Anda di halaman 1dari 25

Hutan-hutan banyak ditebangi baik yang dikonversi maupun terkonversi menjadi areal pertanian tanaman pangan, padang rumput,

perkebunan, atau daerah pemukiman.

Pertambahan lahan terdegradasi di Indonesia semakin meningkat, hal ini ditandai dengan jumlah luas hutan yang semakin menurun. Eksploitasi terhadap sumberdaya lahan semakin intensif, tanpa diikuti dengan tindakan rehabilitasi dan pelestarian.

Lahan kritis

Peningkatan luas lahan kritis merupakan kesatuan yang bersifat simultan antara kondisi biofisik, sosial ekonomi dan budaya yang berkaitan dengan pemanfatan lahan sebagai faktor produksi utama, serta penerapan kebijakan yang kurang mempertimbangkan kelestarian.

Permasalahan yang dihadapi dalam pengelolahan lahan kritis dan tata air di wilayah ini adalah menyeimbangkan perlindungan dan pelestarian sumberdaya tanah dan air yang terbatas dengan semakin meningkatnya kebutuhan manusia.

Diperlukan suatu model pengelolaan yang ramah lingkungan, disamping itu dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat yang berkelanjutan baik secara ekologis, ekonomi, dan sosial.

Merupakan nama kolektif bagi sistemsistem dan teknologi penggunaan lahan dimana tumbuhan berkayu tahunan (pohon, semak, palem, bamboo, dll) dan tanaman pangan semusim dan/atau hewan ternak diusahakan pada unit lahan yang sama dalam beberapa bentuk pengaturan ruang dan waktu (Nair, 1993).

Meningkatkan produktivitas lahan Mencegah perluasan tanah terdegradasi Melestarikan sumberdaya hutan Meningkatkan mutu pertanian serta menyempurnakan intensifikasi dan diversifikasi silvikultur

Agroforestri dikelompokkan menjadi dua sistem (De Foresta dan Michon (1997),
Sistem agroforestri sederhana (tumpang sari) Sistem agroforestri kompleks

suatu sistem pertanian di mana pepohonan ditanam secara tumpang-sari dengan satu atau lebih jenis tanaman semusim Jenis-jenis pohon yang ditanam juga sangat beragam, bisa yang bernilai ekonomi tinggi misalnya kelapa, karet, cengkeh, kopi, kakao (coklat), nangka, belinjo, petai, jati dan mahoni atau yang bernilai ekonomi rendah seperti dadap, lamtoro dan kaliandra. Jenis tanaman semusim biasanya berkisar pada tanaman pangan yaitu padi (gogo), jagung, kedelai, kacangkacangan, ubi kayu, sayur-mayur dan rerumputan atau jenis-jenis tanaman lainnya

Pada tahun 1974 Perum Perhutani menawarkan kepada petani program tumpangsari dan setiap petani yang mengikuti program ini berhak mengelola tanah seluas 0.5 ha Sistem ini terus berlangsung sampai tanaman pinus berumur 5 tahun, kemudian karena pertumbuhan mahoni kurang baik Perhutani menawarkan kepada masyarakat untuk menanam kopi diantara tanaman pinus, asalkan keamanan dan perawatan pohon pinus tetap terjaga hasil penjualan biji kopi dibagi antara petani dan Perhutani, 2/3 hasil untuk petani dan 1/3 untuk Perhutani Penyadapan getah pinus dilakukan bila pinus telah berumur sekitar 20 tahun, penyadapan dilakukan oleh petani dan hasil sadapan dibeli Perhutani seharga Rp 1000 per kg (harga saat ini, Januari 2002). Hasil timber tetap menjadi milik Perhutani Contoh kasus ini memberikan ilustrasi bahwa keberhasilan program konservasi alam ini sangat ditentukan oleh keterlibatan dan terjaminnya kesejahteraan masyarakat setempat.

Curah hujan 2000-3000 mm/tahun pH 5,5-6,5 Elevasi 800-1500 m dpl

penebangan dan pembakaran hutan atau semak belukar yang kemudian ditanami dengan tanaman semusim selama beberapa tahun (fase kebun). (Gambar).

Pada fase ke dua pohon buah-buahan (durian, rambutan, pepaya, pisang) ditanam secara tumpang sari dengan tanaman semusim (fase kebun campuran).

Pada fase ketiga beberapa tanaman asal hutan yang bermanfaat dibiarkan tumbuh sehingga terbentuk pola kombinasi tanaman asli setempat misalnya bambu, pepohonan penghasil kayu lainnya dengan pohon buah-buahan (fase talun).

Pada fase ini tanaman semusim yang tumbuh di bawahnya amat terbatas karena banyaknya naungan. Fase perpaduan berbagai jenis pohon ini sering disebut dengan fase talun.

suatu sistem pertanian menetap yang melibatkan banyak jenis tanaman pohon (berbasis pohon) baik sengaja ditanam maupun yang tumbuh secara alami pada sebidang lahan dan dikelola petani mengikuti pola tanam dan ekosistem menyerupai hutan Penciri utama dari sistem agroforestri kompleks ini adalah kenampakan fisik dan dinamika di dalamnya yang mirip dengan ekosistem hutan alam baik hutan primer maupun hutan sekunder, oleh karena itu sistem ini dapat pula disebut sebagai Agroforestri Berdasarkan jaraknya terhadap tempat tinggal, sistim agroforestri kompleks ini dibedakan menjadi dua, yaitu kebun atau pekarangan berbasis pohon (home garden) yang letaknya di sekitar tempat tinggal dan agroforestri, yang biasanya disebut hutan yang letaknya jauh dari tempat tinggal (De Foresta, 2000).

Dibandingkan sistem agroforestri sederhana, struktur dan penampilan fisik agroforestri yang mirip dengan hutan alam merupakan suatu keunggulan dari sudut pandang pelestarian Lingkungan. Pada kedua sistem agroforestri tersebut, sumberdaya air dan tanah dilindungi dan dimanfaatkan. Kelebihan agroforestri terletak pada pelestarian sebagian besar keaneka-ragaman flora dan fauna asal hutan alam.

Kehutanan Pertanian Peternakan


1. Agrisilvikultur = Kombinasi antara komponen atau kegiatan kehutanan (pepohonan, perdu, palem, bambu, dll.) dengan komponen pertanian. 2. Silvopastura = Kombinasi antara komponen atau kegiatan kehutanan dengan peternakan. 3. Agrosilvopastura = Kombinasi antara komponen atau kegiatan pertanian dengan kehutanan dan peternakan/hewan. 4. Silvofishery = kombinasi antara komponen atau kegiatan kehutanan dengan perikanan.

1. Pemilihan jenis pohon Agroforestry, 2. Pergiliran tanaman dalam sistem Agroforestry, 3. Perbaikan kesuburan tanah oleh Agroforestry

Dikenal istilah Domestikasi Pohon Domestikasi pohon agroforestri adalah usaha percepatan dan evolusi yang dipengaruhi oleh manusia yang membawa jenis-jenis tertentu ditanam secara luas melalui kebutuhan petani atau proses arahan Domestikasi pohon meliputi serangkaian kegiatan-kegiatan eksplorasi dan pengumpulan populasi genetik alam atau antropogenik, evaluasi dan seleksi jenis dan provenan yang sesuai, pengembangan teknik pengelolaan, pemanfaatan dan pemasaran hasi pohon dan pembangunan dan penyebaran informasi teknis (Suryanto et al, 2005) Peningkatan produktivitas sistem agroforestry dapat dilakukan melalui diversifikasi hasil dari komponen yang bermanfaat, dan menurunkan jumlah masukan atau biaya produksi. contoh : penggunaan pupuk hijau sebagai pengganti pupuk nitrogen dengan menanam tumbuhan yang mampu menambat Nitrogen bebas di udara (Acacia auriculiform, Acacia mangium, Paraserianthes falcataria,dll)

Pola Kombinasi tanaman kehutanan dan pertanian sistem agroforestry harus memperhatikan ketersediaan hara dalam tanah terutama dari segi pemilihan jenis dan pergiliran tanaman pertanian. Agar tanah tidak terkuras unsur hara maka perlu dibuat pergiliran tanaman pertanian yang dikombinasikan dengan tanaman kehutanan. Setelah beberapa kali penanaman dan panen tanaman pertanian perlu digantikan dengan tanaman kacang-kacangan yang termasuk dalam jenis leguminosae

Pensuplai N tersedia bagi akar tanaman semusim, baik melalui pelapukan akar yang mati selama pertumbuhan maupun melalui fiksasi N-bebas dari udara (untuk tanaman Legume). Akar pohon menyerap hara di lapisan atas dengan jalan berkompetisi dengan tanaman semusim, sehingga mengurangi pencucian (leaching)unsure N dan lainnya ke lapisan yang lebih dalam. Namun pada batas tertentu kompetisi ini akan merugikan tanaman semusim. Akar pohon berperan sebagai jaring penyelamat hara yaitu dengan menyerap unsure N dan lainnya yang tercuci (leaching) ke lapisan bawah selama musim pertumbuhan. Unsure hara N dikembalikan lagi ke permukaan tanah yang terkandung dalam serasah dari guguran daun dan ranting tanaman pohon yang telah melapuk

Akar pohon berperan sebagai pemompa hara terutama pada tanah-tanah subur dengan menyerap hara hasil pelapukan mineral/batuan pada lapisan bawah. Namun hal ini masih bersofat hipotesis, masih perlu penelitian lebih lanjut Mempertahankan kandungan bahan organic tanah dan memperbaiki struktur tanah, sehingga dapat mengurangi bahaya erosi (dalam jangka panjang). Akar-akar yang telah membusuk akan menetralisir keracunan Al pada lapisan yang lebih dalam, sehingga akar tanaman lain dapat tumbuh mengikuti bekas lubang tanam akar tersebut.

memiliki stabilitas ekologi yang tinggi, karena agroforestri memiliki:


Multi-jenis, artinya memiliki keanekaragaman hayati yang lebih banyak atau memiliki rantai makanan/energi yang lebih lengkap Multi-strata tajuk dapat menciptakan iklim mikro dan konservasi tanah dan air yang lebih baik. Selain itu, dengan adanya kombinasi pohon dan tanaman semusim dapat mengurangi serangan hama dan penyakit Kesinambungan vegetasi, sehingga tidak pernah terjadi keterbukaan permukaan tanah yang ekstrim, yang merusak keseimbangan ekologinya Penggunaan bentang lahan secara efisien. Pada suatu lahan, kemungkinan terdapat 'relung' (niches) yang beragam tergantung pada kesuburan tanah, kemiringan lereng, kerentanan terhadap erosi, ketersediaan air, dsb.

memberi kesejahteraan kepada petani relatif lebih tinggi dan berkesinambungan, karena agroforestri memiliki:

Tanaman yang ditanam lebih beragam, yang biasanya dipilih jenis-jenis tanaman yang mempunyai nilai komersial dengan potensi pasar yang besar. Keragaman atau diversifikasi jenis hasil ini akan meningkatkan ketahanan terhadap fluktuasi harga dan jumlah permintaan pasar. Jadi sebenarnya dengan sistem ini petani telah menebar risiko, dengan jalan tidak 'meletakkan semua telur unggasnya dalam satu sarang' (do not put all eggs in one basket). Selanjutnya, dengan diperolehnya jenis hasil yang beragam dan berkesinambungan ini akan menjamin pendapatan petani lebih merata sepanjang tahun. Kebutuhan investasi yang relatif rendah, atau mungkin dapat dilakukan secara bertahap.

berhubungan dengan kesesuaian (adoptibility) yang tinggi dengan kondisi pengetahuan, ketrampilan dan sikap budaya masyarakat petani. Hal ini karena agroforestri memiliki:

Teknologi yang fleksibel, dapat dilaksanakan mulai dari sangat intensif untuk masyarakat yang sudah maju, sampai kurang intensif untuk masyarakat yang masih tradisional dan subsisten Kebutuhan input, proses pengelolaan sampai jenis hasil agroforestri umumnya sudah sangat dikenal dan biasa dipergunakan oleh masyarakat setempat Filosofi budidaya yang efisien, yakni memperoleh hasil yang relatif besar dengan biaya atau pengorbanan yang relatif kecil.

Dapat memenuhi hasrat politik masyarakat luas dan kepentingan bangsa secara keseluruhan, yakni: Agroforestri dapat dan sangat cocok dilakukan oleh masyarakat luas adanya pemerataan kesempatan usaha, serta menciptakan struktur supply yang lebih kompetitif. Dapat meredakan ketegangan atau konflik politik, yang selama ini terus memanas akibat ketimpangan peran antar golongan dan ketidakadilan ekonomi. Kepercayaan yang diberikan masyarakat akan direspon dengan rasa memiliki dan menjaga sumber daya hutan/lahan yang memberi manfaat nyata kepada mereka.

Agroforestri adalah suatu sistem penggunaan lahan yang bertujuan untuk mempertahankan atau meningkatkan hasil total secara lestari, dengan cara mengkombinasikan tanaman pangan/pakan ternak dengan tanaman pohon pada sebidang lahan yang sama, baik secara bersamaan atau secara bergantian, dengan menggunakan praktekpraktek pengolahan yang sesuai dengan kondisi ekologi, ekonomi, sosial dan budaya setempat.

Anda mungkin juga menyukai