Definisi
Aborsi
Menggugurkan
kandungan
atau
dalam
dunia
kedokteran
dikenal
dengan
istilah
abortus.
Berarti
pengeluaran
hasil
konsepsi
(pertemuan
sel
telur
dan
sel
sperma)
sebelum
janin
dapat
hidup
di
luar
kandungan.
Ini
adalah
suatu
proses
pengakhiran
hidup
dari
janin
sebelum
diberi
kesempatan
untuk
bertumbuh.
1. Aborsi Spontan / Alamiah 2. Aborsi Buatan / Sengaja 3. Aborsi Terapeutik / Medis Aborsi spontan / alamiah berlangsung tanpa tindakan apapun. Kebanyakan disebabkan karena kurang baiknya kualitas sel telur dan sel sperma, sedangkan Aborsi buatan / sengaja adalah pengakhiran kehamilan sebelum usia kandungan 28 minggu sebagai suatu akibat tindakan yang disengaja dan disadari oleh calon ibu maupun si pelaksana aborsi (dalam hal ini dokter, bidan atau dukun beranak). Aborsi terapeutik / medis adalah pengguguran kandungan buatan yang dilakukan atas indikasi medik. Sebagai contoh, calon ibu yang sedang hamil tetapi mempunyai penyakit darah tinggi menahun atau penyakit jantung yang parah yang dapat membahayakan baik calon ibu maupun janin yang dikandungnya. Tetapi ini semua atas pertimbangan medis yang matang dan tidak tergesa-gesa.
alasan yang paling utama adalah alasan-alasan non-medis. Di Indonesia alasan aborsi antara lain: 1. Tidak ingin memiliki anak karena khawatir menggangu karir, sekolah, atau tanggung jawab yang lain (75%) 2. Tidak memiliki cukup uang untuk merawat anak (66%) 3. Tidak ingin memiliki anak tanpa ayah (50%) Alasan lain yang sering dilontarkan adalah masih terlalu muda (terutama mereka yang hamil di luar nikah), aib keluarga, atau sudah memiliki banyak anak. Ada orang yang menggugurkan kandungan karena tidak mengerti apa yang mereka lakukan. Mereka tidak tahu akan keajaiban-keajaiban yang dirasakan seorang calon ibu, saat merasakan gerakan dan geliatan anak dalam kandungannya.
RESIKO
ABORSI
Resiko
Bagi
Perempuan
yang
Melakukan
Aborsi
Statistik
membuktikan:
Pertama
,Kematian
perempuan
karena
aborsi
jauh
lebih
besar dari kematianibu karena melahirkan (bersalin).secara normal. Kedua,Perempuan yang melakukan aborsi berlatar belakang kriminal biasanya banyak pertimbangan. Antara lain karena hamil akibat hubungan yang tidak sah ,lalu pacar atau keluarganya mendesaknya untuk menggugurkan kandungan,karena malu menanggung aib.Padahal perempuan yang bersangkutan sama sekali tidak menghendakinya.Akibatnya dirinya menjadi serba salah dan pasrah. Ketiga,Perempuan yang melakukan aborsi akan mengalami gangguan kejiwaan seperti stress pasca trauma aborsi.
MR/ Menstrual Regulation yaitu dengan penyedotan (semacam alat penghisap debu yang biasa, tetapi 2 kali lebih kuat). Pada janin yang lebih besar (sampai 16 minggu) dengan cara Dilatasi & Curetage. Sampai 24 minggu. Di sini bayi sudah besar sekali, sebab itu biasanya harus dibunuh lebih dahulu dengan meracuni dia. Misalnya dengan cairan garam yang pekat seperti saline. Dengan jarum khusus, obat itu langsung disuntikkan ke dalam rahim, ke dalam air ketuban, sehingga anaknya keracunan, kulitnya terbakar, lalu mati. Di atas 28 minggu biasanya dilakukan dengan suntikan prostaglandin sehingga terjadi proses kelahiran buatan dan anak itu dipaksakan untuk keluar dari tempat pemeliharaan dan perlindungannya. Juga dipakai cara operasi Sesaria seperti pada kehamilan yang biasa
Contoh Aborsi
Hari ke-1:
Pembuahan
-
sperma
bertemu
sel
telur
-
Umat
Katolik
berpendapat,
kehidupan
dimulai
saat
konsepsi.
Bagi
mereka
penggunaan
embrio
untuk
stem
cell
(sel
tunas)
sama
saja
dengan
merusak
kehidupan
seorang
manusia.
-
Penganut
Sikh
juga
menganggap
kehidupan
berawal
saat
konsepsi.
Karenanya
mengambil
sel
tunas
dari
embrio
sama
dengan
melakukan
pembunuhan.
Hari
ke-2:
Sel
membelah
menjadi
empat.
Hari
ke-5:
Blastosis
-
Kelompok
sel
berdiferensiasi/memisah
menjadi
dua
lapisan
membentuk
plasenta
(ari-ari)
dan
embrio
Hari ke-14:
Pembentukan lapisan sederhana - Lapisan sederhana ini merupakan cikal bakal system saraf janin. Hal ini juga merupakan tanda dimulainya diferensiasi atau pemisahan sel untuk membentuk pelbagai jaringan dan organ tubuh. - Biothics Advisory Committee (Komite Penasihat Bioetik) Singapura menyatakan, hanya embrio yang berusia kurang dari 14 hari yang boleh digunakan untuk sel tunas. Hari ke-40: - Kelompok Yahudi berpendapat embrio yang berusia kurang dari 40 hari belum dianggap sebagai manusia seutuhnya. Namun, pendapat ini masih diperdebatkan di kalangan mereka. Hari ke-49: - Pemeluk agama Buddha mendukung penelitian menggunakan sel tunas jika tujuannya untuk menolong dan bermanfaat bagi manusia. Bagi mereka embrio baru menunjukkan suatu "kesadaran" setelah minggu ketujuh atau 49 hari. Empat Bulan: - Ulama Islam berpandangan kehidupan manusia dimulai setelah embrio berusia empat bulan, yaitu saat roh ditiupkan ke janin.