Zaman
Ide
Tingkah Laku Raja Mulawarman menurut prasasti Yupa mengadakan kenduri dan memberi sedekah
Hasil Karya
Prasasti (yang kepada Brahmana, dan para berupa 7 yupa / Brahmana membangun yupa tiang batu) yang itu sbg tanda terima kasih raja Menampilkan yg dermawan. Masyarakat nilai-nilai social KUTAI politik dan sejarah Indonesia pertama ketuhanan. kalinya ini menampilkan Aswawarman nilai-nilai social politik, dan keturunan dari ketuhanan dalam bentuk Kudungga. kerajaan, kenduri, serta sedekah kepada para Brahmana. Kerajaan Maritim yang mengandalkan SRIWIJAYA kekuatan lautnya. Dan bersifat kesatuan. banyak terjadi, maka kerajaan ini berinisiatif mempersatukan Melayu kuno dan huruf Pallawa. Ada 3 hal pokok: Perdagangan. Karena zaman ini perdagangan Prasasti Kedukan Bukit dalam bahasa keturunan raja Kutai yang membuka zaman Mulawarman bahwa raja menunjukkan
perdagangan dengan pedagang pengrajin dan pegawai raja yang disebut Tuha An Vatakvurah sebagai pengawas dan pengumpul semacam koperasi sehingga rakyat mudah memasarkan barang dagangannya. Pemerintahan. Dalam system pemerintahannya terdapat pegawai pengurus pajak, harta benda kerajaan, rohaniawan yang menjadi pengawas teknis pembangunan gedunggedung dan patung suci sehingga pada saat itu kerajaan dalam menjalankan system negaranya tidak dapat
dilepaskan dengan nilai ketuhanan. Pengembangan agama dan kebudayaan. Agama dan kebudayaan dikembangakan dengan mendirikan universitas agama Buddha yang sangat terkenal di Asia. Demikian pula Cita-cita kesejahteraan bersama dalam suatu Negara tercermin pada kerajaan ini. Kerajaan-kerajaan sebelum Majapahit. Kalingga (abad Ke VII) Dinasti Syailendra (abad ke VII) Sanjaya (abad ke Nilai kebersamaan dan kekeluargaan. Semangat kegotongroyongan mulai nampak. Adanya sikap Sanjaya pada abad ke VIII yang ikut membantu membangun candi Kalasan untuk Dewa Tara dan sebuah vihara untuk pendeta Budha yang didirikan di Jawa Tengah bersama dengan dinasti Syailendra (abad ke VII Bangunanbangunan yang dibangun kerajaankerajaan di sekitar Jawa Tengah : Candi Kalasan yang dibangun untuk Dewa Tara.
VIII) Kerajaankerajaan Isana (abad ke IX) Darmawangsa (abad ke X) Airlangga (abad ke XI) Singasari (abad ke XIII)
toleransi dalam beragama. Adanya nilainilai kemanusiaan yang ditunjukkan oleh raja Airlangga. Untuk menghasilkan keputusan, diadakan musyawarah, yang menunjukkan penerapan nilai-nilai sila keempat. Prioritas untuk mewujudkan
dan IX). Pembuatan bangunan keagamaan dan asrama oleh Raja Airlangga, dan raja ini juga memiliki sikap toleransi dalam beragama. Dan agamaagama yang diakui oleh kerajaan saat itu (agama Budha, agama Wisnu dan agama Syiwa) dapat hidup berdampingan. Menurut prasasti Kelagen, Raja Airlangga telah mengadakan hubungan dagang dan bekerja sama dengan Benggala, Chola dan Champa, hal ini menunjukkan nilai-nilai kemanusiaan. Airlangga mengalami penggemblengan lahir dan
Sebuah Vihara di Jawa tengah untuk pendeta Budha. Candi Borobudur (candi agama Budha). Candi Prambanan (candi agama Hindu). Bangunan keagamaan dan asrama yang dibangun Raja Airlangga. Prasasti Kelagen
batin di hutan dan tahun 1019 para pengikutnya (rakyat dan para Brahmana bermusyawarah dan memutuskan untuk memohon Airlangga menjadi raja dan meneruskan tradisi istana. Pada tahun 1037, Raja Airlangga memerintahkan membuat tanggul dan waduk demi kesejahteraan pertanian rakyat. Pada masa ini toleransi positif dalam bidang agama Kitab Negarakertagam a karangan Empu Prapanca. Dalam kitab tersebut terdapat istilah Pancasila. Buku Sutasoma
Pandangandijunjung tinggi karena pandangan hidup adanya realitas kehidupan dan kefilsafatan MAJAPAHIT yang tertuang agama Hindu dan Buddha, dalam kitab,buku bahkan salah satu bawahan maupun seloka kekuasaannya yaitu Pasai yang justru memeluk agama agama pada saat itu yaitu
Islam. Selain itu, kerajaan ini mengadakan hubungan bertetangga dengan baik dengan kerajaan Tiongkok, Ayodya, Champa dan Kamboja. Nilasi-nilai musyawarah mufakat pun mulai tampak.
karangan Empu Tantular. Terdapat seloka Bhinneka Tunggal Ika. Sumpah Palapa yang berisi citacita mempersatukan seluruh Nusantara Raya. Prasasti Brumbung
Perlawanan Bangasa Indonesia terhadap Penjajah terpencar-pencar dan tidak Strategi-strategi memiliki koordinasi sehingga PERGERAKAN KEMERDEKAAN perlawanan untuk banyak menimbulkan korban merebut bagi anak-anak bangsa. kemerdekaan. Melihat praktek-praktek penjajahan Belanda tersebut maka meledaklah perlawanan
Dalam masa penjajahan Belanda, hasil karya masih berupa strategi perang kemudian munculah organisasiorganisasi
rakyat di berbagai nusantara antara lain Patimura di Maluku (1817), Baharudin (1819), Imam Bonjol di Minangkabau (1821-1837), Pangeran Diponegoro di Jawa Tengah (1825-1830) dan lainlain. Dorongan akan cinta tanah air menimbulkan semangat untuk melawan penindasan dari bangsa Belanda.
pergerakan nasional Pada masa kebangkitan Nasional seperti Serikat Dagang Islam SDI(1909), Serikat Islam (1911) dan lainlain sampai akhirnya muncul Sumpah Pemuda dan lagu Indonesia Raya.
Usaha-usaha Mengadakan sidang-sidang MASA KEMERDEKAAN untuk dalam membentuk struktur mempertahankan kenegaraan. kemerdekaan
Kesimpulan Berdasarkan penulusuran nilai-nilai budaya bangsa dari masa ke masa tersebut, dapat dilihat bahwa Pancasila yang merupakan dasar negara Republik Indonesia, sebelum disahkan pada tanggal 18 Agustus 1945 pada rapat PPKI, nilai-nilainya sudah ada sejak dulu kala sebelum bangsa Indonesia mendirikan negara. Nilai-nilai tersebut lahir dari cara hidup sehari-hari masyarakat pada waktu itu, yang akhirnya menjadi sebuah budaya, adat-istiadat serta nilai-nilai religius yang berakar kuat dalam masyarakat. Nilai tersebut karena telah melekat dan berakar kuat dalam kehidupan sehari-hari masyarakat, maka nilai itu pun teramalkan dalam kehidupan sehari-hari sebagai pandangan hidup, sehingga materi yang berupa nilai-nilai tersebut tidak lain adalah dari bangsa Indonesia sendiri, sehingga bangsa Indonesia adalah kausa materialis Pancasila. (Kaelan, 2004) Nilai-nilai yang tersebut pun kemudian diangkat dan dirumuskan secara formal oleh para pendiri negara sebagai dasar filsafat negara, yang prosesnya dilakukan selama sidang BPUPKI pertama, sidang panitia 9, sidang BPUPKI kedua, sampai akhirnya disahkan secara yuridis sebagai dasar filsafat negara Republik Indonesia. Maka untuk memahami Pancasila secara lengkap dan utuh dalam kaitannya dengan jati diri bangsa Indonesia, diperlukan pemahaman sejarah perjuangan bangsa Indonesia untuk membentuk suatu negara yang berdasarkan asas hidup bersama demi kesejahteraan hidup bersama, yaitu negara yang berdasarkan Pancasila. Selain itu, secara epistemologis, bahwa Pancasila selain sebagai dasar negara Republik Indonesia juga sebagai pandangan hidup bangsa,
jiwa dan kepribadian bangsa serta sebagai perjanjian seluruh bangsa Indonesia pada waktu mendirikan negara. (Kaelan, 2004)
10