Anda di halaman 1dari 30

BAB I PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang Mesin adalah alat mekanik atau elektrik yang mengirim atau

mengubah energi untuk melakukan atau membantu pelaksanaan tugas manusia. Biasanya membutuhkan sebuah masukan sebagai pelatuk, mengirim energi yang telah diubah menjadi sebuah keluaran, yang melakukan tugas yang telah disetel. Mesin dalam bahasa Indonesia sering pula disebut dengan sebutan pesawat. Mesin telah mengembangkan kemampuan manusia sejak sebelum adanya catatan tertulis. Perbedaan utama dari alat sederhana dan mekanisme atau pesawat sederhana adalah sumber tenaga dan mungkin pengoperasian yang bebas. Istilah mesin biasanya menunjuk ke bagian yang bekerja bersama untuk melakukan kerja. Biasanya alat-alat ini mengurangi intensitas gaya yang dilakukan, mengubah arah gaya, atau mengubah suatu bentuk gerak atau energi ke bentuk lainnya.

1.2. Rumusan Masalah Rumusan masalah yang dapat dirumuskan adalah bagaimana mengetahui tentang Mesin Produksi atau Manufacturing.

1.3. Maksud dan Tujuan Kita dapat memperluas wawasan tentang mesin manufactur Mendapatkan ilmu pengetahuan tentang kemajuan teknologi Menjadikan kita betapa pentingnya kemajuan teknologi Sebagai Salah Satu Tugas Mata Kuliah Proses Produksi I.

BAB II PEMBAHASAN

2.1.

Mesin Konvensional

2.1.1 Mesin Bubut Konvensional Pengertian Mesin Bubut Konvensional Mesin bubut (turning machine) adalah suatu jenis mesin perkakas yang dalam proses kerjanya bergerak memutar benda kerja dan menggunakan mata potong pahat (tools) sebagai alat untuk menyayat benda kerja tersebut. Mesin bubut merupakan salah satu mesin proses produksi yang dipakai untuk membentuk benda kerja yang berbentuk silindris. Pada prosesnya benda kerja terlebih dahulu dipasang pada chuck (pencekam) yang terpasang pada spindel mesin, kemudian spindel dan benda kerja diputar dengan kecepatan sesuai perhitungan. Alat potong (pahat) yang dipakai untuk membentuk benda kerja akan disayatkan pada benda kerja yang berputar. Umumnya pahat bubut dalam keadaan diam, pada perkembangannya ada jenis mesin bubut yang berputar alat potongnya, sedangkan benda kerjanya diam. Dalam kecepatan putar sesuai perhitungan, alat potong akan mudah memotong benda kerja sehingga benda kerja mudah dibentuk sesuai yang diinginkan. Dikatakan konvensional karena untuk membedakan dengan mesinmesin

yang dikontrol dengan komputer (Computer Numerically Controlled) ataupun kontrol numerik (Numerical konvensional mutlak Control) dan karena jenis mesin keterampilan manual dari

diperlukan

operatornya. Pada kelompok mesin bubut konvensional juga terdapat bagian-bagian otomatis dalam pergerakannya bahkan juga ada yang dilengkapi dengan layanan sistem otomatis, baik yang dilayani dengan sistem hidraulik, pneumatik, ataupun elektrik. Ukuran mesinnya pun tidak semata-mata kecil karena tidak sedikit mesin bubut konvensional yang dipergunakan untuk mengerjakan pekerjaan besar seperti yang dipergunakan pada industri perkapalan dalam membuat atau merawat poros baling-baling kapal yang diameternya mencapai 1.000 mm. A. Fungsi Mesin Bubut Konvensional Fungsi utama mesin bubut konvensional adalah untuk silindris,

membuat/memproduksi

benda-benda

berpenampang

misalnya poros lurus (Gambar 1), poros bertingkat (step shaft) (Gambar 2), poros tirus (cone shaft (Gambar 3), poros beralur (groove shaft) (Gambar 4), poros berulir (screwthread) (Gambar 5) dan berbagai bentuk bidang permukaan silindris lainnya misalnya anak buah catur (raja, ratu, pion, dan lain-lain).

Gambar 1. Poros lurus

Gambar 2. Poros bertingkat (Step Shaft)

Gambar 3. Poros tirus (Cone Shaft)

Gambar 4. Poros beralur dan berulir (Screw Thread)

B. Jenis-Jenis Mesin Bubut Konvensional a) Mesin Bubut Ringan b) Mesin Bubut Sedang c) Mesin Bubut Standar d) Mesin Bubut Berat            Mesin Bubut Beralas Panjang Mesin Bubut Lantai Mesin Bubut Lantai dengan Pengendali Mesin Bubut Tegak Mesin Bubut dengan Enam Spindel Mendatar Mesin Bubut Tegak dengan Delapan Spindel Mesin Bubut Tegak dengan Delapan Spindel Sistem Rotari Mesin Bubut Potong Mesin Bubut Ulir Mesin Bubut Ulir Tipe Swiss Mesin Bubut Turret

C. Kecepatan potong Kecepatan potong adalah kecepatan keliling dari benda kerja melintasi ujung pahat potong. Kecepatan potong pada umumnya dinyatakan dalam satuan meter per menit. Pemilihan kecepatan potong yang benar adalah harus disesuaikan dengan bahan dari benda kerja yang dibubut dan bahan dari pahat potong yang digunakan, pemilihan kecepatan potong yang terlalu tinggi menyebabkan ujung pahat akan mudah tumpul dan aus sehingga aka nada banyak waktu yang terbuang untuk

mengasah/menggerinda atau merekondisi pahat tersebut, bila pemilihan terlalu rendah maka efisiensinya kerjanya rendah. Untuk menghitung kecepatan putaran spindle mesin bubut dalam satuan putaran per menit, maka kecepatan potong bahan dan diameter benda kerja harus diketahui. Rumus putaran adalah: Dimana: n : putaran spindle mesin (rpm) V : kecepatan potong bahan (m/menit) D : diameter benda kerja (mm) D. Pemakanan (Feeding) Pemakanan adalah jarak yang ditempuh oleh pahat potong untuk memotong dalam satu putaran benda kerja. Contoh : apabila mesin bubut permukaannya diatur 0,4 mm dalam setiap putaran benda kerja. Dalam proses pembubutan dikenal dengan dua jenis pemotongan, yaitu pemotongan kasar (roughing cut) dan pemotongan akhir

(finishing cut). Pada pemotongan kasar, pemakanan benda kerja dilakukan secara cepat tanpa mempertimbangkan kualiatas permukaan (nilai kekasaran pemukaannya). Sehingga pemakanan yang digunakan adalah pemakanan untuk pengasaran. Pada pemotongan akhir digunakan untuk mendapatkan hasil akhir permukaan dengan nilai kekasaran yang baik dan pemakanan yang dipergunakan adalah yang kecil. Pada proses pembubutan umumnya pemakanan untuk

pengasaran yang digunakan berkisar antara 0,25-0,4 mm. Dan untuk pemotongan akhir berkisar antara 0,07-0.012 mm. E. Kedalaman pemotongan (depth of cut) Kedalaman pemotongan adalah ketebalan tatal / beram (chip) yang dilepaskan oleh pahat potong dari benda kerja. Untuk proses pembubutan dengan pengurangan diameter yang besar

kedalaman pemotongan dilakukan dengan cara bertahap, yaitu proses pengasaran dan proses pemotongan akhir. Kedalaman pemotongan untuk proses pembubutan pengasaran dipengaruhi oleh beberapa factor sebagai berikut: Kondisi mesin bubut Jenis dan bentuk pahat bubut yang digunakan Kekakuan benda kerja Kecepatan pemotongan

Kedalaman pemotongan untuk proses pengerjaan akhir tergantung pada tipe benda kerja dan kualitas permukaan yang diinginkan dari pada umumnya tidak lebih dari 0,13 mm. F. Skala pengukur Skala pengukur pada mesin bubut dipasang pada compound rest dan cross feed. Skala pengukur digunakan untuk membantu operator mesin bubut dan menentukan kedalaman pemotongan pahat dengan tepat sehingga tatal yang terlepas oleh pahat potong dapat teridentifikasi dengan akurat (pengurangan diameter dapat terukur) Skala pengukur dengan system metris umumnya dibagi ke dalam 200 pembagian, artinya setiap strip skala pengukur adalah 0,02 mm Contoh : untuk skala metris apabila handle pemutar skala pengukur diputar searah dengan jarum jam untuk 10 pembagian (10 strip) maka pahat potong akan maju 10 . 0,02 = 0,2 mm. Berikut beberapa petunjuk dalam menggunakan skala pengukur: a. Apabila skala pengukur dilengkapi dengan skrup pengunci, sebelum melakukan pengaturan (setting) kedalaman. Tentukan ukuran awal dengan mengunci skala nonius dengan skrup pengunci tersebut. b. Apabila memutar skala pengukur melampaui betas ukuran yang telah ditetapkan, maka skala pengukur harus diputar kembali setengah putaran, kemudian dikembalikan pada skala yang telah ditetapkan.
Kedalaman ulir (D) : D = 0.54127 P Diameter minor : Minor diameter = Diameter mayor (D+D) Lebar kepala ulir (FC) : C = 0.125 P Lebar dasar ulir (FR) : FR = 0.25 P Keterangan P : Pitch

2.2.2 Mesin Frais Konvensional Mesin frais (milling machine) adalah mesin perkakas yang dalam proses kerja pemotongannya dengan menyayat/memakan benda kerja menggunakan alat potong bermata banyak yang berputar (multipoint cutter). Pada saat alat potong (cutter) berputar, gigi-gigi potongnya menyentuh permukaan benda kerja yang dijepit pada ragum meja mesin frais sehingga terjadila pemotongan/penyayatan dengan

kedalaman sesuai penyetingan sehingga menjadi benda produksi sesuai dengan gambar kerja yang dikehendaki (Gambar 77).

Gambar 77. Prinsip pemotongan pada mesin frais

Pada

Gambar

(77a)

menunjukkan

prinsip

pemotongan/pengefraisan datar bagian permukaan (face milling) di

mana cutter bergerak berputar memotong ke atas (cutting up) sedang benda kerjanya bergerak lurus melawan cutter pada mesin frais horizontal. Demikian pula yang terjadi pada mesin frai tegak (Gambar 77b, 77c, dan 77d), sedangkan Gambar (77e) menunjukkan pemotongan bagian muka dan sisi (side and face cutting) dan Gambar (77f) menunjukkan pemotongan pada mesin frais horizontal. Pada Gambar 78 diperlihatkan prinsip pemotongan berbagai jenis alur (slot).

Gambar 78. Pemotongan alur

Dengan prinsip-prinsip pemotongan di atas, kita dapat melakukan pembuatan benda kerja dengan berbagai bentuk-bentuk di antaranya sebagai berikut. a. Bidang rata datar. b. Bidang rata miring menyudut. c. Bidang siku. d. Bidang sejajar. e. Alur lurus atau melingkar. f. Segi beraturan atau tidak beraturan. g. Pengeboran lubang atau memperbesar lubang dan lain-lain. Selain bentuk-bentuk tersebut di atas, kita juga dapat melakukan pembuatan benda kerja dengan bentuk yang lain di mana bentuk ini sangat dipengaruhi oleh bentuk pisau dan arah gerakannya alat serta perlengkapan lain yang digunakan di antaranya sebagai berikut.

10

a. Roda gigi lurus. b. Roda gigi helik. c. Roda gigi payung. d. Roda gigi cacing. e. Nok/eksentrik. f. Ulir yang memiliki kisar/pitch yang besar dan lain-lain. A. Jenis-Jenis Mesin Frais Mesin frais merupakan jenis mesin perkakas yang sangat cepat berkembang dalam teknologi penggunaannya, sehingga dengan mesin ini dapat digunakan untuk membentuk dan meratakan permukaan, membuat alur (splines), membuat roda gigi dan ulir, dan bahkan dapat dipergunakan untuk mengebor dan meluaskan lubang. Tetapi yang paling banyak dijumpai adalah jenis mesin tiang dan lutut (column-and-knee), meja tetap (fixed-bed), dan pengendalian manual sebelum mesin-mesin pengendalian computer dikembangkan. Jenis mesin frais lain yang prinsip kerjanya khusus seperti mesin frais yaitu mesin hobbing (hobbing machines), mesin pengulir (thread machines), mesin pengalur (spline machines), dan mesin pembuat pasak (key milling machines). Untuk produksi massal biasanya dipergunakan jenis mesin yang menggunakan banyak sumbu (multi spindles planer type) dan meja yang bekerja secara berputar terus-menerus (continuous action-rotary table), serta jenis mesin frais drum (drum type milling machines).

11

Gambar 79. Mesin frais horizontal

Gambar 80. Mesin frais vertikal

Gambar 81. Mesin frais universal

Gambar 82. Mesin frais universal

12

Gambar 83. Mesin frais bed

Gambar 84. Mesin frais duplex

Gambar 85. Mesin frais planer

Gambar 86. Mesin frais roda gigi (gear hobbing machine)

13

B.

Kecepatan potong Kecepatan potong pada proses mesin milling adalah kecepatan pisau potong yang bergerak melingkar melewati benda kerja dalam satuan meter per menit. Adapun factor yang mempengaruhi kecepatan potong adalah : a. Bahan benda kerja

b. Bahan pisau potong/pahat Sedangkan kecepatan potong: a. Konstruksi/kondisi mesin factor yang mempengaruhi pemilihan

b. Bentuk pisau c. Penampang tatal/beram(chip)

d. Tingkat kehalusan yang diinginkan e. f. Pencekaman benda kerja Media pendingin Rumus putaran pisau mesin milling :

Dimana: n : putaran spindle mesin (rpm) V : kecepatan potong bahan (m/menit) D : diameter benda kerja (mm)

14

2.2. Mesin Non Konvensional 2.2.1 Mesin Computer Numerically Controlled (CNC) CNC singkatan dari Computer Numerically Controlled,

merupakan mesin perkakas yang dilengkapi dengan sistem kontrol berbasis komputer yang mampu membaca instruksi kode N dan G (Gkode) yang mengatur kerja sistem peralatan mesinnya, yakni sebuah alat mekanik bertenaga mesin yang digunakan untuk membuat komponen/benda kerja. Mesin perkakas CNC merupakan mesin perkakas yang dilengkapi dengan berbagai alat potong yang dapat membuat benda kerja secara presisi dan dapat melakukan

interpolasi/sisipan yang diarahkan secara numerik (berdasarkan angka). Parameter sistem operasi/sistem kerja CNC dapat diubah melalui program perangkat lunak (software load program) yang sesuai. Adanya mesin CNC berawal dari berkembangnya sistem

Numerically Controlled (NC) pada akhir tahun 1940-an dan awal tahun 1950-an yang ditemukan oleh John T. Parsons dengan bekerja sama dengan Perusahaan Servomechanism MIT. Adanya mesin CNC didahului oleh penemuan mesin NC yang mempunyai ciri parameter sistem pengoperasiannya tidak dapat diubah. Sistem CNC pada awalnya menggunakan jenis perangkat keras (hardware) NC, dan komputer yang digunakan sebagai alat penghitungan kompensasi dan terkadang sebagai alat untuk mengedit.

15

Pada awalnya mesin CNC masih menggunakan kertas berlubang sebagai media untuk mentransfer kode G dan M ke sistem kontrol. Setelah tahu 1950, ditemukan metode baru mentransfer data dengan menggunakan kabel RS232, floppy disks, dan terakhir oleh Komputer Jaringan Kabel (Computer Network Cables) bahkan bisa dikendalikan melalui internet. Akhir-akhir ini mesin-mesin CNC telah berkembang secara menakjubkan sehingga mengubah industri pabrik yang selama ini menggunakan tenaga manusia menjadi full otomasi.

Berkembangnya Mesin CNC, maka benda kerja yang rumit sekalipun dapat dibuat secara mudah dalam jumlah yang banyak. Telah kita ketahui bersama bahwa pembuatan komponen/suku cadang suatu mesin yang presisi dengan mesin perkakas manual tidaklah mudah, meskipun dilakukan oleh seorang operator mesin perkakas yang mahir sekalipun penyelesaiannya memerlukan waktu lama. Bila ada permintaan konsumen untuk membuat komponen berteknologi tinggi dalam jumlah banyak dengan waktu singkat, dengan kualitas sama baiknya, tentu akan sulit dipenuhi bila menggunakan perkakas manual. Apalagi bila bentuk benda kerja yang dipesan lebih rumit, tentu akan semakin sulit diselesaikan dalam waktu singkat. Penyelesaian produk yang lama secara ekonomis akan

meningkatkan biaya produksinya, harga jual produk akan menjadi semakin mahal, sehingga semakin sulit bersaing dengan produk impor.

16

Gambar 18. Mesin Bubut CNC Production Unit (PU 2A)

Tuntutan konsumen yang menghendaki kualitas benda kerja yang presisi, berkualitas sama baiknya, dalam waktu singkat dan dalam jumlah yang banyak, akan lebih mudah dikerjakan dengan mesin perkakas CNC (Computer Numerlcally Controlled) yaitu mesin yang dapat bekerja melalui pemrograman yang dilakukan dan dikendalikan melalui komputer. Mesin CNC dapat bekerja secara otomatis atau semiotomatis setelah diprogram terlebih dahulu melalui komputer yang ada. Program yang dimaksud merupakan program membuat benda kerja yang telah direncanakan atau dirancang sebelumnya. Sebelum benda kerja tersebut dieksekusi atau dilaksanakan oleh mesin CNC, program tersebut sebaiknya dicek berulang-ulang agar program yang telah dibuat benar-benar telah selesai dengan bentuk seperti yang diinginkan, serta benar-benar dapat dikerjakan oleh mesin CNC. Pengecekan tersebut dapat melalui layar monitor yang terdapat pada mesin CNC atau melalui plotter yang dipasang pada tempat dudukan pahat/pisau frais. Setelah program benar-benar telah berjalan seperti

17

yang direncanakan, baru kemudian dieksekusi oleh mesin CNC, selanjutnya mesin CNC akan mengerjakannya secara otomatis. Dari segi pemanfaatannya, mesin perkakas CNC dapat dibagi menjadi dua, antara lain: (a) mesin CNC Training Unit (TU), yaitu mesin yang digunakan untuk keperluan pendidikan, pelatihan atau training. (b) mesin CNC Production Unit (PU), yaitu mesin CNC yang digunakan untuk membuat benda kerja/komponen yang dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Gambar 19. Mesin Frais CNC

Dari segi jenisnya mesin perkakas CNC dapat dibagi menjadi tiga jenis, antara lain: (a) mesin CNC 2A yaitu mesin CNC 2 aksis, karena gerak pahatnya hanya pada arah dua sumbu koordinat (aksis) yaitu X, dan Z, atau dikenal dengan mesin bubut CNC; (b) mesin CNC 3A, yaitu mesin CNC 3 aksis atau mesin yang memiliki gerakan sumbu utama ke arah sumbu koordinat X, Y, dan Z, atau dikenal dengan mesin frsais CNC; (c) mesin CNC kombinasi (arbeitscentrum), yaitu mesin CNC bubut dan frais yang dilengkapi dengan peralatan

18

pengukuran sehingga dapat melakukan pengontrolan kualitas benda kerja yang dihasilkan. Mesin CNC pada umumnya berupa mesin CNC bubut dan mesin CNC frais. 2.3. Mesin Las Listrik Pada pengelasan listrik berkas elektron, sambungan terjadi karena benda kerja di hujani oleh berkas elektron berkecepatan sangat tinggi, akibatnya pinggiran benda yang akan dilas mencair atau dapat dikatakan oleh adanya penetrasi dari elektron. Biasanya tidak digunakan filler dan proses ini baik digunakan tidak saja untuk logam biasa, tetapi juga digunakan untuk logam keras yang tahan api, termasuk logam-logam yang sulit di las menggunakan pengelasan biasa. Untuk lebih jelas, perhatikan gambar berikut ini.

Senapan elektron berada dalam ruang hampa yang di atur sedemikian rupa, sehingga dapat ditarik ke atas maupun ke bawah ataupun bergerak dalam bidang datar. Ruang hampa biasanya mencapai

19

tekanan

dimana serangkaian berkas dipasangkan dan di arah

kan secara terpusat dan fixed (stasioner), kemudian benda kerjanya yang bergerak. Karena panasnya berkas elektron tersebut, sehingga mampu membuat wolfram menjadi uap, bahkan bahan-bahan dengan titik didih yang tinggin sekali pun mampu dijadikan uap. Proses pengelasan listrik berkas elektron ini dapat dikendalikan secara numerik khususnya untuk komponen elektronika dan tercatat mempunyai kecepatan pengelasan sedemikian tinggi (misal: untuk Al-alloy 2024 T-4 setebal 12 mm, kecepatan pengelasan nya = 800 mm/menit), sehingga komposisi metalurgi ke-2 logam induk tidak sempat

terpengaruh.Berkas elektron terbentuk di dalam ruang hampa, lalu mengalir melintasi lubang khusus dan menembus gas Argon atau Helium, lalu mengenai benda kerja (logam induk). Kecepatannya masih dapat ditingkatkan, namun menjadi tidak bebas dari kontaminasi. A. Bagian-bagian Mesin Las Mesin las yang digerakkan dengan motor, cocok dipakai untuk pekerjaan lapangan atau pada bengkel yang tidak

mempunyai jaringan listrik.

Busur nyala las ditimbulkan oleh arus listrik yang diperoleh dari

20

mesin las. Busur nyala terjadi apabila dibuat jarak tertentu antara elektroda dengan benda kerja dan kabel masa dijepitkan kebenda kerja. B. Sumber Tenaga Mesin Las Sumber tenaga mesin las dapat diperoleh dari:   motor bensin atau diesel gardu induk

Tenaga listrik tegangan tinggi dialihkan kebengkel las melalui beberapa transformator. Tegangan yang diperlukan oleh mesin las biasanya: - 110 Volt - 220 Volt - 380 Volt C. Jenis-jenis Mesin Las Mesin las ada dua macam, yaitu:   mesin las D.C (direct current mesin las arus searah) mesin las A.C (alternating current mesin las arus bolakbalik)

21

2.4.

Dies Casting

Die Casting adalah salah satu jenis pengecoran dengan cara memaksa logam cair ke dalam cetakan baja ( Die ) dengan menggunakan tekanan tinggi.

Proses - proses Die Casting

Hot Chamber Die Casting

Pada proses ini ruang tekanan ( chamber ) terhubung ke Die cavity secara permanen terendam dalam logam cair.

Cold Chamber Die Casting

Pada proses ini logam cair dituangkan ke dalam ruang tekanan ( chamber ) untuk setiap penginjeksian

22

Prinsip Kerja Die Casting 1. 2. 3. 4. Memasang Movable Die dengan Fixed Die Menginjeksikan logam cair menuju cavity Melepaskan Movable Die dari Fixed Die Mendorong Injector Pin pada Movable Die Jenis Mesin Die Casting 1. Hot Chamber Mesin

23

2. Cold Chamber Mesin

Tipe - tipe Die 1. Single Cavity

24

2. Multi Cavity

3. Unit Cavity

Keuntungan Dan Kerugian Die Casting Keuntungannya:


y y y y y

Akurasi dimensi coran yang bagus Permukaan coran yang halus Mampu mencetak dinding yang tipis Mengurangi proses permesinan lanjutan Kecepatan produksi yang tinggi

Kerugiannya:
y y

Sering terjadi cacat porositas karena disebabkan proses extrusi Biaya awal yang tinggi

25

BAB III PENUTUP

3.1. Ilmu Yang di Dapat 3.2. Kita dapat memperluas wawasan tentang mesin manufactur Mendapatkan ilmu pengetahuan tentang kemajuan teknologi Menjadikan kita betapa pentingnya kemajuan teknologi KESIMPULAN Mesin Konvensional (Mesin Bubut)
Kecepatan putaran mesin bubut ditentukan berdasarkan kecepatan potong dan diameter benda kerja yang dibubut. Supaya pengoperasian mesin bubut dapat efisien operator harus mempertimbangkan pemiliahan kecepatan potong, pengumpanan (feeding) dan kedalaman pemotongan, banyaknya waktu yang hilang pada proses pembubbutan disebabkan pemilihan kecepatan dan pemakanan yang tidak tepat.

Mesin Non Konvensional Prinsip kerjanya di awali dengan programer membuat program CNC sesuai produk yang akan dibuat dengan cara pengetikan langsung pada mesin CNC maupun dibuat pada komputer dengan software pemrogaman CNC. Program CNC tersebut, lebih dikenal sebagai G-Code, seterusnya dikirim dan dieksekusi oleh prosesor pada mesin CNC menghasilkan pengaturan motor servo pada mesin untuk

26

menggerakan

perkakas

yang

bergerak

melakukan

proses

permesinan hingga menghasilkan produk sesuai program. Computer Numerically Controlled merupakan mesin

perkakas yang dilengkapi dengan sistem kontrol berbasis komputer yang mampu membaca instruksi kode N dan G (G-kode) yang mengatur kerja sistem. Pemrograman mesin CNC hampir sama dengan pemrograman AutoCAD. Pemrograman mesin CNC meliputi pemrograman absolut, relatif, dan polar. Langkah-langkah mengoperasikan mesin CNC dimulai dengan persiapan program, pemasukan program, pengujian atau pemeriksaan program dan eksekusi program. Mesin las Listrik Secara umum ada banyak pengertian tentang pengleasan, namun hanya 2 pengertian saja yang di anggap menarik: 1. Pengelasan adalah suatu proses penyambungan logam, dimana logam menjadi satu akibat panas dengan atau tanpa tekanan. 2. Pengelasan adalah merupakan ikatan metalurgi yang ditimbulkan oleh gaya tarik-menarik antar atom-atom logam. Agar pengelasan dapat dilakukan dengan baik maka kedua permukaan logam tersebut perlu bebas dari gas yang terserap atau oksida. Secara umum pengelasan dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu: 1. Pengelasan dingin 2. Pengelasan panas

27

Mesin Dies Casting Cara kerjanya diawali dengan peleburan cairan logam

menggunakan tungku terpisah dari mesin die casting kemudian dituang kedalam mesin die casting menggunakan ladel melalui tabung injeksi (shot sleeve) yang tidak dipanaskan, setelah cairan logam tersebut berada pada tabung injeksi, ditekan dengan plunyer tenaga hidrolik kedalam rongga cetakan (die cavity), tekanan injeksi ini dijaga selama proses solidifikasi. Setelah coran membeku, die dibuka dan benda coran akan keluar secara otomatis melalui mekanisme cetakan. 3.3. SARAN Di era dengan daya saing yang sangat kompetitif ini harapanya negara kita termotivasi untuk meningkatkan SDM. Untuk genersi penerus agar lebih kreatif dalam berinovasi untuk menciptakan alat atau mesin sesuai standart internasional

28

3.4.

Foto Dokumentasi

29

DAFTAR PUSTAKA

Sumbodo Wirawan dkk, Teknik Produksi Mesin Industri SMK Jilid 2 Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional, 2008. www.Wikipedia.com/id/search/automation system www.en.wikipedia.com http://jajaquartz.blogspot.com

30

Anda mungkin juga menyukai