Anda di halaman 1dari 34

GUILLAIN BARRE SYNDROME (CASE REPORT)

Oleh: Arief Rahman 0718011046 Pembimbing: dr. Fitriyani, M.Kes, Sp.S

KEPANITERAAN KLINIK NEUROLOGI RSUD H. ABDUL MOELOEK BANDAR LAMPUNG 2011

Guillain Barre Syndrome (GBS) adalah sekelompok gangguan yang diperantarai sistem imun yang secara umum dihubungkan dengan disfungsi motorik, sensorik dan otonom. Dalam bentuknya yang klasik, GBS adalah suatu acute inflammatory demyelinating polyneuropathy (AIDP) dengan kelemahan otot simetris ascending progresif, dan hiporefleks dengan atau tanpa gejala sensorik atau otonom; walapun begitu varian yang melibatkan saraf kranialis atau keterlibatan motorik murni dapat juga dijumpai.

Selain AIDP, bentuk yang paling umum dikenali, varian lainnya mencakup acute motor axonal neuropathy (AMAN) dan acute motor-sensory axonal neuropathy (AMSAN). Pada kasus yang berat, kelemahan otot dapat menyebabkan gagal nafas, dan disfungsi otonom dapat memperumit penggunaan obat sedatif dan vasoaktif. Guillain Barre Syndrome didiagnosis berdasarkan riwayat penyakit dan gejala klinis. Infeksi gastrointestinal atau pernafasan ringan mendahului gejala neuropatik pada 1 hingga 3 minggu sebelumnya (kadang-kadang lebih lama) pada sekitar 60% kasus.

Sindroma Guillain-Barre (SGB) merupakan penyebab kelumpuhan yang cukup sering dijumpai pada usia dewasa muda. SGB ini seringkali mencemaskan penderita dan keluarganya karena terjadi pada usia produktif, apalagi pada beberapa keadaan dapat menimbulkan kematian, meskipun pada umumnya mempunyai prognosa yang baik. Beberapa nama disebut oleh beberapa ahli untuk penyakit ini, yaitu Idiopathic polyneuritis, Acute Febrile Polyneuritis, Infective Polyneuritis, Post Infectious Polyneuritis, Acute Inflammatory Demyelinating Polyradiculoneuropathy, Guillain Barre Strohl Syndrome, Landry Ascending paralysis, dan Landry Guillain Barre Syndrome.

DEFINISI y Parry mengatakan bahwa, SGB adalah suatu polineuropati yang bersifat ascending dan akut yang sering terjadi setelah 1 sampai 3 minggu setelah infeksi akut.
y

Menurut Bosch, SGB merupakan suatu sindroma klinis yang ditandai adanya paralisis flasid yang terjadi secara akut berhubungan dengan proses autoimun dimana targetnya adalah saraf perifer, radiks, dan nervus kranialis.

EPIDEMIOLOGI Penyakit ini terjadi di seluruh dunia, kejadiannya pada semua musim. Dowling mendapatkan frekwensi tersering pada akhir musism panas dan musim gugur dimana terjadi peningkatan kasus influenza. Pada penelitian Zhao Baoxun didapatkan bahwa penyakit ini hampir terjadi pada setiap saat dari setiap bulan dalam setahun, sekalipun demikian tampak bahwa 60% kasus terjadi antara bulan Juli s/d Oktober yaitu pada akhir musim panas dan musim gugur.

Data di Indonesia mengenai gambaran epidemiologi belum banyak. Penelitian Chandra menyebutkan bahwa insidensi terbanyak di Indonesia adalah dekade I, II, III (dibawah usia 35 tahun) dengan jumlah penderita laki-laki dan wanita hampir sama. Sedangkan penelitian di Bandung menyebutkan bahwa perbandingan laki-laki dan wanita 3 : 1 dengan usia rata-rata 23,5 tahun. Insiden tertinggi pada bulan April s/d Mei dimana terjadi pergantian musim hujan dan kemarau.

ETIOLOGI Etiologi SGB sampai saat ini masih belum dapat diketahui dengan pasti penyebabnya dan masih menjadi bahan perdebatan. Beberapa keadaan/penyakit yang mendahului dan mungkin ada hubungannya dengan terjadinya SGB, antara lain: y Infeksi y Vaksinasi y Pembedahan y Penyakit sistematik y Keganasan y Systemic Lupus Erythematosus y Tiroiditis y Penyakit Addison y Kehamilan atau dalam masa nifas

PATOFISIOLOGI Mekanisme bagaimana infeksi, vaksinasi, trauma, atau faktor lain yang mempresipitasi terjadinya demielinisasi akut pada SGB masih belum diketahui dengan pasti. Bukti-bukti bahwa imunopatogenesis merupakan mekanisme yang menimbulkan jejas saraf tepi pada sindroma ini adalah: y 1. didapatkannya antibodi atau adanya respon kekebalan seluler (cell mediated immunity) terhadap agen infeksious pada saraf tepi. y 2. adanya auto antibodi terhadap sistem saraf tepi y 3. didapatkannya penimbunan kompleks antigen antibodi dari peredaran pada pembuluh darah saraf tepi yang menimbulkan proses demyelinisasi saraf tepi.

Proses demyelinisasi saraf tepi pada SGB dipengaruhi oleh respon imunitas seluler dan imunitas humoral yang dipicu oleh berbagai peristiwa sebelumnya, yang paling sering adalah infeksi virus.

PERAN IMUNITAS SELULER


y

Dalam sistem kekebalan seluler, sel limfosit T memegang peranan penting disamping peran makrofag. Prekursor sel limfosit berasal dari sumsum tulang (bone marrow) stem cell yang mengalami pendewasaan sebelum dilepaskan kedalam jaringan limfoid dan peredaran.

Sebelum respon imunitas seluler ini terjadi pada saraf tepi antigen harus dikenalkan pada limposit T (CD4) melalui makrofag. Makrofag yang telah menelan (fagositosis) antigen/terangsang oleh virus, allergen atau bahan imunogen lain akan memproses antigen tersebut oleh penyaji antigen (antigen presenting cell = APC). Kemudian antigen tersebut akan dikenalkan pada limfosit T (CD4). Setelah itu limfosit T tersebut menjadi aktif karena aktivasi marker dan pelepasan substansi interlekuin (IL2), gamma interferon serta alfa TNF.

Kelarutan E selectin dan adesi molekul (ICAM) yang dihasilkan oleh aktifasi sel endothelial akan berperan dalam membuka sawar darah saraf, untuk mengaktifkan sel limfosit T dan pengambilan makrofag . Makrofag akan mensekresikan protease yang dapat merusak protein myelin disamping menghasilkan TNF dan komplemen.

Location of GBS peripheral nerve attack in peripheral nerve system. a. Dorsal root ganglia can be target of an antibody response in MFS b. Nodes of ravier are a target of immune response in AMAN c. Schwann cell myelin surface proteins can be the target of antibody binding in AIDP d. Neuromuscular junction (not known to be involved with GBS)

Perjalanan penyakit y 1. Fase Prodromal y Fase sebelum gejala klinis muncul y 2. Fase Laten y Waktu antara timbul infeksi/ prodromal yang y mendahuluinya sampai timbulnya gejala klinis. y Lama : 1 28 hari, rata-rata 9 hari y 3. Fase Progresif y - Fase defisit neurologis (+) y - Beberapa hari - 4 mgg, jarang > 8 mgg. y - Dimulai dari onset (mulai tjd kelumpuhan yg y bertambah berat sampai maksimal y - Perburukan > 8 minggu disebut y chronic inflammatory-demyelinating polyradiculoneuropathy (CIDP)

4. Fase Plateau y Kelumpuhan telah maksimal dan menetap. y Fase pendek :2 hr, >> 3 mg, jrg > 7 mg
y

5. Fase Penyembuhan y Fase perbaikan kelumpuhan motorik y beberapa bulan


y

PATOLOGI
Asbury mengemukakan bahwa perubahan pertama yang terjadi adalah infiltrasi sel limfosit yang ekstravasasi dari pembuluh darah kecil pada endo dan epineural. Keadaan ini segera diikuti demyelinisasi segmental. Bila peradangannya berant akan berkembang menjadi degenerasi Wallerian. Kerusakan myelin disebabkan makrofag yang menembus membran basalis dan melepaskan selubung myelin dari sel schwan dan akson.

Beberapa varian dari sindroma Guillan-Barre dapat diklasifikasikan, yaitu: y 1. Acute inflammatory demyelinating polyradiculoneuropathy y 2. Subacute inflammatory demyelinating polyradiculoneuropathy y 3. Acute motor axonal neuropathy y 4. Acute motor sensory axonal neuropathy y 5. Fishers syndrome y 6. Acute pandysautonomia

GEJALA KLINIK ADAN KRITERIA DIAGNOSA


y

Diagnosa SGB terutama ditegakkan secara klinis. SGB ditandai dengan timbulnya suatu kelumpuhan akut yang disertai hilangnya refleks-refleks tendon dan didahului parestesi dua atau tiga minggu setelah mengalami demam disertai disosiasi sitoalbumin pada likuor dan gangguan sensorik dan motorik perifer. Kriteria diagnosa yang umum dipakai adalah criteria dari National Institute of Neurological and Communicative Disorder and Stroke (NINCDS), yaitu:

Ciri-ciri yang perlu untuk diagnosis: y Terjadinya kelemahan yang progresif y Hiporefleksi
y

Ciri-ciri yang secara kuat menyokong diagnosis SGB: a. Ciri-ciri klinis: y Progresifitas: gejala kelemahan motorik berlangsung cepat, maksimal dalam 4 minggu, 50% mencapai puncak dalam 2 minggu, 80% dalam 3 minggu, dan 90% dalam 4 minggu. y Relatif simetris y Gejala gangguan sensibilitas ringan y Gejala saraf kranial 50% terjadi parese N VII dan sering bilateral. Saraf otak lain dapat terkena khususnya yang mempersarafi lidah dan otot-otot menelan, kadang <5% kasus neuropati dimulai dari otot ekstraokuler atau saraf otak lain y Pemulihan: dimulai 2-4 minggu setelah progresifitas berhenti, dapat memanjang sampai beberapa bulan. y Disfungsi otonom. Takikardi dan aritmia, hipotensi postural, hipertensi dan gejala vasomotor. y Tidak ada demam saat onset gejala neurologis
y

b. Ciri-ciri kelainan cairan serebrospinal yang kuat menyokong diagnosa: y Protein CSS. Meningkat setelah gejala 1 minggu atau terjadi peningkatan pada LP serial, jumlah sel CSS < 10 MN/mm3 y Varian: Tidak ada peningkatan protein CSS setelah 1 minggu gejala. Jumlah sel CSS: 11-50 MN/mm3 y Disosiasi sitoalbumin c. Gambaran elektrodiagnostik yang mendukung diagnosa: y Perlambatan konduksi saraf bahkan blok pada 80% kasus. Biasanya kecepatan hantar kurang 60% dari normal

DIAGNOSA BANDING y Gejala klinis SGB biasanya jelas dan mudah dikenal sesuai dengan kriteria diagnostik dari NINCDS, tetapi pada stadium awal kadang-kadang harus dibedakan dengan keadaan lain, seperti: y Kelainan batang otak y Trombosis arteri basilaris dengan infark batang otak y Ensefalomielitis batang otak
y y y y y y y y y

Kelainan medulla spinalis Mielitis transversa Mielopati nekrotik akut Kompresi neoplasma pada medulla spinalis servikal / foramen magnum Mielopati akut lain Kelainan sel kornu anterior Poliomielitis Rabies Tetanus

y y y y y y y y y y y y y y y y

Poliradikulopati Difteri Paralisis Tick Logam berat : arsen, timbal, thallium, emas Keracunan organofosfat Heksakarbon (neuropati penghirup lem) Perhexiline Obat-obatan : vincristine, disulfiram, nitrofurantoin Critical illness polyneuropathy Kelainan transmisi neuromuskuler Myastenia gravis Botulismus Hipermagnesemi Paralisis yang diinduksi antibiotika Bisa gigitan ular

y y y y y y y y y y

Miopati Polimiositis Miopati akut lain, misalnya akibat induksi obat Abnormalitas metabolik Hipokalemi Hipermagnesemia Hipofosfatemia Lain-lain Histeri Malingering

Terapi y Pada sebagian besar penderita dapat sembuh sendiri. Pengobatan secara umum bersifat simtomik. Meskipun dikatakan bahwa penyakit ini dapat sembuh sendiri, perlu dipikirkan waktu perawatan yang cukup lama dan angka kecacatan (gejala sisa) cukup tinggi sehingga pengobatan tetap harus diberikan.Tujuan terapi khusus adalah mengurangi beratnya penyakit dan mempercepat penyembuhan melalui sistem imunitas (imunoterapi).

Kortikosteroid y Kebanyakan penelitian mengatakan bahwa penggunaan preparat steroid tidak mempunyai nilai/tidak bermanfaat untuk terapi SGB. Plasmaparesis y Plasmaparesis atau plasma exchange bertujuan untuk mengeluarkan faktor autoantibodi yang beredar. Pemakain plasmaparesis pada SGB memperlihatkan hasil yang baik, berupa perbaikan klinis yang lebih cepat, penggunaan alat bantu nafas yang lebih sedikit, dan lama perawatan yang lebih pendek. Pengobatan dilakukan dengan mengganti 200-250 ml plasma/kg BB dalam 7-14 hari. Plasmaparesis lebih bermanfaat bila diberikan saat awal onset gejala (minggu pertama).

y y y

y y y y y y

Pengobatan imunosupresan: Imunoglobulin IV Pengobatan dengan gamma globulin intervena lebih menguntungkan dibandingkan plasmaparesis karena efek samping/komplikasi lebih ringan. Dosis maintenance 0.4 gr/kg BB/hari selama 3 hari dilanjutkan dengan dosis maintenance 0.4 gr/kg BB/hari tiap 15 hari sampai sembuh. Obat sitotoksik Pemberian obat sitoksik yang dianjurkan adalah: 6 merkaptopurin (6-MP) azathioprine cyclophosphamid Efek samping dari obat-obat ini adalah: alopecia, muntah, mual dan sakit kepala.

Terapi fisik: Fisioterapi y Pada fase pertama, program awal yang bisa diberikan adalah latihan aktif, bila memungkinkan. Bila penderita tidak mampu menggerakkan sendiri anggota badannya, sebaiknya bantuan diberikan (=aktif asistif). Bila kemudian kondisi kelemahan otot sangat menonjol, latihan pasif harus diberikan; artinya fisioterapis yang menggerakkan angota badan penderita. Oleh karena dalam fase ini, kondisi penderita akan menurun, maka biasanya bantuan yang diberikan fisioterapis kepada pasien semakin banyak dari waktu ke waktu.
y

Dianjurkan menggerakkan anggota tubuh dari bawah, sehingga akan diakhiri dengan bagian tubuh yang terkuat. Secara psikis hal ini juga akan sangat membantu motivasi pasien. Selain menggerakkan bagian tubuh secara sistematis, juga sebaiknya arah gerakan tiap sendi dibuat secara sistematis, sehingga tidak ada gerakan otot yang tertinggal.

Penatalaksanaan pada fase kedua tidak jauh berbeda dengan fase sebelumnya. Sasaran utama pada fase ini adalah peningkatan kekuatan otot. Meskipun demikian latihan yang diberikan masih harus tidak boleh terlalu berat, karena jumlah motor unit yang aktif terbatas. Program latihan aktif seharusnya ditingkatkan bila penderita sudah mampu melakukan latihan aktif dan memenuhi luas gerak sendi normal tanpa kesulitan. Latihan kemudian meningkat menjadi aktif resistif, artinya menggunakan beban unntuk meningkatkan kekuatan otot.

Prognosis y Pada umumnya penderita mempunyai prognosis yang baik tetapi pada sebagian kecil penderita dapat meninggal atau mempunyai gejala sisa. 95% terjadi penyembuhan tanpa gejala sisa dalam waktu 3 bulan bila dengan keadaan antara lain: y pada pemeriksaan ENMG relatif normal y mendapat terapi plasmaparesis dalam 4 minggu mulai saat onset y progresifitas penyakit lambat dan pendek y pada penderita berusia 30-60 tahun
y y y y y y

Faktor prognosis negatif Penurunan hebat amplitudo potensial aksi berbagai otot Umur tua Kebutuhan dukungan ventilator Perjalanan penyakit progresif & berat

Komplikasi y Paralisis menetap y Gagal nafas y Hipotensi y Tromboembolisme y Pneumonia y Aritmia Jantung y Ileus y Aspirasi y Retensi urin y Problem psikiatrik

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai

  • CR GBS
    CR GBS
    Dokumen34 halaman
    CR GBS
    Arief Moricla Rahman
    Belum ada peringkat
  • Css Depresi
    Css Depresi
    Dokumen13 halaman
    Css Depresi
    Arief Moricla Rahman
    Belum ada peringkat
  • Odha (CSS)
    Odha (CSS)
    Dokumen29 halaman
    Odha (CSS)
    Arief Moricla Rahman
    Belum ada peringkat
  • Css Depresi
    Css Depresi
    Dokumen13 halaman
    Css Depresi
    Arief Moricla Rahman
    Belum ada peringkat
  • Jdwal Jaga
    Jdwal Jaga
    Dokumen1 halaman
    Jdwal Jaga
    Arief Moricla Rahman
    Belum ada peringkat
  • Jdwal Jaga
    Jdwal Jaga
    Dokumen1 halaman
    Jdwal Jaga
    Arief Moricla Rahman
    Belum ada peringkat
  • Jdwal Jaga
    Jdwal Jaga
    Dokumen1 halaman
    Jdwal Jaga
    Arief Moricla Rahman
    Belum ada peringkat
  • Jdwal Jaga
    Jdwal Jaga
    Dokumen1 halaman
    Jdwal Jaga
    Arief Moricla Rahman
    Belum ada peringkat
  • Akademi Jendral Maicih Batch 2
    Akademi Jendral Maicih Batch 2
    Dokumen1 halaman
    Akademi Jendral Maicih Batch 2
    Arief Moricla Rahman
    Belum ada peringkat