Anda di halaman 1dari 13

Tugas:

REPRODUKSI DAN PRODUKSI BENIH IKAN


Teknik Pembenihan Kepiting Bakau

OLEH : LA ODE YUSMAN RAJAB SALIM I1A2 09 054

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN JURUSAN PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS HALUOLEO KENDARI 2011

TEKNIK PEMBENIHAN LOBSTER AIR TAWAR


A. Teknik Pengelolaan Indukan Standar induk lobster air tawar unggulan dapat dicapai dengan baik jika dilaksanakan seleksi secara individual dari populasi calon induk jantan dan betina yang telah dipeliharasecara terpisah serta dilakukan pengelolaan. Cormack (1994) menyatakan bahwa lobster air tawar yang dapat diunggulkan sebagai induk harus berumur 6-7 bulan, belum mengalami reproduksi, dan memiliki panjang total lebih dari 20 cm. Hal ini disebabkan ada korelasi positif antara jumlah telur dalam satu individu dan ukuran panjang total, yakni semakin panjang semakin banyak telur tang diperoleh dalam kondisi lingkungan yang sama. Sementara itu, dalam kegiatan domestikasi lobster air tawar alam, Balai Budidaya Air Tawar telah memberikan standar ukuran panjang total calon induk jantan dan betina lebih dari 18 cm walaupun umur setiap individu lobster belum diketahui secara pasti. Dalam pengelolaan induk lobster air tawar, kriteria yang harus diperhatikan meliputi bentuk dan ukuran wadah, tingkat kepadatan awal saat penebaran, standar kualitas air dalam dalam wadah, serta pengendalian hama dan penyakit. Dalam pengelolaan induk lobster air tawar spesies Cherax destructor dan Cherax quadricarinatus, Balai Budidaya Air Tawar menggunakan wadah fibreglass berdiameter 1 m dam akuarium berukuran 40x30x30 cm yang dilengkapi aerator dan PVC 0,5 inci sebagai alat pemasukan dan pengeluaran air.

Kandungan oksigen terlarut dalam air diupayakan hingga lebih dari 3 ppm CaCO3, kandungan amonia kurang dari 1 ppm. Sementara itu Balai Budidaya Air Tawar menggunakan wadah berupa bak besar berukuran 6x2x1 m, bak kecil berukuran 2x1x1 m, dan fibreglass berdiameter 1 m untuk mengadaptasikan induk lobster air tawar spesies Cherax sp. alam yang berasal dari Wamena. Standar kualitas air yang digunakan sama dengan standar kualitas air pada spesies asal Australia. Cormack (1994) dan Jones ( 1994) menyatakan bahwa pakan yang diberikan kepada induk lobster air tawar adalah pakan yang memiliki kandungan protein berkisar 40% dan karbohidrat 10-15%. Alasannya komposisi protein dan karbohidrat didalam pakan tersebut dapat memberikan peluang tinggi dalam memperoleh jumlah lobster yang banyak dengan kualitas telur tinggi. Dalam pengelolaan induk lobster air tawar, Balai Budidaya Air Tawar telah memberikan pakan berupa udang yang dicincang ditambah hancuran pelet komersial udang laut secara adlibitum dengan

frekuensi pemberian pakan 2 kali perhari. Untuk menghindari tingginya kematian induk akibat tingkah laku kanibal, presentasi pakan yang diberikan lebih banyak pada malam hari dibanding dengan pagi hari. B. Teknik Pemijahan Alami Hingga saat ini pemijahan lobster ini masih dilakukan secara alami. Artinya, bahan dan alat yang digunakan dalam kegiatan pemijahan dipersiapkan oleh manusia, tetapi terjadinya perkawinan antara induk jantan dan betina tergantung pada daya dukung lingkungan serta keinginan dan perilaku setiap pasangan untuk melaksanakan reproduksi, sehingga

waktunya tidak dapat ditentukan secara pasti. Ada 2 teknik yang dapat digunakan untuk melakukan pemijahan alami lobster air tawar, yakni pemijahan secara masal dan pemijahan secara individu. Dalam pemijahan masal, persiapan yang perlu dilakukan adalah menyediakan wadah perkawinan berupa bak atau fibreglass yang dilengkapi dengan instalasi, seperti plastik hitam, aerator, PVC untuk pemasukan dan pengeluaran air, dan PVC pelindung. Sementara itu, wadah yang digunakan untuk pemijahan individu adalah Aquarium ukuran 100 x 50 x 40 cm, sebanyak 3 buah, untuk pemijahan .

Setelah semua persiapan telah dilakukan, tahap kedua adalah pengisian air jernih kedalam wadah dengan ketinggian permukaan air tertentu, pemasukan udara yang berasal dari aerator dan penyeleksian induk. Standar ukuran induk jantan dan betina terseleksi yang digunakan dalam pemijahan masal antara 20-22 cm dengan perbandingan jantan dan betina 3:1 per m2 bak.

Sementara itu, induk jantan dan betina yang digunakan dalam pemijahan alami secara individu berukuran 16-18cm dengan perbandingan jantan dan betina 1:1 per akuarium.

Dalam mempersiapkan peralatan untuk pemijahan dan pembesaran burayak, perlu diperhatikan bahwa aquarium tidak boleh kena sinar matahari langsung, usahakan berada dalam suasana yang teduh dan tenang. Hal ini penting untuk merangsang lobster melakukan perkawinan, dan lobster mengerami telurnya. Sedangkan bak semen lebih baik kalau berada di luar ruangan dan dapat sinar matahari, agar tumbuh lumut dan plankton yang sangat berguna untuk pertumbuhan burayak yang dibesarkan.

Pemijahan lobster air tawar masih dilakukan secara alami, artinya kita siapkan aquarium perkawinan antara induk betina dan jantan. Dalam aquarium ukuran 100 x 50 x 40 cm, bias kita tempatkan lobster sebanyak 4 betina + 2 jantan atau 3 betina + 2 jantan. Aquarium senantiasa dilengkapi dengan aerator untuk memberi oxygen yang cukup. Atau aquarium yang dilengkapi dengan sirkulasi filter. Perkawinan biasanya dilakukan pada malam hari, dan 3 hari kemudian induk betina akan bertelur, ditandai dengan induk betina melipat erat ekornya guna melindungi telur yang menempel di sirip renangnya. Hindari ruangan yang terlalu terang dan bising, karena

lobster lebih mudah kawin di tempat yang tenang dan cenderung gelap. Letakkan pralon pvc ukuran 2,5 inci, panjang 12 cm, untuk tempat berlindung.

C. Teknik Pengeraman dan Pemijahan Teknik pengeraman dan penetasan telur lobster air tawar itu tidak terlepas dari karakteristik biologi reproduksi. Karenanya dalam persiapan wadah dan melaksanakan pengelolaannya dibutuhkan pengetahuan dan ketrampilan personal yang tinggi. Dalam perkembangan telur hingga terbentuknya juvenil, ada 3 tahapan kejadian alamiah, yakni perkembangan embrio dalam telur (pre-larva) perkembangan larva saat diasuh (larva), dan saat juvenil lepas dari abdomen (post-larva). Disamping itu kejadian alam lain yang perlu diketahui adalah tidak banyaknya aktifitas induk betina, terutama dalam mengonsumsi pakan saat mengerami telur. Berkaitan dengan fakta alam, strategi yang perlu dilaksanakan sebagai berikut. Induk yang sedang bertelur harus dipelihara secara terpisah dengan induk yang mengandung telur dan induk jantan.

Pakan yang diberikan relatif sedikit Kualitas air, terutama oksigen terlarut lebih dari 5 ppm dan fluktuasi suhu air harus rendah.Wadah harus diberi pelindung yang sesuai dengan jumlah individu. Alasan keempat hal tersebut perlu dilakukan sebagai berikut: Untuk menghindari terjadinya gangguan atau serangan dari luar yang menyebabkan gangguan fisik Menghindari peluang terjadinya kanibal Sejak embrio hingga berbentuk juvenil, lobster air tawar membutuhkan oksigen terlarut yang tinggi Agar lingkungan lebih nyaman karena pada fase embrio, nauplius, dan protozoa, juvenil memiliki karakteristik sensitivitas yang tinggi terhadap perubahan suhu air. Menghindari terjadinya saling ganggu jika pelaksanaan pengeraman hingga penetasan telur dilakukan secara masal dalam satu wadah. D. Perlakuan Terhadap LAT Yang Sedang Bertelur Lopster Air Tawar (LAT) yang sedang bertelurl dapat dijadikan satu dengan Lat betina lain yang sedang bertelur dalam satu aquarium. Apabila Lat anda perhatikan telurnya sudah berbentuk seperti juventil ( lat muda ) maka indukan yang sedang bertelur lainnya segera dipindahkan ke aquarium baru yang lain.

Selama pengeraman ekor lat akan lebih cenderung sering menutup dan melengkung menutupi telurnnya, kecuali apa bila telur sudah berbentuk juventil maka induk mulai sering membuka ekornnya.

Setelah juventil sering turun & bermain di sekitar induk, maka juventil harus segera dirontokkan dari induknnya. Untuk kemudian induk

digabungkan kembali dengan yang jantan. Selama pengeraman telur jantan dan betina jangan dicampur. Setelah perontokkan selesai, biarkan juventil pada aqurium penetasan. Pemberian makan pada juventil dapat dilakukan 2 hari sekali, makanan yang diberikan dapat berupa kutu air, plangtonnis, artemia, cacing sutra & tepung ikan atau pelet yang dihaluskan. Perhatikan kebersihan air pada juventil, agar juventil tidak mati karena amoniac yang

dihasillkan oleh sisa makanan yang mengendap. Proses terbentuknya juventil sbb: Pada minggu pertama s/d minggu keduaterlur akan berwarna orange. Pada minggu ketiga warna telur akan berubah menjadi lebih muda & terlihat agaktransparan dibagian tertentu. Disekitar telur muncul 2 titik hitam yang merupakanbakal mata juventil. Pada minggu keempat juventil muda terbentuk, namun masih sangat lemah sehingga butuh waktu 2-3hari untuk melakukan perontokkan setelah anda perhatikan juventil sering bermain diluar perut induk pertama kali E. Teknik Pemeliharaan Benih: Setelah berumur 8-15 hari, rata2 juvenil memiliki bentuk yang sama dengan induknya,

aktif dalam mencari pelindung diri dari gangguan luar, aktif mencari pakan yang berasal dari luar, dan mulai mengalami molting dalam pertumbuhannya. Teknik pemeliharaan juvenil dimulai dengan memisahkan induknya. Teknik ini dapat dilakukan dengan memindahkan induk dari tempat pengeraman dan penetasan telur atau mengembalikan induk ke bak pemijahan agar

melakukan perkawinan kembali. Sementara itu, benih yang dihasilkan juga

dipindahkan ke tempat

lain untuk dibesarkan. Burayak umur 7 - 15 hari

sebaiknya dipindahkan ke bak semen ukuran 100 x 100 x 50 cm dengan kedalaman air 25 - 30 cm dan tetap memberikan aerasi yang cukup. Letakkan juga pralon pvc ukuran 5/8 inci panjang 4 cm sebanyak 100 buah untuk tempat berlindung burayak.

Pakan yang diberikan bisa berupa cacing sutera, pelet udang ukuran D nol, dapnia beku. Disarankan untuk memberi tambahan calcium/kapur, atau menaruh batu kapur beberapa buah di aquarium atau bak pembesaran untuk menyediakan calcium yang cukup, karena sangat dibutuhkan dalam proses moulting. Dalam waktu 14 hari burayak sudah mencapai ukuran 3 cm (1 inci). Faktor- faktor yang perlu diperhatikan dalam pemeliharaan benih adalah kedalaman air, tingkat kepadatan, jenis dan ukuran pakan, kondisi lingkungan, dan pencegahan serangan penyakit. Secara ilmiah semakin tinggi ukuran organisme yang dipelihara dalam wadah, akan semakiin rendah kepadatan penebaran dan semakin tinggi kedalaman air dalam bak pemeliharaan akan semakin tinggi pula tekanan yang diberikan. Karenanya, untuk menghindari kompetisi ruang dan tingginya tekanan air, jenis wadah pemeliharaanyang dianjurkan adalah akuarium, fibreglass, atau bak

permanen dengan padat penebaran juvenile yang ideal 20-30 ekor/m2 dan kedalaman air 25 cm. Untuk memberikan sumber energi yang dapat digunakan dalam pemeliharaan serta penggantian dan penambahan sel tubuh benih lobster air tawar, jenis pakan yang digunakan adalah cacahan udang segar, hancuran pelet udang komersial, cacing sutra segar, daphnia beku, tepung kacangkacangan, dan sisikan ubi jalar. Secara ilmiah, pakan berupa cacahan udang segar, cacing sutera segar dan daphnia beku merupakan sumber protein dan lemak hewani. Sementara itu, tepung kacang- kacangan dan sisikan ubi jalar merupakan sumber protein dan karbohidrat yang berasal dari sumber nabati. Kalsium digunakan dalam pembentukan cangkang, sehingga dibutuhkan bahan pakan mengandung mineral (tepung mineral). Disamping itu, bisa juga dengan memasang batu kapur didalam wadah pemeliharaan.

DAFTAR PUSTAKA

http://budidaya-mania.blogspot.com/2011/04/pembenihan-lobster-airtawar.html http://ikanmania.wordpress.com/2008/08/03/mudahnya-budidaya-lobster-airtawar/ http://makalah-pendidikan.com/2011/pembenihan-lobster/ http://organisasi.org/tips-cara-pembenihan-budidaya-lobster-air-tawar-lat-ala fahdiansyah

Anda mungkin juga menyukai

  • UUP
    UUP
    Dokumen32 halaman
    UUP
    Yusman Btr
    Belum ada peringkat
  • NO
    NO
    Dokumen6 halaman
    NO
    Yusman Btr
    Belum ada peringkat
  • BUAT
    BUAT
    Dokumen1 halaman
    BUAT
    Yusman Btr
    Belum ada peringkat
  • A A A A A A A
    A A A A A A A
    Dokumen10 halaman
    A A A A A A A
    Yusman Btr
    Belum ada peringkat