PENGARUH LAMA BLANCHING TERHADAP KUALITAS STIK UBIJALAR (Ipoema batatas L.) DARI TIGA VARIETAS
SUPRAPTO Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-Umbian, Kendalpayak PO. Box 66 Malang 65101
RINGKASAN
Sebagai upaya peningkatan pemanfaatan sumber pangan lokal, ubijalar merupakan komoditas yang memiliki potensi untuk dikembangkan. Untuk itu diperlukan teknologi pengolahan yang dapat memberi nilai tambah bagi komoditas ubijalar baik sebagai produk antara maupun produk olahan pangan. Stik ubijalar adalah salah satu alternatif produk olahan ubijalar yang dapat dikonsumsi sebagai makanan ringan. Produk ini porspektif untuk dikembangkan dalam skala industri pangan ditinjau dari tingkat kegemaran konsumen/masyarakat terhadap stik dari kentang.Untuk itu dilakukan percobaan yang bertujuan untuk mengetahui kualitas stik ubijalar dari tiga varietas (Sukuh, Sewu, Kinta) di blanching selama 0 menit (kontrol);2,5 menit; 5 menit; 7,5 menit dan 10 menit. Selanjutnya dilakukan analilis fisik, kimia dan organoleptik terhadap stik ubijalar yang dihasilkan.Hasil penulisan menunjukkan bahwa terjadi interaksi antara perlakuan varietas dengan lama blanching yang berpengaruh terhadap kadar pati, kadar gula reduksi, daya patah, warna, dan kerenyahan dari stik ubijalar. Stik yang diperoleh dari perlakuan varietas Kinta dengan lama blanching 7,5 menit menunjukkan sifat-sifat fisik, kimia, yang paling baik, dikuti perlakuan terbaik kedua pada varietas Sewu dengan lama blanching 10 menit, dan perlakuan terbaik ketiga pada varietas Sukuh dengan lama blanching 10 menit. Perlakuan blanching 7,5 10 menit dapat disarankan untuk menghasilkan stik ubijalar dengan kualitas yang diharapkan.
Kata kunci ; Ipomoea batatas,Varietas,kualitas stik,blanching.
220
Ubijalar kaya akan karbohidrat serta kalori sehingga berpotensi sebagai bahan makanan pengganti makanan pokok serta bahan baku industri pangan maupun non pangan. Sebagian besar masyarakat mengkonsumsi ubijalar dalam bentuk hasil rebus atau goreng, tetapi dalam pengembangannya ubijalar dapat dibuat produk antara (tepung, pati dan sawut kering) ataupun produk olahan (camilan atau snack). Makanan ringan (camilan atau snack) cukup digemari di kalangan masyarakat, sehingga dicoba untuk membuat produk olahan berupa stik ubijalar yang dapat memberikan nilai tambah bagi komoditas ubijalar serta memperluas pemanfaatannya. Permasalahan yang timbul pada produk olahan ini ialah adanya proses pencoklatan (browning) ketika ubi dikupas. Getah yang banyak pada kulit sebagai sumber enzim phenolase yang menyebabkan reaksi browning bila terjadi luka (William dkk.,1982). Selain proses pencoklatan, kandungan gula yang tinggi pada ubijalar dapat menyebabkan warna gelap pada produk stik yang dihasilkan, sehingga warna produk kurang menarik Oleh karena itu dalam penulisan ini dilakukan pengkajian terhadap lama blanching dan varietas ubijalar yang sesuai untuk produk stik supaya diperoleh produk stik ubijalar dengan kualitas tinggi. Produk olahan seperti stik ubijalar, maupun produk antara yang bersifat kering dan memiliki daya simpan yang tinggi akan lebih menguntungkan serta dapat mengurangi kerugian akibat kerusakan yang timbul pada produk ubijalar segar. Diharapkan produk olahan stik ubijalar dengan kualitas yang baik dapat memberikan nilai tambah serta perbaikan teknologi pengolahan bagi pemanfaatan ubijalar yang nantinya dapat memberikan keuntungan bagi petani ubijalar ataupun industri kecil untuk produk olahan yang berbahan baku ubijalar. Tujuan penulisan ini ialah untuk mengetahui pengaruh varietas dan lama blanching terhadap kualitas stik ubijalar
Metode Percobaan
Pada percobaan ini digunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial yang terdiri dari dari dua faktor dengan tiga ulangan. Faktor pertama adalah varietas ubijalar (V) terdiri dari tiga level yaitu: 1) V1 ubijalar putih (Sukuh); 2) V2 ubijalar kuning (Sewu); dan 3) V3 ubijalar ungu (Kinta). Faktor kedua adalah lama blanching (T) yang terdiri dari lima level yaitu: 1) T0: 0 (nol) menit; 2) T1: 2,5 menit; 3) T4: 5 menit; 4) T3: 7,5 menit; dan 5) T4: 10 menit , sehingga dari dua faktor tersebut diperoleh 15 (lima belas) kombinasi perlakuan.
Parameter Pengamatan
Pada bahan mentah (ubijalar) dilakukan pengamatan sifat kimia yang meliputi: kadar air, kadar abu, kadar gula reduksi, pati, dan kadar serat kasar, sedang sifat fisik ialah pengamatan warna daging umbi.
221
Pengamatan terhadap stik ubijalar dilakukan dalam dua bentuk pengamatan yakni secara kimiawi dan secara organoleptik. Pengamatan secara kimia meliputi : kadar air, kadar abu, kadar gula reduksi, kadar serat kasar, dan kadar pati. Pengamatan organoleptik meliputi : warna, rasa, dan kerenyahan.
2. Pengupasan
Pengupasan ialah untuk menghilangkan kulit yang melekat pada daging umbi
4. Perajangan
Perajangan bertujuan untuk memperkecil ukuran bahan. Bentuk stik memanjang dengan ketebalan 0,5 cm dan panjang 5 cm
6. Blanching
Blanching dilakukan sebagai pemanasan pendahuluan yang dilakukan dengan perebusan dalam air mendidih. Tujuannya ialah menginaktifkan enzim, serta memberikan pengaruh yang baik terhadap kualitas produk akhir (stik ubijalar)
7. Penirisan
Penirisan bertujuan untuk mengurangi kadar air yang ada pada bahan sebelum digoreng, karena semakain tinggi kadar air akan menyebabkan waktu penggorengan yang lebih lama
222
8. Penggorengan
Penggorengan bertujuan untuk memasak produk mentah menjadi produk jadi (siap santap) dengan menggunakan lemak atau minyak pangan.
Perajangan/pengirisan Perendaman dengan Na-metabisulfit 2 gr/liter 15 menit Suhu 85o C Blanching Waktu : 0 menit 2,5 menit 5 menit 7,5 menit 10 menit
Penirisan
Penggorengan suhu 120o C 15 menit
223
1. 2. 3.
Pada Tabel 1. menunjukkan bahwa kadar air tertinggi terdapat pada varietas Kinta sebesar 74,08 %, sedang kadar air terendah terdapat pada varietas Sukuh sebesar 68,93 %. Kadar air umbi ternyata mempengaruhi rendemen stik ubijalar yamg dihasilkan. Dari perhitungan diperoleh rendemen tertinggi pada varietas Sukuh sebesar 48,68 %. Hal ini dikarenakan varietas Sukuh mempunyai kadar air yang rendah sehingga nilai bahan keringnya tinggi, yang berarti semakin tinggi pula rendeman yang dihasilkan. Adapun rendemen stik ubijalar untuk varietas Sewu sebesar 33,33 %, sedang varietas Kinta sebesar 21,74 %.
Kadar Abu
Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak terjadi interaksi antara perlakuan varietas dan lama blanching terhadap kadar abu stik ubijalar. Baik perlakuan varietas maupun lama blanching berbeda nyata terhadap kadar abu stik ubijalar yang dihasilkan. Kadar abu paling tinggi terdapat pada perlakuan varietas Sewu sebesar 2,22 %, sedang paling rendah terdapat pada perlakuan varietas Sukuh sebesar 1,92 %. Pada perlakuan lama blanching, kadar abu tertinggi pada perlakuan tanpa blanching sebesar 2,8 % dan terendah pada perlakuan blanching 10 menit sebesar 1,73 %. Penurunan kadar abu ini disebabkan pada saat blanching dan perendaman sebagian mineral yang terkandung dalam ubijalar larut dalam air. Namun bila dibandingkan dengan kadar abu umbi segarnya, penurunan ini relatip kecil. Susanto (1994) mengungkapkan bahwa kadar abu tidak
224
terpengaruh oleh perlakuan fisik maupun kimia dan hanya hilang sekitar 3 % bagian dari proses pemasakan bahan pangan. Abu adalah mineral yang terdapat dalam suatu bahan yang dapat merupaka dua macam garam, yakni garam organik (garam-garam asam malat, oksalat, asetat, pektat) dan garam anorganik (garam-garam fosfat, karbonat, klorida, dan sulfat),/ (Sudarmadji, dkk ,1984).
Kadar Pati
Pada analisis kadar pati terjadi interaksi yang nyata antara perlakuan lama blanching dan varietas terhadap kadar pati stik ubijalar. Kadar pati tertinggi terdapat pada perlakuan varietas Kinta tanpa blanching sebesar 47,78 %, dan terendah pada perlakuan varietas Sewu dengan lama blanching 2,5 menit sebesar 25,51 %. Terdapat kecenderungan kadar pati yang semakin menurun dengan penambahan waktu blanching pada ketiga varietas Karena semakin banyak pati yang larut dalam air panas selama proses blanching,
225
cenderung meningkatkan kekerasan stik ubijalar karena pati mengalami peristiwa gelatinisasi pada saat blanching.
Daya Patah
Terjadi interaksi yang nyata antara perlakuan varietas dan lama blanching terhadap daya patah stik ubijalar. Perlakuan varietas tidak berpengaruh nyata sedang perlakuan lama blanching berpengaruh nyata terhadap daya patah stik ubijalar. Daya patah stik ubijalar tertinggi didapat pada perlakuan Varietas Sewu dengan lama blanching 7,5 menit sebesar 125,1 N/m, dan daya patah terendah didapat pada perlakuan varietas Sukuh dengan lama blanching 7,5 menit sebesar 46,7 N/m (Tabel 2). Blanching menurunkan daya patah karena peristiwa gelatinisasi akan membentuk tekstur yang kokoh. Hal ini mengakibatkan stik menjadi tahan terhadap tekanan/tarikan, sehingga daya patah semakin turun. Perbedaan daya patah antar varietas dapat juga disebabkan oleh perbedaan kadar amilosanya.
Varietas Sukuh
Sewu
Kinta
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji Duncans pada taraf 5%.
226
Warna
Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak terjadi interaksi antara varietas dan lama blanching terhadap warna dari stik ubijalar. Perlakuan varietas maupun lama blanching masing-masing pengaruh nyata terhadap skor warna stik ubijalar. Rerata skor warna semakin meningkat dengan semakin lamanya waktu blanching yang diberikan. Perlakuan lama blanching 10 menit memiliki nilai tertinggi sebesar 3,6 dan panelis menyukai stik ubijalar dengan blanching 10 menit sebab warna tetap cerah. Perlakuan varietas nilai skor tertinggi pada perlakuan Varietas Kinta sebesar 3,4, sedang nilai skor terendah terdapat pada varietas Sukuh sebesar 2,9. Hal ini disebabkan warna varietas Kinta yang ungu sehingga lebih menarik dan lebih disukai panelis dibanding dua varietas lainnya. Sebenarnya pada tiap perlakuan masing-masing ubijalar mengalami reaksi browning (karamelisasi), namun pada varietas Kinta tidak begitu kelihatan sehingga warna produk dari varietas ini lebih disukai.
Kerenyahan
Hasil analisis menunjukkan bahwa terjadi interaksi antara perlakuan varietas dan lama blanching terhadap kerenyahan stik ubijalar. Perlakuan varietas berpengaruh nyata, sedang perlakuan lama blanching tidak berpengaruh nyata terhadap kerenyahan stik. Skor kerenyahan tertinggi terdapat pada perlakuan varietas Kinta dengan lama blanching 7,5 menit sebesar 4,6, sedang terendah terdapat pada perlakuan varietas Sukuh dengan lama blanching 10 menit sebesar 2,4. Hal ini dikarenakan varietas Sukuh memiliki kadar air terendah daripada kedua varietas lainnya. Menurut Evawati (1997), kerenyahan suatu produk berkaitan erat dengan kadar air yang dikandung pada bahan. Adanya sejumlah air dalam rongga-rongga antar sel akan dapat menurunkan kerenyahan pada produk. Didukung pula oleh Maltz (1984), yang menyatakan komposisi dari produk terutama kadar air sangat menentukan sifat kerenyahan dari produk. Semakin rendah kadar air produk yang dihasilkan akan semakin renyah.
227
KESIMPULAN
Kualitas stik ubijalar dari tiga varietas dengan lama blanching 7,5 10 menit memberikan hasil yang baik dan disukai panelis, berarti produk ini memenuhi standar untuk dikonsumsi oleh masyarakat/konsumen jika nantinya diolah dalam suatu skala industri, yang diharapkan dapat menguntungkan industri pengolah maupun petani ubijalar. Ditinjau dari sifat fisik, kimia, dan sensoris stik ubijalar yang dihasilkan, perlakuan varietas Kinta dengan lama blanching 7,5 menit memberi hasil yang paling baik, diikuti varietas Sewu dengan lama blanching 10 menit, dan varietas Sukuh dengan lama blanching 10 menit. Stik dari varietas Kinta disukai oleh panelis, terutama warna, rasa, kerenyahannya. Perlakuan blanching 7,510 menit dinilai cukup untuk menghasilkan stik ubijalar yang kualitasnya dapat diterima konsumen.
DAFTAR PUSTAKA
Antarlina, S.S. 1997. Karakterostik Ubijalar Sebagai Bahan Tepung Dalam Pembuatan Kue Cake. Dalam S. Budijanto, F. Zakaria, R. Dewanti Haryadi, B. Satia Wiharja (eds). Prosiding Seminar Nasional Tek. Pangan. Denpasar, 16-17 Juli 1997. PATPI - Menpangan RI hal. 188 - 204. Evawati. A. A. 1997. Mempelajari Pembuatan Kripik Ubijalar (Manihot esculenta): Kajian dari cara dan Lama Gelatinisasi serta Analisis Finansialnya. Jurusan Teknologi Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya. Malang. FAOSTAT. 2001. Statistical data base of food balance sheet. www.fao.org. Maltz. S. A. 1984. Food Texture. The Avi Publishing Co Inc. Westport, Connecticut Snack Technology. Muchtadi. D. T. R. dan Gumbira. E. 1987. Teknologi Pemasakan Ekstraksi. Pusat Antar Universitas Bogor. Sudarmadji. S. H. dan Suhardi. 1984. Prosedur Analisa untuk bahan Makanan dan Pertanian. (Edisi ketiga). Liberty. Yogyakarta. Suismono. 1995. Kajian Teknologi Pembuatan Tepung Ubijalar dan Manfaatnya untuk Produk Ekstruksi Mie Basah. Thesis S-2. Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Susanto. T. 1994. Teknologi Pengolahan Hasil Pertanian. Bina Ilmu. Surabaya. Utomo. J. S. dan V. D. Mariane. 1990. Intregation of Nutrition Related Components In The Malang Research Institute for Food Crops Consumer Acceptability of Cassava Exploratory Study. Post Harvest. Mariep. Malang. William. M. and Wolter B. S. 1982. Effect of Lye Delling Condition on sweet Potato Tissue. Journal of Food Science. Vol. 47(3) Pg. 813-817.
228