kelapa dan lain-lain cairan yang tersedia di rumah. 2. Cairan rehidrasi parenteral (CRP) Sebagai hasil rekomendasi Seminar Rehidrasi Nasional ke I s/d IV dan Pertemuan Ilmiah Penelitian Diare, Litbangkes (1982) digunakan cairan Ringer Laktat sebagai cairan rehidrasi parenteral tunggal untuk digunakan di Indonesia, dan cairan inilah yang sekarang terdapat di Puskesmas-puskesmas dan di rumahrumah sakit di Indonesia.

BAB II SIMULASI KASUS

2.1 Kasus An. Ani, umur 6 tahun, BB 20 kg, pelajar kelas II SD, alamat Jl. Bimantara No. 20 Banjarmasin, datang ke klinik jam 10.00 pagi dengan keluhan : 14

Berak-berak sejak pagi hari sebelumnya, mulai berak-berak encer, kuning, tidak berlendir, tidak berdarah. Sejak tadi malam juga disertai muntah dan demam. Jumlah berak-berak sejak kemarin sudah 10x, muntah 4x. sudah minum parasetamol, tapi panas hanya turun sebentar. Kencing masih bisa. Pemeriksaan fisik : TD Nadi Suhu Respirasi Kepala Thorax Abdomen Diagnosis : 100/80 mmHg : 88 kali/menit : 38,50C : 24 kali/menit

: Mata tidak cekung, bibir tidak kering : Tidak ada kelainan : Bising usus meningkat, turgor kulit kembali agak lambat : Diare akut dengan dehidrasi ringan

2.2 Tujuan Pengobatan Prinsip pengobatan diare ialah menggantikan cairan yang hilang melalui tinja dengan atau tanpa muntah, dengan cairan yang mengandung elektrolit dan glukosa atau karbohidrat lain (gula, air tajin, tepung beras dan sebagainya). 1,3,5 Pengelolaannya sama seperti proses normal sekresi absorbsi, yaitu dengan 15 mencoba mengatur masukan dan keluaran sehingga penderita berada dalam keadaan keseimbangan cairan yang positif. Selama diare, toksin atau mekanisme lain menyebabkan sekresi lebih banyak daripada absorbsi sehingga menyebabkan kehilangan cairan, dan terjadi diare (atau muntah). Ini dapat dikatakan sebagai keseimbangan negatif cairan usus. Bila pada keadaan ini larutan garam atau

15

cairan sejenis dimasukkan ke dalam usus maka biasanya cairan itu hanya akan mengganti yang telah hilang. 3 Penderita ini, diare dengan dehidrasi ringan diberikan oralit. Jumlah oralit yang diberikan 75 ml/kgBB selama tiga jam pertama. 2.3 Kelompok Obat/Jenis Obat Menurut Khasiat, Keamanan dan Kecocokannya11 Kelompok/Jenis Obat Antipiretik - Parasetamol - Ibuprofen Khasiat (efek) Keamanan BSO (Efek Samping Obat) Jarang Berupa urtikaria. Kecocokan (Kontra Indikasi BSO)

Analgetikantipiretik Analgetikantipiretik

Penderita dengan penyakit hati atau ikterus Eritema, sakit Hipersensitif, kepala, anak kuarang dari trombositopenia, 7 kg, kehamilan ambliopia, toksik dan ibu menyusui yang reversible

Antiemetik - Domperidon

Antiemetik

- Metoklopramid

antiemetik

Reaksi alergi Pada pasien seperti rash dan dimana urtikaria peningkatan motilitas lambung dapat membahayakan misal adanya perdarahan, perforasi Sembelit, diare, Epilepsi, mengantuk, gejala perdarahan ekstrapiramidal, gastrointestinal, lelah berlebihan perforasi

2.4 Obat yang Tepat dari Kelompok obat untuk kasus di atas dan alternatifnya

16

Tabel 4. Pilihan Obat dan Alternatif yang digunakan sebagai Antipiretik Uraian Nama Obat BSO Obat Pilihan Parasetamol Generik : Paracetamol Paten : Sanmol BSO : tablet, sirup Kekuatan : tablet 250-500 mg, sirup 120 mg/5 ml Sirup 1-6 tahun : 60-120 mg/kali 120 mg/kali, alasan :dengan dosis tersebut sudah mencukupi untuk terapi simptomatik 3 kali sehari Alasan : Obat Alternatif Ibuprofen Generik : Ibuprofen Paten : Ibufen BSO : tablet Kekuatan : tablet 200 mg, 400mg, 600 mg Sirup 20-30 mg/kg BB/hari 133,3 - 200 mg/kali, alasan : dengan dosis tersebut sudah mencukupi untuk terapi simptomatik 3 kali sehari Alasan :

BSO yang diberikan Dosis referensi Dosis dalam kasus

Frekuensi pemberian

Cara Pemberian

waktu paruh dalam plasma 1- waktu paruh dalam plasma 2 3 jam jam Peroral Peroral Alasan : Alasan : penderita masih sadar dapat penderita masih sadar dapat makan dan minum makan dan minum Sebelum makan Sebelum makan Alasan : Alasan :

Saat Pemberian

absorbsinya lebih cepat absorbsinya lebih cepat apabila lambung kosong apabila lambung kosong Lama pemberian 3 hari karena sifatnya 3 hari karena sifatnya simptomatis simptomatis Tabel 5. Pilihan Obat dan Alternatif yang digunakan sebagai Antiemetik Uraian Nama Obat BSO Obat Alternatif Metoklopramid Generik : metoklopramid Paten : Primperan Kekuatan : Tablet 5mg, 10mg, Sirup 5mg/5ml, Injeksi 5mg/ml

Obat Pilihan Domperidon Generik : Domperidon Paten : Dometic Kekuatan : Tablet 10mg

17

BSO yang diberikan Dosis referensi Dosis dalam kasus

Sirup 0,2 0,4 mg/kgBB 3 kali sehari 24 mg /hari Alasan :

Sirup 5-14 thn 2,5-5 mg 3 kali sehari 15 mg /hari Alasan :

dengan dosis tersebut sudah dengan dosis tersebut mencukupi untuk terapi sudah mencukupi untuk simptomatik terapi simptomatik Frekuensi pemberian 3 kali sehari Alasan : waktu paruh dalam plasma 7,5 jam Peroral Alasan : 3 kali sehari Alasan : waktu paruh dalam plasma 4 6 jam Peroral Alasan :

Cara Pemberian

Saat Pemberian

penderita masih sadar dapat penderita masih sadar dapat makan dan minum makan dan minum Sebelum makan Sebelum makan Alasan : absorbsinya lebih cepat apabila lambung kosong 3 hari karena sifatnya simptomatis Alasan : absorbsinya lebih cepat apabila lambung kosong 3 hari karena sifatnya simptomatis

Lama pemberian

Pada kasus ini tidak digunakan kelompok obat antibiotik dan antidiare karena diare pada anak akan diatasi melalui URO dengan pemberian oralit sebanyak 1,5 L dalam 3 jam pertama. Setelah tidak terdapat tanda dehidrasi maka pemberian oralit disesuaikan dengan keinginan anak. 2.5 Resep yang Benar dan Rasional Untuk Kasus di Atas Resep pilihan untuk kasus di atas 18

dr. Marlensius A.Wijaya SIP No. 777/77/SPD/2006 Praktek Umum Alamat Praktek Alamat rumah Jl. Melati IV No. 31 Jl. Melati No. 31 Banjarmasin Banjarmasin Telp(0511)329764 Telp(0511)329764 Banjarmasin, 11 Agustus 2006

R/ Oralit 200 S uc R/ Parasetamol Domperidon Syr simplex Aqua ad m.f.l.a sirup S prn tdd cth I

No. VIII

1,08 g 0,072 g qs 45 ml (muntah dan panas)

Pro : An. Ani Umur : 6 tahun (20 kg) Alamat : Jl. Bimantara No. 2 Banjarmasin

Resep alternatif untuk kasus di atas dr. Marlensius A.Wijaya SIP No. 777/77/SPD/2006 Praktek Umum Alamat Praktek Alamat rumah Jl. Melati IV No. 31 Jl. Melati IVNo.31 Palangkaraya Palangkaraya Telp (0511)329764 Telp(0511)329764 Banjarmasin, 11 Agustus 2006

R/ Oralit 200

No. VIII

19

S uc R/ Ibuprofen Metoklopramid Syr simplex Aqua ad m.f.l.a sirup S prn tdd cth I 1,5 g 0,045 g qs 45 ml (muntah dan panas)

Pro : An. Ani Umur : 6 tahun (20 kg) Alamat : Jl. Bimantara No. 2 Banjarmasin

2.6. Pengendalian Obat Penanganan pasien pada kasus ini adalah pencegahan agar tidak terjadi dehidrasi yang berat sehingga menyebabkan kematian. Untuk itu dilakukan upaya rehidrasi oral (URO) dengan menggunakan oralit. Bukti-bukti menunjukkan bahwa URO berhasil baik pada sebagian besar kasus diare, karena kasus-kasus tersebut hanya mengalami dehidrasi ringan sedang yang saat ini disebut some dehydration (WHO 1992). Hanya sekitar 10% dari semua kasus diare benar-benar membutuhkan upaya rehidrasi intravena (URI), yaitu yang disertai dehidrasi berat. Hal ini berbeda dari situasi sekitar 1020 tahun yang lalu, saat URO belum dikenal, sehingga sepertiga kasus diare meninggal karena dehidrasi. Masalahnya sekarang ialah bagaimana agar masyarakat luas mengernal URO sehingga kematian karena dehidrasi tidak perlu terjadi.3 Upaya rehidrasi oral didasarkan pada prinsip bahwa absorbsi natrium dapat terjadi dengan adanya beberapa molekul hasil cerna makanan, misalnya

20

glukosa dan asam amino. Penyerapan ini tetap dipertahankan walaupun terdapat toksin bakteri yang menghambat absorbsi natrium oleh cAMP.3 Absorbsi natrium searah (yaitu mekanisme pengangkutan aktif secara terpisah), dihalangi selama terjadi diare sekretorik akibat toksin. Namun berbagai penelitian menunjukkan bahwa jalan lain absorbsi natrium yang berhubungan dengan absorbsi glukosa atau asam amino tidak terganggu sekalipun pada penderita kolera berat yang buang air besar mengalir deras. Dengan menambahkan glukosa ke dalam larutan yang mengandung garam, jalur lain absorbsi akan dioperasikan, hambatan absorbsi natrium dapat diatasi, sehingga jumlah cairan serta elektrolit yang dapat diserap cukup banyak. Prinsip ini digunakan ntuk membuat larutan garam yang sesuai dengan oralit untuk pengobatan diare. Jadi bila gula diserap, natrium ikut diserap, dan air akan mengikuti natrium dengan difusi pasif.3 Sebagai tambahan, sitrat (atau bikarbonat) dan kalium diserap terpisah dari gula selama diare. Untuk mengatasi asidosis akibat kehilangan bikarbonat (basa) dalam tinja, agaknya sitrat memacu absorpsi natrium dan klorida pada jenis diare tertentu.3 URO pada pasien ini kemungkinan besar akan berhasil sebab anak sudah cukup besar (6 tahun) dan bersekolah sehingga bisa diajak kerjasama. Selain itu diare baru terjadi satu hari, dehidrasi ringan dan dari ciri fesesnya bukan disebabkan oleh bakteri yang dapat membahayakan anak. Obat-obat anti diare dan antibiotika tidak diperlukan pada kasus ini karena justru dapat membahayakan keadaan anak. Pemberian makan juga harus diperhatikan dan dari berat badannya

21

(20 kg) diketahui anak juga tidak menderita kekurangan gizi sehingga daya tahan tubuh alami dapat mengeliminasi kuman penyebab infeksi pada anak. Antipiretik yang digunakan adalah paracetamol. Paracetamol merupakan antipiretik kuat dengan efek samping minimal. Dosis yang diberikan adalah 3 x 1 sendok teh, dimana dalam 5 ml sirup mengandung 120 mg paracetamol. Paracetamol dianjurkan diminum sebelum makan karena absorbsinya akan dihambat oleh makanan. Antipiretik alternatif yang digunakan adalah ibuprofen, yang mempunyai daya analgetis dan antiradang yang cukup baik, resorpsi di usus cepat dan baik. Dosis yang diberikan adalah 20 - 30 mg/kg BB/hari diberikan 3x sehari. Antiemetik pilihan yang digunakan adalah domperidon suatu antagonis dopamin yang memiliki khasiat antiemetik. Domperidon bekerja secara perifer dan jarang menyebabkan efek samping ekstrapiramidal. Antiemetik alternatif yang digunakan adalah metoklopramid, kerja sentral metoklopramid mempertinggi ambang rangsang muntah di Chemoreceptor Trigger Zone (CTZ), kerja perifer menurunkan kepekaan saraf viseral yang menghantarkan impuls aferen dari saluran cerna ke pusat muntah.

22

DAFTAR PUSTAKA

1. Hassan R, Alatas H, ed. Gastroenterologi. Dalam: Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak Jilid I Cetakan ke-9. Jakarta:,FKUI, 2000. h. 283-85, 294. 2. Noerasid H, Suraatmadja S, Asnil PO. Gastroenteritis (Diare) Akut. Dalam: Suharyono, Boediarso A, Halimun EM, ed. Gastroenterologi Anak Praktis Cetakan ke-3. Jakarta: FKUI, 1999. h. 51, 59, 64-69. 3. Soenarto Y. Tatalaksana Kasus Diare Akut Pada Anak. Dalam: Pemakaian Obat Pada Anak. Yogyakarta: FK UGM, 1993. h. 85-9. 4. Tan Hoan Tjay, Rahardja K. Obat-obat Penting Edisi V Cetakan Ke-2. Jakarta: Elex Media Komputindo, 2002. h.270,273.

23

5.

Powell DW. Approach to the Patient With Diarrhea. In: Yamada T, ed. Textbook of Gastroenterology Volume One Third Edition. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins, 1999. p. 859.

6. Gunawan G. Diare Akut. Dalam: Yunanto A, ed. Pedoman Diagnosis dan Terapi Bagian/ SMF Ilmu Kesehatan Anak . Banjarmasin: FK UNLAM/RSU ULIN, 2004. h. 63. 7. Andreoli TE, Bennet JC, Carpenter CCJ, Plum F, ed. Diarrhea. In: Cecil Essentials of Medicine Fourth Edition. Philadelphia: W.B. Saunders Company, 1997. p. 270-71, 275. 8. Mansjoer A, Triyanti K, Savitri R, Wardhani WI, Setiowulan W, ed. Gastroenterologi. Dalam: Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1 Edisi ke-3. Jakarta: Media Aesculapius, 2001. h. 500,502. 9. Wiley CC. Diare Akut. Dalam: Schwartz MW, ed. Mahanani DA, Susi N, editor bahasa Indonesia. Pedoman Klinis Pediatri Cetakan I. Jakarta: EGC, 2005. h. 269. 10. Wiley CC. Diare Akut. Dalam: Schwartz MW, ed. Mahanani DA, Susi N, editor bahasa Indonesia. Pedoman Klinis Pediatri Cetakan I. Jakarta: EGC, 2005. h. 269.

Laporan Simulasi Kasus DIARE AKUT DENGAN DEHIDRASI RINGAN Disusun Guna Memenuhi Sebagian Syarat Untuk Mengikuti Ujian Ilmu Farmasi Kedokteran

24

Oleh Marlensius A. Wijaya I1A099050

Pembimbing dr. Agung Biworo, M. Kes

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT FAKULTAS KEDOKTERAN LABORATORIUM FARMASI Agustus, 2006

25

26

Anda mungkin juga menyukai