Anda di halaman 1dari 3

BAB II LANDASAN TEORETIS A. Kajian Teoretis 1.

Definisi Minat Hurlock (1993) menjelaskan bahwa minat adalah sumber motivasi yang mendorong seseorang untuk melakukan apa yang ingin dilakukan ketika bebas memilih. Ketika seseorang menilai bahwa sesuatu akan bermanfaat, maka akan menjadi berminat, kemudian hal tersebut akan mendatangkan kepuasan. Ketika kepuasan menurun maka minatnya juga akan menurun. Sehingga minat tidak bersifat permanen, tetapi minat bersifat sementara atau dapat berubah-ubah. Tampubolon (1993)

mengemukakan bahwa minat adalah perpaduan antara keinginan dan kemauan yang dapat berkembang jika ada motivasi. Hal senada juga dikemukakan oleh Sandjaja (2005) bahwa suatu aktivitas akan dilakukan atau tidak sangat tergantung sekali oleh minat seseorang terhadap aktivitas tersebut, disini nampak bahwa minat merupakan motivator yang kuat untuk melakukan suatu aktivitas. Meichati (Sandjaja, 2005) mengartikan minat adalah perhatian yang kuat, intensif dan menguasai individu secara mendalam untuk tekun melakukan suatu aktivitas. Aiken (Ginting, 2005) mengungkapkan definisi minat sebagai kesukaan terhadap kegiatan melebihi kegiatan lainnya. Ini berarti minat berhubungan dengan nilai-nilai yang membuat seseorang mempunyai pilihan dalam hidupnya, hal tersebut diungkapkan oleh Anastasia dan Urbina (Ginting, 2005). Selanjutnya Ginting (2005) menjelaskan, minat berfungsi sebagai daya penggerak yang mengarahkan seseorang melakukan kegiatan tertentu yang spesifik, lebih jauh lagi minat mempunyai karakteristik pokok yaitu melakukan kegiatan yang dipilih sendiri dan menyenangkan sehingga dapat membentuk suatu kebiasaan alam diri seseorang.

Sutjipto (2001) menjelaskan bahwa minat adalah kesadaran seseorang terhadap suatu objek, orang, masalah, atau situasi yang mempunyai kaitan dengan dirinya. Artinya, minat harus dipandang sebagai sesuatu yangsadar. Karenanya minat merupakan aspek psikologis seseorang untuk menaruh perhatian yang tinggi terhadap kegiatan tertentu dan mendorong yang bersangkutan untuk melaksanakan kegiatan tersebut. Sementara itu Sax (Sutjipto, 2001) mendefinisikan bahwa minat sebagai kecenderungan seseorang terhadap kegiatan tertentu di atas kegiatan yang lainnya. Sedangkan Crites (Sutjipto, 2001) mengemukakanbahwa minat seseorang terhadap sesuatu akan lebih terlihat apabila yangbersangkutan mempunyai rasa senang terhadap objek tersebut. Hurlock (1993) mengemukakan bahwa minat merupakan hasil

daripengalaman belajar, bukan hasil bawaan sejak lahir. Hurlock (1993) jugamenekankan pentingnya minat, bahwa minat menjadi sumber

motivasikuat bagi seseorang untuk belajar, minat juga mempengaruhi bentuk danintensitas aspirasi seseorang dan minat juga menambah kegembiraan padasetiap kegiatan yang ditekuni seseorang. Hurlock (1978) juga menjelaskan bahwa secara keseluruhan, padamasa anak-anak, minat memberikan sebuah kekuatan untuk belajar. Anakanakyang berminat dalam sebuah aktivitas, berada dimanapun, akanmemberikan usaha empat kali lipat untuk belajar dibandingkan anak-anak yang minatnya sedikit atau mudah merasa bosan. Jika pengalaman belajar menimbulkan kesan pada anak-anak, maka akan menjadi minat. Haltersebut adalah sesuatu yang dapat diasah dengan proses pembelajaran. Dimasa yang akan datang, minat sangat berpengaruh pada bentuk danintensitas dari cita-cita pada anak. Pintrich dan Schunk (1996) juga menyebutkan bahwa minatmerupakan sebuah aspek penting dari motivasi yang mempengaruhiperhatian, belajar, berpikir dan prestasi. Dari beberapa definisi minat di atas dapat ditarik kesimpulan mengenai minat, bahwa minat merupakan sebuah motivasi intrinsik sebagai kekuatan

pembelajaran yang menjadi daya penggerak seseorang dalam melakukan aktivitas dengan penuh ketekunan dan cendrung menetap, dimana aktivitas tersebut merupakan proses pengalaman belajar yang dilakukan dengan penuh kesadaran dan mendatangkan perasaan senang, suka dan gembira. Minat merupakan salah satu dimensi dari aspek afektif yang banyak berperan juga dalam kehidupan seseorang, khususnya dalam kehidupan belajar seorang murid. Aspek afektif adalah aspek yang mengidentifikasi dimensi-dimensi perasaan dari kesadaran emosi, disposisi, dan kehendak yang mempengaruhi pikiran dan tindakan seseorang (Stiggins, 1994: 310). Dimensi aspek afektif mencakup tiga hal penting, yaitu (1) Berhubungan dengan perasaan mengenai objek yang berbeda. (2) Perasaan-perasaan tersebut memiliki arah yang dimulai dari titik netral kedua kubu yang berlawanan, titik positif dan titik negatif. (3) Berbagai perasaan memiliki intensitas yang berbeda, yang

dimulai dari kuat ke sedang ke lemah (Stiggins, 1994: 312).

B. Pengertian Membaca

Anda mungkin juga menyukai

  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen6 halaman
    Bab 1
    Gilang Mokhamad
    Belum ada peringkat
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen6 halaman
    Bab 1
    Gilang Mokhamad
    Belum ada peringkat
  • KWN
    KWN
    Dokumen7 halaman
    KWN
    Gilang Mokhamad
    Belum ada peringkat
  • Tugas Teknik Pengendalian
    Tugas Teknik Pengendalian
    Dokumen8 halaman
    Tugas Teknik Pengendalian
    Gilang Mokhamad
    Belum ada peringkat
  • Struktur Apbd
    Struktur Apbd
    Dokumen15 halaman
    Struktur Apbd
    Gilang Mokhamad
    Belum ada peringkat