Anda di halaman 1dari 7

Majelis Ta’lim Sabtu Shubuh

Kajian Management Nubuwwah


(Pengelolaan Hidup Berbasis Keteladanan Nabi Muhammad)
Oleh Ustadz H. Reza M. Syarief, MA,MBA
di Masjid Al-Fauzien Gema Pesona Depok
Kajian ke-8 tanggal 01-11-2008

Implementasi dari Al Amiin


Rasul mengajarkan bahwa kepemimpinan / leadership berjenjang sbb :
o Self / personal leadership
o Profesional leadershipf
o Social leadership
o Spiritual leadership, yang implementasi adalah wisdom leader (Pemimpin
yang Bijak)

Tiga aspek kehidupan dari implementasi Al Amiin:


1. Dalam berpolitik (Spiritual leadership)
Salah satu kasusnya adalah saat Hajar Aswad copot / lepas dari Ka’bah. Semua
kabilah berkeinginan untuk memasang kembali Hajar Aswad ke Ka’bah. Karena
berebutan akhirnya disepakati yang berhak memasang kembali Hajar Aswad
adalah orang diluar mereka semua, yang hadir pertama kali hadir di Ka’bah besok
pagi. Orang tsb adalah Muhammad. Tetapi Muhammad menggunakan cara yang
bijak. Beliau menggelar surbannya, batu tsb diletakkan diatas surban. Kemudian
seluruh kepala kabilah secara bersama-sama membawa batu tsb dengan cara
mengangkat surban tsb. Dan Muhammad yang memasangnya.
Dengan cara ini, tidak ada kabilah yang tersinggung, disepelekan dsb. Semua
merasa puas.
Inilah yang kemudian dikenal juga sebagai win-win solution.

Kaidah yang perlu dipakai dalam kepemimpinan ini adalah bahwa kita tidak dapat
memuaskan semua pihak tetapi yang bisa kita lakukan adalah memindahkan
kepentingan pribadi menjadi dibawah kepentingan bersama.
Bijaksana bisa terwujud jika ada keadilan. Adil bukanlah sama rata sama rasa
tetapi menempatkan sesuatu pada tempatnya atau bersikap tidak zolim dan tidak
bodoh (Al Ahzab 72).

Bodoh, dapat juga dikatakan under estimate yakni menggunakan/mengambil


kesempatan dibawah kemampuan yang dimiliki.

Zalim, dapat juga dikatakan over estimate yakni menggunakan/mengambil


kesempatan jauh diatas kemampuan yang dimiliki.

Adil, yakni menggunakan/mengambil kesempatan sesuai kemampuan yang


dimiliki.

2. Dalam bermasyarakat/Sosial (Social leadership)


Rasul pada saat akan berhijrah ke Madinah, Beliau mengembalikan semua barang
yang dititipkan pada Beliau.

Nabi memiliki mental Keberlimpahan, yakni tidak punya perasaan dendam,


benci, sakit hati. Ciri-cirinya :
- Berpikiran terbuka. Tidak malu menerima hal-hal baru (kebenaran) dari orang
lain, termasuk dari orang kafir, orang yang lebih muda, orang yang
pangkatnya lebih rendah (QS.39:18).
Salah satu contoh kasus dari Rasul SAW adalah saat perang Khandak, ide
untuk menggali parit diberikan oleh Salman Al Farisi yang jauh lebih muda
- Bertangan terbuka. Suka membantu, baik harta maupun tenaga.
- Berhati terbuka. Terbuka untuk menerima kebenaran dari Allah (QS.06:125).

3. Dalam berbisnis (Profesional leadership)


Nabi adalah pengusaha yang terpercaya. Aset utama beliau dalam berbisnis adalah
kepercayaan. Disamping itu barang yang dijual harus berkualitas.
-- o --
Fase kehidupan Muhammad SAW setelah melewati periode Al Amin adalah

periode wahyu di usia 40 tahun. Periode ini menggambarkan kedewasaan dan


kematangan spiritual. Sifat-sifat yang dimiliki Nabi adalah sbb :
1. IM (Intellectual Mastery) / fathonah, merupakan Competence Power
Kompetensi adalah kemampuan yang dimiliki seseorang yang merupakan anugerah
dari Allah SWT, kemudian dikembangkan sehingga dia menjadi unggul. Setiap orang
punya potensi kompetnsi yang unik (berbeda-beda) sehingga tidak perlu
disamaratakan. Kita perlu menempatkan diri kita (atau anak kita) sesuai kompetensi
yang dimiliki, sehingga bisa berkembang. Sebagai orang tua, kita perlu mengenali
potensi kompetensi anak kita ada dimana, kemudian kita bimbing seusia
kompetensinya.
Pendidikan seharusnya lebih mementingkan pencapaian kompetensi daripada hanya
sekedar mencari selembar ijazah, nilai atau rangking.
2. EM (Emotional Mastery) / tabligh, merupakan Communication Power (Qs. Al
Maidah:67)
Kekuatan berkomunikasi merupakan ukuran kecerdasan emosi.
Nabi menjawab pertanyaan tentang ‘apa amal yang terbaik’ dari banyak umatnya
dengan jawaban yang disesuiakn kondisi si penanya secara khusus.
3. AM (Adversity Mastery) / amanah, merupakan Leadership Power
Nabi bisa dipercaya, tidak menjadi pengkhianat setia pada prinsip, mencerminkan
kemampuan mengatasi masalah. Ukurannya adalah leadership / kepemimpinan,
4. SM (Spiritual Mastery) / siddik, merupakan Character Power
Buah dari keimanan yang ditanamkan dalam hati. Menyatu dalam diri dan hati kita
(internalisasi). Bukan hanya sekedar kepura-puraan/tempelan.
5. MM (Motivation Mastery) / jamaah, merupakan Community Power
Nabi mempunyai kemampuan yang bagus dalam memotivasi orang lain. Dalam
berjuang belaiu tidak sendirian tapi berjamaah, dengan para sahabat. Ini merupakan
buah dari kemampuan untuk memotivasi orang lain.
Secara sederhana nampak kemampuan motivasi umat Islam relative rendah, antara
lain nampak saat khutbah jumat banyak jamaah yang tertidur. Khotib tidak mampu
memotivasi jamaah.
Ciri orang yang mampu memotivasi menurut RasuluLlah SAW sbb :
- Jika kita melihat wajahnya membuat kita teringat akan Allah
- Jika kita mendengar dia berbicara akan menambah manfaat
- Jika kita melihat dia beribadah akan mengingatkan kita akan akhirat

Kelima kemampuan diatas bisa kita sebut MAHA INTELLEGENCE (Kecerdasan yang
diberikan oleh Allah pada manusia).
---o---

Tanya Jawab :
1. Bapak Riyanto
Umat Islam haruslah mencontoh RasuluLlah SAW dalam segala hal. Pada saat masih
muda (sebelum diangkat menjadi nabi), beliau adalah pengusaha yang sukses. Tetapi
setelah menjadi nabi beliau hidup sangat sederhana dan menjauhi hal-hal yang
bersifat duniawi. Apakah berarti kita juga harus mencontoh untuk menjauhi hal-hal
yang bersifat duniawi seperti itu?
Jawaban :
Banyak pelajaran yang bisa kita ambil dari perjalanan hidup RasuluLlah SAW. Kalau
kita belajar periodesasi kehidupan Muhammad SAW, hal tsb nampak bahwa
kesuksesan sebagai pengusaha adalah digunakan untuk menunjang tugas berikutnya
yang lebih besar. Periodesasi kehidupan RasuluLlah SAW mengajarkan kita sbb:
a. Usia 0-15 tahun masa membangun dan mencapai kematangan pribadi. Fase ini
bagi umumnya manusia adalah fase pendidikan anak oleh orang tua. Sedangkan
RasuluLlah SAW merupakan didikan langsung oleh Allah. Implementasinya bagi
kita adalah pada fase ini anak-anak harus dididik untuk tergantung hanya pada
Allah bukan pada yang lain termasuk pada ayah dan ibunya. Mungkin saja dalam
penerapannya secara bertahap dan berurutan, yakni anak-anak bergantung pada
orang tua, kemudian mandiri, kemudian bergantung pada Allah.
b. Usia 15-25 tahun masa membangun dan mencapai kematangan finansial.
Mengapa perlu dibangun kematangan pribadi dan kematangan finansial karena
persisi dititik usia 25 tahun beliau menikah. Hal ini mengajarkan bahwa kita
menikah setelah matang secara kepribadian dan financial.
c. Usia 25 -40 tahun masa membangun dan mencapai kematangan rumah tangga.
Pada fase ini Muhammad SAW menikah dan berumah tangga dengan Khadijah.
Mengapa perlu dibangun kematangan rumah tangga, karena di usia 40 tahun
beliau diangkat menjadi Rasul. Dalam kondisi ini beliau harus lebih banyak di
luar rumah untuk keperluan berdakwah
d. Usia 40 menerima wahyu : kematangan spiritual
e. Usia 40-50 tahun masa membangun jamaah.
Hal ini juga mengajarkan bahwa sebelum membangun masyarakat, seseoarang
haruslah mencapai kematangan dalam rumah tangganya. Ketidakmampuan
mengurus rumah tangganya bisa menjadi indikasi bahwa seseorang belum layak
untuk mengurus masyarakat.
f. Usia 50-63 masa membangun pemerintahan, yang terbukti dengan terbentuknya
masyarakat dan pemerintahan madinah. Fase ini dijalani setelah RasuluLlah SAW
mendidik masyarakat dan membentuk jamaah.
g. Usia 63 tahun beliau membebaskan kota ke mekkah. Kemenangan besar yang
diraih oleh RasuluLlah SAW.
Hal lain yang terkait adalah bahwa sebenarnya RasuluLlah SAW mempunyai hak
rampasan perang tetapi rampasan perang tsb oleh beliau diserahkan pada kas Negara
(baitul maal). Pelajaran bisa diambil adalah nabi sebenarnya bisa menjadi orang kaya.
Tetapi beliau tidak hanya berhenti pada titik ‘menjadi orang kaya’ karena setelah
menjadi kaya beliau gunakan kekayaannya untuk mensejahterakan umat.
Islam tidak melarang umatnya menjadi kaya. Dalam menjalankan kehidupan
beragama-pun juga butuh harta. Hanya rukun Islam yang pertama saja (mengucapkan
kalimat syahadat) yang tidak perlu harta, tetapi empat rukun yang lain dalam
pelaksanaannya memerlukan biaya/harta. Yang dilarang adalah tetapi dilarang
menjadi kaya hanya sekedar untuk memperkaya diri sendiri tetapi tidak membantu
mensejahterakan masyarakat.
Islam sebenarnya sudah mempunyai system yang mendukung hal diatas, yakni
dengan mekanisme zakat. Jika berjalan secara konsisten maka dari seseorang yang
kaya, maka hartanya juga dapat memberikan kesejahteraan buat umat lain yang masih
miskin, atau keperluan syiar agama atau dakwah.
Baitul maal yang mengelola ZIS sangat diperlukan untuk mendukung syiar agama
dan dakwah. Misalnya, ada kondisi masyaraakat secara demografis dan sosiologis
yang mengharuskan adanya seorang ustad sepanjang waktu. Misal didaerah
pedalaman Papua, diperlukan ustad yang tinggal menetap dan berkeluarga disana,
juga berinteraksi secara intensif dengan masyarakat. Pada kondisi ini kehidupan ustad
bisa dipenuhi dari baitul maal tsb.

2. Ibu Dyah
QS.07:27. “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan
Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang
dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui”.
Sejauh mana kita harus menjaga amanat Allah dan apa saja yang harus kita jaga?
Jawaban
QS.64:16. “Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu
(semaksimal mungkin) dan dengarlah serta taatlah dan nafkahkanlah nafkah yang
baik untuk dirimu”
Setelah sampai pada titik maksimal, maka kita mnegacu ke:
QS.2:286. “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan
kesanggupannya”.
Dalam penerapannya janganlah terbalik, artinya berusaha semaksimal mungkin,
kemudian berikutnya kita pasrah kepada Allah.
Hal lain yang perlu kita pahami bahwa dalam Al Quran perintah beriman selalu
menggunakan kata jamak/plural. Hal ini bisa ditarik pelajaran bahwa beriman dan
menjaga amanah haruslah berjamaah, tidak bisa sendirian. Sehingga kalau kita
terindikasi melanggar amanah maka akan ada yang mengingatkan.
Sebagaiman dalam sholat berjamaah, jika imam/pemimpin salah maka dia boleh (dan
harus mau) ditegur oleh jamaah. Jamaah wajib menegur imam jika ada kesalahan.
Terdapat 4 (empat) unsure dalam berjmaah (QS.12:108):
1. Ke jalan Allah. Mengajak orang / menyeru (hanya) kejalan Allah
2. Bersistem kepada Al Quran dan sunnah.
3. Ada Pemimpin (harus berilmu dan ikhlas) dan ada makmum (pengikut yang taat
dan kritis/cerdas)
4. Landasan idiologi adalah tauhid

3. Bapak Toefur
Bagaimana menciptakan dan mencapai kepemimpinan dan ukhuwah?
Jawaban :
Dalam kehidupan kita ada simbol yang mengajarkan kepemimpinan dan ukhuwah,
tetapi kita tidak memanfaatkan.
a. Sholat
- Harus ditunjuk imam sholat. Penunjukan imam harus memenuhi kriteria yang
disyaratkan.
- Imam berada didepan untuk memberi contoh. Sesungguhnya lebih tepat kalau
imam adalah tokoh masyarakat yang menjadi panutan dilokasi masjid tsb. Di
masjid kenegaraan berarti presidenlah imamnya.
- Shof terdepan / shof utama adalah hak semua orang, asal dia sanggup datang
lebih awal.
b. Haji
Merupakan momen berkumpulnya umat islam dari seluruh belahan dunia.
Seharusnya bisa dimanfaatkan unutk membangkitkan semangat umat untuk
membangun umat.
c. Khotbah Jumat
Selama ini kebanyakan jamaah jumat tertidur saat berlangsung khotbah.
Seharusnya tema khotbah yang sesuai dengan kebutuhan umat, daripada terkesan
hanya sekedar memenuhi syariat sholat (rukun sholat jumat). Pemerintah perlu
membuat arahan tema-tema yang aktual dan dibutuhkan. Disamping itu khotib
jumat perlu ditatar untuk meningkatkan kualitasnya.

Anda mungkin juga menyukai