2012
Refarat mini ini disusun untuk memenuhi persyaratan mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Neurologi RSUD DR.R.M. Djoelham Binjai, Sumatera Utara
Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama KKS SMF Neurologi RSUD. DR.R.M. Djoelham Binjai Sumatera Utara KKS OBSTETRI DAN GINEKOLOGI RSUD.DR.RM.DJOELHAM BINJAI 2012
UNIVERSITAS ABULYATAMA ACEH
Trigeminal Neuralgia merupakan penyakit yang relatif jarang, tetapi sangat mengganggu kenyamanan hidup penderita, namun sebenarnya pemberian obat untuk mengatasi Trigeminal neuralgia biasanya cukup efektif. Obat ini akan memblokade sinyal nyeri yang dikirim ke otak, sehingga nyeri berkurang, hanya saja banyak orang yang tidak mengetahui dan menyalahartikan Neuralgia Trigeminal sebagai nyeri yang ditimbulkan karena kelainan pada gigi, sehingga pengobatan yang dilakukan tidaklah tuntas.
II. Definisi
Trigeminal neuralgia adalah serangan nyeri pada wajah pada area persarafan nervus Trigeminus pada satu cabang atau lebih, secara paroksismal, spontan, tibatiba, nyeri tajam, superficial seperti ditusuk, tersetrum,terbakar pada wajah atau frontal (umumnya unilateral) beberapa detik sampai < 2 menit, berulang, terbatas pada > 1 cabang nervus trigeminus. Nyeri umumnya dalam jangka waktu bervariasi. Intensitas nyeri berat. Presipitasi dapat dari trigger area (plika nasilabialis dan /pipi) atau pada aktifitas harian seperti bicara, membasuh muka, cukur jenggot, gosok gigi (triggerd factors). Bentuk serangan masing-masing pasien sama. Diantaranya serangan umumnya asimtomatis. Umumnya tidak ada deficit neurologic.
III. Anatomi dan Fisiologi Nervus Trigeminus merupakan saraf cranial terbesar yang memiliki 3 percabangan yaitu :
KKS OBSTETRI DAN GINEKOLOGI RSUD.DR.RM.DJOELHAM BINJAI UNIVERSITAS ABULYATAMA ACEH 2
1. Nervus Opthalmicus bersifat sensoris murni. Berjalan ke depan pada dinding lateral sinus cavernosus dalam fossa crania media dan bercabang tiga nervus lacrimalis, frontalis, dan nasociliaris, yang masuk ke orbita melalui fissure orbitalis superior. Saraf ini disebarkan ke kornea mata, kulit dahi dan kepala, kelopak mata, mukosa sinus paranasales, dan cavum nasi. 2. Nervus maxillaries bersifat sensoris murni. Meninggalkan cranium melalui foramen rotundum dan kemudian disebarkan ke kulit muka di atas maxilla, gigi rahang atas, mukosa hidung, sinus maxillaries dan palatum. 3. Nervus mandibularis bersifat motoris dan sensoris. Radiks sensoris meninggalkan ganglion trigeminal dan berjalan keluar cranium melalui foramen ovale. Radiks motoris nervus trigeminus juga keluar dari cranium melalui foramen yang sama dan bergabung dengan akar sensoris membentuk truncus nervus mandibularis. Serabut sensoris nervus mandibularis mensarafi kulit pipi dan kulit atas mandibula dan sisi kepala. Juga mensarafi articulation temporomandibularis dan gigi rahang bawah, mukosa pipi, dasar mulut, dan bagian depan lidah. Serabut motoris nervus mandibularis mensarafi otot-otot pengunyah.
Nervus Trigeminus merupakan saraf sensoris utama kepala dan saraf otot-otot pengunyah. Dan juga menegangkan palatum molle dan membrane tympani. Fungsi nervus Trigeminus dapat dinilai melalui pemeriksaan rasa suhu, nyeri dan raba pada daerah inervasi nervus kelima (daerah muka dan bagian ventral
KKS OBSTETRI DAN GINEKOLOGI RSUD.DR.RM.DJOELHAM BINJAI UNIVERSITAS ABULYATAMA ACEH 3
calvaria), pemeriksaan refleks kornea, dan pemeriksaan fungsi otot-otot pengunyah. Fungsi otot pengunyah dapat diperiksa, misalnya dengan menyuruh penderita menutup kedua rahangnya dengan rapat, sehingga gigi-gigi pada rahang bawah menekan pada gigi-gigi rahang atas, sementara muskulus Masseter dan muskulus Temporalis dapat dipalpasi dengan mudah. IV. Etiologi Mekanisme patofisiologis yang mendasari nervus trigeminal belum begitu pasti, walau sudah sangat banyak penelitian dilakukan. Kesimpulan Wilkins, semua teori tentang mekanisme harus konsisten dengan: 1. Sifat nyeri yang paroksismal, dengan interval bebas nyeri yang 2. Umumnya ada stimulus 'trigger' yang dibawa melalui aferen lama. berdiameter
besar (bukan serabut nyeri) dan sering melalui divisi saraf kelima diluar divisi untuk nyeri 3. Kenyataan gasserian nyeri 4. Terjadinya neuralgia trigeminal pada pasien yang mempunyai kelainan demielinasi multipel). Kenyataan ini memastikan bahwa etiologinya adalah sentral dibandingkan saraf tepi. sentral (terjadi pada 1% pasien dengan sklerosis bahwa dan suatu lesi kecil saraf atau parsial sering pada ganglion
akar-akar
menghilangkan
Pada kebanyakan pasien yang dioperasi untuk nervus trigeminus ditemukan adanya kompresi atas nerve root entry zone' saraf kelima pada batang otak oleh pembuluh darah (45-95% pasien). Hal ini meningkat sesuai usia karena sekunder terhadap elongasi arteria karena factor penuaan dan arteriosklerosis yang merupakan sebagai penyebab pada kebanyakan pasien. Otopsi menunjukkan banyak kasus dengan keadaan penekanan vaskuler serupa tidak menunjukkan gejala saat hidupnya. Kompresi nonvaskuler saraf kelima terjadi pada beberapa pasien. 1-8% pasien menunjukkan adanya tumor jinak sudut serebelopontin (meningioma, sista epidermoid, neuroma akustik, AVM) dan kompresi oleh tulang (misal sekunder terhadap penyakit Paget). Penyebab lain dapat juga cedera perifer saraf kelima (misal karena tindakan dental) atau sklerosis multipel, dan beberapa tanpa patologi yang jelas. V. Gambaran Klinik Serangan Trigeminal neuralgia dapat berlangsung dalam beberapa detik sampai semenit. Beberapa orang merasakan sakit ringan, kadang terasa seperti ditusuk. Sementara yang lain merasakan nyeri yang cukup berat, seperti nyeri saat kena setrum listrik. Penderita Trigeminal neuralgia yang berat menggambarkan rasa sakitnya seperti ditembak, kena pukulan jab, atau ada kawat di sepanjang wajahnya. Serangan ini hilang timbul. Bisa jadi dalam sehari tidak ada rasa sakit. Namun bisa juga sakit menyerang setiap hari atau sepanjang minggu, lalu tidak sakit lagi selama beberapa waktu. Trigeminal neuralgia biasanya hanya terasa di satu sisi wajah, tetapi
bisa juga menyebar dengan pola yang lebih luas. Jarang sekali terasa di kedua sisi wajah dlm waktu bersamaan. VI. Klasifikasi Neuralgia Trigeminal (TN) dapat dibedakan menjadi: 1. TN Tipikal 2. TN Atipikal 3. TN karena Sklerosis Multipel 4. TN Sekunder 5. TN Paska Trauma 6. Failed Neuralgia Trigeminal. Bentuk-bentuk neuralgia ini harus dibedakan dari nyeri wajah idiopatik (atipikal) serta kelainan lain yang menyebabkan nyeri kranio-fasial. VII. Diagnosa Secara sistematis, anamnesis dan pemeriksaan fisik dilakukan sebagai berikut: a. Anamnesis
y y
Lokalisasi nyeri, untuk menentukan cabang nervus trigeminus yang terkena. Menentukan waktu dimulainya neuralgia trigeminal dan mekanisme pemicunya.
y y y
Menentukan interval bebas nyeri. Menentukan lama, efek samping, dosis, dan respons terhadap pengobatan. Menanyakan riwayat penyakit herpes.
6
b. Pemeriksaan Fisik y Menilai sensasi pada ketiga cabang nervus trigeminus bilateral (termasuk refleks kornea). y Menilai fungsi mengunyah (masseter) dan fungsi pterygoideus (membuka mulut, deviasi dagu). y Menilai EOM.
Pemeriksaan penunjang diagnostik seperti CT-scan kepala atau MRI dilakukan untuk mencari etiologi primer di daerah posterior atau sudut serebelo-pontin. VIII. Diagnosa Banding 1. Post Herpetic Neuralgia 2. Cluster headache 3. Glossopharingeal Neuralgia 4. Kelainan Temporomandibuler (Contens Sindrom) 5. Sinusitis 6. Migrain 7. Giant Cell Arteritis 8. Atypical Facial Pain IX. Penatalaksanaan a. Non Medikamentosa 1. Rhizotomi termal selektif radiofrekuensi pada ganglion atau radiks trigeminus yang dilakukan melalui kulit dengan anastesi local disertai barbiturat kerja singkat. Efek sampingnya ialah anesthesia dolorosa. Tindakan untuk destruksi serabut nyeri dalam nervus trigeminus dapat dilakukan juga dengan bedah dingin (cryosurgery) dan inflasi balon dalam rongga meckel.
KKS OBSTETRI DAN GINEKOLOGI RSUD.DR.RM.DJOELHAM BINJAI UNIVERSITAS ABULYATAMA ACEH 7
2. Injeksi gliserol ke dalam sisterna trigeminus (rongga Meckel) dapat dilakukan perkutan. Tindakan ini dapat menyembuhkan nyeri dengan gangguan sensorik pada wajah yang minimal.
3. Bagi kebanyakan pasien terutama yang lebih muda, kraniektomi suboksipital dengan bedah mikro untuk memperbaiki posisi pembuluh darah yang menekan radiks saraf trigeminus pada tempat masuknya pons, lebih dapat diterima karena tidak menyebabkan defisit sensorik. b. Medikamentosa 1. Karbamazepin; 400-1200 mg/hari, 80% memberikan respon baik terhadap pengobatan awal. Bila dipakai bersamaan dengan phenitoin dapat menimbulkan ataksia. Komplikasinya; leucopenia, trombositopenia, namun jarang terjadi 2. Phenitoin; 200-450 mg/hari 3. Klonazepam 0,5-1,0 mg 3x/hari; efektif pada beberapa kasus 4. Asam Valproat 5. Baclofen 5-10 mg 3x/hari; dapat diberikan tersendiri maupun kombinasi dengan phenitoin / karbamazepin.
Referensi: PERDOSSI,Neurologi,Koreksi Tahun 1999 & 2005. http:/trigeminalneuralgia.blogspot.com/ http:/medicastore.com/penyakit/331/neuralgiatrigeminal.html http:/kesehatan.kompasiana.com/medis/neuralgiatrigeminal. www.kabarindonesia.kesehatan.comneuralgiatrigeminal/