Anda di halaman 1dari 3

BERGURU KEPADA SPERMA Oleh Muh Nahrowi

Sperma? bagi kebanyakan orang awam benda yang satu ini berkonotasi jorok dan tabu, padahal dia diciptakan Tuhan sebagai benda yang suci dan bukanlah najis. Bagi para ilmuwan, sperma adalah sebuah benda yang memiliki peran vital terhadap eksistensi mahluk hidup di muka bumi ini, sebab tanpa sperma mustahil kehidupan ini akan lengkap. Di zaman perkembangan Bio Moleculer dan Rekayasa Genetika Modern bisa saja kaum hawa menyombangkan diri untuk mengatakan tanpa sperma /laki-laki pun aku bisa punya anak hal ini tentu berkat proyek heboh dan prestisius sekaligus kontroversial yang dilakukan Prof. Ian Wilmutt dari Scotlandia yang berhasil membuat kloning ovum dengan nucleus sel payudara tanpa melibatkan sperma dan berhasil menjadi embrio hingga lahir menjadi domba dewasa. Meski punya prospek untuk diterapkan pada manusia tetapi experimen ini terbentur norma Bioetika. Nah, pada akhirnya sperma tetaplah sebagai benda yang takkan pernah terkesampingkan meski Rekayasa Genetika berkembang sepesat apapun, sebab cloning tetap memiliki kelemahan. Dari sudut pandang Biologi Sel, sperma terbentuk dari spermatogonium yang berlangsung pada tubulus seminiferus testis yang dalam proses pembelahannya menghasilkan 4 sperma dari setiap 1 spermatogonium, yang pada akhirnya akan di tampung dalam vesica seminalis dan dikeluarkan pada proses ejakulasi oleh penis. Kurang lebih 300.000.000 sperma dikeluarkan dalam sekali ejakulasi oleh seorang laki-laki. Sekian juta sperma tersebut masuk ke dalam rahim seorang wanita bersaing ketat untuk memperebutkan 1 sel ovum di tuba falopi untuk difertilisasi. Setiap sperma memiliki daya juang yang luar biasa, dengan segala kemampuan dan kekuatan yang dimiliki berlomba untuk menjadi yang pertama

sebagai pemfertilisasi sel telur, di sini pemenang cuma ada 1 tidak ada yang ke 2 atau yang ke 3 sebab fertilsasi sel telur hanya dapat dilakukan oleh satu sel sperma saja. Disinilah terjadi sebuah kompetisi yang luar biasa dahsyat, jauh lebih dahsyat dari sekedar persaingan SPMB untuk masuk perguruan tinggi yang cukup sulit, kalau dikalkulasi secara kasar rasio persaingannya paling 1: 100, jauh lebih dahsyat dari sekedar persaingan untuk tes menjadi pegawai negeri yang sangat begitu ketat dan rasio persaingannya paling 1:500, bandingkan rasio tingkat persaingan sperma untuk memperebutkan ovum 1:300.000.000. Meski persaingan sangat ketat luar biasa, tidak pernah ditemukan satupun sperma yang frustasi atau pesimis karena takut kalah bersaing apalagi mogok tidak mau bergerak untuk ikut bersaing dalam kompetisi tersebut. Apapun keadaan kekuatan yang ia miliki setiap sperma akan berjuang mati-matian untuk berjuang sebagai pemenang dan tidak peduli meskipun pada akhirnya dirinya terkapar dan kalah, karena konsekuensi dari sebuah perjuangan adalah hanya ada dua, sebagai pemenang atau pihak yang kalah. Sadarkah siapakah diri kita?. Kita adalah terbentuk dari sebuah proses kompetisi yang sangat dahsyat, kita terbentuk dari seekor sperma yang sangat hebat, seekor sperma pemenang kompetisi dari sekitar 300.000.000 sperma yang ada, yang berhasil memperebutkan 1 buah ovum untuk dibuahi. Fenomena ini tentu sudah diciptakan Tuhan sekian milyar tahun yang lalu semenjak Tuhan menciptakan mahluk hidup di muka bumi dan manusia baru mengetahui kurang lebih baru abad 18 seiring berkembangnya ilmu pengetahuan. Fenomena di atas adalah salah satu ayat qouniyah Tuhan (tanda kebesaran Tuhan yang tak tertulis) yang ditunjukka kepada kita. Setiap ayat yang membahas tentang fenomena alam bukankah Tuhan selalu mengakhiri dengan kalimat laallakum tatafakkaruun ( ini adalah pelajaran bagi

orang yang berfikir). Di satu sisi fenomena di atas adalah sebuah tamsil kehidupan yang mengandung filosofi yang sangat berharga. Betapa Tuhan menciptakan setiap kehidupan ini berawal dari sebuah kompetisi dan untuk mencapai survive setiap mahluk dalam proses menjalani kehidupannya Tuhan juga menciptakan sebuah kompetisi (struggle for life to exsist , Charles Darwin) Dalam menjalani kehidupan sebagai manusia, sadar atau tidak kadang kita berfikir pesimis sebelum melakukan sebuah pekerjaan, atau kita sering memvonis hasil dari ending suatu pekerjaan padahal kita belum mencoba sama sekali atau mengatakan tidak padahal kita belum melakukan apapun. Sadar atau tidak ketika kita dihinggapi keadaan seperti itu sesungguhnya kualitas mental kita jauh di bawah kualitas mental sperma. Hal seperti inilah biasanya juga menjadi virus yang menjadikan kita selalu menjadi pecundang dalam kompetisi kehidupan atau kalah sebelum berperang, karena pesimistis dan kata tidak akan menjadikan tersumbatnya segala potensi yang kita miliki (ESQ, Ari Ginanjar) padahal potensi diri itulah seharusnya kita gali. Sebanyak apapun kelemahan yang kita miliki Tuhan pasti juga menganugerahkan sesuatu kelebihan pada setiap diri kita dan kelebihan itulah yang harus digali untuk menghadapi sebuah kompetisi hidup. Bukankah Tuhan tidak pernah menciptakan seorang manusia yang 100% sempurna atau sebaliknya 100% lemah, setiap diri kita pasti Tuhan menganugerahkan sebuah kelebihan. Seseorang yang tidak lelah menggali potensi diri inilah biasanya akan menjadi kompetitor handal dalam hidup (The adabtable varian, Charles Darwin) dan mereka biasanya menjadi orang yang sukses dalam hidup, orang-orang yang kesuksekasannya diperoleh melalui liku-liku perjuangan panjang, mereka kebanyakan memiliki pola fikir optimis dalam memandang hidup dan tidak akan menyerah sebelum mencoba dan berikhtyar, mereka umumnya lebih cenderung berfikir bahwa sesuatu yang besar berasal dari yang kecil, setiap kesuksesan butuh perjuangan dan ketekunan (man jadda wajadda; siapa yang sungguh-sungguh maka dia akan dapat/berhasil) dan umumnya

mereka memegang prinsip bahwa Tuhan tidak merubah nasib kita apabila kita tidak berusaha untuk merubahnya sendiri ( inalloha la yughoyyiru maa biqouimin khatta yughoyyiru maa bi anfusihim; QS.Arradu : 11). Sejarah telah membuktikan bahwa keterbatasan diri tidaklah selalu menjadi barrier dalam menghadapi hidup atau sebaliknya justru menjadi pemacu untuk menjadi survive dan sukses dalam hidup, kita harus banyak belajar kepada mereka lihatlah Stevi Wonder vokalis kulit hitam yang menghipnotis dunia lewat syairnya yang menyentuh hati tentang keseteraan harkat manusia bukankah dia seorang cacat buta mata, Stepen Haking ilmuwan yang mengubah paradigma manusia tentang bagaimana Tuhan menciptakan alam semesta lewat teorinya yang termashur The Theory Everything bukankah dia seorang penderita lumpuh total dan tidak mampu berbicara dan hidupnya sangat tergantung alat bantu komputer, Thomas Alfa Edison yang memberi sumbangsih luar biasa terhadap kehidupan manusia berkat penemuannya lampu neon yang digunakan setiap hari oleh manusia di seluruh muka bumi bukankah dia dulu seoarang fakir penjual koran, Julius Caesar yang sangat disegani di daratan eropa dan belahan dunia lain bukankah dia seorang penderita epilepsi, Korun orang terkaya di dunia pada zaman Nabi Musa, bukankah dia seorang jelata yang berkat kegigihannya luar biasa menjadi seorang kaya raya sehingga namanya diabadikan dengan istilah harta karun (sisi positif Korun) Nah ketika menemukan diri kita sebagi sosok yang lemah semangat dan selalu memandang kompetisi kehidupan dengan pesimis, sadar atau tidak bahwa kita perlu banyak belajar kepada kehebatan sperma yang memiliki daya kompetisi yang sangat dahsyat yang sebenarnya ia juga sebagai bahan pembentuk diri kita sendiri. Kompetisi adalah sunnatulloh yang tak pernah lepas dari kehidupan, Tuhan Maha Tahu seberapa jauh setiap usaha yang kita lakukan, Tuhan Maha Bijaksana, tidak akan pernah tidur ketika melihat kita dipuncak kelelahan, ketika kita berada di titik nazdir dengan segala kemampuan dan kelemahan yang kita

miliki dalam berusaha dan berikhtiyar, walaupun pada akhirnya semua mahluk harus tunduk dan tak ada yang kuasa

melawan takdir-Nya dan Tuhan Maha Bijak dalam menenetukan takdir kepada setiap hambanya
( Penulis adalah pembina olimpiade sains dan instruktur ICT SMAN 2 Ngawi)

Anda mungkin juga menyukai