Anda di halaman 1dari 5

Gigi berlubang dapat sebabkan kista Ragam WASPADA ONLINE Jangan remehkan kebersihan gigi.

Jika tidak, gigi bisa berlubang. Kalau sudah berlubang, bisa timbul berbagai penyakit. Salah satunya adalah kista. Kista ini bisa membuat wajah tak simetris. Ada 3 lapisan gigi, yaitu email, dentin, dan pulpa. Email adalah lapisan terluar gigi yang menutupi seluruh mahkota gigi dan merupakan bagian tubuuh yang paling keras. Email dibentuk oleh sel-sel yang disebut ameloblast. Meskipun sangat keras, email rentan terhadap serangan asam, baik langsung dari makanan atau dari hasil metabolisme bakteri yang memfermentasi karbohidrat yang kita makan dan menghasilkan asam. Dentin adalah struktur penyusun gigi terbesar. Jaringan ini jauh lebih lunak dibandingkan dengan email karena komposisi material organiknya lebih banyak daripada email, yaitu mencapai 20 persen, di mana 85 persen dari material organik tersebut adalah kolagen. Sisanya adalah air sebanyak 10 persen dan material organik 70 persen. Di daerah permukaan mahkota gigi, dentin terletak di bawah email. Tapi di bagian akar dentin ditutupi oleh sementum. Di bagian bawahnya dentin menjadi atap bagi rongga pulpa. Pulpa adalah rongga yang berisi pembuluh darah dan syaraf. Secara anatomi, jaringan pulpa sangat berhubungan dengan dentin karena dentin menjadi atap bagi rongga pulpa. "Kalau syaraf udah kebuka, banyak kuman yang masuk. Kuman yang masuk ke dalam gigi itulah yang akan tumbuh menjadi daging. Dan itulah polip," terang drg Elsa Adhistry dari Rumah Sakit Royal Taruma, Daan Mogot, Jakarta Barat. Kista Gigi yang berlubang tidak disebabkan oleh ulat, seperti yang sering dikira orang. Lubang gigi terjadi akibat pertemuan antara bakteri dan gula. Gula dari sisa makanan menjadi lubang kecil pada email gigi, kita belum merasakan sakit gigi. Lubang kecil itu selanjutnya menjadi celah bagi sisa makanan dan bakteri, sehingga lubang semakin besar dan melubangi dentin. "Rasa linu pada saat makan akan terasa sekali," ungkapnya. Hal ini akan terus terjadi sampai akhirnya akar gigi habis dan hanya tersisa akar gigi. Sakit gigi tidak boleh dipandang sebelah mata. Jika didiamkan, gigi bisa bengkak dan meradang. Gigi yang berlubang mempermudah masuknya kuman penyakit menuju saluran darah, yang pada gilirannya dapat menyebabkan timbulnya berbagai penyakit gigi lainnya. Salah satunya adalah kista. Kista itu sendiri, menurut drg Elsa, adalah rongga patologis yang biasanya berdinding jaringan ikat dan berisi cairan kental atau semi likuid. Kista dapat berada dalam jaringan lunak ataupun keras seperti tulang. Rongga kista di dalam rongga mulut selalu dibatasi oleh epitel. Kista periapikal adalah kista yang terbentuk pada ujung apeks atau akar gigi yang jaringan pulpanya sudah nonvital atau mati. Kista ini merupakan lanjutan dari pulpitis atau peradangan pulpa. Dapat terjadi di ujung mana pun dan dapat terjadi pada semua umur. Ukurannya pun berkisar antara 0.5-2cm. Tapi bisa juga lebih. "Kalau kistanya membesar, bisa menyebabkan syaraf oleh kista tersebut," sambungnya. Kista ini tidak menimbulkan keluhan atau rasa sakit, kecuali yang terinfeksi. Pada pemeriksaan radiografis, kista periapikal memperlihatkan gambaran seperti dental. Granuloma, yaitu lesi radiolusen,

terlihat jelas. "Yang membedakan kista periapikal dengan dental granuloma adalah garis putih," imbuhnya. Perbedaan mendasar adalah adanya epitel yang membatasi rongga kista. Gigi yang bersangkutan dengan kista ini biasanya tanpa gejala atau keluhan. Namun kadang batas ini tidak jelas sehingga diagnosa kista sulit ditegakkan. "Kista terjadi tidak hanya dari makanan. Bisa juga terjadi dari trauma akibat terjatuh," katanya. Biasanya pasien tidak mengeluhkan adanya nyeri dan tes perkusinya negatif. Karena berhubungan dengan pulpa yang telah mekrosis, stimulasi thermal akan menunjukkan nilai yang negatif. Gambaran kista periapikal ditandai dengan adanya rongga yang berlapiskan epitel jenis nonkeratinizing stratified squamous dengan ketebalan yang bervariasi. Dinding epithelium tersebut dapat sangat proliferatif dan memperlihatkan susunan plexiform. Secara khas dapat dilihat proses radang dengan ditemukannya banyak sel radang, yaitu sel plasma dan sel limfosit pada dinding kista tersebut. "Biasanya baru dapat terlihat ketika sudah dirontgen dan kelihatan kerusakan pada tulang," tambahnya. Pengobatan Kebanyakan kista periapikal ditemukan secara tidak sengaja selama pemeriksaan rutin. Karena merupakan kelanjutan dari nekrosis pulpa, pada pemeriksaan fisik akan didapatkan tes thermal yang negatif dan tes EPT yang negatif. Periapikal terlihat sebagai gambaran radiolusen yang menempel pada apex dari akar gigi. Pengobatan dilakukan dengan pembersihan di mana semua jaringan gusi yang mati dan karang gigi dibuang. Karena pembersihan ini menimbulkan nyeri, digunakan obat bius lokal. Beberapa hari pertama setelah pembersihan, pasien diharuskan berkumur-kumur dengan larutan hidrogen peroksida (setengah bagian hydrogen peroksida 3 persem dicampur dengan setengah bagian air) beberapa kali dalam sehari. Selama dua minggu, pasien dapat mengunjungi dokter gigi setiap 1-2 hari. Jika bentuk dan posisi gusi tidak kembali normal, dokter gigi akan melakukan pembedahan untuk kembali membentuk gusi sebagai langkah pencegahan terhadap kekambuhan dan periodontitis.

Senin, April 05, 2010 Tips Mencegah Kerusakan Gigi

Gigi adalah jaringan tubuh yang paling keras dibanding yang lainnya. Strukturnya berlapis-lapis mulai dari email yang amat keras, dentin (tulang gigi) di dalamnya, pulpa yang berisi pembuluh darah, pembuluh saraf, dan bagian lain yang memperkokoh gigi. Namun demikian, gigi merupakan jaringan tubuh yang mudah sekali mengalami kerusakan. Ini terjadi ketika gigi tidak memperoleh perawatan semestinya. Proses kerusakan gigi geligi diawali dengan adanya lubang gigi atau disebut juga karies. Karies adalah kerusakan yang terbatas pada jaringan gigi mulai dari email gigi hingga menjalar ke dentin (tulang gigi). Struktur email sangat menentukan proses terjadinya karies. Sekedar untuk diketahui, permukaan email luar lebih tahan terhadap karies dibanding lapisan di bawahnya, karena lebih padat dan lebih keras. Untuk menjaga kekerasannya ini, email sangat membutuhkan ion kimia yang disebut fluor. Penjalaran karies mula-mula terjadi pada email. Bila tidak segera dibersihkan dan tidak segera ditambal, karies akan menjalar ke bawah hingga sampai ke ruang pulpa yang berisi pembuluh saraf dan pembuluh darah, sehingga menimbulkan rasa sakit dan akhirnya gigi tersebut bisa mati. Faktor Penyebab Banyak sekali faktor yang menyebabkan karies. Faktor yang utama, antara lain: 1. Gigi dan air ludah, Bentuk gigi yang tidak beraturan dan air ludah yang banyak lagi kental, mempermudah terjadinya karies. 2. Adanya bakteri penyebab karies, Bakteri yang menyebabkan karies adalah dari jenis Streptococcus dan Lactobacillus. 3. Makanan yang kita dikonsumsi, Makanan yang mudah lengket dan menempel di gigi seperti permen dan coklat, memudahkan terjadinya karies. Sementara itu faktor lain yang turut andil adalah tingkat kebersihan mulut, frekuensi makan, usia dan jenis kelamin, penyakit yang sedang diderita seperti kencing manis dan TB, serta sikap/ perilaku terhadap pemeliharaan kesehatan gigi. Mencegah Lebih Baik daripada Merawat

Gigi yang mudah sekali terserang karies adalah gigi sulung (gigi anak). Ini disebabkan karena struktur giginya lebih tipis dan lebih kecil dibandingkan dengan gigi dewasa (gigi tetap). Perawatan gigi anak yang rusak termasuk sulit. Di samping itu juga memerlukan waktu dan dana yang tidak sedikit. Sering dijumpai, anak-anak di sekitar kita yang giginya dimakan ulat. Apakah ini dibiarkan begitu saja? Bukankah gigi yang tanggal nanti akan diganti gigi yang baru? Tidak demikian. Justru perawatan gigi dan mulut pada masa balita dan anak ikut menentukan kesehatan gigi dan mulut mereka pada tingkatan usia selanjutnya. Mereka harus dibiasakan merawat gigi sejak dini.

Fluor yang sangat dibutuhkan lapisan email tadi, telah lama diyakini dan digunakan secara luas untuk pencegahan karies gigi. Fluor efektif bila diberikan pada saat pertumbuhan dan perkembangan gigi, mulai dari awal kehamilan hingga pasca melahirkan. Di Indonesia, pemberian fluor melalui air minum masih sulit terwujud. Air minum baik yang berasal dari air tanah, air PDAM, dan air kemasan hanya mempunyai kadar fluor di bawah 0,3 ppm. Padahal dari hasil penelitian, kadar fluor dalam air minum yang dapat mengurangi terjadinya karies sekitar 1 ppm. Selain melalui air minum, masih ada cara lain dalam memberikan fluor seperti melalui pemberian fluor dalam bentuk tablet, bisa melalui garam, susu, ataupun vitamin. Bisa juga melalui pasta gigi yang mengandung fluor. Kita juga masih mempunyai sumber dari alam. Secara umum, fluor terdapat pada sayur-sayuran, buahbuahan, minuman, ikan, dan daging. Namun kadar yang tertinggi ditemukan pada ikan teri, sawi, dan teh. Tips Di bawah ini beberapa kiat yang bisa dilakukan untuk segala umur: Kurangi konsumsi makanan manis dan mudah melekat pada gigi seperti permen dan coklat. Pada anak mungkin melarangnya sama sekali dapat menimbulkan dampak psikis, maka perlu dipikirkan alternatif penyelesaiannya. Menggosok gigi secara teratur dan benar. Sebaiknya dilakukan pada pagi, sore dan menjelang tidur. Lebih baik lagi bila dilakukan tiap usai makan. Dalam hal ini pilihlah sikat gigi yang berbulu halus dan pasta gigi yang mengandung fluor. Biasakan pula berkumur-kumur setelah makan makanan manis. Siapkan makanan yang kaya akan kalsium (seperti ikan dan susu), fluor (sayur, daging dan teh), vitamin A (wortel), vitamin C (jeruk), vitamin D (susu), vitamin E (kecambah). Menjaga higienis gigi dan mulut. Bila ada karang gigi sebaiknya dibawa ke dokter untuk dibersihkan. Sebaiknya pula memeriksakan gigi setiap enam bulan sekali. http://shesaw13.blogspot.com/2010/04/tips-mencegah-kerusakan-gigi.html FaktorFaktor Yang Mempengaruhi Erupsi Gigi Erupsi gigi adalah proses yang bervariasi pada setiap anak. Variasi ini bisa terjadidalam setiap periode dalam proses pertumbuhan dan perkembangan gigi, terutama padaperiode transisi pertama dan kedua. Variasi ini masih dianggap sebagai suatu keadaanyang normal jika lamanya perbedaan waktu erupsi gigi masih berkisar antara 2 tahun(Van der Linden, 1985).Variasi dalam erupsi gigi dapat disebabkan oleh banyak faktor. Menurut Stewart, dkk (1982), faktor-faktor tersebut ialah sebagai berikut : 2.3.1 Faktor Keturunan (Genetik) Faktor keturunan dapat mempengaruhi kecepatan waktu erupsi gigi (Koch, dkk.,1991). Faktor genetik mempunyai pengaruh terbesar dalam menentukan waktu danurutan erupsi gigi, termasuk proses kalsifikasi (Moyers, 2001). Pengaruh faktor genetik terhadap erupsi gigi adalah sekitar 78% (Stewart, dkk., 1982; Moyers, 2001). 2.3.2 Faktor Ras Perbedaan ras dapat menyebabkan perbedaan waktu dan urutan erupsi gigi permanen.Waktu erupsi gigi orang Eropa dan campuran Amerika dengan Eropa lebih lambat daripada waktu erupsi orang Amerika berkulit hitam dan Amerika Indian (Moyers, 2001).Orang Amerika, Swiss, Perancis, Inggris, dan Swedia termasuk dalam ras yang samayaitu Kaukasoid dan tidak menunjukkan perbedaan waktu erupsi yang terlalu besar(Stewart, dkk., 1982). 2.3.3 Jenis Kelamin Waktu erupsi gigi permanen rahang atas dan bawah terjadi bervariasi pada setiapindividu. Pada umumnya waktu erupsi gigi anak perempuan lebih cepat dibandingkanlaki-laki. Perbedaan ini berkisar antara 1 hingga 6 bulan (Clark, 1994). 2.3.4 Faktor Lingkungan

Pertumbuhan dan perkembangan gigi dipengaruhi oleh faktor lingkungan tetapi tidak banyak mengubah sesuatu yang telah ditentukan oleh faktor keturunan. Pengaruhfaktor lingkungan terhadap waktu erupsi gigi adalah sekitar 20% (Moyers, 2001). Faktor-faktor yang termasuk ke dalam faktor lingkungan antara lain:1. Sosial EkonomiTingkat sosial ekonomi dapat mempengaruhi keadaan nutrisi, kesehatan seseorangdan faktor lainnya yang berhubungan (Stewart, dkk., 1982). Anak dengan tingkatekonomi rendah cenderung menunjukkan waktu erupsi gigi yang lebih lambatdibandingkan anak dengan tingkat ekonomi menengah (Moyers, 2001).2. NutrisiFaktor pemenuhan gizi dapat mempengaruhi waktu erupsi gigi dan perkembanganrahang (Djoharnas, 2000). Nutrisi sebagai faktor pertumbuhan dapat mempengaruhi erupsi dan proses kalsifikasi. Keterlambatan waktu erupsi gigi dapat dipengaruhi olehfaktor kekurangan nutrisi, seperti vitamin D dan gangguan kelenjar endokrin. Pengaruhfaktor nutrisi terhadap perkembangan gigi adalah sekitar 1% (Moyers, 2001). 2.3.5 Faktor Penyakit Gangguan pada erupsi gigi permanen dapat disebabkan oleh penyakit sistemik dan beberapa sindroma, seperti Down syndrome, Cleidocranial dysostosis, Hypothyroidism , Hypopituitarism , beberapa tipe dari Craniofacial synostosis dan Hemifacial atrophy (Stewart, dkk., 1982). 2.3.6 Faktor Lokal Faktor-faktor lokal yang dapat mempengaruhi erupsi gigi adalah jarak gigi ke tempaterupsi, malformasi gigi, adanya gigi berlebih, trauma dari benih gigi, mukosa gusi yangmenebal, dan gigi sulung yang tanggal sebelum waktunya (Salzmann, 1975). http://www.scribd.com/doc/73449920/9/Faktor%E2%80%93Faktor-Yang-Mempengaruhi-Erupsi-Gigi

Anda mungkin juga menyukai