Anda di halaman 1dari 6

Gerotik 1 Ns. Dwi Nurviyandri, SKep.

, MN

TEORI BIOLOGIS MENUA OLEH NAHLA JOVIAL NISA 0906629486 Salah satu indikator keberhasilan pembangunan suatu Negara adalah meningkatnya usia harapan hidup. Dengan meningkatnya jumlah penduduk dengan angka harapan hidup yang tinggi maka jumlah lansiapun terus meningkat. Menurut Undang-undang nomor 13 tahun 1998 tentang penduduk yang dimaksud lansia adalah penduduk yang telah mencapai usia 60 tahun. Diprediksi pada tahun 2020 lansia di Indonesia meningkat dengan sangat pesat 11,34% dari total penduduk tahun 2020 (BPS.2009). Proses penuaan tentu berdampak pada berbagai aspek baik itu ekonomi, sosial, budaya, terutama kesehatan, karena dengan bertambahnya usia maka akan terjadi penurunan fungsi tubuh dan berkaitan dengan penyakit yang muncul. Berdasarkan data BPS dari tahun 2003 hingga 2007 terjadi peningkatan usia lanjut usia dengan angka kesakitan. Kondisi ini tentu harus mendapat perhatian karena tentu harapannya usia lanjut usia tidak menjadi beban tetapi justru dapat diberdayakan. Dari sinilah peran perawat sangat penting dimana perawat harus memberikan asuhan keperawatan yang bersifat promotif agar lansia dapat mandiri dan berkualitas hidupnya. Sebelum sampai pada tingkat konkritisasi tentu perawat harus memahami konsep penuaan baik itu teori dan modelnya asuhan keperawatan. Salah satu teori penuaan yang penting untuk dipelajari seorang perawat adalah teori penuaan biologis. Teori penuaan menjelaskan fenomena penuaan sepanjang hidup dan telah dipelajari dalam kurun waktu yang lama. Salah satu teori yang dipelajari hingga saat ini adalah teori biologi. Teori biologis mencoba menjawab pertanyaan dasar mengenai perubahan fisiologis yang terjadi selama hidup manusia (Meiner.2006). teori ini dimulai dengan melihat secara molekul hingga melihat secara system dan mungkin saja teori ini dapat digabungkan sesuai dnegan fenomena yang terjadi (Hayflick. 1996 dalam Meiner.2006). bagian penting dari penjelasan teori biologis adalah: 1) deleterious, dampak yang membuat penurunan fungsi organisme, 2) progressive, terjadi perubahan yang progresif setiap waktu, 3) intrinsic perubahan yang berdampak pada semua spesies karena proses penuaan yang kronologis, 4) universal, dampak anggota spesies yang dibawahnya ketika diberi kesempatan oleh yang tua (hayflick.1996 dalam

Gerotik 1 Ns. Dwi Nurviyandri, SKep., MN

Meiner.2006). Pada teori ini juga menyatakan bahwa setiap organ didalam tubuh kita tidak memiliki umur yang sama. Klausul-klausul teori telah diungkapkan oleh para ahli untuk mencari bagaimana sebenarnya penuaan terjadi. Untuk mempermudah pemahaman maka dibuatlah pengelompokan teori. Menurut Meineri (2006) Teori biologis terbagi menjadi dua yaitu teori stokastik dan teori nonstokastik. Teori skotokastik menjelaskan penuaan sebagai kejadian yang terjadi secara acak dan berakumulasi sepanjang waktu, sedangkan nonstokastik berpandangan bahwa penuaan sebagai suatu kepastian yang terjadi dan fenomena yang sudah ditetapkan. Lalu menurut Blumenthal (1999 dalam Miller.1996) ada dua kriteria untuk membagi secara garis besar perubahan umur yaitu program genetik dan irreversible. Teori skotokastik pertama yaitu teori eror, dimana teori ini menyatakan bahwa ada kesalahan pada transkripsi DNA atau RNA dan ini mengakibatkan tejadinya penuaan pada sel. Teori ini diusulkan oleh Orgel (1963 dalam Meiner 2006). Eror sel DNA tersebut mengakibatkan reproduksi ebzim atau protein yang tidak sama dengan aslinya, dan berlanjut seterusnya. Sebagai dampak dari beberapa generasi protein yang rusak maka kemampuan fungsi sel menurun atau bahkan hilang (Sonneborn, 1979 dalam Meiner 2006). Pada beberapa tahun berikutnya ternyata teori ini tidak didukung oleh penelitian. Meskipun ada perubahan pada aktivitas enzyme dengan penuaan, studi tidak menunjukan semua sel tua beiris gangguan atau kelainan pada protein. (Goldstein,1993;haflick,1996;Schneider,1992 dalam meiner.2006). Selanjutnya teori radikal bebas, radikal bebas terjadi jika terjadi peningkatan polutan pada lingkungan. Pada keadaan normal antioksidan dapan dinetalisir oleh enzim atau antioksidan natural. Namun, jika tidak dinetralisasi maka ia akan menempel pada molekul lain. Tempelan ini dapat menghambat interkasi antar subtansi lain yang memang penting atau malah merusak kandungan molekul. . terdapat lipofusin yang memiliki tingkat afinas tinggi sehinggan dapat mutasi DNA dan RNA transkripsi pada protein asli. Pada sel yang tua lipofusi mengkumulasi sel sehingga menyebabkan penurunan fungsi dan ada kerusakan pada protein. Radikal bebas ini dapat dihambat dengan vitamin C dan E. Harman (1956 dalam Meiner 2006) adalah orang pertama yang menyatakan bahwa pemberian zat secara kimiawi dapat menurunkan proses penuaan. Namun ternyata pada studi hewan menunjukan meski terjadi perpanjang usia hidup

Gerotik 1 Ns. Dwi Nurviyandri, SKep., MN

namun terjadi risiko penyakit kardivaskuler dan kanker juga mengakibatkan penurunan system imun (hayflick,1996: Yu, 1998, 1993 dalam Meiner 2006). Selanjutnya cross-lingkage teori, hipotesis teori ini bahwa beberapa protein dengan usia tertentu semakin meningkat pindah silangnya. Teori ini dibuat berdasarkan fakta bahwa dengan bertambah tua, protein manusia yaitu DNA dan molekul lainnya akan saling melekat, saling memilin (crosslink). Akibatnya protein yang sudah rusak tidak dapat dicerna oleh enzim protease, sehingga mengurangi elastisitas protein dan molekul. Akibatnya pada kulit bisa terjadi kerutan , pada ginjal fungsi penyaring menjadi berkurang dan pada mata terjadi katarak (kekeruhan lensa mata). Teori ini juga menyarakan bahwa sesuai usia seseorang maka sistem imun menjadi kurang efisien, mekanisme pertahanan seseorang tidak dapat menghapus agen yang pindah silang sebelum benar-benar aman (hayflick.1996 dalam meiner.2004). Selanjutnya teori pakai dan rusak, teori ini pertama kali di kemukakan oleh Dr August Weismann, seorang biologis dari Jerman pada tahun 1882. Beliau percaya bahwa tubuh dan selselnya rusak karena banyak terpakai dan digunakan secara berlebihan. Organ tubuh seperti liver (hati), lambung, ginjal, kulit,dsb dirusak oleh toksin (racun) yang kita dapatkan dari makanan atau lingkungan. Konsumsi yang berlebihan dari lemak, gula, kopi,alkohol, rokok, sinar ultraviolet matahari ditambah stres fisik dan psikis akan merusak organ dan tubuh kita. Bahkan, tanpa pernah merokok, minum alkohol, menghindari sinar mataharipun, tubuh kita akan menua, karena kita gunakan tiap hari. Pada waktu kita muda, kemampuan tubuh untuk mempertahankan sistem reparasinya cukup baik, tetapi dengan bertambahnya usia kemampuan tubuh untuk memperbaiki sel-sel tubuh yang rusak menjadi berkurang. Teori ini didukung dengan tanda mikroskopik pada semua saraf dan sel otot lurik yang telah digunakan (Miller.2004). Setelah mempelajari teori stokastik selanjutnya teori nonstokastik. Teori ini merupakan teori lanjutan dari Hayflick dan Moorehead 1961, dimana mereka menganggap bahwa penuaan adalah proses yang terprogram dan fenomena waktu. Ada beberapa teori yang termasuk

nonstokastik yaitu teori program dan teori imunitas. Teori program yang didemonstrasikan oleh Hayflick dan Mooreshead yaitu jika suatu sel normal dibagi menjadi sel dengan waktu tertentu maka dapat disimpulkan bahwa harapan hidup sel tersebut telah diprogram (Hayflick 1996 dalam Meiller.2004). selanjutnya teori imunitas , perubahan terjadi di dalam system imun, lebih

Gerotik 1 Ns. Dwi Nurviyandri, SKep., MN

spesifik di T limfosit, sebagai hasil dari penuaan. Perubahan ini membuat seseorang lebih rentan terhadap penyakit (Philips et al, 2003 dalam Meiller.2004). Terakhir teori emerging yang terdiri dari teori Kontrol neuroendokrin atau pacemaker, teori metabolic, dan teori yang berhubungan dengan riset DNA. Sistem neuroendokrin mengontrol banyak aktivitas yang terkait perkembangan dan pertumbuhan. Para ahli mempelajari peran hipotalamus dan hormone DHEA (dehydroepiandrosterone) dan melatonin. Pada hipotalamus diakitkan dnegan proses reproduksi yang berhubungan dengan penuaan. Lalu pada DHEA dikaitkan dnegan penurunan fungsi sistem imun tubuh dan melatonin sebagai regulator ritme biologis dan antioksidan yang dapat meningkatkan fungsi imun. Vladimir Dilman, Ph.D. memfokuskan wear and tear theory pada sistim neuroendokrin, suatu jaringan biokimiawi yang kompleks yang mengatur hormon tubuh dan elemen penting lainnya. Neuro-endokrin berarti proses penuaan berhubungan dengan kadar hormon. Pada waktu muda, hormon tubuh kita bekerja bersama mengatur fungsi-fungsi organ tubuh, termasuk respon terhadap panas, dingin, dan aktivitas seksual. Organ yang berbeda, mengeluarkan hormon yang berbeda, akan tetapi semua berada dibawah komando kelenjar hypothalamus. Kelenjar sebesar kacang ini terdapat di otak dan bertanggungjawab untuk produksi dan interaksi antara hormon tubuh. Karena fungsinya yang mengkoordinasikan semua hormon, kelenjar ini disebut juga sebagai termostat tubuh . Hormon adalah vital untuk memperbaiki dan mengatur fungsi-fungsi tubuh. Bila kita menua, produksi hormon tubuh menjadi berkurang, sehingga kemampuan tubuh untuk memperbaiki sendiri (self-repaired) dan mengatur sendiri (self-regulation) menjadi rendah. Produksi hormon adalah saling interaktif, dalam arti bilamana salah satu hormon produksinya berkurang, produksi hormon tubuh yang lainpun akan berubah , bisa berkurang atau bahkan malah bertambah. Selanjutnya teori metabolik yang menyatakan bahwa semua metablisme organism memiliki usia dan organism dengan metabolic basal tinggi maka memiliki rentang usia yang pendek. Hal ini didapat dari penelitian pada sebuah ikan yang berada pada air yang temperature rendah lebih lama hidupnya daripada yang hidup di air yang hangat (hayflick, 1996; Schneider,1992 dalam Miller.2004).

Gerotik 1 Ns. Dwi Nurviyandri, SKep., MN

Terakir teori yang terkait dengan penelitian DNA. Pada teori ini ada dua perkembangan yang berhubungan dengan DNA dan proses penuaan. Pertama, peniliti melanjutkan pemetaan genom dan mereka mengidentifikasikan peranan gen terhadap proses penuaan (Schneider, 1992) dan yang kedua, penelitian mengenai telomerase yang terletak pada ujung kromos yang dapat berfungsi sebagai jam bilogis (Hayflick, 1996) (dalam Meiner, 2006). Pada perkembangan selanjutnya teori ini dipecahkan dengan adanya suatu penelitian yang menjanjikan

kemungkinan, dasar teori ini adalah penemuan yang didapatkan oleh grup ilmuwan dari
Geron Corporation di Menlo Park, California. Telomer adalah rangkaian asam nukleat yang terdapat di ujung kromosom. Telomer berfungsi sebagai penjaga keutuhan kromosom. Setiap kali sel tubuh kita membelah, telomer akan memendek. Bilamana ujung telomer sudah terlalu pendek, kemampuan sel untuk membelah (dalam arti mereparasi) akan berkurang, melambat, dan sel akan tidak dapat membelah lagi (mati). Inilah mekanisme sel-sel jam tubuh, yang terbatas usianya. Selanjutnya teori apoptis, teori ini mencoba mengaitkan apoptosis dengan penuaan. Apoptosis merupakan suatu mekanisme kematias sel, pertama kali dijelaskan pada tahun1970 yang terpisah dari nekrosis (Kerr et al., 1972). Nekrosis adalah hasil dari respon inflamasi sedangkan apoptosis adalah noninflamasi dan proses gerakan gen. proses penuaan adalah proses apoptosis sel-sel. Terakhir teori metabolic dimana menjelaskan proses penuaan terkait dengan proses penyakit. (Miller.2004) Teori penuaan sangat penting diketahui oleh perawat untuk memaksimalkan asuhan keperawatan. Adapun beberapa implikasi teori ini terhadap perawat yaitu dengan mengetahui teori-teori ini perawat dapat meningkatkan promosi kesehatan klien. Meskipun proses penuaan adalah normal namun ternyata proses ini dapat ditunda atau dikurangi dengan promosi kesehatan yang baik. Selanjutnya dnegan mengetahui proses ini perawat dapat memberikan saran untuk makanan yang sehat bagi klien. Selain itu ketika sudah tua perawat dapat meningkatkan aktivitas hidup lansia yang berkualitas. Perawat juga dapat melakukan intervensi untuk mengurangi stress klien karena perubahan fisioligis pada proses penuaan.

Gerotik 1 Ns. Dwi Nurviyandri, SKep., MN

Sumber: Meiner, S. 2006. Gerontologic Nursing; Third Edition. St. Louis: Mosby Elsevier Miller, A. 2004. Nursing For Wellness in Older Adults: Theory and Practice. Philadelphia: Lipponcott Williams & Wilkins

Anda mungkin juga menyukai