Anda di halaman 1dari 4

Majelis Ta’lim Sabtu Shubuh

Kajian Management Nubuwwah


(Pengelolaan Hidup Berbasis Keteladanan Nabi Muhammad SAW)
Oleh Ustadz H. Reza M. Syarief, MA, MBA
di Masjid Al-Fauzien Gema Pesona Depok
Kajian ke-10 tanggal 29-11-2008

Hari-hari saat ini umat Islam tengah melakukan rangkaian ibadah Haji di tanah suci. Dalam rangka
menyambut masa haji ini, maka rangkaian materi kita sebelumnya harus ditunda sementara. Pertemuan
kali ini kita membahas tentang Haji.

Suatu pelajaran dari pembuatan sebuah film, bahwa sang Aktor untuk dapat memerankan peran dengan
baik dan dapat menjiwai karakter perannya maka tsb sang Aktor harus melakukan observasi,
pengamatan bahkan tinggal dan hidup bersama dilingkungan peran tsb. Hidup kita sebagai panggung
sandiwara, sebagai sebuah film ‘Kehidupan’ dengan masing-masing kita sebagai actor (dengan
perannya masing-masing), dengan dunia dan seisinya sebagai panggungnya dan Allah sebagai sutradara
yang mengatur.

Demi dapat menjalani peran dengan baik, ibadah haji dapat diibaratkan sebagai media pembelajaran,
pengamatan dan observasi, agar dalam berperan dalam film ‘Kehidupan’ kita dapat berperan
sebagaimana Sang Sutradara (Allah SWT) inginkan. Bukan berperan hanya sesuai keinginan kita
sendiri.

Bagi seseorang yang terpilih untuk beribadah haji, dapat kita ibaratkan seperti orang yang seseorang
terpilih untuk memerankan dalam sebuah film ‘Haji’. Dengan harapan setelah selesai dan pulang ke
tanah air, peran itu tetap terbawa dalam film ‘Kehidupan’.

Misalnya, kita berperan sebagai seorang ibu yang lama menanti dikaruniai buah hati. Setelah karunia itu
didapatkan, ternyata hanya sebentar. Karena dalam waktu singkat kemudian Allah meminta kembali
buah hati kita tsb. Pada saat seperti itu, Allah tentu meminta kita untuk menjalankan peran SABAR
(QS.2:155-156) karena kehilangan seorang anak.maka jalankanlah peran sebagaimana Allah mau,
jangan menjalankan peran KECEWA atau MARAH. Kalau kita menjalankan peran KECEWA atau
MARAH karena hal ini tidak sesuai dengan skenario yang diinginkan oleh Sang Sutradara.
Jadi, bagi yang terpilih untuk ikut serta dalam film Haji, maka berperanlah dengan baik sesuai kemauan
Sang Sutradara, sehingga nantinya dalam menjalani film Kehidupan maka kita akan dapat berperan
dengan baik.

Penghargaan dan bayaran bagi pemain film Haji ini sanagat luar biasa yakni SURGA. Karena begitu
tingginya gajinya maka syaratnya juga berat, yakni dengan jiwa dan harta (QS.9:111 dan QS.60:10-11)

Ada lima lokasi syuting yang sangat strategis, dimana kita harus berakting sesuai arahan. Lokasi
syuting dan peran dimaksud dapat juga kita maknai sebagai ‘pilar’ dalam menjalani film kehidupan.

a. Miqat, akting yang dimainkan adalah ‘niat mendahului segala sesuatu urusan’.
Jika haji hanya berniat hanya untuk pamer kepada sesama manusia, untuk rekreasi dll maka hanya
sebatas itulah yang kita dapat. Maka niatkanlah ibadah haji ini ikhlas untuk Allah.
Sekembali ke tanah air, perbaikilah niat kita dalam berkehidupan. Pasanglah niat ikhlas untuk Allah
dalam segala urusan kita. Baik dalam bekerja, berumah tangga, bermuamalah maupun beribadah.

b. Ka’bah (sebagai pusat peribadatan umat Islam), akting yang dimainkan adalah ‘Hidup harus selalu
berorientasi dan fokus pada Allah’.
Bahwa yang memberi kita sehat, kaya dll adalah Allah. Sedangkan perusahaan tempat kerja, dokter,
obat adalah hanyalah perantara. Semuanya terjadi karena kehendak Allah. Sehingga segala aktifitas
kita harus berfokus pada Allah.
Al kisah, dalam pertarungan di satu peperangan, Ali bin Abu Tholib RA berhasil menjatuhkan
pedang musuhnya. Dengan sangat mudah Ali RA akan dapat membunuh musuhnya. Tetapi
kemudian musuhnya meludahi muka Ali RA, dan Ali membiarkan musuhnya pergi. Ali tidak mau
membunuh musuhnya karena takut niatnya membunuh akan berubah menjadi karena emosi kepada
musuhnya setelah meludahi mukanya. Bukan karena Allah seperti saat awal Ali berperang.
Demikian juga dalam berbisnis, kita tidak cukup hanya berorientasi kepada Customer Satisfaction,
harus sampai pada God Satisfaction. Berorientasi karena ibadah kepada Allah.

c. Shofa dan Marwah, akting yang dimainkan adalah persisten (tahan banting)
Saat Siti Hajar beserta bayi Ibrahim ditinggal oleh nabi Ibrahim AS di padang pasir Mekkah. Siti
Hajar bersikap sangat pasrah dan tenang karena mengetahui bahwa itu semua adalah perintah Allah.
Siti Hajar yakin Allah tidak akan memerintahkan sesuatu yang menyengsarakan dan membinasakan
umatnya.
Saat Bayi Ismail menangis kehausan, Siti Hajar berupaya mencari air. Beliau berupaya mencari di
antara Shofah dan Marwah, yang diulangnya sampai 7 kali. Sampai akhirnya Allah memberikan air
Zam-zam. Hal tsb mengajarkan kepada kita bahwa :
 Allah tidak akan meninggalkan hamba-Nya yang berjalan di jalan-Nya
 Pertolongan Allah datang setelah melalui proses ikhtiar, tidak hanya berpangku tangan
berdiam diri
 Tidak berputus asa dalam menjalani ikhtiar. Segala cara (tentu saja tidak dengan melanggar
aturan Allah) harus dijalani dan bila perlu diulang-ulang.

d. Arafah, merupakan lokasi inti dan paling penting, , akting yang dimainkan adalah emptiness
(pengosongan).
 Melakukan evaluasi total perjalanan masa lalu
 Merencanakan langkah untuk masa depan yang lebih baik

e. Jumrah, deklarasikan perjanjian untuk menjadikan syetan sebagai musuh abadi


Saat kita kembali tetap pertahankan permusuhan dengan syetan, yang terwujud dalam pikiran dan
tindakan. Jangan berkawan dengan syetan.

Tanya Jawab :
1. Bapak Syahril Bermawan
Bagaiman ustad melakukan perenungan sehingga bisa menghasilkan pemikiran yang sangat luar
biasa diatas?
Jawaban :
Salah satu prinsip hidup yang saya jalani adalah 4 E:
a. Exploring
Kita biasakan menggali fakta yang nampak dari segaa aspek. Kita memunculkan pertanyaan
secara kritis tentang bagaimana, mengapa, apa, dstnya. Jadi tidak terpaku pada sekedar apa
yang terlihat (fakta) saja.
Exploring ini sangat didukung oleh kuantitas pengalaman kita, maka saya juga membiasakan
diri untuk bersilaturahmi. Terlebih silaturahmi lagi kepada para ulama yang alim dan sholeh.

b. Emptyness
Tempatkan diri kita sebagai orang seorang pelajar. Siap belajar yang belajar dari siapapun dan
kapanpun. Posisikan diri anda empty (kosong), sehingga bisa menerima hal-hal baru. Jangan
bersikap merasa lebih tahu apalagi sok tahu yang akan berakibat sulit menerima pelajaran dari
lingkungan kita.
Pada tahap awal (untuk pembiasaan), tekadkan pada salah satu hari (di awal hari/pagi hari)
bahwa pada hari itu kita akan menyerap ilmu, pelajaran maupun pengalaman dari orang yang
kita jumpai. Orang yang akan kita serap pelajarannya tsb bisa dari siapapun, tidak peduli latar
belakangnya. Allah pasti menitipkan pelajaran yang bisa kita ambil dari semua orang.

c. Experience – d. Eksperimen
Dua butir ini berkaitan sangat erat. Lakukan uji coba maka anda akan dapat banyak
pengalaman. Tentunya beruji coba yang tidak melanggar syariat.

d. Enlighment
Butir ini merupakan buah dan hasil dari proses diatas. Mengingat sebagai hasil, maka ini adalah
bersifat pasif, Allah-lah yang menentukan. Fokus kita tetap pada 4 butir diatas.

Anda mungkin juga menyukai