Anda di halaman 1dari 11

PLANT GROWTH PROMOTING RHIZOBACTER ( PGPR )

OLEH : 1. Nurul Fauziah 2. Oktaviana Brian K 3. Oky Ratna 4. Tugas Mata Kuliah Hubungan Biota dengan Tanaman JURUSAN AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010 ( H0709084 ) ( H0709087 ) ( H0709088 )

I.

PENDAHULUAN

Dalam berusahatani tanaman, sering menghadapi berbagai kendala antara lain risiko kerusakan tanaman dan kehilangan hasil yang cukup tinggi akibat serangan organisme pengganggu tumbuhan (OPT). Untuk mengamankan produksi akibat serangan OPT, petani seringkali menggunakan pestisida secara berlebihan, sehingga menimbulkan dampak negatif yang tidak diinginkan, seperti terjadi resurgensi hama, timbulnya hama sekunder, mati musuh alaminya, merusak lingkungan, bahkan penolakan pasar akibat produk mengandung residu pestisida. Penerapan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) dalam pengendalian OPT telah menjadi kebijakan pemerintah, dimana penggunaan pestisida merupakan alternatif terakhir. Kebijakan ini dituangkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1995 tentang Perlindungan Tanaman dan Keputusan Menteri Pertanian No. 887/Kpts/OT.210/9/97 tentang Pedoman Pengendalian OPT. Untuk mengurangi penggunaan pestisida, maka diperlukan alternatif pengendalian OPT yang ramah lingkungan. Saat ini, perhatian mulai beralih ke sumber daya biologi dalam meningkatkan kesehatan (ketahanan) tanaman, melalui peran mikroba tanah yang bermanfaat. Agens (mikroba) yang bersifat menguntungkan bagi tanaman, termasuk sebagai agens penginduksi ketahanan, hidup di daerah sekitar perakaran (rizosfer), dimana terdapat eksudat yang dikeluarkan akar sebagai nutrisi bagi mikroba. Saat ini, mikroba bermanfaat dalam meningkatkan ketahanan/kesehatan tanaman yang banyak diteliti adalah kelompok Rizobakteria sebagai Pemacu Pertumbuhan Tanaman (Plant Growth Promoting Rhizocacteria / PGPR). PGPR merupakan agens pengendali hayati yang menjanjikan dapat menekan OPT di lapang. Berbagai penemuan akan manfaat plant growth promoting rhizibacteria (PGPR) untuk pertanian telah dilaporkan oleh banyak peneliti di dunia. Antusiasme untuk mengkomersialkan rhizobacteria sebagai teknologi alternatif yang menjanjikan terutama dipicu untuk mengembangkan pertanian ramah lingkungan dengan mengurangi penggunaan input sintetik agrokimia (pupuk dan

pestisida). Hasil ini menyarankan bahwa penerapan PGPR bisa merangsang pertumbuhan tanaman dan meningkatkan ketahanan tanaman terhadap jamur patogen

II.

PEMBAHASAN

PGPR atau Plant Growth Promoting Rhizobakteri adalah sejenis bakteri yang hidup di sekitar perakaran tanaman. Bakteri tersebut hidupnya secara berkoloni menyelimuti akar tanaman. Bagi tanaman keberadaan mikroorganisme ini akan sangat baik. Bakteri ini memberi keuntungan dalam proses fisiologi tanaman dan pertumbuhannya. Akar adalah sumber kehidupan, disana terjadi pertukaran udara, unsur hara, dekomposisi dll Rhizobakteria pemacu tumbuh tanaman (RPTT) adalah kelompok bakteri yang menguntungkan yang agresif menduduki (mengkolonisasi) rizosfir (bagian perakaran). Aktivitas RPTT menguntungkan bagi tanaman secara langsung (kemampuannya menyediakan dan memobilisasi atau memfasilitasi penyerapan berbagai unsur hara dalam tanah serta mensintesis dan mengubah konsentrasi fithothormon pemacu tumbuh), sedangkan secara tidak langsung (kemampuan menekan aktivitas pathogen dengan menghasilkan berbagai senyawa atau metabolit seperti antibiotik). Selain itu, PGPR dapat meningkatkan kualitas pertumbuhan tanaman melalui produksi hormon pertumbuhan, kemampuan fiksasi N untuk peningkatan penyediaan N tanah, penghasil osmolit sebagai osmoprotektan pada kondisi cekaman kekeringan dan penghasil senyawa tertentu yang dapat membunuh patogen tanaman. Pada dasarnya rhizobakteri dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu : 1. Rhizorhizobakteri yang memacu pertumbuhan tanaman (PGPR : plant growth - promoting rhizobacteria ). 2. Rhizorhizobakteri yang merugikan tanaman (DRB : deleterious rhizobacteria) (Kloepper, 1993). Beberapa PGPR yang telah dikembangkan dan dimanfanfaatkan sebagai agens pengendali biologi, adalah: Actinoplanes, Alcaligenes, Agrobacterium, Amorphosporangium, Arthrobacter, Bacillus, Cellulomonas, Enterobacter,

Erwinia, Flavobacterium, Hafnia, Micromonospora, Pseudomonas, Rhizobium dan Bradyrhizobium, Serratia, Streptomyces, dan Xanthomonas. Sebagai contoh : 1. Pseudomonas fluorescens : efektif mengurangi infeksi patogen tular tanah, antraknosa, dan tobacco necrosis virus 2. Basiilus sp: dapat menekan infeksi Cucumis Mosaic Virus (CMV) dan Tomato Mosaic Virus (ToMV) pada tanaman tomat 3. Campuran beberapa strain Bacillus: dapat menekan inveksi CMV,

Colletotrichum, dan Rhizoctonia. Mekanisme PGPR dalam meningkatkan kesehatan/kebugaran tanaman dapat terjadi melalui 3 cara, yaitu: 1. Menekan perkembangan hama/penyakit (bioprotectant): mempunyai pengaruh langsung pada tanaman dalam menghadapi hama dan penyakit 2. Memproduksi fitohormon (biostimulant): IAA (Indole Acetic Acid); Sitokinin; Giberellin; dan penghambat produksi etilen: dapat menambah luas permukaan akar-akar halus. 3. Meningkatkan ketersediaan nutrisi bagi tanaman (biofertilizer). Bila

penyerapan unsur hara dan air yang lebih baik dan nutrisi tercukupi, maka menyebabkan kebugaran tanaman juga semakin baik, sehingga akan semakin meningkatkan ketahanan tanaman terhadap tekanan-tekanan, baik tekanan biologis (OPT) maupun non biologis (Iklim). Selain itu, rhizorhizobakteri (PGPR) mampu menekan pertumbuhan rhizorhizobakteri patogen tanaman (DRB). Ada dua mekanisme dalam menekan DRB yaitu : 1. Memacu pertumbuhan tanaman sehingga tanaman lebih sehat sehingga tidak mudah diserang oleh pathogen 2. Menghasilkan metabolit tertentu seperti : antibiotik, siderofor dan HCN yang dapat membunuh pathogen. Pada prinsipnya ketahanan tanaman sudah terbentuk sebelum patogen menyerang tanaman (pre exiting) atau ketahanan tanaman terinduksi oleh suatu agens (induced resistance). Ketahanan pre exiting akan patah ketika terinfeksi oleh patogen yang bersifat virulen, karena patogen mampu mengatasi reaksi

ketahanan tanaman. Namun, bila mekanisme pertahanan dipicu oleh agens stimulan (PGPR) sebelum terjadi infeksi oleh patogen, maka keparahan serangan penyakit akan menurun. Ketahanan dapat terinduksi oleh: 1. Senyawa kimia tertentu 2. Mikroba non patogenik (tidak menimbulkan penyakit) 3. Patogen yang avirulen; (tidak mampu menimbulkan penyakit) 4. Patogen yang virulen (mampu menimbulkan penyakit) pada kondisi tertentu Aplikasi PGPR mampu mengurangi kejadian dan keparahan penyakit. Beberapa bakteri PGPR yang diinokulasikan pada benih sebelum tanam dapat memberi pertahanan pada tudung akar tanaman. Hal inilah yang membuat bakteri PGPR mampu mengurangi keparahan dari penyakit dumping-off (Pythium ultimatum) di tanaman. Beberapa bakteri PGPR mampu memproduksi racun bagi patogen tanaman, misalnya bakteri Bacillus subtilis mampu melawan cendawan patogen. Berikut kelebihan dari PGPR diantaranya :
y y y

Menambah fiksasi nitrogen di tanaman kacang kacangan Memacu pertumbuhan bakteri fiksasi nitrogen bebas Meningkatkan ketersediaan nutrisi lain seperti phospat, belerang, besi dan tembaga

y y y

Memproduksi hormon tanaman Menambah bakteri dan cendawan yang menguntungkan Mengontrol hama dan penyakit tumbuhan Ada beberapa kekurangan dalam produksi PGPR ini diantaranya :

Kekonsistenan pengaruh bakteri PGPR di laboratorium dengan di lapangan kadang kadang berbeda.

Bakteri ini harus dapat diperbanyak dan diproduksi dalam bentuk yang optimum baik vialibilas maupun biologinya selama diaplikasikan di lapangan. Beberapa bakteri PGPR harus dilakukan re-inokulasi setelah diaplikasikan di lapangan seperti Rhizobia.
y Tantangan

lainnya berkaitan dengan regulasi / kebijakan suatu negara. Di

beberapa negara kontrol terhadap produksi agens antagonis ini sangat ketat. Walaupun produk tersebut tidak berefek negatif pada manusia.

Ada banyak cara untuk menambah pertumbuhan tanaman. Salah satunya adalah dengan menginokulasikan agens hayati untuk membantu tanaman dalam memperoleh unsur unsur hara yang dibutuhkan, misalnya untuk menambah nitrogen bisa diinokulasikan bakteri Rhizobium agar mampu memfiksasi nitrogen bebas. Cara inokulasi ini juga memungkinan untuk menambah manfaat nutrisi lainnya seperti menambah larutan phosphat, oksidasi belerang, melelehkan besi dan tembaga. Kandungan phosphor sangat terbatas bagi pertumbuhan tanaman. Meskipun di alam jumlahnya melimpah, tetapi masih dalam bentuk batuan yang keras, sehingga manfaat bagi tanaman sangat terbatas. PGPR mampu berperan sebagai bakteri pelarut phosphate. Kelompok bakteri PGPR ini yaitu Bacillus, Rhizobium dan Pseudomonas. Ada empat nutrisi utama yang dibutuhkan tanaman setelah N, P dan K adalah belerang (S). Unsur belerang juga tidak bisa langsung diserap oleh tanaman, tetapi harus melalui proses transformasi / oksidasi oleh bakteri sebelum diserap oleh tanaman. Kelompok bakteri yang mampu mengoksidasi belerang ini ialah kelompok bakteri yang hidup di tanah. Inokulasi pada benih tanaman yang membutuhkan unsur belerang tinggi seperti kanola, cukup berhasil menggunakan bakteriPGPR.

Perbedaan pertumbuhan benih padi varietas IR-64, setelah diinokulasikan mikroba yaitu PGPR (paling kiri), Guano (kedua dari kiri), Mix (ketiga dari kiri) dan kontrol (keempat dari kiri)

Biobakterisida adalah pestisida yang mengandung mikroorganisme seperti bakteri dan virus serta memiliki sifat patogenik terhadap bakteri patogen. Pemanfaatan biobakterisida merupakan salah satu alternatif dalam pengendalian patogen. Selain ramah terhadap lingkungan, biobakterisida juga dapat menutupi kekurangan suplai bahan aktif pestisida dan meningkatkan daya saing ekspor

produk pertanian. Beberapa bakteri yang telah banyak dikembangkan dan dimanfaatkan sebagai pengendali bakteri patogen tanaman adalah Bacillus sp., Pseudomonas fluorescens, dan Streptomyces spp. Selain sebagai agens pengendali hayati, bakteri ini juga dapat berperan sebagai pemacu pertumbuhan tanaman (Plant Growth Promoting Rhizocacteria / PGPR). Streptomyces spp. merupakan genus paling besar dari ordo

Actinomycetales yang termasuk gram positif. Genus ini kebanyakan dapat ditemukan di tanah dan tumbuhan yang membusuk. Streptomyces spp. memiliki bau khas yang dihasilkan dari metabolisme dan geosmin yang menguap. Streptomyces spp. merupakan bakteri penghuni tanah yang membentuk miselium bercabang-cabang dengan ukuran antara 0,5-2,0 m dan membentuk rantai spora pada ujung hifa udara dengan diameter 0,5-2,0 m. Streptomyces spp. bersifat aerobik, oksidatif, dan sedikit asam yang diakumulasi dalam medium. Streptomyces spp. yang berperan sebagai bakteri antagonis memiliki kemampuan menghasilkan senyawa anti mikroba. Soesanto (2008) menyatakan bahwa mekanisme penghambatan agens pengendali hayati adalah cara kerja agens pengendali hayati di dalam mengendalikan patogen tanaman. Cara kerja yang dilakukan oleh agens tersebut biasanya menggunakan hasil metabolisme sekunder, baik berupa antibiotika, toksin, enzim, atau hormon, serta tanpa melibatkan hasil metabolisme tersebut. Beberapa antibiotika yang dihasilkan Streptomyces spp. adalah metabolit sekunder (alnumisin, Phythoxazolin A dan BD), antibiotika polyene, vinilamisin, dan geldamisin. Selain menghasilkan antibiotika tersebut, Streptomyces spp. juga mampu memproduksi auksin indole3-acetid acid (IAA) yang berperan menstimulasi pertumbuhan tanaman (Milan, 2007). IAA merupakan auksin yang dihasilkan mikroba berguna dalam tanah yang diperkirakan menjadi salah satu mekanisme dalam Plant Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR). Streptomyces spp. S4 adalah bakteri dari rizosfer terung yang memiliki kemampuan antagonis cukup baik terhadap R. solanacearum secara in vitro dengan cara antibiosis dan mekanisme penghambatan secara bakteriostatik. Bakteri ini mempunyai kemampuan yang baik dalam memanfaatkan beberapa

senyawa karbon (glukosa, fruktosa, maltosa, selobiosa, sukrosa, dan trehalosa), nitrogen (histidin, prolin, dan sistein), mendegradasi makromolekul (gelatin, pati, tween 80, eskulin, dan reaksi kuning telur), mampu tumbuh pada berbagai suhu (4-45
o

C) dan kandungan garam, serta dapat tumbuh pada medium yang

mengandung kitin dan pektin. PERANAN DALAM PERTANIAN ATAU EKOSISTEM 1. Konsep Pertanian Ramah Lingkungan Mikroba berguna (effective microorganism) sebagai komponen habitat alam mempunyai peran dan fungsi penting dalam mendukung terlaksananya pertanian ramah lingkungan melalui berbagai proses, seperti dekomposisi bahan organik, mineralisasi senyawa organik, fiksasi hara, pelarut hara, nitrifikasi dan denitrifikasi. Dalam aliran .pertanian input organik., mikroba diposisikan sebagai produsen hara, tanah dianggap sebagai media biosintesis, dan hasil kerja mikroba dianggap sebagai pensuplai utama kebutuhan hara bagi tanaman. Di Amerika Serikat, mikroba tanah dipandang sangat penting, sehingga menjadi salah satu indikator dalam menentukan indeks kualitas tanah (Karlen et al. 2006). Semakin tinggi populasi mikroba tanah semakin tinggi aktivitas biokimia dalam tanah dan semakin tinggi indeks kualitas tanah. Populasi mikroba tanah yang tidak bersifat patogenik juga dianggap sebagai salah satu indikator teknologi pertanian ramah lingkungan. 2. Agens Bioremidiasi. Bioremediasi merupakan proses pembersihan (remediasi) bahan pencemar tanah dengan menggunakan aktivitas mikroorganisme. Mikroorganisme dapat menggunakan bahan pencemar sebagai sumber energi, sumber karbon atau aseptor elektron untuk metabolisme hidupnya (Alexander, 1978) 3. Meningkatkan produksi pertanian dalam hal usaha tani

III.

KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil dari pembahasan mengenai PGPR ( Plant Growth Promoting Rhizobacter ) adalah : 1. PGPR atau Plant Growth Promoting Rhizobakteri adalah sejenis bakteri yang hidup di sekitar perakaran tanaman. Bakteri tersebut hidupnya secara berkoloni menyelimuti akar tanaman. . Akar adalah sumber kehidupan, disana terjadi pertukaran udara, unsur hara, dekomposisi dll. 2. Rhizobakteria pemacu tumbuh tanaman (RPTT) adalah kelompok bakteri yang menguntungkan yang agresif menduduki (mengkolonisasi) rizosfir (bagian perakaran). Aktivitas RPTT menguntungkan bagi tanaman secara langsung (kemampuannya menyediakan dan memobilisasi atau

memfasilitasi penyerapan berbagai unsur hara dalam tanah serta mensintesis dan mengubah konsentrasi fithothormon pemacu tumbuh), sedangkan secara tidak langsung (kemampuan menekan aktivitas pathogen dengan menghasilkan berbagai senyawa atau metabolit seperti antibiotik). 3. Biobakterisida adalah pestisida yang mengandung mikroorganisme seperti bakteri dan virus serta memiliki sifat patogenik terhadap bakteri patogen. Pemanfaatan biobakterisida merupakan salah satu alternatif dalam pengendalian patogen. Selain ramah terhadap lingkungan, biobakterisida juga dapat menutupi kekurangan suplai bahan aktif pestisida dan meningkatkan daya saing ekspor produk pertanian. Beberapa bakteri yang telah banyak dikembangkan dan dimanfaatkan sebagai pengendali bakteri patogen tanaman adalah Bacillus sp., Pseudomonas fluorescens, dan Streptomyces 4. PGPR dapat meningkatkan kualitas pertumbuhan tanaman melalui produksi hormon pertumbuhan, kemampuan fiksasi N untuk peningkatan penyediaan N tanah, penghasil osmolit sebagai osmoprotektan pada kondisi cekaman kekeringan dan penghasil senyawa tertentu yang dapat membunuh patogen tanaman.

DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2010. PGPR.http://rubenbarat.blogspot.com/2010_03_01_archive.html. Diakses pada hari Minggu tanggal 12 Desember 2010 pada pukul 13.00 WIB. Khamdan Khalimi, Gusti Ngurah Alit Susanta Wirya. 2010. Pemanfaatan plant growth promoting rhizobacteria untuk biostimulants dan bioprotectants http://www.khamdankhalimin.com. Diakses pada hari Minggu tanggal 12 Desember 2010 pada pukul 16.00 WIB. Kloepper, JW 1993. Plant growth-promoting rhizobacteria as biological control agents.. Pages 255-274 in: Soil Microbial Ecology: Applications in Agricultural and Environmental Management. Millan Mc S. 2007. Promotin growth with PGPR. The Canadian Organic Grower Ramdan. 2010. http://Ramdansblog.com. Diakses pada hari Minggu tanggal 12 Desember 2010 pada pukul 13.00 WIB. Soesanto L. 2008. Pengantar Pengendalian Hayati Penyakit Tanaman. Suplemen ke Gulma dan Nematoda. PT Raja Grafindo Persada:Jakarta

Anda mungkin juga menyukai